Dosen Pembimbing :
Anggeraini Oktarida, S.E., M.Si., Ak.,
A. Pengertian PBB
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karena adanya
keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang memiliki suatu hak
atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya.
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Selanjutnya, permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut
wilayah Indonesia.
•Perhutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
Perhutanan daya alam hayati yang didominasi pepohonan yang dikelola untuk kepentingan
manusia.
Perhutanan : Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 42/PJ/2015 tentang Tata Cara
Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perhutanan.
Pertambangan : Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 47/PJ/2015 tentang tentang Tata
Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan
Mineral dan Batubara.
C. Subjek Pajak PBB P3
Pemungutan PBB dilakukan oleh pemerintah pusat (PBB-P3 dan PBB lainnya). Ketentuan
mengenai subjek PBB yang dipungut oleh pemerintah pusat mengacu pada UU No. 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan (UU PBB). Sesuai Pasal 4 ayat (1) UU PBB, subjek PBB adalah
orang atau badan yang memiliki hak, memperoleh manfaat atas bumi dan/atau bangunan, atau yang
menguasai suatu bangunan.
Ketentuan mengenai NJKP salah satunya tertuang dalam UU PBB. Mengacu pada Pasal 6 ayat
(3) dasar perhitungan PBB adalah NJKP yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-
tingginya 100% dari NJOP.Adapun yang dimaksud dengan NJKP (assessment value), sesuai dengan
penjelasan Pasal 6 ayat (3) UU PBB, adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan
pajak, yaitu persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya.NJKP untuk objek pajak dengan nilai jual
Rp1 miliar atau lebih dan objek pajak sektor perkebunan, perhutanan dan pertambangan adalah 40%
dari NJOP. Sementara itu, NJKP untuk objek pajak lain yang nilai jualnya kurang dari Rp1 miliar
adalah 20% dari NJOP.
F. Tarif PBB P3
Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2014 NJOPTKP
untuk PBB P3 ditetapkan sebesar Rp12 juta. NJOP ditentukan oleh kepala daerah. Dalam perhitungan
dasar PBB-P3 mengenal adanya NJKP. Merujuk Pasal 6 ayat (3) UU PBB, NJKP ditentukan serendah-
rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari NJOP.
Berdasarkan Pasal 1 PP No. 25 Tahun 2002 ditetapkan objek pajak PBB sektor perkebunan,
kehutanan dan pertambangan sebesar 40 % dari NJOP. Lain jika objek pajak sektor lainnya, NJKP
ditetapkan sebesar 40% apabila NJOP mencapai Rp1 miliar atau lebih. Bila objek pajak lainnya
memiliki NJOP <Rp1 miliar, maka NJKP yang ditetapkan sebesar 20% .Tarif pajak yang dikenakan
PBB-P3 adalah sebesar 0,5%.
Penghitungan PBB Sektor Perkebunan adalah menggunakan Standar Investasi Tanaman (SIT)
untuk areal produktifnya yang nilainya ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Bumi : Bangunan :
1) Area produktif lua 200 ha kelas 1982) 1) Pabrik luas 50.000 m2 kelas 086 Nilai
Rp.310.000,-/m2
a. Area General Survei luas 500 ha kelas 200 Nilai Rp. 140,-/m² 3) Kantor luas 2.000 m2 kelas 084 Nilai
Rp.365.000,-/m2
b. Area eksplorasi tahun ke-4 luas 100 ha kelas 198 Nilai Rp. 200,- /m² 4) Perumahan luas 10.000 m2 keas 081 Nilai
Rp.429.000,-/m2
c. Area eksplorasi perpanjangan 2 luas 150 ha kelas 198 Hasil bersih penjualan batu bara tahun lalu sebesar
d. Area tidak produktif luas 100 ha kelas 200 Rp. 1.000.000.000,00. Angka kapitalisasi ditetapkan :
9,5
a. Pabrik luas 20 ha kelas 082 Nilai Rp. 1.200,- /m² Ditanya : Besarnya PBB terutang ?
Jawaban :
NJOP Bumi :
PBB TERUTANG :
PT. EGP, sebuah perkebunan sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 telah menyampaikan SPOP dengan rincian
data sebagai berikut :
Tanah : Bangunan :
1) Area kebun 1) Kantor 800m2, kelas 072
a. Tanaman usia 2 tahun, dengan luas 300 Ha, NJOP per m 2 Rp 1.710,00 2) Gudang 1.200m2, NJOP
Standar Investasi Tanaman Rp 2.866.000,00 per Ha Rp. 505.000,00 per m2
b. Tanaman sudah menghasilkan, dengan luas 200 Ha, NJOP per m2 Rp 1.710,00 3) Pabrik 4.500m2, kelas 084
Standar Investasi Tanaman Rp 5.784.000,00 per Ha 4) Mess karyawan 2000m2,
2) Area Implasemen kelas 072
a. Kantor, luas 1 Ha, NJOP Rp 14.100,00 per m2
b. Gudang, luas 2 Ha, NJOP kelas 147
c. Pabrik, luas 2 Ha, NJOP Rp 9.900,00 per m2
d. Mess karyawan, luas 2 Ha, NJOP per m2 Rp 14.100,00
Catatan : 50% mess terbakar pada tahun 2010 berdasrkan berita acara kepolisian setempat. Hitung PBB perkebunan
tersebut, NJOPTKP Rp 10.000.000,00. SPPT perkebunan diterima tanggal 04-03-2011, dilunasi 9-12-2011. Hitung PBB
terutang!
