Anda di halaman 1dari 16

TUGAS CRITICAL JOURNAL REPORT

AKUNTANSI KEUANGAN 1
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nasirwan, SE., M.Si., Ak., CA

DISUSUN OLEH:

CAROLINA SINAGA
(7181220003)

AKUNTANSI B 2018

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami ucapkan ke khadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkatNya ,kami dapat menyelesaikan tugas “Critical Journal
Review” ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
“Pengantar Ekonomi Makro”. Terima kasih juga kami ucapkan kapada
pihak-pihak yang telah membantukami dalam menyelesaikan tulisan ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritikdari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini
untuk waktu yang akandatang. Akhir kata kami berharap critical book
review ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca. Terima
Kasih.

Medan, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Rasionalisasi pentingnya CJR.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CJR...........................................................................................................1
C. Manfaat CJR.............................................................................................................................1
D. Identitas Artikel dan Journal yang Direview....................................................................1
BAB II RINGKASAN ISI ARTIKEL..........................................................................................................3
A. Pendahuluan............................................................................................................................3
B. Deskripsi Isi..............................................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS.........................................................................................................6
A. Pembahasan Isi Jurnal..........................................................................................................6
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal..............................................................................11
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................13

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR


Review jurnal atau hasil dari penelitian termasuk salah satu bentuk
penugasan yang penting dalam kurikulum KKNI yang berlaku di Prodi Akuntansi
Unimed. Tujuan dari review jurnal atau hasil dari penelitian sendiri adalah untuk
mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian ataupun jurnal yang telah
ada. Review jurnal ataupun review hasil penelitian merupakan salah satu strategi
untuk bisa mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian
yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, setiap mahasiswa khususnya jurusan
Pendidikan Antropologi harus memiliki kompetensi untuk membaca serta
menganalisis agar jurnal ataupun hasil penelitian yang dibahas dapat dipahami
sepenuhnya oleh mahasiswa.

B. Tujuan Penulisan CJR


1. Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI, Critical Journal
Review.
2. Menambah kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari jurnal.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
4. Menguatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis
jurnal.

C. Manfaat CJR
1. Terpenuhinya salah satu bentuk penugasa KKNI, Critical Journal Review.
2.  Bertambahnya kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari suatu
jurnal.
3. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
4. Semakin kuatnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dan
menganalisis jurnal.

D. Identitas Artikel dan Journal yang Direview


 Jurnal 1
1. Judul Artikel : Analisis penerapan PSAK No. 14 terhadap Metode Pen
catatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan
pada PT. SURYA WENANG INDAH MANADO
2. Nama Journal : Jurnal EMBA
3. Pengarang Artikel : Rivaldo Barchelino
4. Penerbit : FEB Universitas Sam Ratulangi

2
5. Kota Terbit : Malang
6. Nomor ISSN : ISSN 2303-1174
7. Volume dan Nomor : Vol.4 No.1
8. Tahun Terbit : Maret 2016
9. Alamat Situs : https://ejournal.unsrat.ac.id/index

 Jurnal 2
1. Judul Jurnal : Analisis Perlakuan Akuntansi atas Persediaan pada PE
RUM BULOG DIVRE SULUT dan GORONTALO
2. Nama Journal : Jurnal EMBA
3. Pengarang Artikel : Marius Hermanto, Jullie J.Sondakh, dan Sonny Pange
rapan
4. Penerbit : FEB Universitas Sam Ratulangi
5. Kota Terbit : Malang
6. Nomor ISSN : ISSN 2303-1174
7. Volume dan Nomor : Vol.7 No.1
8. Tahun Terbit : Januari 2019
9. Alamat Situs : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.

 Jurnal 3
1. Judul Jurnal : Analisis Penerapan Akuntansi Persediaan Berdasarkan
PSAK No 14 pada PT GATRACO INDAH MANADO
2. Nama Journal : Jurnal EMBA
3. Pengarang Artikel : Rachel Anly Marilyn Lingkanwene Wullur, Herman Kara
Moy, Winston Pontoh
4. Penerbit : FEB Universitas Sam Ratulangi
5. Kota Terbit : Malang
6. Nomor ISSN :-
7. Alamat Situs : https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php

3
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Pendahuluan
Persediaan merupakan salah satu komponen penting untuk sebuah perusahaan baik
perusahaan kecil, menengah, maupun perusahaan besar dalam menjalankan usahanya
(Shuseng, 2013). Secara umum persediaan merupakan bahan atau barang yang digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi dan
untuk dijual kembali Terkadang dalam penerapannya, metode pencatatan maupun penilaian
persediaan belum dilakukan dengan baik oleh perusahaan karena beberapa faktor di
antaranya kekurangan informasi terhadap metode pencatatan dan penilaian persediaan
terbaru, kurangnya pengetahuan dari pihak perusahaan untuk menerapkan metode yang
layak, ataupun perusahaan sudah merasa cocok dengan metode yang digunakan selama
ini sehingga mereka takut jika mengganti dengan metode yang baru akan sulit untuk
menyesuaikan dengan sistem yang telah diterapkan oleh perusahaan selama ini (Anwar
dan Karamoy, 2014). Metode pencatatan dan penilaian persediaan yang diterapkan oleh
perusahaan juga tidak semuanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana
yang mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 dijelaskan tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan persediaan, di antaranya pencatatan persediaan, metode yang
digunakan dalam penilaian persediaan dan lain sebagainya.

B. Deskripsi Isi
 Jurnal Utama

Akuntansi
Terdapat banyak definisi dan arti akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan
peneliti yang merupakan pakar di bidang akuntansi, di antaranya Reeve et al., (2013:9)
mengatakan bahwa secara umum, akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai
sistem informasi yang menyediakan laporan keuangan untuk para pemangku
kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan
Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan berhubungan dengan unit ekonomi secara keseluruhan
dalam bentuk laporan keuangan yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam
pengambilan keputusan yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berlaku (Waluyo, 2012:34).
Konsep Laporan Keuangan
Reeve et al. (2013:22) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan
akuntansi yang menyediakan informasi yang didapatkan setelah transaksi dicatat dan
dirangkum. Sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan tentang tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

4
kinerja, serta perubahan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi (Hery, 2012:2).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 (PSAK No.14) tentang Persediaan


PSAK adalah standar yang harus diikuti dalam pencatatan dan pelaporan akuntansi di
Indonesia. PSAK ini merupakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh para akuntan agar
pelaporan akuntansi di Indonesia ini menjadi lebih efektif.
1. Persediaan Ikatan Akuntansi Indonesia mengkhususkan pernyataannya mengenai
persediaan dalam PSAK No. 14. Ini terdiri dari bagian pendahuluan, penjelasan dan
mengungkapkan mengenai persediaan barang dagangan.
2. Pendahuluan PSAK No.14 bagian pendahuluan memuat tentang tujuan pernyataan,
ruang lingkup pernyataan dan definisi persediaan. Pendahuluan ini terdiri dari
paragraf 1 sampai dengan paragraf 4
3. Tujuan Tujuan pernyataan ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan
jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas
aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui.
4. Ruang Lingkup PSAK No.14 paragraf 2 menyatakan bahwa: pernyataan ini
diterapkan untuk seluruh persediaan, kecuali:
a. Pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk
kontrak jasa yang terkait langsung (lihat PSAK 34: Kontrak Konstruksi);
b. Instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan
PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
c. Dikosongkan.

Persediaan
Kieso, Weygandt dan Warfield (2012:408) menyatakan persediaan adalah asset yang
dimiliki perusahaan dan tersedia untuk dijual dalam kepentingan bisnis atau merupakan
barang yang akan digunakan untuk memproduksi barang yang tersedia untuk dijual.
Dengan demikian persediaan merupakasn suatu komponen aset yang sangat penting
bagi perusahaan karena persediaan merupakan sumber utama dalam merealisasi laba
perusahaan.

