Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA

PROVINSI BALI, SULAWESI BARAT, DAN LAMPUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas Project 2 Mata Kuliah Public Accounting


Dosen Pengampu: Bapak Dwi Urip Wardoyo, SE., MMSI.

Disusun oleh:
Bradley Zakaria 1402203223
Mohammad Natsir Asshidiqie 1402204244
Rio Fajar Prabowo 1402200306

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada kesulitan yang
berarti hingga terselesaikannya makalah yang diberi judul “Analisis Kinerja Keuangan Pada
Provinsi Bali, Sulawesi Barat, dan Lampung” yang dimana diajukan untuk memenuhi tugas
Project 2 Public Accounting.

Dalam penyusunan, makalah ini terbentuk atas kekompakan dari seluruh anggota
kelompok kami. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
anggota kelompok ini yang telah memberikan bantuan, motivasi dan berbagi pengetahuan
dalam kelancaran dan keberhasilan penyusunan makalah ini.

Besar harapan kami semoga makalah ini membawa manfaat khususnya bagi kami dan
bagi para pembaca. Tak lepas dari kekurangan, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………..……......…............…………………………………i
KATA PENGANTAR…………………..…….........……………………....………………..ii
DAFTAR ISI…………………………...………….....…...…………………………….…...iii

BAB I PENDAHULUAN……………...……………………….……………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...…….………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...………………..2
1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………………….3
1.4 Manfaat Masalah………………………………………………………….……...….…..3
1.5 Metode Analisis………………………………………………………………...….…….3

BAB II KERANGKA TEORI……………………………………………………...….……5


2.1 Pengertian Efektivitas……………………………………………………..…...….…….5
2.2 Pengertian Efisiensi……………………………………………………….…...….…….5
2.3 Pengertian Aktivitas………………………………………………………......….……..6
2.4 Historical Perspective dalam Standar Akuntansi Pemerintahan…………….….………6
2.5 Good Corporate Governance Dalam Perspektif Teori Keagenan………….….…..……6

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………….……..…6


3.1 Bali…………………………………………………………………………...…………6
3.2 Sulawesi Barat………………………………………………………………………….9
3.3 Lampung………………………………………………………………………………12
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………..………15
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..………..15
4.2 Saran……………………………………………………………………….………….16
LAMPIRAN……………………………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…...……….26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi merupakan kumpulan banyak orang yang saling berinteraksi, bekerja
sama, serta memiliki visi dan misi (tujuan) yang sama. Or
ganisasi dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan tujuannya, yaitu organisasi yang
berorientasi pada keuntungan dan organisasi yang tidak beroeientasi pada keuntungan
(nirlaba). Organisasi nirlaba memiliki ciri yang berbeda dengan organisasi yang berorientasi
pada laba, ciri pembeda dari organisasi nirlaba ini adalah sumber daya berasal dari pemberi
sumber daya yang tidak mengharapkan pembagian hasil, tujuan tidak kepada laba, lebih
fokus terhadap pemberian kesejahteraan dan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Salah satuh contoh dari organisasi nirlaba yang akan dibahas adalah pemerintahan.
Jika dilihat dari karakteristiknya, pemerintah daerah merupakan salah satu organisasi yang
tujuannya bukan terhadap profit yang diperoleh, tetapi memberikan pelayanan kepada
masyarakat agar masyarakat yang dipimpin dapat merasakan kesejahteraan, sehingga
pemerintahan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba. Pemerintahan yang kami akan
bahas adalah pemerintahan provinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung.

Pemerintah merupakan organisasi atau kumpulan seseorang yang memiliki


kewenangan untuk mengatur rakyat. Pemerintahan di Indonesia, dipilih oleh rakyat dan
menjujung asas demokrasi (“ Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”). Pemerintah
proviinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung mengatur dan mengarahkan kesejahteraan kepada
masyarakat yang berada di wilayah Bali, Sulawesi Barat, Lampung. Pemerintah ini bertugas
dan berkewajiban bergerak dalam segala bidang, seperti Pendidikan, kesehatan,
perekonomian, jaminan sosial, dan pelayanan – pelayanan kepada masyrakat yang
dipimpinnya. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus memiliki laporan keuangan yang baik
dan sistematis sebagai bentuk tanggung jawab atas pengelolaan keuangan yang dimiliknya.

