Anda di halaman 1dari 21

SEMINAR PERPAJAKAN

PELUANG DAN KEUNTUNGAN

E-FAKTUR PAJAK

Kelompok 6:

1.
2.
3.
4.
5.

Dela Farhana
(10)
Indra Ahmad Wijaya (17)
Risca Dessyanty
(24)
Tesalonika Broery A (28)
Wahyu Hidayat
(29)

KELAS X-B
DIPLOMA IV KEUANGAN
SPESIALISASI AKUNTANSI KURIKULUM KHUSUS
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

DAFTAR ISI
Halaman Judul

..........................................................................................................................

Daftar Isi

..........................................................................................................................

ii

PENDAHULUAN ................................................................................................................

A.

Latar Belakang ..........................................................................................................

B.

Identifikasi Permasalahan ........................................................................................

C.

Tujuan Penulisan ......................................................................................................

D.

Metodologi ...............................................................................................................

LANDASAN TEORI.............................................................................................................

A.

Dasar Hukum ............................................................................................................

B.

Faktur Pajak PPN dan Perkembangannya ................................................................

MEKANISME PENERAPAN E-FAKTUR ...............................................................................

A.

Tahapan Implementasi e-Faktur ..............................................................................

B.

Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan e-Faktur ........................................................

ELECTRONIC TAX INVOICE DI KOREA SELATAN ................................................................

12

A.

Dasar Hukum ............................................................................................................

12

B.

Faktur Pajak (Tax Invoice) ........................................................................................

12

C.

Electronic Tax Invoice ...............................................................................................

12

PELUANG DAN KEUNTUNGAN PENGGUNAAN E-FAKTUR PAJAK ....................................

17

DAFTAR REFERENSI .........................................................................................................................

19

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

Pengusaha Kena Pajak ii

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tonggak Reformasi Perpajakan di Indonesia sudah dimulai sejak disahkannya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM). Niat baik dari
Direktorat Jenderal Pajak untuk membuat sistem administrasi perpajakan menjadi lebih baik rupanya
tidak cukup sampai di situ. Bergantinya sistem pemungutan pajak dari semula official assessment
menjadi self assessment, membawa tantangan tersendiri dari segi pengawasan terhadap kepatuhan
pemenuhan perpajakan wajib pajak. Dinamisnya berbagai perubahan dunia bisnis yang diiringi
dengan era globalisasi, membuat Direktorat Jenderal Pajak harus cukup adaptif menjawab semua
tantangan tersebut, salah satunya adalah dengan terus melakukan pembenahan di
bidangadministrasi.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang tergolong sebagai pajak objektif, dipandang sangat terkait
erat dengan dunia usaha karena melingkupi Pengusaha Kena Pajak yang dijelaskan dalam UndangUndang PPN sebagai pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak. Para Pengusaha Kena Pajak yang diberi kepercayaan untuk memungut PPN, menghitung PPN
terutang, serta melaporkannya kepada Kantor Pelayanan Pajak, rupanya belum semua mematuhi
kewajibannya. Kasus para Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak Fiktif sehingga
membuat kerugian kepada keuangan negara, membuat Direktorat Jenderal Pajak akhirnya
melakukan reformasi lanjutan, yaitu Reformasi Sistem Administrasi PPN.
Program Reformasi Sistem Administrasi PPN merupakan sebuah pembenahan administrasi
untuk menangkal ketidakpatuhan PKP dan demi mewujudkan sistem administrasi DJP yang lebih
efektif dan efisien. Program ini sudah berlangsung sejak tahun 2011 dan dituangkan dalam roadmap
DJP sampai tahun 2015. Adapun rencana pembenahan administrasi PPN meliputi Evaluasi Bentuk
Pelaporan SPT , Registrasi Ulang PKP, Evaluasi Sistem Value Added Tax (VAT) dan pertimbangan
untuk mengadopsi sistem Pajak Konsumsi (GST-Goods and Sales Tax), Kewajiban Penggunaan e-SPT
bagi Wajib Pajak Badan dan PKP individu tertentu, kenaikan batas omzet bagi pengusaha kecil, serta
implementasi Faktur Pajak elektronik (e-faktur).
Faktur Pajak Elektronik dilatarbelakangi oleh 2 (dua) hal utama, yaitu adanya penyalahgunaan
PKP/ Faktur Pajak dan Tingginya beban administrasi Faktur Pajak. Oleh karena itu, melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 yang dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor 16/PJ/2014, maka dibuatlah mekanisme faktur pajak elektronik tersebut.
Perubahannya mencakup : 1) Format Faktur Pajak yang telah ditentukan sistem, 2) bentuk tanda
tangan elektronik, 3) lembaran faktur pajak yang tidak perlu docetak, 4) PKP yang membuat hanya
yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak, 5) Jenis transaksi yang dibuatkan faktur pajak kini terbatas pada
penyerahan BKP dan JKP saja, dan 6) pelaporan dengan menggunakan aplikasi yang sama dengan
pembuatan e-faktur. Uraian lebih lanjut mengenai e-Faktur akan disampaikan pada bagian
Pembahasan dalam paper ini.

