Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINI RISET

MK. AKUNTANSI KEUANGAN I


PRODI S1 AKT - FE

Skor Nilai:

MINI RISET

“PENGAPLIKASIAN MENGURANGI TERJADINYA


KESALAHAN PENGAKUAN PERSEDIAAN ”

NAMA MAHASISWA :
CAROLINA SINAGA (7181220003)
MEGA UTAMI (7182220016)
SOFHIAN DONI SIAHAAN (7182220020)
SISKA NURSETIA GULTOM (7183220022)
NIRMA HANDAYANI LA’IA (7183220027)
DOSEN PENGAMPU : Dr. NASIRWAN,SE.,.M.Si,Ak.CA
MATA KULIAH : AKUNTANSI KEUANGAN I

REG 2018

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Mei 2019
EXCECUTIVE SUMMARY

Persediaan merupakan hal paling penting dalam menjalankan sebuah perusahaan.


Banyaknya persediaan yang dimiliki dapatb menunjukkan bahwa perusahaan itu tergolong
kepada perusahaan yang berkembang dengan baik dan akan menarik pihak investor untuk
menanamkan modal nya. Oleh karena itu untuk menyikapi persediaan dibutuhkan
perhatian khusus agar setiap persediaan yang masuk maupun keluar menjadi transaparan
dan dicatat dengan baik sesuai kebenaran yang sebenarnya digudang. Jika kesalahan
pengakuan persediaan terjadi maka dapat menyebabkan tercatatnya persediaan besar
namun pada kenyataan nya tidak seperti itu. Disini lah dapat terjadi kesalah pahaman dan
juga kerugian yang akan dialami perusahaan.
Kesalahan dalam mencatat besarnya fisik persediaan ini akan menyemodulkan
salah saji dalam saldo persediaan akhir.  Karena persediaan merupakan aktiva lancar, maka
besarnya aktiva lancar maupun total aktiva perusahaan secara keseluruhan juga
akanmenjadi salah saji di neraca.  Di samping itu kesalahan dalam melakukan
penghitungan atas persediaan ini juga akan mengakibatkan besarnya harga pokok
penjualan, laba kotor, dan laba bersih yang tersaji dalam laporan laba rugi menjadi keliru.
Besarnya persediaan akhir telah keliru dicatat kekecilan, maka besarnya laba bersih untuk
periode berjalanini juga akan menjadi kekecilan. Saldo persediaan akhir yang kekecilan
dalam periode berjalanini akan di bawa ke periode berikutnya sebagai persediaan awal. 
Karena persediaan akhir dalam periode berjalan kekecilan, maka besarnya persediaan awal
di tahun berikutnya juga akan menjadi kekecilan.  Jika persediaan awal di tahun berikutnya
kekecilan, maka laba bersih untuk tahun berikutnya ini akan menjadi kebesaran. Nilai
persediaan akhir telah keliru dicatat kebesaran, maka laba bersih untuk periode berjalanini
juga akan menjadikebesaran.  Saldo persediaan akhir yang kebesaran dalam periode
berjalan ini akan dibawa ke periode berikutnya sebagai persediaan awal.  Karena
persediaan akhir dalam periode berjalan kebesaran, maka nilai persediaan awal di tahun
berikutnya juga akan menjadi kebesaran.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Mini Riset untuk mata kuliah Akuntansi Keuangan
I. Terwujudnya Mini Riset ini tidak dapat terlepas dari bimbingan dan dorongan serta
arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dengan
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Nasirwan,
SE., M.Si., Ak., CA. selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan I yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian tugas Mini Riset ini.
Penulisan Mini Riset ini bertujuan agar pembaca dapat lebih memahami materi
yang telah penulis sajikan. Penulis sadar bahwa dalam penulisan Mini Riset ini banyak
sekali kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca agar penulisan Mini Riset ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga Mini Riset ini bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat lebih mengerti tentang materi yang telah penulis sajikan.

