Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EKONOMI PUBLIK
tentang

PAJAK PENGAHASILAN

DI SUSUN OLEH :
BAIQ TUTIK SRIDEWI
021.02.1.0034

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Swt atas izin-
Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah Ekonomi Publik tentang Pajak
Pengahasilan ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir
zaman.Pengerjaan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah.

Dalam penyelesaian makalah ini, saya mendapatkan bantuan serta


bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya saya haturkan
terima kasih kepada Dosen Pengampu dan semua pihak yang tidak dapat saya
rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Mataram, 21 Desember 2022

Baiq Tutik Sridewi

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATAR PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Penghasilan............................................................... 3


B. Dasar Hukum Pengaturan Pajak Penghasilan....................................... 3
C. Subjek Pajak Penghasilan..................................................................... 4
D. Objek Pajak Penghasilan...................................................................... 6
E. PTKP dan PKP..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedang
pajak Penghasilan adalah pajak yang dibebankan kepada penghasilan
perorangan , perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa
diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif.
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut kepada objek
pajak atas penghasilan yang diperolehnya. PPh akan selalu dikenakan
terhadap orang atau badan usaha selaku wajib pajak yang memperoleh
penghasilan. Setiap perusahaan jasa maupun non jasa sebagai wajib pajak
diwajibkan untuk membayar pajak. Bagi perusahaan , pajak merupakan
sumber pengeluaran tanpa adanya imbalan langsung untuk perusahaan
tersebut. Sehingga biasanya banyak perusahaan melakukan upaya untuk
membayar pajak terutangnya sekecil mungkin selama hal tersebut
memungkinkan.Untuk itu penulis akan membahas segala sesuatu yang
berkaitan dengan pajak penghasilan.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari Pajak Penghasilan ?
2. Bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak Penghasilan ?
3. Apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan ?
4. Apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan ?
5. Apakah PTKP dan PKP itu ?

C. TUJUAN
Dalam makalah ini , memiliki tujuan yang hendak dicapai . Adapun
yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pajak Penghasilan.
2. Untuk mengetahui bagaimana dasar hukum pengaturan dari Pajak
Penghasilan.
3. Untuk mengetahui apa sajakah subjek dari Pajak Penghasilan.
4. Untuk mengetahui apa sajakah objek dari Pajak Penghasilan.
5. Untuk mengetahui apakah PTKP dan PKP itu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN


Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap
Subjek Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau
memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan, dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan (PPh) disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau
dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila
kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban
pajaknya melekat pada Subjek Pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban
pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada Subjek Pajak
lainnya. Oleh karena itu dalam rangka memberikan kepastian hukum,
penentuan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subjektif menjadi
penting.

B. DASAR HUKUM PENGATURAN PAJAK PENGHASILAN


Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dengan penjelasan
pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50.
Selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh :
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

3
Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan
sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur dalam :Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 danKeputusan Menteri Keuangan Nomor
486/KMK.03/2003.
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah disesuaikan
juga beberapa kali dalam:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku untuk
tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku untuk
tahun pajak 2006.

C. SUBJEK PAJAK PENGHASILAN


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Orang Pribadi
Yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh
tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
2. Harta Warisan Belum Dibagi 
Yaitu warisan dari seseorang yang sudah meninggal dan belum
dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan
pajak.
3. Badan
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
 Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
 Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

4
 Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
 Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
4. Bentuk Usaha Tetap
Yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia atau berada di indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak
didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di
Indonesia.

Dan yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah sebagai berikut :


1. Badan perwakilan negara asing;
2. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:
 Bukan warga Negara Indonesia; dan
 Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut;
 Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan dengan syarat :
 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :
 Bukan warga negara Indonesia; dan
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

5
D. OBJEK PAJAK PENGHASILAN
Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut prinsip
pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas, yaitu bahwa pajak
dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak darimanapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak tersebut.
Pengertian penghasilan dalam Undang-undang PPh tidak
memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya
tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan ukuran terbaik mengenai
kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya
yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangu.
Objek Pajak Penghasilan yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan
dalam bentuk apapun termasuk :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;

6
 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau
anggota;
 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha;
 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan
antara pihak pihak yang bersangkutan;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya;
6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
8. Royalti;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak

7
Objek Pajak yang dikenakan PPh final Atas penghasilan berupa:
1. Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;
2. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;
3. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta
4. Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Dan yang tidak Termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut :


1. - Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
- Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, epanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-
pihak ybs;
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan

8
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat :

 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan


 Bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
dan harus mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian
izin usaha;
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.