E-Faktur Pajak 1

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba merumuskan permasalahan yang akan
ditulis sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan penggunaan E-Faktur Pajak?
2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan E-Faktur Pajak?
3. Bagaimana perbandingan dengan E-Faktur di Korea Selatan?
4. Apa peluang dan keuntungan penggunaan E-Faktur?

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN


Maksud dan tujuan penulisan makalah ini selain dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Seminar Perpajakan, juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis terkait Pengusaha
Kena Pajak.

D. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi kapustakaan, dimana
bahan yang diolah dari berbagai sumber baik berupa peraturan perpajakan maupun literaturliteratur perpajakan online.

E-Faktur Pajak 2

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dasar Hukum
Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan Dan
Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 17/PJ/2014 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian
Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau
Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ./2010 tentang Dokumen Tertentu yang
Kedudukannya Dipersamakan dengan Faktur Pajak

B. Faktur Pajak PPN dan Perkembangannya


Di dalam Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, definisi Faktur Pajak ada pada Pasal 1 angka 21, yakni :
Faktur Pajak adalah buktipungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
Definisi ini menyederhanakan pengertian Faktur Pajak sebelumnya, yang mencakup bukti
pungutan pajak karena impor Barang Kena Pajak (BKP) yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC). Penulis berpendapat bahwa penyederhanaan definisi ini sudah tepat, karena bukti
pungutan pajak karena impor akan dijelaskan dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ/2011,
sehingga definisi dalam Undang-Undang mengenai Faktur Pajak cukup sampai dengan penyerahan
BKP dan atau JKP saja.
Adapun dokumen yang dipersamakan dengan faktur pajak menurut SE tersebut :
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB)
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP)
d. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill
f. Nota Penjualan Jasa yang untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g. Bukti tagihan atas penyerahan listrik
h. Pemberitahuan Ekspor JKP/ BKP Tidak Berwujud
i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
j. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak terwujud atau
JKP dari luar Daerah Pabean;

E-Faktur Pajak 3

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

k. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/ atau JKP Pajak oleh Perusahaan Air Minum:
l. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek; dan
m. Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan.
Faktur Pajak hanya dapat dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak. Adapun transaksi yang mewajibkan
dibuatnya Faktur Pajak yakni
Penyerahan BKP, termasuk penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 16D
Penyerahan JKP
Ekspor BKP tidak berwujud
Ekspor Jasa
Saat dibuatnya Faktur Pajak oleh PKP adalah pada saat penyerahan BKP/ JKP. Namun dalam hal
ada pembayaran sebelum dilakukan penyerahan, baik untuk keseluruhan penyerahan maupun hanya
sebagian (termin) maka Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran diterima. Pengecualian lainnya
adalah PKP dapat membuat Faktur Pajak Gabungan, yakni akumulasi penyerahan BKP atau JKP
selama satu bulan kalender, dengan syarat diserahkan kepada pembeli yang sama. Faktur Pajak ini
harus dibuat paling lama pada saat akhir bulan penyerahan.
Hal selanjutnya yang perlu dicermati dari perkembangan Faktur Pajak adalah perubahan
jenisnya. Pada aturan sebelum tahun 2010, kita mengenal ada 3 (tiga) bentuk Faktur Pajak, yakni
Faktur Pajak Standar dan dokumen tertentu yang dipersamakan dengan faktur pajak standar
Faktur Pajak sederhana
Faktur Pajak Gabungan
Semenjak berlakunya Undang-undang Nomor 42 tahun 2009 maka istilah Faktur Pajak Standar
dan Faktur Pajak Sederhana dihilangkan, sehingga di dalam ketentuan tersebut, hanya ada istilah
Faktur Pajak dan Faktur Pajak Gabungan. Dihilangkannya istilah Faktur Pajak Standar dan Sederhana,
merujuk pada perubahan Pasal 13 ayat (5) dan (7).
Keterangan yang harus ada pada Faktur Pajak :
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak
Memori penjelasan pada pasal 13 ayat (5) menyebutkan bahwa Faktur Pajak yang tidak diisi
lengkap sesuai ketentuan akan berimbas pada tidak dapat dikreditkannya Pajak Masukan atas
penyerahan tersebut. Sebenarnya, hal tersebut sudah mengakomodir definisi Faktur Pajak Sederhana
pada ketentuan sebelumnya, dimana tidak semua syarat ketentuan wajib diisi, dan diatur lebih lanjut
pada ayat (7). Menurut penulis, hal ini sudah tepat, mengingat sifat Faktur Pajak sederhana yang juga

