Anda di halaman 1dari 18

Pajak Penghasilan Umum

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perpajakan Lanjutan

Oleh
Kelompok 8
Muhammad Budi Luhur

201310170311057

Wahyu Santosa

201310170311074

Muh. Rizki Anugrah Ramdhani 201310170311098

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PROGRAM AKUNTANSI
2015

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pajak penghasilan umum.
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak ilmu-ilmu baru menyangkut
perpajakan anjutan dari berbagai sumber, karena itu kami mengucapkan terima kasih
yang

sebesar-besarnya

kepada

dosen

pengampu

yang

telah

memberikan

tugas,dukungan,dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, dan semoga kami dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut dengan sebaikbaiknya dan mapuh memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang
lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Malang, 10 oktober 2015


Hormat kami,
Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Dalam tiap-tiap masyarakat, ada hubungan antara manusia dengan

manusia, dan selalu ada peraturan yang mengikatnya yaitu hukum. Hukum
mengatur tentang hak dan kewajiban manusia. Hak untuk memperoleh gaji / upah
dari pekerjaan membawa kewajiban untuk menghasilkan atau untuk bekerja.
Demikian juga dengan pajak, hak untuk mencari dan memperoleh
penghasilan sebanyak-banyaknya membawa kewajiban menyerahkan sebagian
kepada negara dalam bentuk untuk membantu negara dalam meninggikan
kesejahteraan umum. Begitu pula hak untuk memperoleh dan memiliki gedung,
mobil dan barang lain membawa kewajiban untuk menyumbang kepada negara.
1.2

RUMUSAN MASALAH

1.2.1

Apa pengertian dari subjek pajak ?

1.2.2

Siapa saja yang menjadi subjek pajak ?

1.2.3

Apa saja yang tidak menjadi objek pajak ?

1.2.4

Kapan saat mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subyektif ?

1.2.5

Apa pengertian dari objek pajak ?

1.2.6

Apa saja macam macam objek pajak ?

1.3

TUJUAN

1.3.1

Memahami definisi subjek pajak

1.3.2

Mengetahui siapa saja yang menjadi subjek pajak

1.3.3

Memahami apa saja yang tidak menjadi objek pajak

1.3.4

Memahami kapan mulai dan berakhirnya kewajiban pajak subyektif

1.3.5

Mendefinisikan pengertian objek pajak

1.3.6

Mendefinisikan macam macam objek pajak

1.4
1.4.1

METODE PENELITIAN
Penelitian Kepustakaan

Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan


keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan
masalah-masalah yang diteliti.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SUBJEK PAJAK
2.1.1 Pengertian Subyek Pajak
Subjek pajak adalah orang, badan atau kesatuan lainnya yang telah
memenuhi syarat-syarat subjektif, yaitu bertempat tinggal atau berkedudukan di
Indonesia. Subjek pajak baru menjadi wajib pajak bila telah memenuhi syaratsyarat obyektif.
Subjek pajak tidak identik dengan subjek hukum, oleh karena itu untuk
menjadi subjek pajak tidak perlu menjadi subjek hukum. Sehingga firma,
perkumpulan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan dapat menjadi
subjek pajak. Demikian juga orang gila, anak yang masih di bawah umur dapat
menjadi subjek atau wajib pajak, tetapi untuk mereka perlu ditunjuk orang atau
wali

yang

dapat

dipertanggungjawabkan

untuk

memenuhi

kewajiban-

kewajibannya.
2.1.2 Yang Menjadi Subjek Pajak
Adapun yang menjadi subjek pajak sesuai undang-undang PPh No. 36 Tahun
2008 adalah :
a. Orang Pribadi
b. Badan
c. Bentuk Usaha Tetap
Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri,
1.

Subjek Pajak Dalam Negeri


Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tetentu Subjek dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

Pembentukannya berdasarkan peraturan perundang-undangan

Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah

Pembukuaanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara

2.

Pajak Luar Negeri

a.

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia,
b.

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib Pajak Luar
Negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain :

Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang
diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan

yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia


Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto
dengan tarif umum, sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak

berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan


Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang
terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan Wajib Pajak luar negeri tidak
wajib memberitahukan Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena

kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat


final.
2.1.2 Yang Tidak Termasuk Subjek Pajak
Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :
a.
b.

Kantor perwakilan Negara asing


Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari Negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka denga syarat bukan
warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta Negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik
c.

Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :

Indonesia menjasi anggota organisasi tersebut

Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan

dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya


berasal dari iuran para anggota
2.1.4 Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak Subjektif
Dimulainya Pajak Subjektif
1.

Subjek pajak orang pribadi

a. Bagi Subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat lahir di Indonesia
b. Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak
berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai sejak saat orang tersebut berada
di Indonesia
c. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi tersebut
menjalankan usahanya di Indonesia

d. Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka
kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat orang pribadi tersebut
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2.

