Anda di halaman 1dari 4

Mohon izin menjawab tugas 1 tutor

NO 1

Importasi bahan baku untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor dapat diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN dan
PPnBM. Bea masuk yang mendapat pembebasan termasuk bea masuk antidumping, bea
masuk imbalan, bea masuk tindakan pengamanan, dan bea masuk pembalasan. lain itu, dalam
hal terdapat pekerjaan yang disubkontrakkan kepada perusahaan lain, pengeluaran bahan
baku dalam rangka subkontrak kepada perusahaan penerima subkontrak juga tidak dikenakan
PPN dan PPnBM. Hal ini juga berlaku untuk pemasukan hasil pekerjaan subkontrak kembali ke
perusahaan.

Namun demikian, importasi dalam rangka fasilitas KITE Pembebasan wajib memenuhi
ketentuan umum di bidang impor, termasuk ketentuan perundang-undangan yang mengatur
mengenai larangan dan pembatasan. Terhadap barang-barang yang dikenakan cukai juga
berlaku ketentuan di bidang cukai. Artinya, jika bahan baku yang diimpor terkena cukai,
perusahaan wajib membayar cukai atas barang tersebut. Begitupun terhadap ketentuan di
bidang ekspor, baik terkait bea keluar maupun larangan dan pembatasan. Ekspor hasil
produksi wajib memenuhi ketentuan tersebut.

NIPER KITE Pembebasan


Pembebasan bea masuk dapat diberikan kepada perusahaan yang telah memperoleh Nomor
Induk Perusahaan (NIPER) Pembebasan. Artinya, sebelum menggunakan fasilitas ini,
perusahaan harus mendaftarkan diri sebagai perusahaan pengguna fasilitas KITE Pembebasan.
Persyaratan untuk memperoleh NIPER Pembebasan antara lain:

1. mempunyai sistem pengendalian internal yang baik;


2. memiliki sistem informasi persediaan berbasis komputer (IT Inventory);
3. memiliki nature of business berupa perusahaan industri manufaktur;
4. memiliki atau menguasai lokasi kegiatan produksi dan tempat penimbunan;
5. memiliki akses kepabeanan; dan
6. memiliki rencana produksi yang jelas dan daftar perusahaan penerima subkontrak,
dalam hal terdapat pekerjaan yang disubkontrakkan.

Permohonan diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai atau KPU yang
memiliki wilayah kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal perusahaan mempunyai
lebih dari 1 (satu) lokasi pabrik, pengajuan permohonan ditujukan kepada kantor bea cukai
yang mengawasi lokasi pabrik dengan volume impor bahan baku terbesar.

Permohonan dilampiri persyaratan dalam bentuk soft copy berupa hasil scan dari dokumen
asli. Dalam hal diperlukan, bea dan cukai dapat meminta hard copy dari dokumen tersebut.
Atas permohonan pengajuan NIPER Pembebasan ini, bea cukai kemudian akan melakukan
penelitian administratif dan pemeriksaan lapangan.

Bea dan cukai wajib memberikan persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja, terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap. Dalam hal
disetujui, NIPER Pembebasan akan diterbitkan. Dalam hal permohonan ditolak, akan
disampaikan surat pemberitahuan dengan menyebutkan alasan penolakan.

Perusahaan dan orang yang bertanggung jawab terhadap perusahaan yang pernah
melakukan tindak pidana kepabeanan dan cukai tidak dapat diberikan NIPER Pembebasan
untuk jangka waktu selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak selesai menjalani hukuman
pidana. Hal ini berlaku juga untuk perusahaan yang dinyatakan pailit.

Perusahaan wajib memasang papan nama yang sekurang-kurangnya berisi data nama
perusahaan dan NIPER Pembebasan pada setiap lokasi penimbunan dan lokasi pabrik. Dalam
hal terdapat perubahan data perusahaan, utamanya terkait persyaratan NIPER Pembebasan,
legalitas dan kepemilikan, perusahaan harus mengajukan permohonan untuk dilakukan
perubahan data NIPER Pembebasan.

Perusahaan yang telah menerima fasilitas KITE Pembebasan, tetap dapat


memanfaatkan fasilitas kawasan berikat sepanjang lokasinya berbeda.
Periode pembebasan merupakan periode yang diberikan kepada perusahaan untuk
melaksanakan realisasi ekspor hasil produksi. Periode pembebasan diberikan dalam jangka
waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pendaftaran PIB. Periode pembebasan
dapat diberikan lebih dari 12 bulan dalam hal perusahaan memiliki masa produksi lebih dari 12
(dua belas) bulan.

