Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2

HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN


Nama : Haryo Wibisono
NIM

: 021814973

1. Kapankah WP dapat mengajukan keberatan pajak atas Surat Ketetapan Pajak?


2. Jelaskan secara singkat proses banding pajak di Indonesia! Sertakan contoh kasus banding
pajak!
Jawab:
1. Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak ketika wajib pajak
tidak puas dengan suatu ketetapan pajak yang sudah diterbitkan oleh Dirjen Pajak atas
SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, dan pemotongan dan pemungutan oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Keberatan tersebut
diajukan terhadap satu jenis pajak dan satu masa pajak/satu tahun pajak dan dilakukan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang
terutang, jumlah pajak yang dipotong/dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan
Wajib Pajak dengan menyebutkan alasan yang jelas, dalam jangka waktu tiga bulan sejak
surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu
tidak dapat dipenuhi karena di luar kekuasaannya. Surat keberatan dapat diajukan oleh
orang lain dengan melampirkan surat kuasa dari wajib pajak.
2. Proses banding pajak di Indonesia dapat diajukan oleh wajib pajak, ahli warisnya, kuasa
hukumnya, pengampunya, pihak yang menerima pertanggung jawaban dikarenakan
adanya proses penggabungan, peleburan, pemecahan/ pemekaran usaha atau likuidasi.
Banding pajak diajukan ke Badan Peradilan Pajak dengan cara mengajukan permohonan
banding secara tertulis dalam Bahasa Indonesia, diajukan dalam jangka waktu 3 bulan
sejak diterimanya Keputusan Keberatan disertai alasan-alasan yang jelas dan
mencantumkan tanggal diterimanya Keputusan Keberatan. Terhadap 1 Keputusan
Keberatan diajukan dalam 1 surat banding, surat banding dilampiri dengan
salinan/fotokopi Surat Keputusan Keberatan yang dibanding. Apabila permohonan
banding ditolak atau dikabulkan sebagian, maka WP dikenai sanksi administratif berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding
dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Contoh kasus banding pajak:


Pemohon Banding: PT ABC

Jenis Pajak: Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa


Tahun Pajak: 2003
Pokok Sengketa:
Koreksi Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp.1.552.571.028,00
Menurut Pihak Pemohon Atas Pengadilan Pajak:
Bahwa Terbanding melakukan koreksi fiskal sebagai berikut:
- Penjulan lokal menurut Pemohon Banding Rp 81.350.000,00
- Penjulan lokal menurut Terbanding Rp 1.633.921.028,00
- Jumlah koreksi Rp 1.552.571.028,00
- Bahwa koreksi sebesar Rp.1.552.571.028,00 tersebut karena menurut Terbanding
telah membuat suatu perkiraan bahwa laba bruto perusahaan adalah sebesar 21%.
- Bahwa Pemohon Banding tidak dapat menerima koreksi atas penjualan sebesar
Rp.1.552.571.028,00 karena tidak sesuai dengan rincian invoice yang telah
diterbitkan dan telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN periode Januari sampai
Desember 2003.
- Bahwa pelaporan penjualan adalah harus berdasarkan keadaan yang sebenarnya
terjadi, sesuai dengan invoice yang telah diterbitkan dan dilaporkan dalam SPT Masa
PPN.
- Bahwa Pemohon Banding tidak memperhitungkan persediaan awal sparepart sebesar
Rp.107.128.157,00 karena sparepart bukan unsur harga pokok.
Menurut Pihak Terbanding Pengadilan Pajak:
- Bahwa
berdasarkan
Laporan
Hasil
Pemeriksaan
Nomor:
LAP42/WPJ.21/KP.0307/2005 tanggal 21 Maret 2005 dan kertas kerja Pemeriksaan
diketahui bahwa Pemeriksa melakukan koreksi positif atas Peredaran Usaha sebesar
Rp.1.552.571.028,00 yang berasal dari:
Penyerahan yang terutang PPN cfm SPT Rp 81.350.000,00
Penyerahan yang terutang PPN menurut Pemeriksa Rp 1.633.921.028,00 koreksi Rp
1.552.571.028,00
- Bahwa persediaan awal menurut Pemohon Banding sebesar
Rp.1.229.224.395,00 sedang persediaan awal menurut Terbanding dihitung
berdasarkan perhitungan persediaan akhir di tahun 2002 (sesuai neraca Pemohon
Banding/SPT Badan 2002).
- Bahwa dalam SPT Badan Tahun 2002 persediaan akhir menurut Pemohon Banding
adalah sebesar Rp.1.406.352.552,00
- Bahwa dalam perhitungan persediaan awal Pemohon Banding tahun 2003 diketahui
bahwa Pemohon Banding tidak memperhitungkan antara lain suku cadang mesin
(Rp.107.128.157,00) sebagai persediaan, sehingga menurut Pemohon Banding
persediaan awal adalah sebesar Rp.1.229.224.395,00 dan Pemohon Banding tidak
memberikan keterangan atas selisih perhitungan persediaan awal tersebut.
- Bahwa selama tahun 2003 tidak ada pembelian bahan baku dan tidak ada persediaan
akhir sehingga harga pokok penjualan adalah sebesar Rp.1.406.352.551,00.

Bahwa untuk sisa peresediaan sejumlah Rp.342.757.952,00 berdasarkan general


ledger dilakukan penghapusan persediaan karena menurut Pemohon Banding barang
tersebut rusak sehingga tidak laku dijual.
- Bahwa untuk penjualan lokal Pemohon Banding, menurut SPT Masa PPN tahun 2003
menggunakan Faktur Pajak Sederhana dan data pendukung yang tersedia tidak
diketahui identitas pembelinya.
- Bahwa berdasarkan hal tersebut maka menurut Terbanding transaksi yang dilakukan
tidak wajar karena nilai jualnya sangat kecil dibandingkan dengan nilai buku
persediaannya disamping identitas pembeli yang tidak jelas.
- Bahwa untuk penghapusan persediaan senilai Rp.342.757.952,00 bukti-bukti yang
diserahkan oleh Pemohon Banding berupa berita acara intern penghapusan
persediaan.
Pendapat Majelis Pengadilan Pajak:
- Bahwa Terbanding melakukan koreksi DPP Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp.1.552.571.028,00.
- Bahwa koreksi DPP Pajak Pertambahan Nilai merupakan hasil equalisasi antara Pajak
Pertambahan Nilai dengan PPh Badan.
- Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan sengketa Banding PPh Badan tahun pajak 2003
yang diajukan juga oleh Pemohon Banding, diketahui bahwa Majelis telah
membatalkan koreksi Terbanding atas peredaran usaha menurut Terbanding sebesar
Rp.1.780.193.104,00 dengan peredaran usaha menurut Pemohon Banding sebesar
Rp.227.622.078,00 karena perhitungan Terbanding tidak didasarkan pada bukti
sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimanatelah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
- Bahwa karenanya Majelis berpendapat koreksi Terbandingatas DPP Pajak
Pertambahan Nilai sebesar Rp.1.552.571.028,00 juga harus dibatalkan.
- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding
atas DPP Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.1.552.571.028,00 tidak dapat
dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai