Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Diampuh oleh Ibu Vina Olivia Pebrianti, SE., ME

OLEH
KELOMPOK 5

HERNINA MPOLO B1C119107


JAMIA NUGRAH B1C119115
MELLIAN B1C119124
MUH. ZAMIL HAMID B1C119132
OSWINA LESTARI S B1C119148

KELAS C

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Akuntansi Pembiayaan”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan
masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna untuk menyempurnakan segala
kekurangan dalam makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan.

Kendari, Mei 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 DEFINISI PEMBIAYAAN.........................................................................................4
2.2 PENERIMAAN PEMBIAYAAN...............................................................................5
2.3 PENGELUARAN PEMBIAYAAN............................................................................5
2.4 PEMBIAYAAN NETO...............................................................................................5
2.5 PEMBIAYAAN DANA BERGULIR.........................................................................6
2.6 PENGAKUAN PEMBIAYAAN.................................................................................6
2.7 PENGUKURAN PEMBIAYAAN..............................................................................6
2.8 PENGUNGKAPAN PEMBIAYAAN.........................................................................7
2.9 PROSEDUR AKUNTANSI PEMBIAYAAN............................................................8
2.10 ILUSTRASI...............................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang No.33 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah diberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung
jawabuntuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, termasuk urusan
pembangunan daerah. Pembangunan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah,
mulaitahapperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Suatu daerah 
otonom yang memiliki sistem pemerintahan yang baik hendaknya secara berkala
melaksanakan pertanggung jawaban kepada Publik dan menjadi suatu keharusan yang mutlak
dilaksanakan. Pertanggungjawaban merupakan salah satu upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Sebagai salah satu pertanggungjawaban Pemerintah Daerah, perhitungan
anggaran daerah (perhitungan APBD) ini juga merupakan salah satu alat analisis laporan
keuangan pemerintah.Analisis atas laporan keuangan ini akan memberikan informasi
mengenai laporan surplus/deficit antara pendapatan dan belanja yang mencerminkan hasil-
hasil yang dicapai dalam periodetertentu (meliputi satu tahun). Dari perhitungan tersebut
akan terlihat apakah penerimaan yangtelah dianggarkan pada tahun perencanaan dalam
bentuk penyusunan anggaran yang dapat terealisir.

Pada sisi pengeluaran juga akan terlihat apakah pengeluaran atas dana yang
telahdianggarkan pada belanja rutin maupun belanja pembangunan telah dilaksanakan secara
efektif. Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah
daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergesaran ini
ditujukanuntuk peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangun
an, infrastruktur,dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan
mampumeningkatkan kualitas layanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat
adanya belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh
pemerintahdaerah. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada
kebutuhan daerahakan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran
pelaksanaan tugas pemerintahan maupununtuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya

1
meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi
belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif
kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan bahwa
pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan
aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994)
menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program
layanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja
untuk berbagai kepentingan publik. Struktur APBD baru yang berbasis kinerja
memungkinkan terdapat SiLPA ( Sisa LebihPerhitungan Anggaran ) pada akhir tahun
anggaran dan dana sisi anggaran tersebut dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk
sumber pembiayaan penerimaan tahun berikutnya.

SiLPA merepresentasikan sisa kas yang timbul karena realisasi pendapatan daerah yang
melebihi realisasi belanja daerah. Ada tidaknya serta besar kecilnya sangat tergantung pada
belanja yangdilakukan Pemerintah daerah serta kinerja Pendapatan daerah. Jika pada tahun
anggaran tertentutingkat belanja daerah relative rendah atau terjadi efisiensi anggaran, maka
dimungkinkan akandiperoleh SiLPA yang lebih tinggi. Tetapi sebaliknya jika belanja lebih
tinggi maka SiLPA yang diperoleh semakin kecil, bahkan belanja daerah lebih besar dari
pendapatan sehingga menyebabkan terjadi defisit keuangan ,maka tidak ada SiLPA untuk
tahunanggaran bersangkutan tetapi justru dimungkinkan terjadi sisa kurang pembiayaan angg
aran (SiKPA). Dengan demikian keberadaan SiLPA tersebut memberikan sinyal adanya
kinerja anggaran yang baik pada tahun anggaran yang bersangkutan. Jika melihat struktur
APBD berdasarkan PP No.24 Tahun 2005, pada saat penyusunan APBD, Pemerintah tidak
akan menganggarkan SiLPA yang akan diperoleh pada akhir tahun anggaran bersangkutan
sebab pada saat penyusunan APBD SiLPA akhir tahun anggaran masih belum pasti, baru
merupakan estimasi yang belum terealisasi. SiLPA akhir tahun anggaran hanya dapat
diketahui jumlahnya setelah berakhir periode anggaran tersebut, yaitu tanggal 31 Desember.
Namun, untuk SiLPA untuk tahun sebelumnya akan muncul pada tahun berkenaan sebagai
pos penerimaan pembiayaan. Tentunya anggaran SiLPA tahun lalu harus sama dengan
terealisasinya, artinya seluruh saldo SiLPA tahun lalu telah dialokasikan pada anggaran
tahunsekarang. Jika pada anggaran tahun lalu tidak terdapat sisa anggaran maka pos
SiLPA tahun anggaran sebelumnya bernilai kosong.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari pembiayaan?