Jenis-Jenis Persediaan
Santoso (2010:240) mengemukakan pengelompokkan persediaan juga didasarkan pada
jenis perusahaannya. Bagi perusahaan dagang (merchandise enterprise) di mana
persediaan merupakan barang yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses
lanjutan, maka persediaan disebut sebagai persediaan barang dagangan (merchandise
inventory). Sedangkan pada perusahaan industry di mana persediaan bahan baku
memerlukan proses lebih lanjut agar siap dijual dalam bentuk barang jadi (finished
goods), maka persediaan dikelompokkan menjadi:

5
1. Bahan baku
2. Barang dalam proses
3. Barang jadi
4. Bahan pembantu

Biaya Persediaan Herjanto dalam Tamodia (2013) menyatakan bahwa dalam setiap
penentuan pemesanan barang yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan,
biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan antara lain:
1. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenan dengan diadakannya
persediaan barang. Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk yaitu
persentase dari unit harga/nilai barang, dan dalam bentuk rupiah per unit barang,
dalam periode waktu tertentu.
2. Biaya modal biasanya merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar,
baik berupa biaya bunga jika modalnya berasal dari pinjaman maupun biaya
oportunitas apabila modalnya milik sendiri.
3. Biaya pemesanan (pembelian), merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan pemesanan
sampai tersedianya barang di gudang. Setiap kali suatu bahan dipesan, organisasi
menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs).
4. Biaya kekurangan persediaan (shortage costs, stockout cost) adalah biaya yang
timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya
kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan berupa
biaya kehilangan kesempatan, Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini merupakan
biaya kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai
akibat tidak adanya bahan yang diproses, yang antara lain meliputi biaya kehilangan
waktu produksi bagi mesin dan karyawan.

6
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS
A. Pembahasan Isi Jurnal

1. Pengertian Akuntansi menurut jurnal 1 adalah akuntansi sebagai seni pencatatan,


penggolongan dan pengikhtisaran transaksi serta kejadian yang bersifat keuangan
dengan cara yang berdaya guna dalam bentuk satuan uang, serta interpretasi dari hasil
proses tersebut.
Sedangkan pengertian Akuntansi menurut jurnal 2 yaitu didefenisikan sebagai suatu
proses dalam pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,
pengklarifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar
(bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau
kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan
informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.
Sedangkan pengertian Akuntansi menurut jurnal 3 yaitu sebagai suatu aktivitas jasa
yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif dari entitas ekonomi, terutama
yang bersifat keuangan dan dimaksudkan untuk bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomi, dan dalam menentukan pilihan di antara serangkaian tindakan-
tindakan alternatif yang ada (Belkaoui (2006:50).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau
pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor,
otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya
keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah.

2. Pengertian Akuntansi Keuangan menurut jurnal 1 adalah berhubungan dengan unit


ekonomi secara keseluruhan dalam bentuk laporan keuangan yang dimanfaatkan oleh
berbagai pihak dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang berlaku (Waluyo, 2012:34).
Sedangkan pengertian akuntansi Keuangan 1 menurut jurnal 2 yaitu merupakan bidang
akuntansi yang menyediakan informasi akuntansi secara umum bagi para pemakai atau
pengambil keputusan yang ada di luar organisasi.Akuntansi keuangan sangat terkait
dengan pencatatan dan pelaporan data dari akivitas ekonomi suatu perusahaan. Selain
laporan berguna bagi manajer, laporan tersebut juga menjadi laporan utama bagi
pemilik usaha, kreditor, badan pemerintah, dan masyarakat (Reeve, Warren, dan
Duchac, 2013:10).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan 1 adalah merupakan salah satu
bagian dari akuntansi yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan
perusahaan kepada pihak eksternal berupa laporan neraca, rugi laba, Perubahan Modal
dan Arus Kas kepada pemegang saham, kreditor atau investor khususnya tentang
profitabilitas dan kredibilitas perusahaan, kepada supplier, dan pemerintah.

