Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH TINJAUAN ANALISIS KEUANGAN DAERAH PADA PROVINSI

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, SULAWESI SELATAN, DAN PAPUA BARAT

Diajukan untuk memenuhi tugas Project 2 Mata Kuliah Public Accounting

Dosen Pengampu: Bapak Dwi Urip Wardoyo, SE., MMSI.

Disusun oleh:

Febri Diany Agustin 1402201091


Mario Seno Peradana 1402204198
Sri Indah Hasanah 1402204280

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TELKOM UNIVERSITY

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
besar yang berjudul “Makalah Tinjauan Analisis Keuangan Daerah Pada Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, Dan Papua Barat”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Public Accounting yaitu Bapak Dwi Urip Wardoyo, SE., MMSI. yang telah memberikan
banyak ilmunya kepada kami dan juga telah membimbing kami pada mata kuliah Public
Accounting. Tugas besar ini disusun memenuhi tugas Project 2 Mata Kuliah Public Accounting.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas besar ini belumlah sempurna, untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan penulis tidak menutup diri terhadap segala
saran maupun kritik yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga Allah Subhanahu Wata’ala
senantiasa melimpahkan karunia-Nya juga membalas kebaikan pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan laporan ini, serta semoga tulisan ini dapat memberikan
pengaruh baik terhadap pihak yang membutuhkan.

Wassalamu ‘alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Bandung, 17 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 2

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 2

E. Metode Analisis ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

A. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............................................................... 6

B. Provinsi Sulawesi Selatan ................................................................................ 11

C. Provinsi Papua Barat ....................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 22

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 22

B. Saran ................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25

LAMPIRAN ....................................................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, seperti di
bidang pendidikan yang mulai berkembang. Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi
yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik
perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap
hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi gereja,
sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan
masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh,
asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
Salah satu contoh organisasi nirlaba yang akan dibahas yaitu pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan Daerah di Indonesia
terdiri dari Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah. Pemerintah
daerah bertugas mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Salah satu tugas
pemerintah daerah yaitu memberikan otonomi daerah untuk mengurus dan mengatur
daerahnya masing masing.
Dalam mengatur pemerintahan daerah nya masing-masing, dibutuhkan standar
pemerintahan tekhususnya dalam kebijakan keuangan. Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, kini
peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 yang merupakan pengganti dari peraturan
pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintah. Sampai dengan
tahun 2013 masih menggunakan standar akuntansi tahun 2005. Standar akuntansi
pemerintahan mengatur penyajian laporan keuangan pemerintahan dengan tujuan
publikasi umum untuk membandingkan laporan keuangan terhadap anggaran, antar
periode, maupun antar entitas. Penggunaan laporan keuangan dijadikan sebagai dasar

1
pengambilan keputusan, oleh karena itu laporan keuangan harus berdasarkan kenyataan
tidak menampilkan keuntungan bagi pihak yang memiliki kepentingan saja. Selain itu,
laporan keuangan juga digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pemerintahan untuk
mengukur kemampuan keuangan daerah. Untuk mengukur kinerja keuangan
pemerintah daerah dapat menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rasio kemandirian keuangan daerah provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat selama tahun 2018-2020?
2. Bagaimana rasio efektivitas PAD dan rasio efisiensi belanja daerah provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat selama tahun
2018-2020?
3. Bagaimana rasio aktivitas provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi
Selatan, dan Papua Barat selama tahun 2018-2020.

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui rasio kemandirian keuangan daerah provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat selama tahun 2018-2020.
2. Mengetahui rasio efektivitas PAD dan rasio efisiensi belanja daerah provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat selama tahun
2018-2020.
3. Mengetahui rasio aktivitas provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi
Selatan, dan Papua Barat selama tahun 2018-2020.

D. Manfaat Masalah
Mengetahui kinerja keuangan daerah pada provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat tahun 2018-2020.