2. Bagaimana penerimaan dari pembiayaan?
3. Bagaimana pengeluaran dari pembiayaan?
4. Bagaimana pembiayaan neto?
5. Bagaimana maksud dari pembiayaan dana bergulir?
6. Bagaimana pengakuan dari pembiayaan?
7. Bagaimana pengukuran dari pembiayaan?
8. Bagaimana pengungkapan dari pembiayaan?
9. Bagaimana prosedur dari akuntansi pembiayaan?
10. Ilustrasi dari akuntansi peembiayaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PEMBIAYAAN


Pembiayaan didefinisikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai pembiayaan
daerah, yang mana semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. Sementara PSAP No. 2 Paragraf 50, mendefinisikan pembiayaan
(financing) sebagai seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Dari kedua definisi tersebut, seperti yang diungkapkan Dini Rosdini dalam makalahnya
yang berjudul Akuntansi Pembiayaan dan Transaksi Nonkas bagi Pemerintah Daerah (2008),
jelas terlihat bahwa pembiayaan merupakan transaksi keuangan pemerintah yang mempunyai
dampak terhadap penerimaan dan/ atau pengeluaran pemerintah pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Sedangkan, tujuan dari transaksi ini
adalah untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus anggaran.

Lebih jauh dikatakan Dini Rosdini dalam makalahnya yang dipresentasikan di Biro
Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2008) tersebut, kalau transaksi pembiayaan
merupakan transaksi yang terjadi di Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) sebagai
Pemda. Hal ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk
memanfaatkan surplus atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi
pembiayaan, di dalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di
dalam neraca Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam
LRA PPKD sebagai pemerintah daerah (kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan
dengan LRA SKPD lainnya, menjadi laporan keuangan pemerintah daerah.

4
2.2 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penerimaan pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 51 dan 54 adalah semua
penerimaan rekening kas umum negara/daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman,
penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada pihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya,
dan pencairan dana cadangan. Pencairan dana cadangan mengurangi dana cadangan yang
bersangkutan.

Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah (2014)
menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa penerimaan daerah adalah sisa lebih
perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset
daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadangan.

2.3 PENGELUARAN PEMBIAYAAN


Pengeluaran pembiayaan menurut PSAP No. 2 Paragraf 55 dan 57 adalah semua
pengeluaran rekening kas umum negara/daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode
tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.

Pembentukan dana cadangan menambah dana cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil


yang diperoleh dari pengelolaan dana cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah
dana cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan LRA dalam pos pendapatan asli
daerah lainnya.

Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi dalam Akuntansi Keuangan Daerah (2014)
menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berupa pengeluaran daerah adalah pembayaran
utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, pembentukan dana cadangan, dan
pemberian pinjaman daerah.

2.4 PEMBIAYAAN NETO


PSAP No. 2 Paragraf 58-61 menegaskan bahwa pembiayaan neto adalah selisih antara
penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun
anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos pembiayaan neto. Sisa lebih pembiayaan
(SILPA)/sisa kurang pembiayaan (SIKPA) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi

5
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara
realisasi pendapatan LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos SILPA/SIKPA.

2.5 PEMBIAYAAN DANA BERGULIR


Dalam Buletin Teknis No. 4 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah
dijelaskan bahwa bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang diniatkan akan
dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah apabila kegiatannya telah berhasil dan selanjutnya
akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana bergulir.
Rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut dicantumkan di
APBN/APBD dan dikelompokkan pada pengeluaran pembiayaan, yaitu pengeluaran investasi
jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan
disajikan sebagai penerimaan pembiayaan-investasi jangka panjang. Dengan demikian, dana
bergulir atau bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai belanja bantuan sosial karena
pemerintah mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya
kembali kepada kelompok masyarakat lainnya. Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan
timbulnya investasi jangka panjang yang bersifat nonpermanen dan disajikan di neraca
sebagai investasi jangka panjang.