1
Pertumbuhan keuangan senidiri pada suatu laporan keuangan biasanya dapat dilihat dari
pertumbuhan suatu aset, jika aset meningkat maka investor akan menganggap entitas tersebut
mampu membayar utangnya. Informasi dari laporan keuangan ini sangat diperlukan oleh
berbagai pihak (rakyat, pemerintah pusat, dan lain – lain) untuk mengetahui apakah keuangan
dikelola dengan baik atau tidak, serta apakah digunakan sesuai dengan keperluan.

Menurut PP Nomor 8 Tahun 2006, laporan keuangan yang baik bagi pemerintah
daerah mengandung laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan.

Pemerintahan memberikan otonomi daerah kepada pemerintah provinsi Bali,


Sulawesi Barat, Lampung agar dapat mengelola daerahnya sendiri. Harapan pemerintah pusat
adalah daerah lebih dapat berkembang dan maju, serta daerah dapat memiliki sikap yang
mandiri dalam pengelolaan keuangan. Kemandirian yang tinggi ini dapat membuat daerah
tidak selalu bergantung terhadap pendapatan yang diberikan dari pusat, tetapi dapat mendapat
pendapatan dari asli daerah (PAD).

Otonomi dalam pengelolaan keuangan yang diberikan kepada daerah ini perlu
dilakukan pengukuran kinerja terhadap keuangan tersebut. Pengukuran kinerja ini sangat
penting untuk masyarakat luas (publik) agar dapat dijadikan evaluasi dalam penggunaan
keuangan. Selain itu, pengukuran terhadap kinerja pengelolaan keuangan ini dapat dijadikan
pemulihan kinerja, serta tolak ukur kemajuan untuk periode berikutnya. Pengukuran kinerja
dapat dilakukan dengan mengukur rasio kemandirian (yang ditunjukkan dengan besar
kecilnya pendapatan asli daerah), rasio efektivitas PAD (menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibanding dengan target
yang ditetapkan), rasio efisiensi belanja daerah (rasio yang menggambarkan perbandingan
antara realisasi belanja dengan anggaran belanja), dan rasio aktivitas (menggambarkan
prioritas alokasi dana pada belanja operasional dan belanja modal.

1.2 Rumusan masalah:

1. Bagaimana rasio kemandirian provinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada tahun
2018– 2020?
2. Bagaimana rasio efektivitas belanja provinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada
tahun 2018– 2020?

2
3. Bagaimana rasio efisiensi belanja provinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung ada tahun
2018 – 2020?
4. Bagaimana rasio aktivitas provinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada tahun 2018 –
2020?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui rasio kemandirian provinsi Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada tahun
2018 – 2020.
2. Mengetahui rasio efektivitas belanja daerah Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada
tahun 2018 – 2020.
3. Mengetahui rasio efisiensi belanja daerah Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada tahun
2018 – 2020.
4. Mengetahui rasio aktivitas daerah Bali, Sulawesi Barat, Lampung pada tahun 2018 –
2020.

1.4 Manfaat Masalah

Mengetahui secara detail kinerja keuangan pada provinsi Bali, Sulawesi Barat,
Lampung pada tahun 2018-2020.

1.5 Metode Analisis

Metode yang digunakan berupa pendekatan analisis rasio keuangan daerah


seperti :

• Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Rasio kemandirian keuangan daerah merupakan rasio untuk melihat
kemandirian suatu daerah atau otonomi fiskal yang menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah untuk membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan,
dan pelayanan kepada masyarakat.