E. Metode Analisis
Metode yang digunakan adalah pendekatan analisis rasio keuangan daerah, yaitu:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintah, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Tingkat

2
kemandirian menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah.
Rasio kemandirian keuangan daerah dapat dirumuskan, sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

2. Rasio Efektivitas PAD dan Efisiensi Belanja Daerah


a. Rasio efektifitas PAD
Rasio efektifitas PAD merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil daerah. PAD efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar
100. Semakin besar rasio efektifitas menggambarkan kinerja pemerintah
yang semakin baik.
Rasio efektivitas PAD dapat dirumuskan, sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐴𝐷 = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Berikut pedoman pola hubungan daerah dengan kemampuan daerah, yaitu:


Kemampaun Keuangan Kemandirian (%) Pola Hubungan
Rendah Sekali 0% - 25% Instruktif
Rendah 25% - 50% Konsultatif
Sedang 50% - 75% Partisipatif
Tinggi 75% - 100% Delegatif

b. Rasio Efisiensi Belanja Daerah


Rasio Efisiensi Belanja Daerah merupakan rasio yang menggambarkan
perbandingan antara realisasi pengeluaran atau belanja daerah dengan
anggaran belanja daerah. Semakin kecil rasio belanja maka semakin efisien,
begitu pula sebaliknya. Anggaran pemerintah efisien jika rasionya kurang
dari 100, dan sebaliknya.

3
Rasio efektivitas PAD dapat dirumuskan, sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑥 100%
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
3. Rasio Aktivitas
Dalam menghitung rasio aktivitas, maka harus menghitung rasio keserasian
yang menggambarkan Pemda memprioritaskan alokasi dananya pada belanja
operasional dan belanja modal. Semakin tinggi persentase dana yang
dialokasikan untuk belanja operasional berarti belanja modal yang digunakan
untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung
semakin kecil.
Rasio aktivitas dapat dirumuskan, sebagai berikut:
a. Rumus menghitung rasio belanja operasional

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

b. Rumus menghitung rasio belanja modal

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

4. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)


Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
kemampuan PEMDA dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan
yang telah dicapainya dari periode-periode sebelumnya. komponen sumber
pendapatan dan pengeluaran dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-
potensi yang perlu mendapatkan perhatian.

4
Rasio pertumbuhan dapat dirumuskan, sebagai berikut:

𝑝𝑛 − 𝑝𝑜
𝑟= 𝑥 100%
𝑝𝑜
Keterangan:
r = Rasio Pertumbuhan
pn = Pendapatan/ PAD/ Belanja Modal/ Belanja Operasi tahun ke-n
(tahun sekarang)
po = Pendapatan/ PAD/ Belanja Modal/ Belanja Operasi tahun
sebelumnya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung atau disingkat ‘Babel’ terkenal dengan
hamparan pantai yang indah serta penghasil timah utama di Indonesia. Letaknya yang
berada pada poros tengah jalur lalu lintas Pulau Sumatera dan Selat Karimata yang
merupakan jalur perdagangan internasional sangat menguntungkan. Provinsi ini
didominasi pantai-pantai dengan batuan granit yang menjadi keunggulan tersendiri
yang tidak dimiliki daerah lain.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar dan ratusan
pulau kecil. Dua pulau tersebut, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang memiliki
berbagai potensi daerahnya, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, pertenakan dan
jasa. Komoditas unggulannya adalah timah dan komoditas penunjangnya adalah kaolin.
Sehingga penting untuk menilai kinerja pemerintahan dengan menggunakan analisis
rasio, seperti dibawah ini:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Berikut rumus rasio kemandirian keuangan daerah:
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Berikut perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah provinsi Kepulauan


Bangka Belitung Tahun Anggaran 2018-2020:

850.441.774.831,35
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
2.556.977.711.924,35

= 33%

826.701.095.332,07
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
2.694.205.659.655,07

= 31%

683.432.674.809,81
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
2.405.260.307.097,81
= 28%

6
Berikut hasil analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (dalam rupiah):

Tahun PAD Total Penerimaan Derah Persentase Kemampuan Keuangan


2018 850.441.774.831,35 2.556.977.711.924,35 33% Rendah
2019 826.701.095.332,07 2.694.205.659.655,07 31% Rendah
2020 683.432.674.809,81 2.405.260.307.097,81 28% Rendah

Berdasarkan tabel di atas, bahwa kemadirian provinsi Kepulauan Bangka Belitung


selama tiga tahun terakhir (2018-2020) mengalami penurunan berturut-turut, yaitu
sebesar 33%, 31%, dan 28%. Persentasenya berada pada rentang 25% - 50% dengan
tingkat kemampuan keuangan yang rendah, sehingga memiliki pola hubungan
konsultatif yang berarti tingkat ketergantungan provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terhadap campur tangan pemerintah pusat sedikit berkurang serta sudah sedikit mampu
melaksanakan otonomi daerahnya sendiri.