Subjek pajak badan

a. Bagi subjek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
maka kewajiban pajak subjektifnya akan dimulai pada saat badan tersebut
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
b. Bagi subjek pajak badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan
di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya mulai pada saat badan tersebut menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia.
3.

Subjek pajak warisan yang belum terbagi

Untuk warisan yang belum terbagi, maka kewajiban pajak subjektifnya dimulai
pada saat timbulnya warisan, yaitu pada saat pewaris meninggal dunia. Warisan
yang belum terbagi baru menjadi wajib pajak apabila warisan tersebut
mengeluarkan penghasilan. Mengenai siapa yang bertanggungjawab atas pajak
penghasilan warisan yang belum terbagi tersebut, undang-undang tidak
menentukan.
Menurut Rachmat Soemitro, yang bertanggung jawab adalah :
Pelaksana warisan (executor testamenter)

Salah seorang ahli waris (yang tidak menolak warisan)

Semua ahli waris dari orang-orang lain yang mendapat bagian dari warisan itu,
bertanggung jawab secara renteng atas pajak penghasilan.
Berakhirnya kewajiban pajak subjektif
1.
a.

Subjek pajak orang pribadi


Bagi subjek pajak orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, maka

kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat ia meninggal dunia atau


meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

b.

Bagi subjek pajak orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut
tidak lagi menjalankan usaha atau tidak melakukan kegiatan di Indonesia
c.

Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia

atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidak lagi
menjalankan usahanya di Indonesia
d.

Bagi subjek pajak orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia

atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat orang tersebut tidal ;agi
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
2.

Subjek pajak badan

a.

Bagi subjek pajak danan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia, maka kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saat badan tersebut
dibubarkan atau tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia,
b.

Bagi subjek badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di

Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia


bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, maka
kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada saaat badan tersebut tidak lagi
menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.
3.

Subjek pajak warisan yang belum terbagi

Untuk warisan yang belum terbagi kewajiban pajak subjektifnya berakhir pada
saat warisan tersebut selesai dibagikan kepada para ahli warisnya masing-masing,
dan sejak saat itu pula beralih pemenuhan kewajiban pajaknya kepada para ahli
warisnya.
Subjek Pajak PPh pasal 21
Subyek PPh 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh:
a.

Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan dan

pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan


oeh pegawai atau bukan pegawai

b.

Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium tunjangan

dan pembayara lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan


c.

Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pension dan

pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.


d.

Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas
e.

Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan

pelaksanan suatu kegiatan


Subyek Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah
(PPN-PPnBM)
1.

Subyek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Subyek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha Kena Pajak adalah
pengusaha yang melakukan melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
2.

Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Subyek Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah PKP yang menghasilkan BKP
yang tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya dan
pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong mewah.
Subyek Pajak Bumi dan Bangunan
Subyek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas
bumi dan/atau, memperoleh manfaat atas bumi dan /atau, memiliki atau
menguasai bangunan; dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Subyek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Subyek pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas
Tanah dan/atau Bangunan.
2.2

OBJEK PAJAK

2.2.1 Pengertian Objek Pajak

Mengenai apa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali macamnya. Pada
prinsipnya segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran atau
objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Misalnya :
a.

Keadaan : kekayaan seseorang pada saat tertentu; memiliki kendaraan

bermotor, radio, televisi ;


b.

Perbuatan : melakukan penyerahan barang karena perjanjian, mendirikan

rumah atau gedung ;


c.

Peristiwa : kematian, keuntungan yang diperoleh secara mendadak,

2.2.2 Macam Macam Objek Pajak


1.

Objek Pajak Penghasilan (PPh)

Objek PPh adalah penghasilan itu sendiri,. Penghasilan sebagai objek pajak PPh
diartikan secara luas yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Menurut ketentuan UU No.7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui oleh UU No.36
Tahun 2008 pasal 4 ayat 1 yang termasuk dalam penghasilan adalah :
a.

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,


bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini,
b.

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan,

c.

Laba usaha,

d.

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta,

e.

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak,


f.

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang,
g.

Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen daari

asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,
h.

Royalty atau imbalan atas penggunaan hak,

i.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,

j.

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,

k.

Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,


l.

Keuntungan selisih kurs mata uang asing,

m.

Karena penilaian kembali aktiva,

n.

Premi asuransi,

o.

Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,
p.

Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak,
q.

Penghasilan dari usaha berbasis syariah,

r.

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang

mengtur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan,


s.

Surplus Bank Indonesia.

2. Objek pajak PPN


Objek pajak PPN sesuai dengan pasal 4 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 adalah :
a.

Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan

oleh pengusaha dengan syarat :


Barang berwujud atau tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang
kena pajak
Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b.

Impor barang kena pajak

c.

Penyeraan barang kena pajak yang dilakuka di dalam daerah pabean oleh

pengusaha dalam syarat :


1.

Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak

2.