Permohonan perpanjangan periode pembebasan dapat diajukan kepada kantor bea


dan cukai sebelum periode pembebasan berakhir. Jangka waktu periode pembebasan juga
dapat diperpanjang dalam hal terjadi penundaan ekspor dari pembeli di luar negeri atau
terdapat pembatalan ekspor. Perpanjangan periode pembebasan juga dapat diajukan dengan
alasan adanya penggantian pembeli di luar negeri karena kondisi force majeure, seperti
peperangan, bencana alam, atau kebakaran dan bencana lainnya yang dinyatakan oleh instansi
yang berwenang.

Perusahaan dapat memasukkan atau mengimpor bahan baku dalam rangka fasilitas KITE
Pembebasan dari:

1. luar daerah pabean;


2. Gudang Berikat;
3. Kawasan Berikat;
4. Kawasan Bebas; dan/atau
5. kawasan ekonomi lainnya.

PIB fasilitas KITE Pembebasan wajib mencantumkan NIPER Pembebasan pada kolom
pemenuhan persyaratan atau fasilitas impor. Dalam hal PIB tidak mencantumkan NIPER
Pembebasan maka atas impor tersebut tidak dapat diberikan pembebasan. PIB fasilitas KITE
Pembebasan wajib menyerahkan jaminan kepada bea dan cukai pada saat pengajuan
dokumen. Jaminan diserahkan dengan jangka waktu selama periode pembebasan atau jangka
waktu penyelesaian penelitian laporan pertanggungjawaban. Jaminan yang diserahkan adalah
sebesar bea masuk, PPN dan PpnBM yang diberitahukan dalam PIB.
Perusahaan Authorized Economic Operator (AEO), perusahaan Mitra Utama (MITA) dan
perusahaan risiko rendah dengan kondisi keuangan yang baik dapat menyerahkan jaminan
dalam bentuk corporate guarantee. Untuk dapat menggunakan jaminan berupa corporate
guarantee perusahaan harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan penetapan dari
kantor bea dan cukai.

Bentuk, waktu, dan tata cara penyerahan jaminan serta penetapan penggunaan corporate
guarantee dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai jaminan
dalam rangka kepabeana

NO. 2

FOB =$10.000
FREIGHT(sea) = 10%(untuk Negara Asia non ASEAN) x FOB = 10% x $10.000 = $1.000
Insurance(anggap Luar negeri) = 0.5% x (FOB+FREIGHT) = 0.5% x $11.000= $55

Incoterm Indonesia CIF


MAKA CIF = COST(FOB) + INSURANCE + FREIGHT = $10.000+$55+$1.000=$11.055

NDPBM (NILAI DASAR PENGHITUNGAN BEA MASUK) (KURS)= Rp. 12.500

NILAI PABEAN = CIF x NDPBM = $11.055 x Rp.12.500 = Rp. 138.187.500

Bea Masuk (BM) = 10% x Rp. 138.187.500 = Rp. 13.818.750

NILAI IMPOR = NILAI PABEAN + BM =


Rp. 138.187.500 + Rp. 13.818.750 = Rp. 152.006.250

PPN = 10% x Nilai Impor = 10% x Rp.152.006.250 = Rp. 15.200.625

PPh pasal 22(IMPOR) = 2.5% (KARENA PUNYA API) x Nilai Impor = 2.5% x Rp. 152.006.250 = Rp.
3.800.156

Jadi Biaya administrasi Kepabeanannya


BM = Rp. 13.818.750
PPN = Rp. 15.200.625
PPh = Rp. 3.800.156
Total = Rp. 32.819.536

Sumber :

1. Modul Kepabeanan dan Cukai Universitas terbuka


2. Inisiasi 3 elearning Universitas terbuka
3. UU 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
4. UU 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan;
5. PMK-254/PMK.04/2011 tentang Pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan
untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor;
6. PMK-176/PMK.04/2013 tentang Perubahan 254/PMK.04/2011 tentang Pembebasan bea
masuk atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang
lain dengan tujuan untuk diekspor;
7. PER-16/BC/2012 tentang Tata laksana pembebasan bea masuk atas impor barang dan
bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk
diekspor; dan
8. PER-4/BC/2014 tentang Perubahan PER-16/BC/2012 tentang Tata laksana pembebasan
bea masuk atas impor barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada
barang lain dengan tujuan untuk diekspor.

Anda mungkin juga menyukai