2. Rasio Efektivitas PAD dan Efisiensi Belanja Daerah


a. Rasio Efektivitas PAD
Berikut rumus rasio Efektifitas PAD:

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐴𝐷
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐴𝐷 = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Berikut perhitungan Rasio Efektivitas PAD provinsi Kepulauan Bangka


Belitung Tahun Anggaran 2018-2020:

850.441.774.831,35
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
789.629.819.565,87
= 108%

826.701.095.332,07
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
884.562.215.880,37
= 93%

7
683.432.674.809,81
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
748.055.044.035,47
= 91%
Berikut hasil analisis Rasio Efektifitas PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(dalam rupiah):

Tahun Realisasi PAD Anggaran PAD Persentase


2018 850.441.774.831,35 789.629.819.565,87 108%
2019 826.701.095.332,07 884.562.215.880,37 93%
2020 683.432.674.809,81 748.055.044.035,47 91%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa rasio efektivitas PAD provinsi Kepulauan Bangka
Belitung selama tiga tahun terakhir (2018-2020) mengalami penurunan. Tahun 2018,
kinerja pemerintah daerah provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah cukup baik
dengan persentase lebih dari 100%, yaitu sebesar 108%. Namun, di tahun 2019 dan
2020 kinerja pemerintah daerah provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami
penurunan yang signifikan yaitu sebesar 93% dan 91% yang artinya kinerja pemerintah
daerahnya tergolong kurang baik.

b. Rasio Efisiensi Belanja Daerah


Berikut rumus rasio Efisiensi Belanja Daerah:
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑥 100%
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Daerah provinsi Kepulauan


Bangka Belitung Tahun Anggaran 2018-2020:

2.364.345.563.586,8
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
2.596.704.155.898,11

= 91%

2.264.022.634.746,31
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
2.523.039.763.264,99

= 90%

2.203.628.597.880,09
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
2.364.642.978.202,58

= 93%

8
Berikut hasil analisis Rasio Efisiensi Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung (dalam rupiah):

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Persentase


2018 2.364.345.563.586,80 2.596.704.155.898,11 91%
2019 2.264.022.634.746,31 2.523.039.763.264,99 90%
2020 2.203.628.597.880,09 2.364.642.978.202,58 93%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa selama tiga tahun terakhir (2018-2020) persentase
efisiensi belanja daerahnya kurang dari 100% yang artinya pemerintah daerah provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dapat menggunakan dananya dengan baik dan efisien,
dengan persentase di tahun 2018 sebesar 91%, tahun 2019 sebesar 90%, dan tahun 2020
sebesar 93%.

3. Rasio Aktivitas
a. rasio belanja operasional
Berikut rumus rasio Aktivitas Belanja Operasional:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Berikut perhitungan Rasio Belanja Operasional provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun Anggaran 2018-2020:

1.616.969.356.272,76
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
2.364.345.563.586,80

= 68%

1.822.821.431.195,45
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
2.264.022.634.746,31

= 81%

1.741.021.626.249,62
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
2.203.628.597.880,09

= 79%

9
Berikut hasil analisis Rasio Aktivitas Belanja Operasi Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (dalam rupiah):

BELANJA OPERASIONAL
Tahun Belanja Operasional Total Belanja Persentase
2018 1.616.969.356.272,76 2.364.345.563.586,80 68%
2019 1.822.821.431.195,45 2.264.022.634.746,31 81%
2020 1.741.021.626.249,62 2.203.628.597.880,09 79%

b. Rasio Belanja Modal


Berikut rumus rasio Aktivitas Belanja Modal:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio Belanja Modal provinsi Kepulauan Bangka


Belitung Tahun Anggaran 2018-2020:

315.397.833.094,64
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
2.364.345.563.586,8

= 13%

441.201.203.550,86
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
2.264.022.634.746,31

= 19%

436.502.107.450,47
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
2.203.628.597.880,09

= 20%

Berikut hasil analisis Rasio Aktivitas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam
rupiah):
BELANJA MODAL
Tahun Belanja Modal Total Belanja Persentase
2018 315.397.833.094,64 2.364.345.563.586,80 13%
2019 441.201.203.550,86 2.264.022.634.746,31 19%
2020 436.502.107.450,47 2.203.628.597.880,09 20%

10
Berdasarkan tabel perhitungan rasio aktivitas belanja operasional dan
belanja modal di atas, bahwa selama tiga tahun terakhir (2018 – 2020) pemerintah
daerah provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih banyak mengalokasikan dananya
ke belanja operasional daripada belanja modal. Artinya, daerah lebih
memprioritaskan dana untuk pembelanjaan daripada untuk sarana dan prasarana
masyarakat.