Medan, Mei 2019

Penyusun
Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

EXCECUTIVE SUMMARY.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................................................1
B. Permasalahan.........................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................3
A. Landasan Teori......................................................................................................................3
B. Hipotesis................................................................................................................................4
BAB III.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN DAN EVALUASI.................................................................................................5
A. Gambaran Hasil Survey.........................................................................................................5
B. Pembahasan...........................................................................................................................6
BAB IV...........................................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................................10
B. Keterbatasan........................................................................................................................10
C. Implikasi/Rekomendasi.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Telah banyak terjadi kasus kesalahan pengakuan persediaan yang menyebabkan
perusahaan merugi dan mungkin sampai bangkrut. Disini sebagai pengaplikasian
nya saya mengambil salah satu contoh kasus dari salah satu perusahaan yaitu:
1. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah
di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma
melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di
audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena
telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang
baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih
rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan
berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit
Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar
dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai
yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma,
melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan
(master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari
ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan
pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan
penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang
tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan
penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan

1
keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun
gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak
terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan
bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham
milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada
semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan
Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3)
Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan
mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian
kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan
melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu
penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila
dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
B. Permasalahan
1. Apakah perusahaan sudah melaksanakan pencatatan persediaan dengan baik
dan benar?
2. Penyebab dari terjadinya kesalahan pencatatan persediaan?
3. Apakah ide yang ada pada Rekayasa Ide sudah diterapkan ?
C. Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas mini riset akuntansi keuangan 1.
2. Untuk mengetahui sejauh mana perlakuan perusahaan untuk menanggapi
persediaan.
3. Untuk memberikan hipotesis sementara dengan diaplikasikannya ide yang
tertulis di Rekayas Ide.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
Ada beberapa tahap untuk menghitung HPP perusahaan dagang. Rumus
HPP untuk perusahaan dagang diawali dengan menghitung penjualan bersih,
pembelian bersih, persediaan barang dan harga pokok penjualan. Berikut rumus
yang bisa Anda pakai. 
1. Menghitung Penjualan Bersih 
Penjualan Bersih = Penjualan – (Retur Penjualan + Potongan Penjualan) 
Untuk catatan, ongkos angkut penjualan tidak termasuk dalam hitungan harga
pokok penjualan dan menjadi biaya umum. 
2. Menghitung Pembelian Bersih 
Pembelian Bersih = (Pembelian + Ongkos Angkut Pembelian) – (Retur
Pembelian + Potongan Pembelian) 
3. Menghitung Persediaan Barang 
Persediaan Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih 
4. Menghitung Harga Pokok Penjualan 
HPP = Persediaan Barang – Persediaan Akhir 
Dalam perusahaan manufaktur, cara menghitung HPP sedikit lebih rumit.
Ada empat tahap mengenai cara menghitung HPP perusahan manufaktur. Anda
bisa simak tahap-tahap tersebut di bawah ini. 
5. Menghitung Bahan Baku yang Dipakai 
Pada tahap pertama, kita perlu menghitung bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi. Rumusnya adalah: 
Bahan Baku yang Digunakan = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan
Baku – Saldo Akhir Bahan Baku 
6. Menghitung Biaya Produksi 
Tahap selanjutnya adalah menghitung biaya produksi. Rumus menghitung
biaya produksi adalah: 
Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang Digunakan + Biaya Tenaga Kerja
Langsung + Biaya Overhead Pabrik 

3
7. Menghitung Harga Pokok Produksi 
Tahap ketiga adalah menghitung harga pokok produksi. Untuk tahap ini kita
menggunakan rumus: 
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal Persediaan Barang
dalam Proses Produksi – Saldo Akhir Persediaan Barang dalam Proses Produksi 
8. Menghitung HPP 
Di tahap keempat sekaligus tahap terakhir kita menghitung harga pokok
penjualan. Rumus HPP adalah sebagai berikut: 
HPP = Harga Pokok Produksi + Persediaan Barang Awal – Persediaan Barang
Akhir.