Jawaban :
Tanah
1) Area kebun
a. Tanaman usia 2 th = 3000.000 x Rp 1.700,00 = Rp 5.100.000.000,00
SIT = 300 x Rp 2.866.000,00 = Rp 859.000.000,00
b. Tanaman menghasilkan = 2000.000 x Rp 1.700,00 = Rp 3.400.000.000,00
SIT = 200 x Rp 5.784.000,00 = Rp 1.156.800.000,00
2) Area implasemen
a. Kantor = 10.000 x Rp 14.000,00 = Rp 140.000.000,00
b. Gudang = 20.000 x Rp 10.000,00 = Rp 200.000.000,00
c. Pabrik = 20.000 x Rp 10.000,00 = Rp 200.000.000,00
d. Mess karyawan = 20.000 x Rp 14.000,00 = Rp 280.000.000,00 +
NJOP tanah = Rp 11.336.000.000,00
Bangunan
1) Kantor = 800 x Rp 700.000,00 = Rp 560.000.000,00
2) Gudang = 1.200 x Rp 505.000,00 = Rp 606.000.000,00
3) Pabrik = 4.500xRp 365.000,00 =Rp 1.642.500.000,00
4) Mess karyawan = 1.000 x Rp 700.000,00 = Rp 700.000.000,00 +
NJOP bangunan = Rp 3.508.500.000,00
NJOP gabungan = Rp 14.845.100.000,00
NJOPTKP = Rp 10.000.000,00 –
NJOPKP = Rp 14. 835.100.000,00
PBB terutang pusat = 0,5% x 40% x Rp 14.835.100.000,00 = Rp 29.670.200,00
Denda telat = 4 x 2% x Rp 20.670.200,00 = Rp 2.373.616,00 +
PBB terutang yang dibayar = Rp 32.043.816,00
PBB terutang daerah = 0,3% x Rp 14.835.100.000,00 = Rp 44.505.300,00
Denda telat = 4 x 2% x Rp 44.505.300,00 = Rp 3.560.424,00 +
PBB terutang yang dibayar = Rp 48.065.724,00
3). Contoh soal PBB P3 Pertambangan
PT. Batu Ampar, sebuah perusahaan pertambangan marmer di Tulungagung, telah menyampaikan SPOP ke KPP
Tulungagung dengan data-data sebagai berikut :
Bumi Bangunan :
1) Areal produktif luasnya 50 ha kelas 196 1) Pabrik luasnya 1.000 m2 kelas 090
a. Area eksplorasi luasnya 100 ha kelas 198 3) Kantor luasnya 200 m2 kelas 090
b. Area cadangan produksi luasnya 50 ha kelas 198 4) Perumahan luasnya 1.000 m2 kelas 182
c. Areal tidak produktif luasnya 50 ha kelas 200 Izin penambangan diberikan oleh Pemda setempat selama 30
Jawaban : Bumi
4) Area emplasemen
NJOPTKP = Rp 24.000.000,00 -
NJOPKP = Rp 1.027.200.000,00
Areal Produktif, tanah hutan blok tebangan : 200 Ha, kelas A.49 (Rp200/m2)
Areal belum produktif, tanah hutan non blok tebangan : 4.000 Ha, kelas A.29 (200/m2)
Log ponds : 10 Ha, kelas A.49
Log yards : 5 Ha, kelas A.49
Areal lainnya (rawa, payau) : 100 Ha, kelas A.50 (Rp140/m2)
Areal Emplasemen :
Pabrik : 20.000 m2, kelas A.45 (Rp660/m2);
Gudang : 2.000 m2, kelas A.45;
Perumahan : 10.000 m2, kelas A.44 (Rp910/m2)
Bangunan
Total NJOP Bumi dan Bangunan = Rp. 16.694.280.000 NJOP untuk Perhitungan PBB Perhutanan
a. Tanah yang ditanami dengan sonokeling yang telah menghasilkan L = 500 Ha Kelas 16 (Rp.5000,-)
b. Tanah yang belum menghasilkan Sonokeling umur empat tahun L = 100 Ha Kelas 161 (Rp.5000,-)
Jawab :
A. NJOP Bumi
sonokeling umur empat tahun 100 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 5.000.000.000,-
Sonokeling umur lima tahun 200 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 10.000.000.000,-