Penyerahan yang dilakukan harus di dalam daerah pabean

3.

Penyerahan yang dilakukan harus dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

d.

Pemanfaatan barang kena pajak tidak brwujud dari luar daerah pabean di

dalam daerah pabean


e.

Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.
f.

Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak.

g.

Objek PPN sesuai dengan pasal 16 c UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana

telaha diuah terakhir dengan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, kegiatan membangun
sendiri yang dilakukan tidak di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya,
oleh orang pribadi atau badan, baik yang hasilnya akan digunakan sendiri atau
pihak lain.
h.

Objek PPN berdasar pasal 16 D UU No. 8 tahun 1984 yang sebagaimana

telah diubah terakhir degan UU No. 18 tahun 2000 yaitu, penyerahan aktiva oleh
pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan
3.

Objek pajak PPn-BM

Menurut pasal 5 UU No. 8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhirdengan


UU No. 18 tahun 2000 yang termasuk objek PPn BM adalah :
a.

Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh

penguasaha yang mengasilkan barang kena pajak yang tergolong mewah tersebut
di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b.

Impor barang yang kena pajak yang tergolong mewah.

4.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Dalam Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak adalah bumi dan/atau
bangunan. Pengertian bumi disini adalah permukaan bumi yang meliputi tanah
dan perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Sementara itu, bangunan adalah konstruksi teknik yang ditananm atau
dilekatkan secara tetap pada tansh atau perairan. Termasuk dalam bangunan yang
dapat dikenakan pajak adalah :
1.

Bangunan tempat tinggal (rumah)

2.

Gedung kantor

3.

Hotel

4.

Pabrik

5.

Jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya

6.

Kolam Renang

7.

Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, juga pipa minyak,

fasilitas lain yang memberikan manfaat.


Sedangkan objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang :
a.

Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang

ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak


dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
b.

Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu
c.

Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,

tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak
d.

Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik


e.

Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan


5.

Objek pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Yang menjadi objek pajak adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan,
yang meliputi :
a.
1.

Pemindahan hak karena :


Jual beli

2.

Tukar menukar

3.

Hibah

4.

Hibah wasiat

5.

Waris

6.

Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

7.

Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,

8.

Penunjukan pembeli dalam lelang,

9.

Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap,

10.

Penggabungan usaha,

11.

Peleburan usaha,

12.

Pemekaran usaha,

13.

Hadiah.

b.

Pemberian hak baru karena :

1.

kelanjutan pelepasan hak,

2.

di luar pelepasan hak

Adapun yang dimaksud hak atas tanah diantaranya adalah :


a.

hak milik,

b.

hak guna usaha,

c.

hak guna bangunan,

d.

hak pakai,

e.

hak milik atas satuan rumah susun,

f.

hak pengelolaan.

6.

Objek pajak Bea Materai

Dokumen yang dikenakan bea materai adalah :


1.

Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk

digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,kenyataan, atau keadaan


yang bersifat perdata
2.

Akta-akta notaris termasuk salinannya

3.

Akta-akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah termasuk rangkap-

rangkapnya
4.

Surat yang memuat jumlah uang, yaitu :

a. Yang menyebutkan penerimaan uang


b. Yang menyarankan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening
bank
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank

d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan,
5.

Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek,

6.

Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka

pengadilan, yaitu surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan suratsurat yang semula tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannnya jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud
semula.
Sedangkan yang tidak dikenakan Bea Materai adalah:
a.

Dokumen yang berupa :

1.

Surat penyimpanan barang

2.

Konosemen

3.

Surat angkutan penumpang dan barang

4.

Keterangan pemindahan

5.

Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang

6.

Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengiriman

7.

Segala bentuk ijazah

8. Tanda terima gaji, uang tunggu, pension, uang tunjangan, dan pembayaran
lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah kewajiban penduduk negara untuk dapat menetap serta berusaha
dalam negara itu dan memperoleh perlindungan. Jadi penduduk negara berhak
untuk memperoleh perlindungan (hukum dan sosial ekonomi). Untuk itu
penduduk negara berkewajiban membayar pajak kepada negara.
Subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akan dikenakan
pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang yang akan dikenakan
pajak. Wajib pajak adalah subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat
objektif sehingga kepadanya diwajibkan pajak.
3.2 Saran
Penghasilan negara terbesar adalah dari pajak. Pajak memiliki perana penting
dalam pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu,
pengelolaan pajak harus dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat
dirasakan oleh rakyat. Selain itu juga para wajib pajak harus rutin dalam
membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

H. Bohari, SH., M.S., Pengantar Hukum Pajak, Jakarta : P.T. Raja

Grafindo
Drs. C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,

Jakarta
http:// DATA KULIAH/AJ/perpajakan/Perpajakan-Subyek-Dan-Objek-

Pajak.htm
http://agushariyantosukses.blogspot.com/2012/05/subjek-dan-objekhukum-pajak.html

Anda mungkin juga menyukai