Rumus rasio kemandirian:

3
• Rasio Efektivitas PAD
Rasio efektivitas PAD merupakan rasio yang menggambarkan apakah
pemerintah daerah mampu merealisasikan PAD yang telah direncanakan dibanding
dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

Rumus rasio efektivitas PAD:

• Rasio Efisiensi Belanja


Rasio efisiensi belanja daerah adalah rasio yang mengukur atau
menggambarkan perbandingan antara realisasi pengeluan yang dikeluarkan atau yang
disebut dengan belanja daerah dengan anggaran belanja daerah. Semakin kecil
rasionya maka semakin efisien.

Rumus rasio efisiensi belanja daerah:

• Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan prioritas pemerintah
daerah khususnya Bali dalam mengalokasikan dananya. Alokasi dana ini dapat
digunakan dalam kegiatan belanja operasional maupun belanja modal.

Rumus rasio aktivitas:

4
• Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan adalah rasio yang menggambarkan pertumbuhan suatu
daerah dari beberapa aspek. Rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan
pemerintahan Bali dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
sudah dicapai pada periode sebelumnya.

Rumus rasio pertumbuhan:

BAB II

Kerangka Teori

2.1 Pengertian Efektivitas


Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau
dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur
dari organisasi.

Menurut Mahmudi (2010: 143) efektivitas merupakan hubungan antara keluaran


dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.

2.2 Pengertian Efisiensi

Menurut Arif Suadi dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen menyatakan


efisiensi adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan tujuan, hubungan antara
keluaran dengan tujuan yang ingin dicapai, dan kemampuan untuk mengerjakan dengan
benar.

Menurut Mubyarto dan Edy Suandi Hamid dalam bukunya Meningkatkan Efisiensi
Nasional mengartikan efisiensi sebagai suatu tolak ukur dan digunakan untuk berbagai
keperluan, perbandingan antara masukan terhadap keluaran.

5
2.3 Pengertian Aktivitas

Menurut Sriyono (Rosalia, 2005: 2) “Aktivitas adalah segala kegiatan yang


dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani, Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”

Menurut Anton Mulyono (2001: 26) “Aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiata-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik
merupakan suatu aktivitas”.

2.4 Historical Perspective dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

Berdasarkan dari jurnal ilmiah yang terdapat di google scholar dwi urip wardoyo
standar akuntansi pemerintahan (SAP) ini dibutuhkan untuk Menyusun laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidaknya
meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan. Dan dapat disimpulkan bahwa SAP ini merupakan prinsip akuntansi yang harus
diterapkan dalam Menyusun laporan keuangan baik pemerintah daerah maupun pusat.

2.5 Good Corporate Governance Dalam Perspektif Teori Keagenan

Berdasarkan jurnal ilmiah yang terdapat di google scholar dwi urip wardoyo
disebutkan bahwa teori keagenan ini dapat membantu Ketika mencoba menjelaskan prilaku
opportunis karena teori tersebut mengasumsikan bahwa orang-orang egois dan mereka
bertindak untuk kepentingan mereka sendiri.

BAB III

Pembahasan

3.1 Bali
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang paling dikenal di Indonesia, Bali
sering dijuluki sebagai “surga” pariwisata Indonesia. Oleh karena itu, kinerja keuangan
Provinsi Bali merupakan suatu hal yang penting, dengan melihat kinerja keungan provinsi
Bali, kita dapat mengetahui apakah daerah tersebut memiliki tingkat pengelolaan keuangan

6
yang baik dan sistematis atau pengelolaan keuangannya tidak berjalan dengan baik. Untuk
mengetahui kinerja pengelolaan itu baik atau tidak, kita dapat menggunakan alat analisis
berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas PAD dan efisiensi belanja daerah, rasio aktivitas,
dan rasio pertumbuhan.

A. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Data rasio kemandirian Provinsi Bali:

Jika dilihat pada tabel perhitungan di atas rasio kemandirian provinsi Bali ini berada
pada rentang 50% sampai 75%, yakni pada tahun 2018 adalah 59,41%, tahun 2019
adalah 60,54%, dan tahun 2020 adalah 53,68%, artinya Bali memiliki kemampuan
keuangan yang sedang dengan pola hubungan partisipatif (peranan pemerintah pusat
sudah semakin berkurang dan daerah mulai mendekati mandiri dan mampu
melaksanakan urusan otonomi daerah.