2.6 PENGAKUAN PEMBIAYAAN


Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah. (PSAP No. 2, Paragraf 52 dan 56).

2.7 PENGUKURAN PEMBIAYAAN


Diungkapkan pada Modul Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri (2014) bahwa
pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang kas yang
diterima atau yang akan diterima oleh nilai sekarang kas yang dikeluarkan atau yang akan
dikeluarkan. Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang
rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal transaksi
pembiayaan.

6
PSAP No. 2 Paragraf 53, akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan
asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Sementara PSAP No. 3 Paragraf 51
menyatakan bahwa investasi pemerintah dalam perusahaan negara/daerah dan kemitraan
dicatat sebesar nilai kas yang dikeluarkan.

2.8 PENGUNGKAPAN PEMBIAYAAN


Pembiayaan disajikan berdasarkan jenis pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran
dan rincian lebih lanjut jenis pembiayaan disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Penjelasan mengenai sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan
realisasinya, sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Hal-hal yang perlu diungkapkan terkait dengan pembiayaan, antara lain:

1. Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya


tahun anggaran.
2. Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman,
pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset daerah yang dipisahkan, serta
penyertaan modal pemerintah daerah.
3. Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi pembiayaan yang didasarkan
pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan perubahannya dengan Permendagri No. 59
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang didasarkan pada PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
4. Informasi lainnya yang dianggap perlu.

Berikut ilustrasi pengungkapan pembiayaan dalam catatan atas laporan keuangan.

Anggaran 2014 Realisasi 2014 Selisih


(Rp) (Rp) (Rp)
PEMBIAYAAN
Penerimaan Daerah ..................... ....................
Pencairan Dana Cadangan 500.000.000 400.000.000 100.000.000
Pencairan Dana Cadangan 500.000.000 400.000.000* 100.000.000

7
Catatan atas Laporan Keuangan

 Terdapat selisih sebesar Rp100.000.000 untuk realisasi pencairan dana cadangan


dibandingkan anggarannya. Selisih ini karena kebutuhan pada tahun 2012 yang
digunakan untuk pembangunan terminal sebesar Rp400.000.000.

2.9 PROSEDUR AKUNTANSI PEMBIAYAAN

1. Fungsi-Fungsi Terkait
Berikut fungsi-fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas yang
berasal dari penerimaan pembiayaan.
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah, Bendahara
Pengeluaran.
c. Fungsi akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
d. Fungsi akuntansi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah.

2. Dokumen yang digunakan Berikut dokumen yang digunakan dalam prosedur


akuntansi penerimaan kas yang berasal dari penerimaan pembiayaan.
a. Kontrak/perjanjian.
b. Surat keputusan pencairan dana cadangan.
c. Kuitansi pembayaran dan bukti penerimaan lainnya merupakan dokumen tanda bukti
pembayaran.
d. Bukti transfer merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
e. Nota kredit bank merupakan dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang ke rekening kas umum daerah.
f. Buku jurnal penerimaan kas merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau kejadian yang
berhubungan dengan pengeluaran kas.
g. Buku besar merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi untuk
mencatat peringkasan (posting) semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal

8
penerimaan kas ke dalam buku besar untuk setiap aset, kewajiban, ekuitas dana,
belanja, pendapatan, dan pembiayaan.
h. Buku besar pembantu merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk mencatat transaksi-transaksi dan kejadian yang berisi rincian akun buku besar
untuk setiap rekening yang dianggap perlu.

Saldo normal rekening buku besar penerimaan pembiayaan adalah saldo kredit. Artinya
rekening ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya akan
berkurang dengan adanya transaksi yang mendebitnya. Sebaliknya, saldo normal rekening
buku besar pengeluaran pembiayaan adalah saldo debit. Artinya rekening ini akan bertambah
dengan adanya transaksi yang mendebitnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya
transaksi yang mengkreditnya.

Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan terdiri dari 2 (dua) kali pencatatan, yaitu untuk
keperluan penyusunan neraca (basis akrual) dan penyusunan LRA (basis kas). Pencatatan
untuk penerimaan pembiayaan, diawali pada saat pembiayaan diterima. Pencatatan untuk
keperluan penyusunan LRA adalah kas bertambah di sebelah debit dan penerimaan
pembiayaan bertambah di sebelah kredit. Pencatatan untuk keperluan penyusunan neraca
adalah kas bertambah di sebelah debit dan jenis sumber pembiayaan bertambah di sebelah
kredit.