B. Hipotesis
Perusahaan akan mengalami peningkatan dalam pengaturan persediaan dan
ketelitian dalam laporan keuangan.

4
BAB III
PEMBAHASAN DAN EVALUASI

A. Gambaran Hasil Survey


Beberapa perusahaan manufaktur terbaik di Indonesia :
1. Pertamina (Net Profit: Rp18 triliun)
2. HM Sampoerna (Net Profit: Rp10 triliun)
3. Perusahaan Gas Negara (Net Profit: Rp8 triliun)
4. Unilever (Net Provit: Rp5 triliun)
5. Gudang Garam (Net Profit: Rp5 triliun)
6. Semen Indonesia (Net Profit: Rp5 triliun)
7. Indocement (Net Profit: Rp5 triliun)
8. Indofood (Net Profit: Rp4 triliun)
Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang terbaik di Indonesia.
Dalam melaksanakan analisis persediaan yang dimiliki perusahaan-perusahaan
diatas sangat teliti. Mereka harus mampu meramalkan berapa persediaan yang
mereka butuhkan pada waktu tertentu. Jika mereka ingin meramalkan berapa besar
pangsa pasar yang akan mereka miliki maka mereka harus melakukan analisis
persediaan yang akurat. Terdapat bagian khusus yang dipekerjakan untuk mengatur
persediaan dan memberikan laporan yang akurat sebagaimana keadaan di gudang
sebenarnya. Jika ini sudah dilakukan maka mereka dapat meramalkan dengan baik
berapa besar keuntungan yang akan mereka terima di hari-hari biasa dan
keuntungan di hari-hari besar.
Besar kecilnya persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap
gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu
jalannya produksi.
2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang
direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang
direncanakan
3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya
pembelian yang minimal

5
4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-
waktu yang akan datang
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material
6. Harga pembelian bahan mentah
7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang
8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya
Faktor-faktor ini mempengaruhi setiap perkembangan kedepan dari perusahaan,
baik secara perencanaan ataupun dalam estimasi biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan. Dengan menggabungkan perencanaan produksi dan biaya akan
memungkinkan setiap kegiatan yang dilakukan akan membawa keuntungan yang
signifikan untuk perusahaan. Perusahaan dapat memperluas sampai kepada ramalan
minat masyarakat, jangka waktu trend akan berlangsung, penawaran barang, dan
penentuan harga yang dapat dijangkau.
Dengan menerapkan ide dari rekayasa ide kemungkinan akan meningkatkan
persentasi efektivitas dari persediaan yang diproduksi sehingga tidak terlalu berlebihan
dan juga tidak kekurangan dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Saat perusahaan
dapat menstabilkan persediaan maka harga juga cenderung akan stabil dan tidak
menimbulkan kenaikan harga yang cepat. Kehidupan masyarakat juga akan lebih
seimbang sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial yang terlalu berlebihan. Oleh
karena itu disini kita dapat melihat pentingnya dalam analisis pengakuan persediaan yang
harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan
juga menstabilkan taraf hidup masyarakat di Indonesia. Semakin baik dalam membangun
perusahaan dapat juga membantu memperbaiki kehidupan masyarakat yang memiliki
kebutuhan terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

B. Pembahasan
Biaya-Biaya Yang Harus Dimasukan Dalam Persediaan
Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan
dengan berapa jumlah persediaan yang harus yang dicatat dalam akun. Pembelian
(akuisisi) persediaan, seperti aktiva lain, umumnya di perhitungkan atas dasar biaya.
A. Biaya produk
Product cost adalah biaya yang” melekat” pada persediaan dan di catat dalam akun
persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang kelokasi

6
bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap di jual. Beban
seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang di beli, biaya pembelian
langsun lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lain nya yang dikeluarkan
dalam memproses barang ketika dijual. Namun karna adanya kesulitan praktis
dalam mengalokasikan biaya dan beban, maka tidak dimasukkan dalam penilaian
persediaan.
B. Biaya periode
Beban penjualan (selling expenses) dan, dalam kondisi yang biasa, beban
umum serta adminstrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan akuisisi atau
produk si brang dan, karenanya, tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan.
Biaya semacam itu disebut dengan biaya periode secara konseptual, beban ini
merupakan biaya dari produk eperti halnya harga beli awal dan ongkos
pengangkutan. Biaya bunga yang berhubungan dengan penyiapanpersediaan agar
siap dijual biasanya di bebankan pada saat dikeluarkan. Arguman penting untuk
pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga merupakan biaya pembiayaan.
C. Biaya manufaktur
Seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang
mengunakan persediaan- bahan baku,barang dalam proses, barang jadi. Brang
dalam proses dan brang jadi meliputi bahan, tenaga kerja langsung, da biaya
overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur meliputi bahan tidak
langsung,tenaga kerja tidak langsung da pos-pos seperti penyusutan ,
pajak,asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.