E. PTKP DAN PKP


1. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi
wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan netto
wajib pajak orang pribadi jumlahnya di bawah PTKP tidak akan terkena
pajak penghasilan (PPh) pasal 25 /29 dan apabila berstatus sebagai
pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh pasa 21 maka
penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh pasal 21.

9
PTKP berbeda untuk status pekerja yang berbeda. Sesuai dengan
Pasal 7 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, yang besarnya
kemudian dirubah sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak, bagi pekerja yang belum kawin, PTKP adalah Rp24.300.000.
Catatan: Lihat juga Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
Orang Pribadi.
 Bila pekerja kawin, ada penambahan Rp2.025.000 untuk PTKP.
 Bila pekerja mempunyai anak, ada penambahan PTKP sebesar
Rp2.025.000 untuk setiap anak dan hanya berlaku sampai anak yang
ketiga.
 Tidak ada penambahan PTKP untuk anak ke-empat dan seterusnya. 
 Bila istri bekerja, PTKP pekerja tetap sama, yaitu Rp24.300.000 dan
tarif pajak penghasilan tetap sama.
PERHITUNGAN
STATUS PEKERJA PTKP (Rp)

Belum Kawin 24.300.000

Kawin, anak 0 26.325.000

Kawin, anak 1 28.350.000

Kawin, anak 2 30.375.000

Kawin, anak 3 32.400.000

10
2. PKP (Penghasilan Kena Pajak)
Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena
Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto wajib pajak
dengan pengurang penghasilan bruto.
PERHITUNGAN
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (Rp) Tarif Pajak
Sampai dengan 50 juta 5%
Di atas 50 juta sd 250 juta 15%
Di atas 250 juta sd 500 juta 25%
Di atas 500 juta 30%

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek
Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
2. Dasar Hukum pengaturan Pajak Penghasilan di Indonesia adalah sebagai
berikut :
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
 Mulai Juli 2003 sampai Desember 2004, pemerintah menerapkan
sistem pajak yang ditanggung pemerintah yang diatur
dalam :Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2003 danKeputusan
Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2003.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, berlaku
untuk tahun pajak 2005 (sekaligus meniadakan pajak yang ditanggung
pemerintah).
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005, berlaku
untuk tahun pajak 2006.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, subyek pajak
penghasilan adalah sebagai berikut:
 Orang Pribadi
 Harta Warisan yang belum Terbagi
 Bentuk Usaha Tetap
 Badan
4. Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP),
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak
yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

12
5. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak ) adalah penghasilan yang menjadi
batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang pribadi, dengan kata lain
apabila penghasilan netto wajib pajak orang pribadi jumlahnya di bawah
PTKP tidak akan terkena pajak penghasilan (PPh) pasal 25 /29 dan
apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai
objek PPh pasa 21 maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan
pemotongan PPh pasal 21.
6. Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan Kena
Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto wajib pajak
dengan pengurang penghasilan bruto.

B. SARAN
Dari uraian diatas penulis berharap bagi semua pihak yang berwenang
dalm pemungutan pajak agar pajak yang di dapat dari pemungutan wajib
pajak tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.
Selain itu untuk wajib pajak juga seharusnya lebih sadar bahwa
kewajiban untuk membayar pajak harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
karena pajak bermanffat sekali untuk kelancaran hidup benegara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suandy, erly. Hukum Pajak. 2005. Salemba Empat: Jakarta

http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-penghasilan-
pph.html

http://jendelailmusebi.blogspot.com/2013/06/pengertian-pajak-penghasilan-
pph.html

http://forever2705.wordpress.com/2008/08/11/pengertian-pajak-penghasilan/ptkp

http://www.ekonomi-holic.com/2013/01/tarif-pajak-penghasilan-2013-dan-
cara_2918.html

http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=272

14

Anda mungkin juga menyukai