Berikut dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi
penerimaan pembiayaan

Lampiran
No Jenis Transaksi Dokumen Sumber
Dokumen Sumber
Penggunaan SiLPA Perda Nota kredit bank
1 tahun anggaran pertanggungjawaban
sebelumnya. pelaksanaan APBD
Pencairan dana  Nota kredit bank Salinan surat perintah
2
cadangan  Perda dana cadangan pemindahbukuan
Hasil penjualan Bukti penerimaan Berita acara
3 kekayaan daerah yang pembayaran
dipisahkan
 Surat tanda bukti Nota kredit bank.
penerimaan/bukti
Penerimaan pinjaman
4 transfer.
daerah
 Bukti penjualan
obligasi
5 Penerimaan kembali Surat tanda bukti Nota kredit bank.
pemberian pinjaman penerimaan/bukti

9
Lampiran
No Jenis Transaksi Dokumen Sumber
Dokumen Sumber
transfer.
Surat tanda bukti Nota kredit bank.
Penerimaan piutang
6 penerimaan/bukti
daerah
transfer.
 Surat Perintah  SPD
Pencairan Dana  SPM
Pengisian dana
7 (SP2D)
cadangan
 Perda tentang dana
cadangan
Surat Perintah Pencairan  SPD
Penyertaan modal Dana (SP2D)
8  SPM
pemerintah daerah
Surat Perintah Pencairan  SPD
Pembayaran pokok Dana (SP2D)
9  SPM
pinjaman
Surat Perintah Pencairan  SPD
Pemberian pinjaman Dana (SP2D)  SPM
10
daerah  Perjanjian pinjaman

2.10 ILUSTRASI

Berikut ilustrasi akuntansi pembiayaan, baik akuntansi untuk penerimaan pembiayaan


maupun akuntansi untuk pengeluaran pembiayaan.

1. Penerimaan Pembiayaan
Lampiran II Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, akuntansi penerimaan
pembiayaan PPKD pada dasarnya merupakan akuntansi yang tidak berdiri sendiri.
Akuntansi penerimaan pembiayaan ini melekat pada pencatatan transaksi lainnya
khususnya penerimaan kas dari transaksi aset nonlancar dan kewajiban jangka panjang.
Akuntansi ini akan menjadi sebuah jurnal komplementer yang melengkapi jurnal
transaksi pelepasan investasi, transaksi penerimaan utang dan transaksi lainnya yang
sejenis.
Jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi PPKD adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l

10
Kas di kas Daerah xxx
Kewajiban Jangka Panjang xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tangga
Uraian Debit Kredit
l
Estimasi Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan xxx

Contoh:

a. Pada tanggal 23 Mei 2013 pemerintah daerah menerima pinjaman jangka panjang dari
Bank Wahana Adikarya sebesar Rp500.000.000.
Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
23 Mei Kas di Kas Daerah Rp. 500.000.000
2013 Kewajiban Jangka Panjang Rp. 500.000.000

Laporan Realisasi Anggara


Tangga
Uraian Debit Kredit
l
23 Mei Estimasi Perubahan SAL Rp. 500.000.000
2013 Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Rp. 500.000.000

b. Tanggal 15 Juni 2013 diterbitkan 1.000 lembar obligasi pemerintah daerah dengan
harga Rp5.000.000 per lembar, bunga ditetapkan 11% per tahun dan dengan tingkat
diskonto sebesar 2%. Diskonto diamortisasi dengan metode garis lurus selama 10
tahun.
Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
Kas di Kas Daerah Rp. 4.900.000.000
15 Juni
Diskonto Rp. 100.000.000
2013 Rp. 5.000.000.000
Utang Obligasi

11
Laporan Realisasi Anggara
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
15 Juni Estimasi Perubahan SAL Rp.4.900.000.000
2013 Penerimaan Pembiayaan-Obligasi Rp.4.900.000.000

c. Pada tanggal 29 Agustus 2013 dilakukan pencairan dana cadangan sebesar


Rp5.000.000.000.
Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
29 Kas di Kas Daerah Rp. 5.000.000.000
Agustus Dana Cadangan Rp. 5.000.000.000
2013

Laporan Realisasi Anggara


Tangga
Uraian Debit Kredit
l
29 Estimasi Perubahan SAL Rp.5.000.000.000
Agustus Penerimaan Pembiayaan-Dana
2013 Cadangan Rp.5.000.000.000

d. Pada tanggal 2 Oktober 2013 pemerintah daerah melakukan penjualan atas


investasinya di Bank Wahana Adikarya senilai Rp25.000.000.000.
Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
2 Kas di Kas Daerah Rp.25.000.000.000
Oktober Penyertaan Modal Rp.25.000.000.000
2013 Pemerintah Daerah