B. Provinsi Sulawesi Selatan


Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian
selatan pulau Sulawesi. Pusat pemerintahan atau ibu kota provinsi berada di kota
Makassar. Pada tahun 2021, penduduk Sulawesi Selatan berjumlah 9.139.531 jiwa,
dengan kepadatan 195,63 jiwa/km². Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi
selatan pada tahun 2020 yakni 71,93 (Urutan ke-12 di Indonesia), urutan kedua di
Sulawesi setelah provinsi Sulawesi Utara, yakni 72,93 (Urutan ke-6 di Indonesia).
5 tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21 Tahun
1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Provinsi Administratif Sulawesi. 10 tahun
kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960 yang mengesahkan
terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. 4 tahun setelah itu, melalui UU Nomor
13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan.
Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor
26 Tahun 2004.
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan,
maka dapat dianalisis beberapa rasio keuangan untuk mengetahui perkembangan
pengelolaan seluruh aktivitas daerah adalah sebagai berikut:
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rumus rasio kemandirian keuangan daerah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Berikut perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah provinsi Sulawesi


SelatanTahun Anggaran 2018-2020:
3.948.349.252.423,45
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
9.252.221.942.175,45
= 43%
11
4.138.631.215.914,70
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
9.573.910.861.960,70
= 43%

3.890.209.264.433,67
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
9.365.471.515.325,67
= 42%
Berikut hasil analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan (dalam rupiah):

Total Penerimaan Kemampuan


Tahun PAD Persentase
Daerah Keuangan
2018 3.948.349.252.423,45 9.252.221.942.175,45 43% Rendah
2019 4.138.631.215.914,70 9.573.910.861.960,70 43% Rendah
2020 3.890.209.264.433,67 9.365.471.515.325,67 42% Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah provinsi


Sulawesi Selatan, bahwa rasio kemadirian provinsi Sulawesi Selatan selama tiga tahun
terakhir yaitu dari tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalami penurunan. Rasio
kemdandirian keuangan daerah provinsi Sulawesi Selatan berada pada rentang 25% -
50% dengan pola hubungan konsultatif. Maksudnya, kinerja keuangan provinsi
Sulawesi Selatan berdasarkan rasio kemandirian keuangan daerah secara menyeluruh
berada di posisi rendah yang menggambarkan tingkat ketergantungan terhadap campur
tangan pemerintah pusat sedikit berkurang serta sudah sedikit mampu melaksanakan
otonomi daerahnya sendiri.

2. Rasio Efektivitas PAD dan Efisiensi Belanja Daerah


a. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektifitas PAD dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝐴𝐷 = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Berikut perhitungan Rasio Efektivitas PAD Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun Anggaran 2018-2020:

12
3.948.349.252.423,45
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
3.975.726.084.809,00
= 99,31%

4.138.631.215.914,70
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
4.168.385.357.623,00
= 99,29%

3.890.209.264.433,67
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
4.123.032.702.064,00
= 94,35%

Berikut hasil analisis Rasio Efektifitas PAD Provinsi Sulawesi Selatan (dalam
rupiah):

Tahun Realisasi PAD Target Penerimaan PAD Persentase


2018 3.948.349.252.423,45 3.975.726.084.809,00 99,31%
2019 4.138.631.215.914,70 4.168.385.357.623,00 99,29%
2020 3.890.209.264.433,67 4.123.032.702.064,00 94,35%

b. Rasio Efisiensi Belanja Daerah


Rasio Efisiensi PAD dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑥 100%
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Daerah Provinsi Sulawesi


Selatan Tahun Anggaran 2018-2020:

9.322.152.987.944,74
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
9.673.313.309.003,01

= 96%

9.491.447.901.635,93
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
9.930.089.177.661,72

= 96%

13
9.986.089.214.540,49
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
11.236.851.309.904,49

= 89%

Berikut hasil analisis Rasio Efisiensi PAD Provinsi Sulawesi Selatan (dalam rupiah):