E-Faktur Pajak 4

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

tidak dapat dikreditkan. Dan untuk melengkapi dihapusnya istilah Faktur Pajak sederhana, maka
istilah Faktur Pajak Standar yang merujuk pada dipenuhinya semua syarat keterangan pada ayat (5)
juga dihapuskan.
Terdapat dua hal yang menjadi latar belakang Direktorat Jenderal Pajak menetapkan E-Faktur
menjadi bagian dari sistem administrasi PPN di Indonesia. Latar belakang tersebut adalah :
1. Penyalahgunaan kewenangan PKP dan faktur pajak
Penyalahgunaan atas kewenangan PKP dan faktur pajak banyak sekali terjadi diantaranya
adalah wajib pajak yang belum dikukuhkan sebagai PKP menerbitkan faktur pajak, faktur
pajak atas transaksi tidak diterbitkan, banyak ditemukannya faktur pajak fiktif dan faktur
pajak ganda. E-Faktur diharapkan mampu menjadi alat pengendalian dan pengawasan
yang efektif atas PKP dan faktur pajak itu sendiri karena penyalahgunaan yang terjadi
menjadi indikasi penurunan kepatuhan PKP sehingga menyebabkan penerimaan PPN
kurang optimal.
2. Beban administrasi faktur pajak terus meningkat
Ketentuan faktur pajak tercetak seperti yang sebelumnya diterapkan menimbulkan beban
administrasi yang cukup signifikan. Faktur Pajak dilaporkan tercetak secara manual ke
Kantor Pelayanan Pajak begitu juga sebagian dari SPT masa PPN sehingga menimbulkan
beban kerja pegawai dan beban administrasi yang besar. E-Faktur akan mempermudah
pengadministrasian dan secara otomatis mengurangi beban administrasi. Selain itu,
administrasi faktur pajak secara manual membuat pengawasan kepatuhan atas PKP
menjadi sulit sehingga beban pengawasan PKP menjadi semakin besar seiring semakin
meningkatnya jumlah PKP dan penerbitan faktur pajak. E-Faktur akan mempermudah
proses pengawasan PKP dan menurunkan beban pengawasan.
E-Faktur Pajak ditetapkan dengan mempertimbangkan kepentingan wajib pajak khususnya
PKP, tidak hanya melihat kepentingan dari DJP semata. Manfaat penetapan e-Faktur dapat dirasakan
baik oleh DJP maupun PKP. Manfaat adanya e-Faktur bagi DJP adalah untuk mempermudah
pelayanan dalam percepatan proses pemeriksaan, percepatan proses pelaporan dan percepatan
pemberian nomor seri faktur pajak serta mempermudah pengawasan atas PKP dan Faktur Pajak
karena validasi PK-PM lebih akurat dan data atas faktur pajak menjadi lebih lengkap. Manfaat eFaktur bagi PKP adalah meningkatkan kenyamanan PKP karena penggunaan tanda tangan elektronik,
tidak perlu dilaporkan tercetak dan e-Faktur menjadi satu kesatuan dengan SPT Masa PPN. Manfaat
lainnya bagi PKP adalah adanya perlindungan dari penyalahgunaan oleh pihak yang tidak
bertanggungjawab karena dalam pelaksanaannya di butuhkan approval atas e-Faktur dari DJP dan
adanya transparansi karena validasi faktur pajak dapat diketahui oleh pihak pembeli.