B. Rasio Efektivitas PAD


Data rasio efektivitas PAD Provinsi Bali:

Jika dilihat dari table di atas kinerja pemerintah Bali sudah cukup baik pada tahun
2018 dan 2019 karena tingkat efektivitas PAD berada di atas 100% artinya PAD yang
didapatkan lebih besar dibanding yang dianggarkan, yakni sebesar 104,25% pada
tahun 2018 dan 106,92% pada tahun 2019. Namun pada tahun 2020, terjadi
penurunan yang cukup signifikan menjadi sebesar 89,36%, artinya kinerja pemerintah
Bali kurang baik pada tahun 2020, tetapi hal ini juga dapat disebabkan karena adanya

7
pelonggaran-pelonggaran kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah Bali, hal ini mengingat pada tahun 2020 merupakan tahun awal terjadinya
pandemic Covid-19.

C. Rasio Efesiensi Belanja Daerah


Data rasio efisiensi belanja daerah:

Jika dilihat dari table di atas tingkat efisiensi belanja daerah sudah baik, selama tiga
tahun berturut-turut tidak ada yang menyentuh angka 100%, yakni 90,95% pada tahun
2018, 87,98% pada tahun 2019, dan 93,62% pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan
kinerja pemerintahan Bali yang baik, yaitu menggunakan belanja daerah secara baik
dan efisien.

D. Rasio Aktivitas
Data rasio aktivitas:

Jika dilihat dari table di atas pemerintahan Bali lebih banyak mengalokasikan belanja
daerahnya kepada belanja operasional, di mana pada tahun 2018 menyentuh angka
92,65% untuk belanja operasional, 87,33% pada 2019, dan 83,87% pada tahun 2020.

8
Pada tahun 2020, terjadi margin selisih, hal itu dikarenakan pemerintahan Bali cukup
banyak mengeluarkan biaya tak terduga.

E. Rasio Pertumbuhan
Data rasio pertumbuhan:

Jika dilihat dari table di atas, PAD Bali cukup baik pada tahun 2019 dikarenakan PAD
Bali mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik, yakni tumbuh sebesar 8,19%,
tetapi pada tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan, hal ini dapat
disebabkan karena adanya pandemic Covid-19. Untuk pendapatan secara keseluruhan,
berbanding lurus dengan PAD, yakni naik 6,17% pada tahun 2019 dan turun sebesar
13,95% pada tahun 2020. Dalam urusan belanja operasional pada tahun 2019 turun
sebesar 30,81% dan naik 7,22% pada tahun 2020, sedangkan belanja modal
berbanding terbalik, yakni naik 26,33% pada tahun 2019 dan turun 17,66% pada
tahun 2020.

3.2 Sulawesi Barat

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Data rasio kemandirian keu daerah provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2018, 2019,
2020, sebagai berikut :

Tahun Pendapatan asli daerah Total pendapatan persentasi


2018 Rp. 301,500,000,000 Rp. 1,819,090,000,000 16.57%
2019 Rp. 345,208,054,042 Rp. 2,034,819,568,403 16.97%
2020 RP. 346,864,756,507 Rp. 2,005,530,335,281 17.30%

9
Berdasarkan data tahun 2018-2020 di atas bahwa provinsi Sulawesi barat kemampuan
keuangannya rendah sekali atau memiliki pola hubungan instruktif yaitu diangka
16.57%, 16.97%, dan 17.30%. Ini artinya bahwa provinsi Sulawesi barat masih belum
mandiri dan masih mengandalkan penerimaan dari pemerintah pusat di tiga tahun
belakang ini.

b. Rasio Efektivitas PAD

Data tahun 2018-2020 Provinsi Sulawesi Barat.