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Persentase


2018 9.322.152.987.944,74 9.673.313.309.003,01 96%
2019 9.491.447.901.635,93 9.930.089.177.661,72 96%
2020 9.986.089.214.540,49 11.236.851.309.904,49 89%

3. Rasio Aktivitas
a. rasio belanja operasional
Rasio Aktivitas Belanja Operasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
Berikut perhitungan Rasio Belanja Operasional Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun Anggaran 2018-2020:
6.857.012.813.855,97
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
9.322.152.987.944,74

= 74%

6.773.733.406.518,29
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
9.491.447.901.635,93

= 71%

6.988.845.136.558,15
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
9.986.089.214.540,49

= 70%

14
Berikut hasil analisis Rasio Aktivitas Belanja Operasi Provinsi Sulawesi Selatan
(dalam rupiah):

Tahun Belanja Operasional Total Belanja Persentase


2018 6.857.012.813.855,97 9.322.152.987.944,74 74%
2019 6.773.733.406.518,29 9.491.447.901.635,93 71%
2020 6.988.845.136.558,15 9.986.089.214.540,49 70%

b. Rasio Belanja Modal


Rasio Aktivitas Belanja Modal dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio Belanja Modal Provinsi Sulawesi Selatan


Tahun Anggaran 2018-2020:
1.081.805.775.560,77
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
9.322.152987.944,74

= 12%

969.490.768.936,07
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
9.491.447.901.635,93

= 10%

1.195.023.369.928,10
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
9.986.089.214.540,49

= 12%

Berikut hasil analisis Rasio Aktivitas Belanja Modal Provinsi Sulawesi Selatan
(dalam rupiah):
Tahun Belanja Modal Total Belanja Persentase
2018 1.081.805.775.560,77 9.322.152987.944,74 12%
2019 969.490.768.936,07 9.491.447.901.635,93 10%
2020 1.195.023.369.928,10 9.986.089.214.540,49 12%

15
Berdasarkan tabel perhitungan rasio aktivitas belanja operasional dan
belanja modal di atas, bahwa selama tiga tahun terakhir (2018 – 2020) pemerintah
daerah provinsi Sulawesi Selatan lebih banyak mengalokasikan dananya ke belanja
operasional daripada belanja modal. Artinya, daerah lebih memprioritaskan dana
untuk pembelanjaan daripada untuk sarana dan prasarana masyarakat.

C. Provinsi Papua Barat


Papua Barat adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau
Papua. Wilayah Papua Barat mencakup Semenanjung Domberai, Bomberai,
Wandamen, serta Kepulauan Raja Ampat. Ibukota provinsi ini terletak di Manokwari
dengan kota terbesarnya di Sorong. Provinsi Papua Barat beribukota di Manokwari.
Secara administratif, Provinsi Papua Barat terdiri dari 12 (empat belas) kabupaten dan
1 (satu) kota, yaitu Kabupaten Fak-fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk
Wondama, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong
Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten
Pegunungan Arfak, Kabupaten Manokwari Selatan dan Kota Sorong. Terdiri dari 162
Kecamatan, 74 Kelurahan, dan 1321 Kampung.
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah Provinsi Papua Barat,
Dapat dianalisisbeberapa rasio dan keuangan untuk mengetahui perkembangan
pengelolahan seluruh aktiviyas saerah.
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100%

Berikut perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah provinsi Papua


Barat Tahun Anggaran 2018-2020 :

84.610.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
1.321.400.000.000,00

= 6%

108.550.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
1.368.910.000.000,00

= 8%

16
90.860.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
1.191.160.000.000,00

= 8%

Berikut hasil analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Papua


Barat (dalam rupiah) :

Penerimaan asli Total penerimaan Kemampuan


Tahun Persentase
daerah daerah Keuangan
2018 90.860.000.000,00 1.191.160.000.000,00 8% Rendah Sekali
2019 108.550.000.000,00 1.368.910.000.000,00 8% Rendah Sekali
2020 84.610.000.000,00 1.321.400.000.000,00 6% Rendah Sekali

Berdasarkan tabel di atas, bahwa kemandirian provinsi Papua Barat selama tiga
tahun terakhir yaitu dari tahun 2018-2020 mengalami tidak ada kemajuan dan
penurunan. Pada tahun 2018 ke 2019 persentase sama yaitu 8% . kemudian pada tahun
2019 ke 2020 mengalami penurunan sebesar 6% . Persentasenya berada pada rentang
5%-25% dengan tingkat kemampuan keuangan daerah masih rendah sekali,sehingga
memiliki pola hubungan instruktif yang berarti daerah belum mampu untuk
melaksanakan otonomi daerahnya sendiri karena masih adanya dominansi campur
tangan pemerintah dalam pelaksanaan otonomi daerahnya.

