NO 1
Importasi bahan baku untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor dapat diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN dan
PPnBM. Bea masuk yang mendapat pembebasan termasuk bea masuk antidumping, bea
masuk imbalan, bea masuk tindakan pengamanan, dan bea masuk pembalasan. lain itu, dalam
hal terdapat pekerjaan yang disubkontrakkan kepada perusahaan lain, pengeluaran bahan
baku dalam rangka subkontrak kepada perusahaan penerima subkontrak juga tidak dikenakan
PPN dan PPnBM. Hal ini juga berlaku untuk pemasukan hasil pekerjaan subkontrak kembali ke
perusahaan.
Namun demikian, importasi dalam rangka fasilitas KITE Pembebasan wajib memenuhi
ketentuan umum di bidang impor, termasuk ketentuan perundang-undangan yang mengatur
mengenai larangan dan pembatasan. Terhadap barang-barang yang dikenakan cukai juga
berlaku ketentuan di bidang cukai. Artinya, jika bahan baku yang diimpor terkena cukai,
perusahaan wajib membayar cukai atas barang tersebut. Begitupun terhadap ketentuan di
bidang ekspor, baik terkait bea keluar maupun larangan dan pembatasan. Ekspor hasil
produksi wajib memenuhi ketentuan tersebut.
Permohonan diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai atau KPU yang
memiliki wilayah kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal perusahaan mempunyai
lebih dari 1 (satu) lokasi pabrik, pengajuan permohonan ditujukan kepada kantor bea cukai
yang mengawasi lokasi pabrik dengan volume impor bahan baku terbesar.
Permohonan dilampiri persyaratan dalam bentuk soft copy berupa hasil scan dari dokumen
asli. Dalam hal diperlukan, bea dan cukai dapat meminta hard copy dari dokumen tersebut.
Atas permohonan pengajuan NIPER Pembebasan ini, bea cukai kemudian akan melakukan
penelitian administratif dan pemeriksaan lapangan.
Bea dan cukai wajib memberikan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja, terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal
disetujui, NIPER Pembebasan akan diterbitkan. Dalam hal permohonan ditolak, akan
disampaikan surat pemberitahuan dengan menyebutkan alasan penolakan.
Perusahaan dan orang yang bertanggung jawab terhadap perusahaan yang pernah
melakukan tindak pidana kepabeanan dan cukai tidak dapat diberikan NIPER Pembebasan
untuk jangka waktu selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak selesai menjalani hukuman
pidana. Hal ini berlaku juga untuk perusahaan yang dinyatakan pailit.
Perusahaan wajib memasang papan nama yang sekurang-kurangnya berisi data nama
perusahaan dan NIPER Pembebasan pada setiap lokasi penimbunan dan lokasi pabrik. Dalam
hal terdapat perubahan data perusahaan, utamanya terkait persyaratan NIPER Pembebasan,
legalitas dan kepemilikan, perusahaan harus mengajukan permohonan untuk dilakukan
perubahan data NIPER Pembebasan.
Perusahaan dapat memasukkan atau mengimpor bahan baku dalam rangka fasilitas KITE
Pembebasan dari:
PIB fasilitas KITE Pembebasan wajib mencantumkan NIPER Pembebasan pada kolom
pemenuhan persyaratan atau fasilitas impor. Dalam hal PIB tidak mencantumkan NIPER
Pembebasan maka atas impor tersebut tidak dapat diberikan pembebasan. PIB fasilitas KITE
Pembebasan wajib menyerahkan jaminan kepada bea dan cukai pada saat pengajuan
dokumen. Jaminan diserahkan dengan jangka waktu selama periode pembebasan atau jangka
waktu penyelesaian penelitian laporan pertanggungjawaban. Jaminan yang diserahkan adalah
sebesar bea masuk, PPN dan PpnBM yang diberitahukan dalam PIB.
Perusahaan Authorized Economic Operator (AEO), perusahaan Mitra Utama (MITA) dan
perusahaan risiko rendah dengan kondisi keuangan yang baik dapat menyerahkan jaminan
dalam bentuk corporate guarantee. Untuk dapat menggunakan jaminan berupa corporate
guarantee perusahaan harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan penetapan dari
kantor bea dan cukai.
Bentuk, waktu, dan tata cara penyerahan jaminan serta penetapan penggunaan corporate
guarantee dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai jaminan
dalam rangka kepabeana
NO. 2
FOB =$10.000
FREIGHT(sea) = 10%(untuk Negara Asia non ASEAN) x FOB = 10% x $10.000 = $1.000
Insurance(anggap Luar negeri) = 0.5% x (FOB+FREIGHT) = 0.5% x $11.000= $55
PPh pasal 22(IMPOR) = 2.5% (KARENA PUNYA API) x Nilai Impor = 2.5% x Rp. 152.006.250 = Rp.
3.800.156
Sumber :