3. Pengertian laporan keuangan berdasarkan jurnal 1 adalah laporan akuntansi yang


menyediakan informasi yang didapatkan setelah transaksi dicatat dan dirangkum
(Reeve et al. (2013:22)). Tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang

7
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Hery, 2012:2).
Sedangkan pengertian laporan keuangan berdasarkan jurnal 2 adalah alat informasi
yang menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang
menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan
perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu pihak internal seperti manajemen perusahaan dan
karyawan, dan yang kedua adalah pihak eksternal seperti pemegang saham, investor,
kreditor, pemerintah dan masyarakat. Tujuan laporan keuangan yaitu Tujuan khusus
laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam
posisi keuangan.
Sedangkan pengertian laporan keuangan berdasarkan jurnal 3 adalah proses berkala
yaitu menampilkan datadata keuangan tentang posisi suatu perusahaan, kinerja operasi,
dan aliran dana-dana selama periode akuntansi untuk pihak-pihak di luar organisasi
bisnis (Ardiyos (2010:414)
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan
transaksi keuangan suatu perusahaan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan
tersebut pada satu periode akuntansi dan merupakan gambaran umum mengenai
kinerja suatu perusahaan.

4. Pengertian Persediaan berdasarkan jurnal 1 adalah asset yang dimiliki perusahaan dan
tersedia untuk dijual dalam kepentingan bisnis atau merupakan barang yang akan
digunakan untuk memproduksi barang yang tersedia untuk dijual persediaan adalah
asset yang dimiliki perusahaan dan tersedia untuk dijual dalam kepentingan bisnis atau
merupakan barang yang akan digunakan untuk memproduksi barang yang tersedia
untuk dijual

Sedangkan pengertian Persediaan berdasarkan jurnal 2 yaitu, barang dagang yang


dapat disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat
digunakan dalam proses produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu. (Warren
(2014))

Sedangkan pengertian Persediaan berdasarkan jurnal 3 yaitu merupakan seluruh


barang dagangan yang dimiliki oleh perusahaan dan diharap dapat dijual dalam jalur
normal operasi perusahaan.( Hongren dkk)
Dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah

5. Jenis jenis persedian pada jurnal 1 didasarkan pada jenis perusahaannya. Bagi
perusahaan dagang (merchandise enterprise) di mana persediaan merupakan barang
yang langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan, maka persediaan
disebut sebagai persediaan barang dagangan (merchandise inventory). Sedangkan
pada perusahaan industry di mana persediaan bahan baku memerlukan proses lebih
lanjut agar siap dijual dalam bentuk barang jadi (finished goods), maka persediaan
dikelompokkan menjadi:

8
1. Bahan baku
2. Barang dalam proses
3. Barang jadi
4. Bahan pembantu
Jenis Jenis persediaan pada jurnal 2 terdiri dari :
a. Persediaan bahan mentah (rawmaterial inventory). Telah dibeli, tetapi belum
diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk memisahkan (yaitu menyaring)
pemasok dari proses produksi. Meskipun demikian, pendekatan yang lebih
disukai adalah menghapus variabilitas pemasok dalam kualitas, jumlah atau
waktu pengiriman sehingga tidak diperlukan pemisahan.
b. Persediaan barang dalam proses (work in proses-WIP inventory). Komponen-
komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan,
tetapi belum selesai. WIP itu ada karena untuk membuat produk waktu (disebut
juga waktu siklus). Mengurangi waktu siklus akan mengurangi waktu persediaan
WIP.
c. Maintenance/Repair/Operating (MRO). Persediaan yang disediakan untuk
perlengkapan MRO yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin dan proses
tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan dan waktu kebutuhan dan waktu
untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa tidak dapat diketahui.
Walaupun permintaan untuk MRO ini sering kali merupakan fungsi dari jadwal
pemeliharaan, permintaan MRO lain yang tidak terjadwal harus diantisipasi.
d. Persediaan barang jadi (finish-good inventory). Produk yang telah selesai dan
tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan
karena permintaan pelanggan pada masa mendatang tidak diketahui.(Heizer dan
Render (2015 : 554))
Jenis jenis persediaan pada jurnal 3 terdiri dari :
a. Persediaan Bahan Mentah (Raw Materials) Terdiri dari bahan dasar yang dibeli
dari perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan.
b. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work-in-Process) Mencakup barang
setengah jadi yang membutuhkan kerja tambahan atau proses lanjutan sebelum
menjadi barang jadi.
c. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods) Mencakup barang yang telah selesai
proses produksinya tetapi belum dijual oleh perusahaan, dan masih berada di
dalam gudang.(Keown (2010:312))