2. Rasio Efektivitas Penerimaan asli daerah (PAD) dan Efiensi Belanja Daerah
a. Rasio Efektivitas Penerimaan asli daerah (PAD)
Rasio efektivas penerimaan asli daerah (PAD) dapat dirumuskan
sebagai berikut:

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑠 𝑃𝐴𝐷 = 𝑥 100%
𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷

Berikut perhitungan Rasio efektivas PAD provinsi Papua Barat tahun


Anggaran 2018-2020 :

90.860.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
58.660.000.000,00

= 155%

17
108.550.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
105.750.000.000,00

= 103%

84.610.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
115.630.000.000,00

= 73%

Berikut hasil analisis Rasio Efektivitas PAD Provinsi Papua Barat


(dalam rupiah) :

Tahun Realisasi PAD Target PAD Persentase

2018 90.860.000.000,00 58.660.000.000,00 155%


2019 108.550.000.000,00 105.750.000.000,00 103%
2020 84.610.000.000,00 115.630.000.000,00 73%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa rasio efektivitas PAD provinsi Papua Barat
selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2018-2020 mengalami penurunan. Pada
tahun 2018, kinerja pemerintah daerah provinsi Papu Barat sudah cukup baik dengan
persentase lebih dari 100% yaitu sebesar 153%. Namun, di tahun 2019 dan 2020
kinerja pemerintah daerah provinsi Papua Barat mengalami penurunan yang
signifikan yaitu sebesar 103% dan 73% yang artinya kinerja pemerintah daerah
provinsi Papua Barat tergolong kurang baik.

b. Rasio Efisiensi Belanja Daerah

Rasio Efiensi PAD dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑥 100%
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio efektivas PAD provinsi Papua Barat tahun


Anggaran 2018 - 2020 :

1.183.960.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
1.222.940.000.000,00

= 97%

18
1.355.780.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
1.380.170.000.000,00

= 98%

1.354.9800.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
1.456.220.000.000,00

= 93%

Berikut hasil analisis Rasio Efisiensi Belanja Daerah Provinsi Papua Barat
(dalam rupiah) :

Tahun Realisasi Anggaran Anggaran Belanja Persentase


2018 1.183.960.000.000,00 1.222.940.000.000,00 97%
2019 1.355.780.000.000,00 1.380.170.000.000,00 98%
2020 1.354.980.000.000,00 1.456.220.000.000,00 93%

Berdasarkan tabel diatas, selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2018 -
2020 persentanse efisiensi belanja daerahnya kurang dari 100% yang berarti
pemerintah daerah provinsi Papua Barat dapat menggunakan dananya dengan baik
dan efisien, dengan persentase di tahun 2018 sebesar 97%, tahun 2019 sebesar
98% dan tahun 2020 sebesar 93%.

3. Rasio Aktivitas

a. Rasio Belanja Operasional

Rasio Aktivitas Belanja Operasional dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio Belanja Operasional provinsi Papua Barat


tahun Anggaran 2018 - 2020 :

946.260.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
1.183.960.000.000,00

= 80%

19
1.072.020.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
1.355.780.000.000,00

= 79%

1.095.290.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
1.354.980.000.000,00

= 81%

Berikut hasil analisis Rasio Belanja Operasional Provinsi Papua Barat


(dalam rupiah) :

Belanja Operasional
Total Belanja
Tahun Total Belanja Persentase
Operasional
2018 946.260.000.000,00 1.183.960.000.000,00 80%
2019 1.072.020.000.000,00 1.355.780.000.000,00 79%
2020 1.095.290.000.000,00 1.354.980.000.000,00 81%

b. Rasio Belanja Modal

Rasio Aktivitas Belanja Modal dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Berikut perhitungan Rasio Belanja Modal provinsi Papua Barat tahun


Anggaran 2018 - 2020 :

236.850.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2018 = 𝑥 100%
1.183.960.000.000,00

= 20%

283.490.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2019 = 𝑥 100%
1.355.780.000.000,00