Laporan Realisasi Anggara


Tangga
Uraian Debit Kredit
l
Estimasi Perubahan SAL Rp.25.000.000.000
2
Penerimaan Pembiayaan- Hasil
Oktober Rp.25.000.000.000
Penjualan Kekayaan Daerah
2013
yang Dipisahkan

12
2. Pengeluaran Pembiayaan

Lampiran II Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi


Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah juga mengungkapkan bahwa
akuntansi pengeluaran pembiayaan PPKD pada dasarnya juga merupakan akuntansi yang
tidak berdiri sendiri. Akuntansi pengeluaran pembiayaan ini melekat pada pencatatan
transaksi lainnya khususnya pengeluaran kas atas transaksi aset nonlancar dan kewajiban
jangka panjang. Akuntansi ini akan menjadi sebuah jurnal komplementer yang melengkapi
jurnal transaksi perolehan investasi, transaksi pembayaran utang dan transaksi lainnya yang
sejenis.

Jurnal yang dibuat oleh fungsi akuntansi PPKD adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
Kewajiban Jangka Panjang xxx
Kas di kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran


Tangga
Uraian Debit Kredit
l
Pengeluaran Pembiayaan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Contoh:

a. Pada tanggal 5 Juni 2013 pemerintah daerah melunasi kewajiban jangka panjang dari
Bank Wahana Adikarya yang telah jatuh tempo sebesar Rp100.000.000. Jurnal atas
transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
5 Juni Kewajiban Jangka Panjang Rp.100.000.000
2013 Kas di Kas Daerah Rp.100.000.000

13
Laporan Realisasi Anggara
Tangga
Uraian Debit Kredit
l
Pengeluaran Pembiayaan – Rp.100.000.000
5 Juni Pelunasan kewajiban jangka
2013 panjang
Estimasi Perubahan SAL Rp.100.000.000

b. Pada tanggal 15 September 2013 pemerintah daerah melakukan penyertaan modal ke


PDAM sebesar Rp100.000.000. Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
15 Penyertaan Modal Pemerintah Rp.100.000.000
September Daerah
2013 Kas di Kas Daerah Rp.100.000.000

Laporan Realisasi Anggara


Tanggal Uraian Debit Kredit
Pengeluaran Pembiayaan – Rp.100.000.000
15
Penyertaan Modal Pemerintah
September
Daerahh
2013 Rp.100.000.000
Estimasi Perubahan SAL

c. Pada tanggal 2 Desember 2013 pemerintah daerah melakukan pengisian dana


cadangan sebesar Rp100.000.000.
Jurnal atas transaksi tersebut adalah:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Dana Cadangan Rp.100.000.000
Desembe Kas di Kas Daerah Rp.100.000.000
r 2013

Laporan Realisasi Anggara


Tanggal Uraian Debit Kredit
2 Pengeluaran Pembiayaan – Rp.100.000.000
Desember Pembentukan dana cadangan
2013 Estimasi Perubahan SAL Rp.100.000.000

3. Jurnal Koreksi Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan

14
PSAP No. 10 Paragraf 4 menjelaskan bahwa koreksi adalah tindakan pembetulan secara
akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan
yang seharusnya. Sementara kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara signifikan
tidak sesuai dengan yang seharusnya yang memengaruhi laporan keuangan periode berjalan
atau periode sebelumnya.

Lebih lanjut dijelaskan dalam PSAP No. 10 Paragraf 24 bahwa koreksi kesalahan atas
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas
dan akun saldo anggaran lebih.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pembiayaan didefinisikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagai pembiayaan
daerah, yang mana semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. Sementara PSAP No. 2 Paragraf 50, mendefinisikan pembiayaan
(financing) sebagai seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun
pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

16
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, Rambe, O. S., & Rasdianto. (2020). Akuntansi Keuangan Daerah berbasis Akrual,
Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No. 64 tahun 2013. Jakarta: Salemba
Empat.

Pattipeilohy, gilbert. 2016. Contoh Makalah AKD II : Akuntansi Pembiayaan - Analisis


Penggunaan SilPa.
https://www.academia.edu/35456705/Contoh_Makalah_AKD_II_Akuntansi_Pembiayaan_A
nalisis_Penggunaan_SilPa, diakses pada tanggal 24 Mei 2022.

17

Anda mungkin juga menyukai