6. Metode Penilaian Persediaan berdasarkan jurnal 1 Waluyo (2012:97) menjelaskan


bahwa dalam kegiatan perusahaan, terutama pada perusahaan dagang atau industri,
terdapat pergerakan atau arus masuk atau keluar barang, baik itu barang dagangan
atau bahan baku. Untuk kepentingan analisis, pengendalian, atau pengendalian
persediaan, arus pergerakan tersebut harus dinilai dengan metode yang sama.
Penetapan besarnya nilai persediaan akhir atau Harga Pokok Penjualan dapat
menggunakan metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan rata-rata sebagai berikut:
a. Metode Identifikasi Khusus Metode ini berasumsi bahwa arus barang harus
sama dengan arus biaya, sehingga setiap kelompok barang diberi identifikasi
dan dibuat kartu. Dengan demikian, Harga Pokok untuk setiap barang dapat

9
diketahui, sehingga Harga Pokok Penjualan terdiri atas Harga Pokok Barang
yang dijual dan sisanya sebagai persediaan akhir. Metode identifikasi khusus
umumnya digunakan untuk perusahaan yang mempunyai persediaan barang
relatif sedikit tetapi harga per unitnya besar. Sebagai akibat persediaan
barangnya dapat diidentifikasi secara khusus, perhitungan Harga Pokok
Penjualan dan harga pokok persediaan menggunakan arus harga pokok
sebenarnya (actual) dari persediaan.
b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) Metode ini biasa juga disebut
sebagai metode FIFO (First In First Out). Metode ini dikembangkan berdasarkan
asumsi bahwa persediaan barang dagangan yang pertama dibeli adalah
persediaan yang pertama harus dijual (the first merchandise purchased is the
first merchandise sold). Karena persediaan yang terjual terdiri dari harga
perolehan dari persediaan-persediaan yang pertama masuk, maka harga
perolehan persediaan barang dagangan yang tersisa terdiri dari harga perolehan
dari persediaan-persediaan yang terakhir masuk.
c. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (LIFO) Metode penentuan harga
perolehan persediaan ini biasa pula disebut sebagai metode LIFO (Last In First
Out). Metode in dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa barang dagangan
yang terakhir dibeli adalah barang dagangan yang pertama dijual (the last
merchandise purchased is the first merchandise sold). Dengan begitu maka
harga perolehan persediaan yang tersisa terdiri dari harga perolehan dari
persediaan barang dagangan yang pertama masuk.
d. Metode Rata-rata (Average) Metode ini dikembangkan untuk memberikan solusi
tengah ekstremitas metode MPKP dengan metode MTKP. Pada metode rata-
rata, penentuan harga perolehan persediaan barang dagangan tidak didasarkan
pada harga persediaan yang pertama atau terakhir masuk melainkan di antara
keduanya. Dengan begitu kelebihan dan kelemahan dari metode MPKP dan
metode MTKP tereliminasi pada posisi rata-rata. Terdapat dua cara perhitungan
penentuan harga perolehan persediaan barang dagangan menurut metode rata-
rata, yakni sebagai berikut.
 Metode Rata-rata tertimbang (Weighted Average) Metode penentuan
harga perolehan persediaan barang dagangan ini merupakan metode
rata-rata diselenggarakan secara physical. Harga perolehan persediaan
barang dagangan akhir dan harga pokok penjualan dihitung pada akhir
periode berdasarkan harga rata-rata persediaan barang dagangan siap
dijual (the weighted average unit cost of goods available for sale for both
cost of goods sold and ending inventory).
 Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Metode penentuan harga
perolehan ini merupakan metode rata-rata yang diselenggarakan secara
perpetual. Setiap terjadi transaksi pembelian atau masuknya persediaan
maka harus dihitung harga perolehan rata-rata yang baru. Harga pokok
penjualan merupakan hasil perkalian antara jumlah persediaan yang
terjual dengan harga perolehan rata-rata pada saat itu.