= 21%

20
175.190.000.000,00
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 2020 = 𝑥 100%
1.354.980.000.000,00

= 13%

Berikut perhitungan Rasio Belanja Modal provinsi Papua Barat tahun


Anggaran 2018- 2020 :
Belanja Modal
Tahun Belanja Modal Total Belanja Persentase
2018 236.850.000.000,00 1.183.960.000.000,00 20%
2019 283.490.000.000,00 1.355.780.000.000,00 21%
2020 175.190.000.000,00 1.354.980.000.000,00 13%

Berdasarkan tabel perhitungan rasio aktivitas belanja operasional dan


belanja modal di atas, bahwa selama tiga tahun terakhir (2018 – 2020) pemerintah
daerah provinsi Papua Barat lebih banyak mengalokasikan dananya ke belanja
operasional daripada belanja modal. Artinya, daerah lebih memprioritaskan dana
untuk pembelanjaan daripada untuk sarana dan prasarana masyarakat.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan perhitungan dan tabel hasil analisis rasio keuangan provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, dapat disimpulkan bahwa:
a. Pada rasio kemandirian keuangan, kemampuan keuangan daerah dapat
dikategorikan rendah dengan rentang persentase 25%-50% yang memiliki
pola hubungan konsultatif. Artinya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sudah sedikit mampu melaksanakan otonomi daerahnya sendiri dan campur
tangan pemerintah pusat (bantuan) sedikit berkurang.
b. Pada rasio efektivitas PAD, persentase rasionya selama tiga tahun terakhir
(2018-2020) mengalami penurunan berturut-turut yakni 108%, 93%, dan
91%. Kinerja pemerintah daerah provinsi Kepulauan Bangka Belitung di
tahun 2018 sudah cukup baik karena persentasenya melebihi 100%, namun
di tahun 2019 dan 2020 kinerja pemerintahan daerahnya menurun dan
tergolong kurang baik. Hal ini disebabkan karena munculnya COVID-19
yang sangat berpengaruh pada kinerja pemerintahan.
c. Pada rasio efisiensi belanja daerah, selama tiga tahun terakhir (2018-2020)
pemerintah daerah provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah
menggunakan dananya dengan baik dan efisien yang dibuktikan dengan
persentase rasio efisiensi belanja daerah yang kurang dari 100%.
d. Pada rasio aktivitas, provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih
memprioritaskan belanja operasional untuk pembelanjaan daripada belanja
modal untuk sarana dan prasarana masyarakat
2. Provinsi Sulawesi Selatan

Berdasarkan perhitungan dan tabel hasil analisis rasio keuangan provinsi

Sulawesi Selatan, dapat disimpulkan bahwa:

a. Pada rasio kemandirian keuangan, kemampuan keuangan daerah berada

pada tingkat rendah dengan rentang persentase 25%-50% yang memiliki

pola hubungan Konsultatif. Artinya provinsi Sulawesi Selatan sudah sedikit

22
mampu melaksanakan otonomi daerahnya sendiri dan campur tangan

pemerintah pusat (bantuan) sedikit berkurang.

b. Pada rasio efektivitas PAD, persentase rasionya selama tiga tahun terakhir

(2018-2020) mengalami penurunan berturut-turut yakni 99,31%, 99,29%,

dan 94,35%. Artinya kinerja pemerintahan daerahnya menurun dan

tergolong kurang baik. Hal ini disebabkan karena munculnya COVID-19

dan terjadinya kemerosotan perekonomian.

c. Pada rasio efisiensi belanja daerah, selama tiga tahun terakhir (2018-2020)

pemerintah daerah provinsi Sulawesi Selatan telah menggunakan dananya

dengan baik dan efisien yang dibuktikan dengan persentase rasio efisiensi

belanja daerah yang kurang dari 100%.

d. Pada rasio aktivitas, provinsi Sulawesi Selatan lebih memprioritaskan

belanja operasional untuk pembelanjaan daripada belanja modal untuk

sarana dan prasarana masyarakat.

3. Provinsi Papua Barat

Berdasarkan perhitungan dan tabel hasil analisis rasio keuangan provinsi Papua

Barat, dapat disimpulkan bahwa:

a. Pada rasio kemandirian keuangan, kemampuan keuangan daerah berada

pada tingkat rendah sekali dengan rentang persentase 0%-25% yang

memiliki pola hubungan Instruktif. Artinya, Provinsi Papua Barat

daerahnya belum mampu untuk melaksanakan otonomi daerahnya sendiri

karena masih adanya dominansi campur tangan pemerintah dalam

pelaksanaan otonomi daerahnya..