E-Faktur Pajak 5

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

BAB III
MEKANISME PENERAPAN E-FAKTUR
A. Tahapan Implementasi e-Faktur
Program E-Faktur diimplementasikan secara bertahap dari segi waktu dan wilayah.
Implementasi e-Faktur kepada Pengusahan Kena Pajak (PKP) tertentu di Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar, Kantor Pelayanan Pajak Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak Madya di Jakarta
mulai 1 Juli 2014. 1 Juli 2015 E-Faktur Pajak akan diberlakukan untuk seluruh PKP di Kantor
Pelayanan Pajak Pulau Jawa dan Bali. Sedangkan pemberlakukan e-Faktur Pajak secara nasional akan
dimulai pada 1 Juli 2016.
Sebelum murni dilaksanakannya e-Faktur, terlebih dahulu DJP melakukan pembenahan
administrasi di bidang PPN, di antaranya dengan melakukan Program Registrasi Ulang PKP, yakni
suatu program yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan, penertiban administrasi,
pengawasan, dan untuk menguji pemenuhan kewajiban subjektif dan objektif Pengusaha Kena Pajak.
Registrasi Ulang PKP adalah program utama terkait penertiban PKP yang telah selesai dilaksanakan
pada 31 Desember 2012 dan output dari program ini telah dijadikan sumber data untuk pelaksanaan
program selanjutnya terkait
PKP antara lain E-Nofa (Elektronik nomor faktur) dan E-Faktur
(Elektronik Faktur Pajak). Tujuan utama program Registrasi Ulang ini adalah untuk menyaring PKP
yang benar-benar memenuhi kriteria Objektif dan Subjektif untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Imbasnya, penerbitan Faktur Pajak juga akan semakin tertib dan dilakukan oleh PKP yang memang
berhak.
Program selanjutnya yang terkait adalah e-Nofa, dengan dasar pelaksanaannya yaitu Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-24/PJ/2012. E-Nofa merupakan penentuan mekanisme untuk penomoran
Faktur Pajak yang berupa kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf, dimana
penomoran ini ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sebelumnya, pemberian Nomor Faktur
Pajak diserahkan kepada PKP masing-masing, sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun dengan
terbitnya peraturan ini maka semua penomoran berasal dari DJP.
Penetapan Nomor Seri Faktur Pajak oleh DJP dapat mempermudah pelaksanaan pengawasan
atas kepatuhan perpajakan PKP. DJP dapat mudah melakukan pengawasan dengan melacak transaksi
terkait PKP dengan melihat penggunaan nomor seri faktur pajak dan juga konfirmasi kebenaran
faktur, karena data konfirmasi faktur berada pada internal DJP. Sistem ini pun dapat menurunkan
tingkat terjadinya faktur pajak fiktif karena nomor seri faktur bersifat unik dan tidak didapatkan
dengan mudah serta sulit disalahgunakan oleh Wajib Pajak.
Tahapan selanjutnya yakni Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur) dengan disahkannya peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 yang menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak
memberikan sertifikat elektronik kepada PKP yang berfungsi sebagai otentifikasi pengguna layanan
perpajakan secara elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, berupa penggunaan
aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak
untuk pembuatan Faktur Pajak berbentuk elektronik.

E-Faktur Pajak 6

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

Sumber : Materi sosialisasi E-Faktur (DJP, 2014)

B. Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan e-Faktur


e-Faktur Pajak merupakan kelanjutan pembenahan sistem sejak tahun 2011 untuk memudahkan
administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sebelumnya, DJP telah melakukan pembenahan dengan
melakukan registrasi ulang PKP, batasan pengukuhan PKP, pengembangan aplikasi pengawasan PKP,
penunjukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemungut PPN hingga penomoran faktur
pajak secara elektronik (e-Nomor Faktur/ e-NoFa). Tahun 2014 pembenahan dilanjutkan dengan
peluncuran e-Faktur Pajak bagi wajib pajak tertentu.
Peluncuran e-Faktur diatur dalam Per Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara
Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. Faktur Pajak berbentuk elektronik,
yang selanjutnya disebut e-Faktur, adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh DJP. Aplikasi atau sistem elektronik tersebut
dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (manual user) yang merupakan satu kesatuan dengan
aplikasi atau sistem elektronik tersebut.
1.

Pembuatan e-Faktur oleh PKP

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang diwajibkan untuk membuat E-Faktur diatur di dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena
Pajak Yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik. PKP yang termuat dalam
lampiran 1 Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut adalah 45 PKP yang diwajibkan menerapkan
e-Faktur sejak 1 Juli 2014. Lampiran kedua Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut menetapkan
pemberlakuan untuk seluruh PKP di Kantor Pelayanan Pajak Pulau Jawa dan Bali pada 1 Juli 2015.
Sedangkan pemberlakuan e-Faktur Pajak secara nasional akan dimulai pada 1 Juli 2016.
Bagi PKP selain yang tercantum dalam lampiran 1, 2 KEP-136/PJ/2014 dan PKP yang kewajiban
pelaksanaan e-faktur nya diatur tersendiri, yang dikukuhkan setelah tanggal 1 Juli 2016 wajib
membuat e-Faktur sejak PKP tersebut dikukuhkan.

E-Faktur Pajak 7

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

Pasal 2, Ayat 1 memuat kewajiban pembuatan e-Faktur oleh PKP dimaksud untuk setiap:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009; dan/atau
b.

Penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UndangUndang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Ayat 2 memuat pengecualian atas kewajiban pembuatan e-Faktur antara lain atas penyerahan
BKP dan/atau JKP:
a. yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012;
b. yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Toko Retail kepada orang pribadi pemegang
paspor luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E Undang- Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009; dan
c. yang bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilainya berupa dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (6) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
Sedangkan waktu pembuatan e-Faktur dimuat dalam pasal 3, e-Faktur wajib dibuat oleh PKP
dimaksud pada:
1. saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
2. saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009;
3. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
4. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
5. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

E-Faktur Pajak 8

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

2.

Kriteria e-Faktur yang sah

Pasal 4 menyatakan bahwa e-Faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan


Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa
Kena Pajak;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak, tandatangan yang
digunakan dalam e-Faktur adalah tandatangan elektronik.
Pasal 5 mengatur bahwa e-Faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah dan Untuk
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang menggunakan mata uang
selain Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saat pembuatan eFaktur.
3.