10
Sedangkan Metode Penilaian Persediaan berdasarkan jurnal 2 ini mengalokasikan total biaya
persediaan yang tersisa dan yang dijual. Metode ini terdiri dari empat metode paling umum
yaitu:
a. Identifikasi Khusus Pontoh (2013:312) metode ini memiliki keunggulan dalam
menentukan secara tepat biaya persediaan per unit yang terjual, dan menentukan
secara tepat nilai persediaan akhir yang tersisa dalam gudang.Hal ini disebabkan
karena unit persediaan yang akan dijual dapat diidentifikasi terpisah secara
tepat.Akan tetapi, metode ini menjadi tidak praktis ketika diterapkan dalam
organisasi bisnis yang bergerak di bidang usaha perdagangan besar dan eceran.
b. Metode Biaya Rata-rata Pontoh (2013:317) metode ini mengasumsikan bahwa harga
beli sebuah persediaan yang dibeli terakhir akan menjadi beban pokok penjualam
terlebih dahulu, pada saat terjadinya transaksi penjualan. Nilai persediaan yang akan
dilaporkan adalah berdasarkan harga beli persediaan pada awal persediaan.
c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO) Libby (2008:342) metode ini
berasumsi bahwa barang yang pertama kali dibeli merupakan barang yang pertama
kali dijual, dan barang yang terakhir kali dibeli merupakan barang yang tersisa
sebagai persediaan.Menurut metode ini, harga pokok penjualan dan persediaan
akhir dihitung seolah-olah barang tersebut keluar masuk.Saat metode FIFO
digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga secara umum, biaya
unit yang lebih awal akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya unit paling
terakhir.Oleh karena itu metode ini akan menghasilkan laba kotor lebih tinggi.Akan
tetapi, persediaan perlu diganti dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang
ditunjukan oleh harga pokok penjualan.
d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO) Reeve (2009:356) metode ini
berasumsi bahwa barang yang dibeli paling terakhir merupakan barang yang
pertama kali dijual, unit paling tua tetap berada dalam persediaan akhir. Ketika
metode LIFO ini digunakan selama peiode inflasi atau kenaikan harga-harga,
hasilnya adalah berkebalikan dengan metode-metode yang lain.Metode LIFO akan
menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk harga pokok penjualan (HPP), jumlah
yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih rendah untuk persediaan
akhir.Alasan pengaruh ini adalah biaya perolehan unit yang paling akhir akan kurang
lebih sama dengan biaya penggantinya. Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih
baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya unit yang lebih awal.

7. Metode Pencatatan Persediaan berdasarkan jurnal 1 menjelaskan sistem pencatatan


pengelolaan persediaan yang dimaksud dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
a. Sistem persediaan periodik/fisik (periodical physical Inventory system) Suatu
sistem pengelolaan persediaan di mana dalam penentuan persediaan dilakukan
melalui perhitungan secara fisik (physical counting) yang lazim dilakukan pada
setiap akhir periode akuntansi dalam rangka penyiapan laporan keuangan.
Melalui perhitungan fisik ini, jumlah kuantitas persediaan (inventory quantity)
akan diketahui (misalnya dalam berat, meter, kilogram, gallon dan sebagainya)
sehingga nilai persediaan (inventory value) dapat dihitung dengan mengalikan
jumlah kuantitas persediaan dengan suatu harga yang sesuai dengan metode
penilaian persediaan yang dipilih perusahaan.

11
b. Sistem persediaan terus-menerus (perpetual inventory system) Merupakan
suatu sistem pengelolaan persediaan di mana pencatatan mutasi persediaan
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga mutasi
persediaan selama satu periode termonitor dan setiap saat jumlah maupun nilai
persediaan dapat diketahui tanpa melakukan perhitungan secara fisik. Dengan
sistem ini, maka seluruh mutasi persediaan selama satu periode akan dicatat
dalam akun persediaan (inventory account).( Santoso (2010:241)