Tahun Realisasi PAD Target Penerimaan daerah persentasi


2018 Rp. 301,500,000,000 Rp. 334,260,000,000 90,20%
2019 Rp. 345,208,054,042 Rp. 337,236,194,692 102.36%
2020 RP. 346,864,756,507 Rp. 299,149,748,529 115.95%

Berdasarkan data tahun 2018-2020 yang ada di tabel atas bisa dilihat bahwa
efektivitas PAD provinsi Sulawesi Barat tiap tahunnya semakin baik atau semakin
efektif.

c. Rasio Efesiensi Belanja Daerah


Data laporan realisasi dan anggaran belanja tiga tahun terakhir (2018-2020) provinsi
Sulbar:

Tahun Realisasi belanja Anggaran Belanja persentasi


2018 Rp.1,746,620,000,000 Rp.1,937,210,000,000 90.16%
2019 Rp. 2,006,026,015,782 Rp. 2,111,982,588,655 94.98%
2020 Rp. 1,989,564,784,560 Rp. 2,068,442,011,024 96.19%

Berdasarkan data tahun (2018-2020) yang ada di tabel provinsi Sulawesi barat
memiliki rasio belanja daerah yang efisien dibawah 100% yaitu berada pada angka
90.16%, 94.98%, dan 96.19%. Ini menandakan provinsi Sulawesi barat sangat
efisiensi dalam membelanjakan anggaran belanjanya.

d. Rasio Aktivitas

10
• Belanja Operasional
Tahun Total belanja operasional Total belanja persentasi
2018 Rp.1,251,360,000,000 Rp.1,746,620,000,000 71.64%
2019 Rp.1,420,141,672,132 Rp. 2,006,026,015,782 70.79%
2020 Rp. 1,350,841,815,499 Rp. 1,989,564,784,560 67.90%

• Belanja Modal
Tahun Total belanja modal Total belanja persentasi
2018 Rp. 321,970,000,000 Rp.1,746,620,000,000 18.43%
2019 Rp. 364,249,411,339 Rp. 2,006,026,015,782 18.16%
2020 Rp. 347,276,409,260 Rp. 1,989,564,784,560 17.45%

Berdasarkan data tahun 2018-2020 yang ada di tabel diatas menggambarkan bahwa
provinsi Sulawesi barat memprioritaskan alokasi dananya pada belanja operasional
dibanding belanja modal.

e. Rasio Pertumbuhan

NO keterangan 2018 2019 2020


1 PAD RP. 301,500,000,000 RP. 345,208,054,042 RP.346,864,756,507
Pertumbuhan PAD - 14,50% 0,48%
2 Total pendapatan Rp. 1,819,090,000,000 Rp. 2,034,819,568,403 Rp.2,005,530,335,281
Pertumbuhan - 11.86% (1.44%)
pendapatan
3 Belanja RP. 1,746,620,000,000 Rp. 2,006,026,015,782 1,989,564,784,560
Pertumbuhan belanja - 14.85% (0.82%)
4 Belanja Operasional Rp. 1,251,360,000,000 Rp.1,420,141,672,132 Rp.1,350,841,815,499
Pertumbuhan belanja - 13.49% (4.88%)
operasional
5 Belanja modal Rp. 321,970,000,000 Rp. 364,249,411,339 Rp.1,989,564,784,560
Pertumbuhan belanja 13.13% (4.66%)
modal

11
3.3 Lampung

Provinsi Lampung merupakan provinsi paling selatan di pulau Sumatera.


Lampung terkenal dengan wisata pantainya yang menawan. Maka dari itu, kinerja
keuangan Provinsi Lampung merupakan suatu hal yang penting, dengan melihat
kinerja keuangan Provinsi Lampung, kita dapat mengetahui apakah daerah tersebut
memiliki tingkat pengelolaan keuangan yang baik dan sistematis atau pengelolaan
keuangannya tidak berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kinerja pengelolaan itu
baik atau tidak, kita dapat menggunakan alat analisis berupa rasio kemandirian, rasio
efektivitas PAD dan efisiensi belanja daerah, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan.

A. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Data rasio kemandirian keuangan daerah Provinsi Lampung :

Tahun Penerimaan Asli Total Penerimaan Persentase Rasio


Daerah Daerah
2018 2.864.235.753.079,13 7.098.983.642.603,13 40,34%
2019 3.018.067.291.159,88 7.266.993.438.827,88 41,53%
2020 2.842.286.479.070,36 7.019.319.471.883,36 40,50%

Jika dilihat pada tabel perhitungan diatas, maka rasio kemandirian provinsi Lampung
ini berada pada rentang 25% sampai 50%, yakni pada tahun 2018 sebesar 40,34%,
tahun 2019 yaitu 41,53%, tahun 2020 yaitu 40,50%, artinya Lampung memiliki
kemampuan keuangan yang rendah dengan pola hubungan konsultatif.

B. Rasio Efektivitas PAD


Data rasio efektivitas PAD Provinsi Lampung:

Tahun Realisasi PAD Target Penerimaan Persentase Rasio


Daerah
2018 2.864.235.753.079,13 5.373.000.000,89 53,30%
2019 3.018.067.291.159,88 2.987.249.600.061,42 101,03%%
2020 2.842.286.479.070,36 2.962.401.653.051,14 95,94%

12
Jika dilihat dari tabel diatas, kinerja pemerintah Lampung sudah cukup baik pada
tahun 2019 karena tingkat efektivitas PAD berada diatas 100% yang berarti PAD
yang didapat lebih besar dibanding yang dianggarkan, yakni sebesar 101,03% pada
tahun 2019. Namun pada tahun 2018 dan 2020, terjadi penurunan yang cukup
signifikan menjadi sebesar 89,63% artinya kinerja pemerintah Lampung kurang baik
pada tahun 2018 dan 2020.

C. Rasio Efisiensi Belanja Daerah


Data rasio efisiensi belanja daerah:

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Persentase Rasio


2018 6.328.527.777.151,81 3.154.200.000.000,49 200,38%
2019 5.583.637.872.353,68 6.011.395.437.367,00 92,89%
2020 5.735.949.754.037,69 6.094.288.063.495,85 94,12%

Jika dilihat dari table di atas tingkat efisiensi belanja daerah sudah baik selama dua
tahun terakhir, tidak ada yang menyentuh angka 100%, yakni 92,89% pada tahun
2019, 94,12% pada tahun 2020, dan pada tahun 2018 yaitu menyentuh angka lebih
dari 100% yakni 200,38%. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintahan Lampung yang
baik selama dua tahun terakhir, yaitu menggunakan belanja daerah secara baik dan
efisien.

D. Rasio Aktivitas
Data rasio aktivitas:

Belanja Operasional
Tahun Realisasi Belanja Belanja Operasional Persentase Rasio
2018 6.328.527.777.151,81 4.595.422.663.006,97 72,61%
2019 5.583.637.872.353,68 4.569.600.348.332,29 81,83%
2020 5.735.949.754.037,69 4.864.108.842.521,80 84,80%

Belanja Modal
Tahun Realisasi Belanja Belanja Modal Persentase Rasio

13
2018 6.328.527.777.151,81 1.729.327.432.844,84 27,32%
2019 5.583.637.872.353,68 1.014.037.524.021,39 18,17%
2020 5.735.949.754.037,69 752.528.210.219,89 13,11%

Jika dilihat dari tabel di atas, pemerintahan Lampung lebih banyak mengalokasikan
belanja daerahnya kepada belanja operasional, di mana belanja operasional pada
tahun 2018 menyentuh angka 72,61%, tahun 2019 yaitu 81,83%, tahun 2020 yaitu
84,80%.