Cuplikan analisis:
Usaha awal toro company untuk menjual alat kebersihan salju (snowblowers)
tidak berhasil. Toro berangapan bahwa alat pembersih salju merupakan komplemen
(pelengkap) usaha alat pemotong rumputnya, terutama setelah curah salju yang
begitu tinggi dari tingkat normal selama beberapa tahun terakhir. Toro bereaksi
memproduksi alat pembersih salju seolah-olah salju merupakan usaha yang
berkembang dan andal seperti tumbuhnya rumput. Tahun disaat alat pembersih
salju diperkenalkan, musim dinginnya menghasilkan salju yang lebih sedikit dari
biasanya, sehingga baik toro maupun penyalurnya memiliki persediaan barang

7
berlebih. Keuangan beberapa penyalur bahkan sangat tertekan hingga mereka tidak
mampu mendanai persediaan alat pemotong rumput untuk musimdepan.
Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual, maka nilai tercatat
persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan
atas penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual
sebagai beban menghasilkan pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. Oleh
karena itu dalam menentukan besarnya laba harus dihitung terlebih dahulu besarnya
harga pokok penjualan. Persediaan yang dibeli atau ibuat selama suatu periode
ditambahkan ke persediaan awal dan jumlah biaya persediaan ini disebut dengan
harga pokok barang tersedia untuk dijual. Pada akhir periode akuntansi, jumlah
biaya yang tersedia untuk dijual dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa
(dicatat di neraca sebagai aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode
(dilaporkan dalam laba rugi sebagai biaya, harga pokok penjualan).
Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan
biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:
1. Sistem Periodik (physical)
yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk
menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran
dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian
dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem
periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat
perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis,
aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam
namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap
transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian
sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi
komputer yang meMudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi,
misalnya seperti di toko retail.
2. Sistem Permanen (Perpetual)
yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan
membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem
perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi

8
untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat
mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu.
Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk
mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian
persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode
akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan
melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.

9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil mini riset yang dilakukan, persediaan merupakan hal terpenting dalam
perusahaan yang memiliki hubungan dengan kemajuan perusahaan dan peningkatan
taraf hidup masyarakat. Dengan membaiknya analisis persediaan akan menimbulkan
kemajuan perusahaan dalam berbagai bidang yang sangat mempenagruhi keuntungan
perusahaan tersebut.
B. Keterbatasan
Dalam riset ini masih banyak ditemukan perusahaan kecil ataupun perusahaan
yang baru saja memulai karirnya menganggap sepele terhadap analsis persediaan yang
mereka miliki. Mereka menanggap tidak terlalu penting memikrikan persediaan, hanya
fokus kepada keuntungan perbulan ataupun pertahun. Jika mereka merasa masih
memiliki keuntungan dengan hasil produksinya maka mereka akan melanjutkan itu
tanpa memikirkan perlunya mengontrol setiap prodiuk yang mereka hasilkan. Dengan
itu mereka hanya memproduksi dan tidak sadar bahwa konsumen mulai merasakan
kebosanan dari produk mereka. Ini menjadi kerugian yang besar jika ada perusahaan
lain yang lebih duluan memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan variasi
baru. Karena persediaan yang diproduksi terlalu banyak maka oerusahan akan
kebingungan bagaimana beralih ke variasi baru namun stok persediaan lama mereka
masih banyak. Inilah gambaran kecil dari kesalahan pengakuan persediaan yang
dilakukan perusahaan.
C. Implikasi/Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan kepada perusahaan yaitu untuk melakukan pembenahan
kepada bagian analisis persediaan agar melengkapi dengan metode terbaik, aplikasi
terbaik, teknologi terbaik, dan orang-orang terbaik untuk mengatur sebagaimana
dilakukan perusahaan besar dan terkenal untuk meningkatkan efektivitas produksi
sehingga menghasilkan laporan keuangan yang nyata dan dengan keuntungan yang
diharapkan. Setelah ini akan menimbulkan pengaruh besar kepada perusahaan kecil
yang akan berkembang dengan cepat dan membuat Indonesia menjadi negara yang
berperan penting dalam dunia perekonomian Internasional. Dengan pelayanan dan
pekerjaan terbaik maka akan menghasilkan perusahaan terbaik dan juga keuntungan
terbaik untuk perekonomian yang terbaik.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

 http://koleksi-skripsi.blogspot.co.id/2011/04/pengendalian-persediaan-bahan-
baku.html
 https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-3266478/mimpi-pertamina-jadi-
perusahaan-kelas-dunia
 http://dithaaltha26.blogspot.co.id/2013/01/contoh-kasus-kecurangan-
akuntansi.html
 http://akuntansisiji.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-akuntansi-
persediaan.html

12

Anda mungkin juga menyukai