Metode Dalam Pencatatan Persediaan berdasarkan jurnal 3 yaitu dikenal dengan


metode perpetual dan metode periodik.
a. Metode perpetual Reeve (2009:282) setiap pembelian dan penjualan barang dicatat
dalam akun persediaan dan juga pada akun harga pokok penjualan.Dengan
demikian jumlah barang yang tersedia untuk dijual dan jumlah yang terjual
dilaporkan dalam catatan persediaan secara terus-menerus.
b. Metode periodik Reeve (2012:282) Pencatatan dalam metode fisik atau yang disebut
juga dengan metode periodik, akun harga pokok penjualan dihitung dengan
mengurangkan sisa barang pada akhir periode dari barang tersedia untuk dijual
selama periode tersebut.Sisa barang pada akhir periode dihitung dengan melakukan
perhitungan fisik terhadap sisa persediaan yang ada.Pada metode periodik catatan
persediaan tidak menunjukan jumlah tersedia untuk dijual atau jumlah terjual salama
periode tertentu.

B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal


1. Dari aspek ruang lingkup isi artikel
o Menurut saya ketiga jurnal ini sudah lengkap dalam memaparkan isi dari
jurnalnya, dimulai dengan tinjauan pustaka nya yg lengkap, dan sesuai dengan
PSAK, hasil dan pembahasan serta kesimpulan
o Jurnal 1 dan 2 juga memberikan penjelasan jurnal serta contoh laporan
keuangan yang dipengaruhi oleh persediaan. Namun, jurnal 3 tidak memberikan
contoh laporan keuangan, sehingga jurnal ketiga kurang lengkap di bagian
pembahasan
2. Dari aspek tata bahasa, artikel
o Menurut saya penggunaan tata bahasa pada ketiga jurnal telah sesuai dengan
kaidah Puebi dan mudah di mengerti

12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Metode pencatatan yang diterapkan pada perusahaan PT. Surya Wenang Indah
Manado dalam mencatat persediaan barang dagangannya adalah dengan
menggunakan Metode Perpetual Terkomputerisasi dan sedangkan untuk metode
penilaian persediaan barang dagangannya adalah dengan menggunakan Metode
FIFO (First in First out) / MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama) dimana ini metode
ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa persediaan baranag dagangan yang
pertama dibeli adalah persediaan yang pertama harus dijual sehingga telah sesuai
dengan PSAK No.14 (Revisi 2015).
2. Pengukuran persediaan pada PT. Surya Wenang Indah Manado hanya mencatat
biaya pembelian persediaan sehingga belum sesuai dengan PSAK No.14 yang
mensyaratkan untuk mencatat biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain-lain. 3.
Pengungkapan persediaan dalam PT. Surya Wenang Indah Manadp disajikan dalam
laporan keuangan yakni neraca dan laporan laba-rugi sehingga telah sesuai dengan
PSAK No.14 (Revisi 2015).

B. Saran
Saran Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Perusahaan diharapkan lebih memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya biaya terkait persediaan barang dagangan seperti kerusakan, barang cacat,
kadaluarsa dan lain-lain serta mengukurnya secara wajar dan mencatatnya dalam biaya
lain-lain.
2. Sebaiknya perusahaan mempertahankan perhitungan laba dengan menggunakan
metode FIFO karena lebih bagus dibanding dengan metode LIFO dan Weighted
Average karena dengan memperoleh laba yang besar hal tersebut dapat menarik
investor agar tertarik untuk berinvestasi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Barchelino, Rivaldo. Maret 2016. Analisis penerapan PSAK No. 14 terhadap Metode
Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagangan pada PT. SURYA WENANG INDAH
MANADO. FEB Universitas Sam Ratulangi. Vol.4 No.1. https://ejournal.unsrat.ac.id/index

Hermanto, Marius Jullie J.Sondakh, dan Sonny Pangerapan. Januari 2019. Analisis Perlakuan
Akuntansi atas Persediaan pada PERUM BULOG DIVRE SULUT dan GORONTALO. FEB
Universitas Sam Ratulangi. Vol.7 No.1. https://ejournal.unsrat.ac.id/index

Anly Marilyn Lingkanwene Wullur, Rachel, Herman Karamoy, Winston Pontoh.2018. Analisis
Penerapan Akuntansi Persediaan Berdasarkan PSAK No 14 pada PT GATRACO INDAH
MANADO. FEB Universitas Sam Ratulangi. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php

14

Anda mungkin juga menyukai