Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

STUDI KASUS PERPAJAKAN

UPBJJ-UT MANADO

NAMA : TOMMY AB

NIM : 043177453
Soal:
PT Cipta Kereta Kencana adalah sebuah perusahaan karoseri kendaraan bermotor yang
berlokasi di kota Malang-Jawa Timur yang berdiri sejak 25 tahun silam. PT Cipta Kencana ini
merupakan perusahaan keluarga yang telah dimiliki secara turun temurun oleh pengusaha
keturunan Tionghoa, yang baru-baru ini dipimpin oleh seorang perempuan muda bernama Bun
Sui Lie, setelah ayahnya wafat. PT Cipta Kereta Kencana sebagai perusahaan apabila
digolongkan ukuran usahanya adalah termasuk perusahaan karoseri berskala sedang. Domisili
PT Cipta Kereta Kencana sebagai tempat usaha baik work-shop maupun kantor administrasinya
tepat berkedudukan di Jl Duduksampean No 55 -56, Kidul Pasar, Malang. Perusahaan karoseri
kendaraan ini memiliki kapasitas produksi dalam membuat karoseri kendaraan angkutan bus
dan truk secara rata-rata sebanyak 5 kendaraan setiap bulannya, dengan nilai transaksi sebesar
Rp 2.000.000.000,- . Suatu ketika saat PT Cipta Kereta Kencana harus menyelesaikan
kendaraan pesanan dari para costumer-nya, perusahaan tersebut mengalami kesulitan aliran
dana tunai (cash-flow) untuk membeli bahan baku dan upah pekerja sehingga harus mengutang
pada sebuah bank perkreditan di kota yang sama yaitu Bank Meditenan yang beralamat di
Pasar Gede Blok 2b, kota Malang, dengan nilai pinjaman sebesar Rp 1.250.000.000,-. Sesuai
dengan perjanjian perikatan yang telah dibuat antara PT Cipta Kereta Kencana dengan Bank
Meditenan, PT Cipta Kereta Kencana harus membayar bunga atas hutangnya sebagaimana
yang telah diperjanjikan sebelumnya dengan jatuh tempo pada Th 2009 kepada Bank
Meditenan sebesar 10% x Rp 1.250.000.000,- = Rp 12.500.000,- . Dalam perjalanannya PT
Cipta Kereta Kencana yang dipimpin oleh Bun Sui Lie ini benar-benar mematuhi ketentuan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang PPh Pasal 23, dengan menyetor 15% atas
bunga kepada Bank Meditenan. Akan tetapi Bun Sui Lie sendiri sebagai pribadi pengusaha
muda yang belum cukup berpengalaman, Ia benar-benar tidak sadar bahwa dirinya ternyata
masih belum memiliki surat ketetapan PKP sehingga tidak memiliki NPWP sejak Ia memimpin
perusahaan karoseri itu, yaitu mulai dari setengah tahun silam (6 bulan). Sebagaimana pada
persoalan semula tentang pemungutan pajak 15% atas bunga yang telah disetorkan oleh Bun
Sui Lie sesuai PPh Pasal 23 tersebut, maka menyikapi keadaan ini pihak Bank Meditenan
sangat berkeberatan atas pemungutan pajak atas bunga tersebut - karena seluruh penghasilan
yang diperolehnya semata-mata hanya dari bisnis bunga seperti tersebut di atas. Setoran pajak
PPh Pasal 23 tersebut dilakukan oleh PT Cipta Kereta Kencana pada tanggal 5 Desember 2009.
Dari persoalan tersebut di atas, maka Pertama pada tanggal 12 Pebruari 2010 Bank Meditenan
melakukan pengajuan keberatan atas pemungutan pajak yang telah disetor PT Cipta Kereta
Kencana kepada Ditjen Pajak secara tertulis dengan menyatakan alasan-alasannya. Kedua
sebagaimana adanya WP-Badan baik PT Cipta Kencana maupun Bank Meditenan dalam hal
ini telah mempunyai NPWP, kecuali NPWP-Pribadi atas nama Bun Sui Lie itu. Ketiga, pada Tgl
18 Pebruari 2010 petugas pemeriksa pajak melakukan pemeriksaan pembukuan Bank
Meditenan, yang berakhir ditemukannya kekeliruan dalam pembukuan, yang menyebabkan
ditambahkannya PPh terutang.

Perintah tugas 1:
“Apa akibat yang timbul dari kasus tersebut di atas, termasuk persoalan Bun Sui Lie yang belum
memiliki PKP-NPWP-pribadi tersebut? Apa pula akibat yang timbul dari kasus hasil
pemeriksaan petugas pajak, yang menyebabkan ditambahkannya PPh terutang? Bagaimana
menyelesaikan masalah pemungutan pajak ini?”
Apa akibat yang timbul dari kasus tersebut di atas, termasuk persoalan Bun Sui Lie yang
belum memiliki PKP-NPWP-pribadi tersebut?