E-Faktur dengan kesalahan pengisian, penulisan, rusak atau hilang dan pembatalan transaksi

Pasal 6 mengatur tentang e-faktur dengan kesalahan pengisian dan penulisan sedangkan pasal 8
mengatur e-Faktur yang rusak atau hilang. Atas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau salah
dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena
Pajak yang membuat e-Faktur tersebut dapat membuat e-Faktur pengganti melalui aplikasi atau
sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan DJP.
Pasal 8 memuat ayat-ayat sebagai berikut :
1. Atas hasil cetak e-Faktur yang rusak atau hilang, Pengusaha Kena Pajak yang membuat eFaktur dapat melakukan cetak ulang melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan
dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.
2. Atas data e-Faktur yang rusak atau hilang, Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan
permintaan data e-Faktur ke Direktorat Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak
tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan dengan menyampaikan surat Permintaan data eFaktur sebagaimana diatur dalam Lampiran PER-16/PJ/2014
3. Permintaan data e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terbatas pada data e-Faktur
yang telah diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan telah memperoleh
persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.
Pasal 7 menyatakan dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang e-Fakturnya telah dibuat, Pengusaha Kena Pajak yang
membuat e-Faktur harus melakukan pembatalan e-Faktur melalui aplikasi atau sistem elektronik
yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak.

E-Faktur Pajak 9

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

4.

Pelaporan e-Faktur oleh PKP

Bentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang merupakan hasil
keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. e-Faktur tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy).
Pasal 11 memuat tata cara pelaporan e-Faktur oleh PKP yaitu;
1. e-Faktur wajib dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak dengan
cara diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan memperoleh persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pelaporan e-Faktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
aplikasi atau sistem elektronik yang telah ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal
Pajak.
3. Direktorat Jenderal Pajak memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah
diunggah (upload) sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan untuk penomoran eFaktur tersebut adalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak
kepada Pengusaha Kena Pajak yang membuate-Faktur sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak bukan
merupakan Faktur Pajak.
Secara umum gambaran proses pembuatan dan pelaporan e-Faktur dapat digambarkan sebagai
berikut :

E-Faktur Pajak 10

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

5.

Perbedaan e-Faktur dan Faktur Pajak Manual


NO

KETERANGAN

FAKTUR PAJAK MANUAL

e-FAKTUR

Format/lay out

Bebas tidak ditentukan dan dapat


mengikuti contoh di lampiran PER24/PJ/2014

Ditentukan oleh aplikasi/sistem


yang ditentukan dan atau
disediakan oleh DJP

Tanda tangan
pegawai/pejabat yg ditunjuk
oleh PKP

Tanda tangan basah diatas FP


kertas

Tanda tangan elektronik berbentuk


QR code

Bentuk dan jumlah lembar

Diwajibkan berbentuk kertas dan


jumlah lembar diatur

Tidak diwajibkan untuk dicetak


dalam bentuk kertas

PKP yang membuat

Seluruh PKP

PKP yang ditetapkan oleh DJP (per 1


Juli 2014)

Jenis Transaksi

seluruh

Penyerahan BKP/JKP saja

Prosedur Lapor/upload dan


persetujuan DJP

e-Faktur dilaporkan ke DJP dengan


cara upload dan mendapat
persetujuan DJP

Pelaporan SPT PPN

Menggunakan aplikasi tersendiri

Menggunakan aplikasi yang sama


dengan aplikasi pembuatan e-Faktur

Sumber : Materi sosialisasi E-Faktur (DJP, 2014)

Dari tabel perbandingan e-Faktur dan Faktur Pajak Manual dapat kita lihat bahwa e-Faktur
memberikan banyak kemudahan bagi PKP. Format FP telah tersedia sesuai keluaran dari aplikasi atau
sistem sehingga PKP tidak perlu lagi mendesain format FP sendiri. Tanda tangan pejabat yang
ditunjuk menandatangani FP pun tidak wajib lagi tandatangan basah tetapi cukup tandatangan
elektronik. PKP pun tidak wajib mencetak FP dalam bentuk kertas sehingga beban administrasi atas
FP menjadi berkurang. E-Faktur pun secara sistem harus menggunakan e-Nofa dan dilaporkan
dengan cara upload ke server DJP kemudian mendapatkan validasi sehingga lebih aman dari
penyalahgunaan. Untuk pelaporan SPT masa PPN atas e-Faktur digunakan aplikasi yang sama
sehingga menjadi lebih ringkas dan cepat prosesnya.

E-Faktur Pajak 11

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

BAB IV
ELECTRONIC TAX INVOICE DI KOREA SELATAN
A. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam pengaturan dalam penerbitan dan pengelolaan
Electronic Tax Invoice (e-Tax Invoice) di Korea Selatan adalah Value Added Tax (VAT) Act Article 16
yang diterbitkan pada tahun 2008 yang diterbitkan oleh instansi perpajakan Korea Selatan, yaitu
National Tax Service (NTS).

B. Faktur Pajak (Tax Invoice)


Berdasarkan VAT Act, ketika seorang pengusaha yang terdaftar sebagai tax payment
obligor melakukan penyerahan barang atau jasa, dia wajib menerbitkan faktur pajak (Tax Invoice)
kemudian menyerahkannya kepada pelanggan.
Isi dari Tax Invoice tersebut harus memuat:
1. Nomor registrasi VAT dan nama tax payment obligor, yang melakukan penyerahan
2. Nomor registrasi VAT dari pihak yang menerima penyerahan;
3. Nilai penyerahan dan nilai VAT yang terutang;
4. Tanggal penerbitanTax Invoice;
5. Informasi lainnya yang ditentukan sesuai peraturan.
Bagi pengusaha (baik perusahaan atau pribadi) diwajibkan untuk menerbitkan faktur pajak
elektronik (Electronic Tax Invoice)sejak tahun 2010.
Contoh Faktur Pajak (Tax Invoice) adalah sebagai berikut:

C. ElectronicTax Invoice
e-Tax Invoice system adalah sistem yang mengelola faktur pajak secara online yang
memungkinkan penerbitan dan distribusi faktur pajak secara online, dan transmisi data faktur
pajak tersebut ke National Tax Service (NTS). Sistem ini diharapkan dapat mengurangi biaya

E-Faktur Pajak 12

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

kepatuhan wajib pajak (compliance cost). Badan usaha diwajibkan untuk menggunakan e-Tax
Invoice, sementara pengusaha individu dapat memilih faktur pajak kertas (ordinary Tax Invoice)
atau e-Tax Invoice.
a. Aplikasi Faktur Pajak Elektronik (e-Tax Invoice)
Aplikasi atau media yang dapat dilakukan untuk menerbitkan dan mendistribusikan faktur
pajak elektronik adalah sebagai berikut:
eSero
Pada saat penerbitan dan distribusi faktur pajak, pengguna (user) harus melakukan login
ke www.esero.go.kr menggunakan Sertifikat Terakreditasi (Accredited Certificate). Setelah
membuat faktur pajak, user harus memberikan faktur tersebut melalui e-mail ke
pelanggannya. Layanan eSero tersedia secara gratis.
ASP (Application Service Provide)
Pengusaha juga dapat menggunakan ASP selain eSero untuk mengeluarkan dan
mengirimkan faktur pajak.
ERP
Sebuah perusahaan besar dengan ERP system sendiri dapat menggunakan sistem tersebut
untuk menerbitkan dan mengirimkan faktur pajak.
Telepon atauTax Office
Bagi pengusaha yang tidak memiliki akses ke internet dapat menggunakan layanan AVRS
untuk mengeluarkan e-Tax Invoice, atau mengunjungi Kantor Pelayanan Pajak untuk
menerbitkan faktur pajak tersebut.
b. Penerbitan dan Distribuse-Tax Invoice
Sebuah faktur pajak elektronik diterbitkan pada saat barang atau jasa diberikan kepada
pelanggan, hal ini sama dengan penerbitan faktur pajak kertas. Secara garis besar proses
penerbitan e-Tax Invoice adalah sebagai berikut:

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa, Penjual harus melakukan log in dahulu kepada
issuance system yang ada (menggunakan eSero atau ASP/ERP), kemudian mengisi data di aplikasi
tersebut, setelah itu maka e-Tax Invoice diterbitkan dan harus dikirimkan kepada pembeli melalui
email. Data transaksi dan e-Tax Invoice yang diterbitkan harus ditransmisikan kepada NTS secara
online.

E-Faktur Pajak 13

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

Pembeli juga dapat melihat atau melakukan pengecekan terhadap e-Tax Invoice yang
diterimanya apakah benar-benar faktur pajak yang diterbitkan penjual dan sudah terdata di NTS
dengan mengecek langsung ke issuance system yang ada (menggunakan eSero atau ESP/ERP).
Apabila menggunakan ASP, maka prosesnya dapat terlihat sebagai berikut: (contoh
menggunakan ASP Nongshim Data System dengan aplikasi bernama Speed Bill)

Secara garis besar prosesnya sama dengan yang sebelumnya, hanya gambar di atas
menggambarkan proses menggunakan aplikasi Speed Bill yang disediakan oleh NDS, bukan
melalui eSero yang disediakan oleh NTS.
Setelah penerbitan dan distribusi e-Tax Invoice, faktur tersebut hanya dapat direvisi dalam
kasus-kasus tertentu. Penerbitan faktur pajak selesai ketika file faktur pajak elektronik dikirim ke
e-mail pembeli. Jika pembeli tidak memiliki akun e-mail, penerbitan faktur pajak dianggap selesai
ketika data dimasukan dan dikirim ke eSero. Faktur pajak harus dikirimkan ke NTS segera setelah
faktur pajak didistribusikan. Namun, pengusaha dapat mengirimkan e-Tax Invoice ke NTS paling
lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. User membutuhkan Sertifikat Terakreditasi (Accredited
Certificate) untuk menggunakan sistem e-Tax Invoice System. User diperlukan untuk mendapatkan
rekening bisnis e-mail dari pembeli untuk mendistribusikan faktur pajak.
c. Sanksi
Wajib pajak badan diwajibkan untuk menggunakan e-Tax Invoice sejak tahun 2010. Wajib
pajak badan dikenakan denda sebesar 2% dari nilai penyerahan jika mereka tidak menggunakan
sistem e-Tax Invoice. Jika pengusaha menerbitkan e-Tax Invoice tetapi belum/tidak
mengirimkannya ke NTS pada tanggal 10 bulan berikutnya, maka dia akan dikenakan denda
sebesar 1% dari nilai penyerahan.
d. Manfaat Faktur e-tax
Dengan menggunakan e-Faktur Pajak, pengusaha menerima kredit pajak sebesar 100 KRW
per penerbitan (sampai satu juta KRW dapat dikreditkan per tahun). Setelah dikirim ke NTS,

E-Faktur Pajak 14

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

pengusaha tidak perlu untuk mencetak atau menyimpan e-Tax Invoice tersebut. Dalam kasus
pihak ketiga seperti organisasi pemerintah atau lembaga keuangan meminta pengecekan tentang
penerbitan faktur pajak, pengusaha dapat mengakses "Third Party Checking pada eSero.
Pengusaha tidak perlu membuat daftar faktur pajak yang diterbitkan dan diterima.
Pada bulan April 2012, telah dilakukan survei di situs e-Tax Invoice. Dari 63.000 orang yang
disurvei, 74% dari responden berpikir Sistem e-Tax Invoice nyaman, dan 75% mengatakan perlu
untuk membuat e-Tax Invoice menjadi wajib untuk semua pengusaha individu.
e. Perbaikan terbaru untuk Sistem Faktur e-tax
e-Tax Invoice Early Warning System & Early Verification System
Dalam rangka meningkatkan transparansi dalam transaksi, yang "e-Tax Invoice Early
Warning System" diadopsi pada bulan Oktober 2010. Sistem ini secara konstan memantau
transaksi before (yaitu, "Pre-filing Early Warning System) dan after (yaitu, Post-filing
Early Verification System) VAT filling.

Pre-filing Early Warning System memantau e-Tax Invoice segera setelah diterbitkan dan
ditransmisikan sehingga dapat mendeteksi penipuan terhadap faktur pajak secara realtime. Post-filing Early Verification System melacak orang-orang yang melakukan
pengkreditan pajak masukan palsu dengan menganalisis berbagai data (misalnya, catatan
pembelian dan penjualan) segera setelahVAT Return diajukan.
Pada Oktober 2012, NTS telah diaudit 374 pengusaha, dan dapat mendeteksi sekitar 5,03
triliun Won transaksi yang melanggar peraturan VAT, dapat mengumpulkan 373,6 Miliar
Won dalam bentuk pajak yang belum dibayar, dan mengenakan denda kepada 288 wajib
pajak karena melakukan kesalahan.
PenerbitanFaktur e-tax via Ponsel
e-Tax Invoice sebelumnya dikeluarkan melalui PC dengan akses internet atau layanan telepon
AVRS. Namun, mulai Januari 2013, pemilik usaha dapat mulai mengeluarkan e-Tax Invoice
dengan ponsel. Hal ini memungkinkan pengusaha individu untuk mengeluarkan e-Tax Invoice
dengan mudah.

E-Faktur Pajak 15

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

Pengusaha individu tersebut harus login ke sistem eSero menggunakan Sertifikat Terakreditasi
(Accredited Certificate) atau Security Card untuk mengeluarkan e-Tax Invoice.