E. Rasio Pertumbuhan
Data rasio pertumbuhan:

No. Keterangan 2018 2019 2020


1. PAD 2.864.235.753.079,13 3.018.067.291.159,88 2.842.286.479.070,36
Pertumbuhan - 5,38% -5,82%
2. Pendapatan 7.098.983.642.603,13 7.266.993.438.827,88 7.019.319.471.883,36
Pertumbuhan - 2,37% -3,40%
3. Belanja 4.595.422.663.006,97 4.569.600.348.332,29 4.864.108.842.521,80
Operasional
Pertumbuhan - -0,57% 6,44%
4. Belanja 1.729.327.432.844,84 1.014.037.524.021,39 752.528.210.219,89
Modal
Pertumbuhan - -41,37% -25,7%

Jika dilihat dari table di atas, PAD Lampung cukup baik pada tahun 2019 dikarenakan
PAD Lampung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik, yakni tumbuh
sebesar 5,38%%, tetapi pada tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan.
Untuk pendapatan secara keseluruhan, yakni naik 2,3% pada tahun 2019 dan turun
sebesar -3,40% pada tahun 2020. Dalam urusan belanja operasional pada tahun 2019
turun sebesar -0,57% dan naik 6,44% pada tahun 2020, sedangkan belanja modal
turun -41,37% pada tahun 2019 dan naik -25,7% pada tahun 2020 meskipun masih
minus. Minus menandakan bahwa kenaikan pada tahun tersebut tidak bagus.

14
BAB IV

Penutup

4.1 Kesimpulan
• Bali
Provinsi Bali berdasarkan data tabel yang ada di bagian pembahasan rasio
kemandiriannya sudah berada di rentang 50%-75% dan memiliki pola hubungan partisipatif
ini artinya provinsi Bali sudah hampir dikatakan mandiri dalam hal mengelola keuangan
daerahnya dan sudah bisa mengimbangi pendapatan atau bantuan dari pemerintah pusat.
Selanjutnya untuk rasio efektifitas Pad Pemerintah Provinsi Bali sudah efektif namun pada
tahun 2020 terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi sebesar 89,36% dilihat dari
data tabel pembahasan. Selanjutnya untuk efisiensi belanja daerahnya jika dilihat dari rasio
provinsi bali sudah baik dan efisien. Kemudian untuk rasio aktivitasnya Provinsi bali lebih
mempriotaskan alokasinya kepada belanja operasonal dibanding belanja modalnya.
Selanjutnya rasio pertumbuhan Provinsi Bali untuk PAD dari tahun 2018 ke 2019 mengalami
peningkatan ke arah yang lebih baik yakni tumbuh sebesar 8,19%, tetapi pada tahun 2020
provinsi Bali PAD nya mengalami penurunan yang signifikan hal ini dapat disebabkan karena
adanya pandemic covid19 yang melanda seluruh dunia, sedangkan untuk belanjanya, belanja
operasional pada tahun 2019 turun sebesar 30,81% dan naik 7,22% pada tahun 2020, belanja
modal pada tahun 2019 naik 26,33%, dan turun 17,66% pada tahun 2020.

• Provinsi Sulawesi Barat

Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan data tabel yang ada di bagian pembahasan rasio
kemandiriannya masih rendah sekali dibawah angka 25% dan memiliki pola hubungan
instruktif ini artinya provinsi Sulawesi Barat belum mandiri dalam hal mengelola keuangan
daerahnya dan masih mengandalkan pendapatan atau bantuan dari pemerintah pusat.
Selanjutnya untuk rasio efektifitas Pad dan efiseinsi belanjanya Pemerintah Provinsi Sulawesi
Barat semakin efektif dan efesien tiap tahunnnya dilihat dari data tabel pembahasan.
Kemudian untuk rasio aktivitasnya Provinsi Sulawesi Barat mempriotaskan alokasinya
kepada belanja operasonal (70%) dibanding belanja modalnya (18%). Selanjutnya rasio

15
pertumbuhan untuk semua komponen mulai dari PAD sampai belanjanya Sulawesi Barat dari
tahun 2018 ke 2019 mampu mempertahankan dan meningkatkan rasionya. Namun pada tahun
2020 provinsi Sulawesi Barat hanya mampu mempertahankan PAD-nya sisanya seperti total
pendapatan, dan belanjanya mengalami penurunan ini mungkin disebabkan oleh pandemi
covid-19 yang melanda seluruh dunia pada tahun 2020.