PT Cipta Kereta Kencana dan Bank Meditenan wajib untuk melaksanakan segala ketentuan
perpajakan sesuai dengan undang-undang yang berlaku karena keduanya sudah terdaftar dan
memiliki NPWP sebagai identitas dalam pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan.
Pemotongan atas bunga yang harus dibayarkan oleh PT Cipta Kereta Kencana kepada Bank
Meditenan adalah kurang benar karena bunga atas pinjaman bank merupakan bukan objek PPh
pasal 23 sesuai Pasal 23 ayat (4) huruf a UU Nomor 36 Tahun 2008. Namun Bank Meditenan
pun berhak untuk melakukan keberatan atas pemotongan tersebut apabila memang ada
kesalahan pemotongan pajak karena dalam peraturan perpajakan jelas tertulis bahwa Wajib
Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu pemotongan
atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Permohonan keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh Bank
Meditenan dengan mencantumkan jumlah pajak yang dipotong menurut perhitungan WP dan
alasan yang jelas paling lambat 3 bulan setelah tanggal pemotongan/pemungutan ke KPP
terdaftar. Atas permohonan Bank Meditenan, apabila berkas keberatan dinyatakan lengkap
Direktur Jenderal Pajak akan memberikan keputusan paling lambat 12 bulan untuk menolak,
mengabulkan sebagian atau seluruhnya. Selama jangka waktu tersebut WP dapat
menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. Jika jangka waktu 12 bulan sudah
lewat namun belum diberikan keputusan oleh Direktur Jenderal Pajak maka keberatan tersebut
dianggap diterima.

Yang seharusnya dilakukan Bun Sui Lie adalah mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP apabila telah memenuhi syarat obyektif. Sebagai direktur, tentunya beliau terhitung
sebagai pegawai perusahaan tersebut yang menerima penghasilan teratur dari perusahaan.
Memang menurut aturan ketika seseorang hanya memperoleh penghasilan dari satu pemberi
kerja dan penghasilan tersebut tidak melewati PTKP maka tidak diharuskan membuat
NPWP/mendaftarkan diri. Namun misalkan penghasilannya melebihi PTKP, ybs wajib untuk
mendaftarkan diri dan jika tidak mendaftarkan diri maka Bendahara perusahaan wajib
memotong PPh 21 20% lebih tinggi sampai dengan ybs menunjukkan bahwa sudah memiliki
NPWP. Bun Sui Lie dapat melakukan pendaftaran NPWP di Kantor Pelayanan Pajak sesuai
domisili.

Apa pula akibat yang timbul dari kasus hasil pemeriksaan petugas pajak, yang
menyebabkan ditambahkannya PPh terutang?

Pertama, pastinya atas keberatan Bank Meditena tidak dapat diterima. Langkah untuk menguji
kepatuhan Wajib Pajak dalam menerapkan ketentuan perundang-undangan perpajakan adalah
salah satunya melalui tindakan pemeriksaan karena dalam pemeriksaan akan terungkap
ketidakbenaran dan ketidakwajaran transaksi yang dilakukan Wajib Pajak dan secara tidak
langsung merupakan proses pembinaan. Kedua, atas SPT Tahunan bank yang sebelumnya
dalam keadaan nihil padahal karena melebihi PTKP maka seharusnya kurang bayar maka
sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku bahwa yang bersangkutan atas jumlah
kekurangan pajak yang terutang yang akan diterbitkan melalui SKP harus dibayar atau dilunasi
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 persen setiap bulan untuk paling lama 24
bulan dihitung mulai dari terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak
atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKP tersebut.

Pertama, pastinya atas keberatan Bank Meditena tidak dapat diterima. Langkah untuk menguji
kepatuhan Wajib Pajak dalam menerapkan ketentuan perundang-undangan perpajakan adalah
salah satunya melalui tindakan pemeriksaan karena dalam pemeriksaan akan terungkap
ketidakbenaran dan ketidakwajaran transaksi yang dilakukan Wajib Pajak dan secara tidak
langsung merupakan proses pembinaan. Kedua, atas SPT Tahunan bank yang sebelumnya
dalam keadaan nihil padahal karena melebihi PTKP maka seharusnya kurang bayar maka
sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku bahwa yang bersangkutan atas jumlah
kekurangan pajak yang terutang yang akan diterbitkan melalui SKP harus dibayar atau dilunasi
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 persen setiap bulan untuk paling lama 24
bulan dihitung mulai dari terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak
atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKP tersebut.

Bagaimana menyelesaikan masalah pemungutan pajak ini?

Pemungutan yang dilakukan oleh perusahaan berupa bunga pinjaman kurang tepat karena
bukan objek PPh Pasal 23 dan juga bukan objek PPh Final. Namun merupakan penghasilan
bagi bank yang dikenakan pajak menggunakan mekanisme perhitungan sendiri yang dilaporkan
di dalam SPT Tahunan bank yang bersangkutan. Terkait dengan keberatan dari pihak yang
dipotong itu merupakan haknya apabila merasa ada kesalahan pemotongan dengan
mengajukan keberatan ke Direktorat Jenderal Pajak seperti dalam soal kasus nomor 2 di atas,
sehingga jika memang atas penghasilannya tidak seharusnya dilakukan
pemungutan/pemotongan maka akan dikembalikan sejumlah kelebihan
pembayaran/pemotongan/pemungutan pajak kepada pihak yang mengajukan keberatan.

Sumber Referensi: BMP Studi Kasus Perpajakan-PAJA3335

Anda mungkin juga menyukai