E-Faktur Pajak 16

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

BAB V
PELUANG DAN KEUNTUNGAN PENGGUNAAN E-FAKTUR PAJAK
Dengan penggunaan e-faktur pajak, akan memberi manfaat baik terhadap pengusaha kena
pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak. Manfaat bagi pengusaha kena pajak diantaranya adalah :
1. Mengurangi cost compliance
Dengan tidak diwajibkannya tanda tangan basah (penggunaan tanda tangan elektronik) maka
e-Faktur Pajak tidak diwajibkan untuk dicetak dalam lembaran kertas. Dengan sistem
paperless ini maka dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahan untuk
pengadaan kertas dan pencetakan. Selain itu penggunaan aplikasi untuk menerbitkan faktur
juga dapat mengurangi cost tenaga kerja verifikasi, pengkodean, dan mengurangi pegawai
yang dipekerjakan untuk menangani PPN.
2. Memudahkan pelaporan SPT Masa PPN
Kedepannya aplikasi e-faktur pajak akan disinergikan dengan e-SPT. Dengan disinergikannya
aplikasi e-faktur pajak dan e-SPT maka akan memudahkan pengusaha kena pajak dalam
melaporkan PPN terkait kegiatan usahanya.
3. Permintaan nomor faktur pajak secara online
Setelah terbit PER-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan,Tata Cara Pembetulan Atau
Penggantian, Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak terjadi perubahan mekanisme
penomoran faktur pajak.Dalam peraturan tersebut Nomor Seri Faktur Pajak didefinisikan
sebagai nomor seri yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Pengusaha Kena
Pajak dengan mekanisme tertentu untuk penomoran Faktur Pajak yang berupa kumpulan
angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak. Dengan berlakunya peraturan ini maka pengusaha kena pajak tidak diperkenankan
memberi nomor sendiri dan harus datang ke Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka
permintaan nomor faktur pajak.Dengan adanya e-faktur client aplication dapat melakukan
permintaan nomor seri faktur pajak secara online.
4. Meningkatnya validitas faktur pajak
Yang sering menjadi permasalahan baik bagi pengusaha kena pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak adalah penggunaan faktur pajak fiktif dan atau faktur pajak tidak standar.
Dengan penggunaan Aplikasi e-faktur dari Direktorat Jenderal Pajak maka validitas akan lebih
terjaga karena perlu ada persetujuan/ approval dari Direktorat Jenderal Pajak ketika
pengusaha kena pajak akan menerbitkan faktur pajak. Sedangkan format faktur akan lebih
terstandar karena merupakan hasil dari aplikasi yang sama.

E-Faktur Pajak 17

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

5. Meningkatkan keamanan data


Data merupakan hal yang penting bagi sebuah perusahaan. Banyak hal yang berpengaruh
pada keamanan data. Keamanan yang dimaksud di sini terkait dengan proses penyimpanan
data. Jika proses penyimpanan data pada sebuah perusahan tidak memadai maka dapat
dimungkinkan data tersebut hilang atau rusak. Dengan menggunakan aplikasi e-faktur dan
melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak secara tidak langsung pengusaha kena pajak juga
melakukan penyimpanan pada Server Direktorat Jenderal Pajak. Jika sewaktu-waktu terjadi
kerusakan atau data yang dimiliki oleh pengusaha kena pajak hilang maka dapat mengajukan
permintaan data kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Selain memberikan manfaat bagi pengusaha kena pajak, penggunaan e-faktur pajak juga
memberi manfaat baik kepada Direktorat Jenderal Pajak diantaranya adalah :
1. Kelengkapan dan validitas data faktur pajak
Dengan adanya proses approval dari Direktorat Jenderal Pajak maka validitas faktur pajak
akan terjaga. Hal ini akan memudahkan Direktorat Jenderal Pajak mendeteksi faktur pajak
palsu sehingga diharapkan akan berimbas pada penerimaan pajak secara nasional
2. Memudahkan pelayanan terhadap pengusaha kena pajak
Penggunaan e-faktur akan mempersingkat waktu karena proses perekaman SPT tidak
dilakukan. Dengan proses yang lebih cepat maka Account Representative dapat segera
memproses data SPT untuk kemudian meneliti potensi yang mungkin ada. Hal ini juga dapat
mempersingkat proses pemeriksaan dalam hal dilakukan pemeriksaan terhadap pengusaha
kena pajak tersebut

E-Faktur Pajak 18

TUGAS MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN

DAFTAR REFERENSI
Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaiman telah diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Tata Cara
Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Faktur Pajak Berbentuk
Elektronik
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 17/PJ/2014 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan,
Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, Dan
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-27/PJ./2010 tentang Dokumen Tertentu yang Kedudukannya
Dipersamakan dengan Faktur Pajak
KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan Pengusaha Kena Pajak Yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak
Berbentuk Elektronik
SE-20/PJ/2014 tentang Tata Cara Permohonan Kode Aktivasi Dan Password, Permintaan Aktivasi
Akun Pengusaha Kena Pajak Dan Sertifikat Elektronik, Serta Permintaan, Pengembalian, Dan
Pengawasan Nomor Seri Faktur Pajak
SE-21/PJ/2014 Tentang Tata Cara Permintaan Data Faktur Pajak Berbentuk Elektronik
Direktur Jenderal Pajak. Materi Sosialisasi Faktur Pajak Elektronik .2014. Direktur Jenderal Pajak
Kemenkeu. Jakarta
Value Added Tax Act for Korea
Nongshin Data System, Speed Bill, http://nds.nongshim.co.kr/eng/solu/speePage.do (diakses pada
tanggal 9 November 2014)
National Tax Service, e-Tax Invoice, http://www.kdi.re.kr/kdi_eng/highlights/govern_
view.jsp?no=3662&page=315&rowcnt=10 (diakses tanggal 9 November 2014)

E-Faktur Pajak 19

Anda mungkin juga menyukai