• Provinsi Lampung
Provinsi Lampung berdasarkan data tabel yang ada di bagian pembahasan rasio
kemandiriannya masih rendah yakni di bawah 50% dan memiliki pola hubungan konsultatif
ini artinya provinsi Lampung masih belum mandiri dalam hal mengelola keuangan daerahnya
dan masih mengandalkan pendapatan atau bantuan dari pemerintah pusat. Selanjutnya untuk
rasio efektifitas Pad Pemerintah Lampung sudah cukup baik tetapi dari data tabel pembahasan
masih belum stabil atau naik turun, 2018 ke 2019 naik, tetapi 2019 ke 2020 turun lagi.
Selanjutnya untuk efisiensi belanja daerahnya jika dilihat dari rasio provinsi lampung tingkat
efisiensinya sudah baik dan efisien. Kemudian untuk rasio aktivitasnya Provinsi lampung
lebih mempriotaskan alokasinya kepada belanja operasonal dibanding belanja modalnya.
Selanjutnya rasio pertumbuhan Provinsi Lampung untuk PAD dari tahun 2018 ke 2019
mengalami pertumbuhan sebesar 5,38%, tetapi pada tahun 2020 provinsi lampung PAD nya
kembali mengalami penurunan sebesar 5,82 hal ini dapat disebabkan karena adanya pandemic
covid19 yang melanda seluruh dunia, sedangkan untuk belanjanya, belanja operasional pada
tahun 2019 turun sebesar 0,57% dan naik 6,44% pada tahun 2020, belanja modal pada tahun
2019 turun 41,37%, dan pada tahun 2020 terjadi penurunan juga sebesar 25,27%.

4.2 Saran

Adapun saran penulis dalam makalah ini adalah setiap provinsi di Indonesia khususnya
provinsi Bali, Sulawesi Barat, dan lampung harus lebih digali kembali potensi-potensi daerah
yang belum ada atau yang sudah ada dan dikelola dengan sebaik mungkin agar pendapatan
asli daerahnya seimbang dengan pendapatan yang diberikan pemerintah pusat. Kemudian
untuk belanja daerahnya penulis memberikan saran agar lebih memprioritaskan belanja
kebutuhan yang penting dan mengurangi belanja-belanja yang tidak penting.

Tentu saja penulis dalam mengerjakan makalah ini menginginkan kerapihan dan
kesempurnaan tetapi pada kenyataanya masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang
harus diperbaiki ulang oleh penulis dikarenakan masih sangat sedikitnya pengetahuan yang

16
dimiliki. Maka dari itu penulis sangat berharap kepada pembaca selalu memberikan kritik dan
saran kepada penulis agar kedepanya lebih baik lagi.

17
LAMPIRAN

Laporan Realisasi Anggaran Bali 2018:

18
Laporan Realisasi Anggaran Bali 2019:

19
Laporan Realisasi Anggaran Bali 2020:

20
Sulawesi Barat (2018-2021)

21
22
Laporan Realisasi Anggaran Lampung 2018:

23
Laporan Realisasi Anggaran Lampung 2019

24
Laporan Realisasi Anggaran Lampung 2020:

25
Daftar Pustaka

http://www.baliprov.go.id/web

Portal data SIKD (kemenkeu.go.id)

https://ppid.lampungprov.go.id/page/Laporan-Keuangan-Pemerintah-Provinsi-Lampung

https://djpk.kemenkeu.go.id/portal/data/apbd?tahun=2018&provinsi=33&pemda=00

2021_Q4_KFR_Provinsi_Sulawesi Barat.pdf

http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/3454/2/222015153_BAB%20II_SAMPAI%20BAB%20TERA
KHIR.pdf

http://eprints.stainkudus.ac.id/1189/5/5.%20BAB%20II.pdf

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2018-1-1-87201-231414093-bab1-16072018055715.pdf

Historical Perspective dalam Standar Akuntansi Pemerintahan | ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah
Multidisiplin (ulilalbabinstitute.com)

View of Good Corporate Governance Dalam Perspektif Teori Keagenan


(ulilalbabinstitute.com)

http://ulilalbabinstitute.com/index.php/JIM/article/view/30/33

26

Anda mungkin juga menyukai