23
b. Pada rasio efektivitas PAD, persentase rasionya selama tiga tahun terakhir

(2018-2020) mengalami penurunan berturut-turut yakni 155%, 103%, dan

73%. Kinerja pemerintah daerah provinsi Papua Barat di tahun 2018 sudah

cukup baik karena persentasenya melebihi 100%, namun di tahun 2019 dan

2020 kinerja pemerintahan daerahnya menurun dan tergolong kurang baik.

Hal ini disebabkan karena munculnya COVID-19 yang membuat

perekonomian daerah mengalami kemerosotan sehingga berpengaruh pada

kinerja pemerintahan.

c. Pada rasio efisiensi belanja daerah, selama tiga tahun terakhir (2018-2020)

pemerintah daerah provinsi Papua Barat telah menggunakan dananya

dengan baik dan efisien yang dibuktikan dengan persentase rasio efisiensi

belanja daerah yang kurang dari 100%.

d. Pada rasio aktivitas, provinsi Papua Barat lebih memprioritaskan belanja

operasional untuk pembelanjaan daripada belanja modal untuk sarana dan

prasarana masyarakat.

B. Saran
Saran dari penulis untuk pemerintah daerah terkhususnya untuk provinsi bangka
Belitung, prov sulsel, prov papua barat untuk lebih meningkatkan kinerja keuangan
pemerintahannya dengan mengembangkan dan meningkatkan potensi atau
keunggulan dari dearah masing-masing.

Penulis menyadari bahwa penilitan yang dilakukan ini masih banyak


keterbasannya dimana penulis hanya menggunakan beberapa rasio (perbandingan)
dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintahan daerah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Badan Keuangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (29 Oktober 2021). Laporan
Keuangan Perangkat Daerah (LKPD). (https://bakuda.babelprov.go.id/, diakses 13 Juni 2022).
Badan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. (27 Agustus 2021). Laporan
Realisasi Anggaran (LRA). (https://bkad.sulselprov.go.id/, diakses Juni 2022)
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Postur APBD. (https://djpk.kemenkeu.go.id/,
diakses Juni 2022)
Purwanto, Antonius. (24 Desember 2020). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
(https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-kepulauan-bangka-belitung,
diakses 20 Juni 2022)
Wardoyo, Dwi Urip., dkk. 2022. Historical Perspective dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan. Jurnal Ilmiah Multidisiplin. Vol 1 no 2.
(http://ulilalbabinstitute.com/index.php/JIM/article/view/44, diakses 20 Juni 2022)
Wardoyo, Dwi Urip., dkk. 2022. Pengaruh Liabilitas dan Struktur Modal terhadap
Profitabilitas. Jurnal Publikasi Ekonomi dan Akuntansi (JUPEA). Jilid 2. (http://ejurnal.stie-
trianandra.ac.id/index.php/jupea/article/view/151, diakses 21 Juni 2022)
Wardoyo, Dwi Urip dan Rizkha, Nuraisyah. 2019. Tinjauan Kesesuaian Penerapan PSAK No.
45 Tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba pada Yayasan Perguruan Islam. Jurnal
Ekonomi Manajemen dan Bisnis Islam (SERAMBI). Jilid 1.
(http://www.ejournal.imperiuminstitute.org/index.php/SERAMBI/article/view/190, diakses
20 Juni 2022)
Wikipedia; Ensiklopedia Bebas. (8 September 2021). Organisasi Nirlaba.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_nirlaba, diakses Juni 2022)
Wikipedia; Ensiklopedia Bebas. (25 Mei 2022). Kepulauan Bangka Belitung.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung, diakses 20 Juni 2022)
Wikipedia; Ensiklopedia Bebas. (18 Juni 2022). Sulawesi Selatan.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan, diakses Juni 2022)

25
LAMPIRAN
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2017

26
Laporan Realisasi Anggaran Audit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2018

27
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019

28
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2020

29
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018

30
31
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2019

32
33
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2020

34
35
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Papua Barat tahun 2018

36
37
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Papua Barat tahun 2019

38
39
Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Papua Barat tahun 2020

40

Anda mungkin juga menyukai