Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642, akan tetapi bukti yang
jelas terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak 1747.
Selanjutnya akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanah paksa dihapuskan pada
tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia.
Praktik Akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era Penjajahan Belanda sekitar abad 17
atau sekitar tahun 1642 (Soemarso, 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik
akuntansi di Indonesia dapat di temui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso, 1995). Pada era
ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh luca pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda yang
merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan memainkan peranan penting
dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus, 1997)
Berikut ini adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai dengan
saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (sumber: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008) :
Awal sejarah adanya standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah ketika menjelang
diadakan pasar modal aktif di Indonesia tahun 1973. Pada tahun 1973 terbentuk panitia
penghimpunan bahan-bahan dan struktur GAAP dan GAAS. Pada tahun tersebut juga
dibentuk komite prinsip akuntansi Indonesia (komite PAI) yang bertugas menyusun standar
keuangan. Ini merupakan masa awal IAI menerapkan sistem standar akuntansi di Indonesia
yang dituangkan di dalam buku berjudul “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”. Komite PAI
telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994
dengan susunan personel yang selalu di perbarui. Selanjutnya pada periode kepengurusan IAI
tahun 1994 – 1998 nama komite PAI diubah menjadi komite standar akuntansi keuangan
(komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal 23 – 24 September 1998 di Jakarta,
komite SAK diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998 –
2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
Pada tahun 1984, komite PAI membuat sebuah revisi standar akuntansi dengan cara lebih
mendasar jika dibandingkan PAI 1973 dan mengkondisikan ke dalam sebuah buku berjudul
“Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” Prinsip tersebut memiliki tujuan untuk membuat suatu
kesesuaian terhadap ketentuan akuntansi yang dapat diterapkan di dalam dunia bisnis.
Pada tahun 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi menggunakan standar
akuntansi internasional di dalam proses pengembangan standar akuntansi dan melakukan
revisi total pada PAI 1984 dan sejak itu mengeluarkan Standar Keuangan yang diberi nama
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan sejak 1 Oktober 1994. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar akuntansi yang baku di Indonesia.
Perkembangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha
dan profesi akuntansi dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan
Internasional. Banyak standar yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar
akuntansi internasional yang di keluarkan oleh IASC.
PSAK IFRS
PSAK ETAP
PSAK Syariah
PSAK EMKM
SAP
Sampai dengan tahun 1950an, di Indonesia belum ada profesi akuntansi lulusan
universitas lokal. Hampir semua akuntan memiliki kualifikasi professional yang berasal dari
Belanda. Munculnya Undang-Undang No. 34/1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan
merupakan fondasi lahirnya akuntan yang berasal dari universitas local. Pada tahun 1957,
kelompok pertama mahsiswa akuntansi lulus dari Universitas Indonesia. Namun demikian,
kantor akuntan publik milik Belanda tidak mengakui kualifikasi mereka. Atas dasar
kenyataan tersebut, akuntan lulus Universitas Indonesia bersama dengan akuntan senior
lulusan Belanda mendirikan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada tanggal 23 Desember
1957. Professor Soemardjo Tjitrosidojo-akademisi berpendidikan Belanda adalah Ketua
Umum IAI yang pertama (Yunus 1990). Tujuan didirikannya IAI antara lain untuk
mempromosikan status profesi akuntansi, mendukung pembangunan nasional dan
meningkatkan keahlian serta kompetensi akuntan.
Selama tahun 1960an, menurutnya peran kegiatan keuangan mengakibatkan
penurunan pemerintahan jasa akuntansi dan kondisi ini berpengaruh pada perkembangan
profesi akuntansi di Indonesia. Namun demikian, perubahan kondisi ekonomi dan politik
yang terjadi pada akhir era tersebut, telah mendorong pertumbuhan profesi akuntansi. Profesi
akuntansi mulai berkembang cepat sejak tahun 1967 yaitu setelah dikeluarkannya Undang-
Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri
1968 (Soemarso 1995).
Yayasan Perkembangan Ilmu Akuntansi Indonesia (YPIAI) didirikan pada tahun
1974 untuk mendukung pengembangan profesi melalui program pelatihan dan kegiatan
penelitan. Selanjutnya pada 1985 dibentuk Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi
(TKPA). Kegiatan TKPA ini didukung sepenuhnya oleh IAI dan didanai oleh Bank Dunia
sampai berakhir tahun 1993. Misalnya adalah untuk mengembangkan pendidikan akuntansi,
profesi akuntansi, standar profesi dank ode etika profesi.
Kemajun selanjutnya dapat dilihat pada tahun 1990an ketika Bank Dunia
mensponsori Proyek Pengembangan Akuntansi (PPA). Melalui proyek ini, berbagai standar
akuntansi dan auditing dikembangkan, standar profesi diperkuat dan Ujian Sertifikasi
Akuntan Publik (USAP) mulai dikenal. Ujian Sertifikasi Akuntan Publik berstandar
Internasional diberlakukan sebagai syarat wajib bagi akuntan publik yang berpraktik sejak
tahun 1997 (akuntan yang sudah berpraktik sebagai akuntan publik sebelum 1997 tidak wajib
mengikuti USAP). Hal ini dapat dilihat dari SK Menteri Keuangan No.43/KMK.017/1997
yang berisi ketentuan tentang prosedur perizinan, pengawasan dan sanksi bagi akuntan publik
yang bermasalah (SK ini kemudian diganti dengan SK No. 470/KMK.017/1999.
Profesi akuntansi menjadi sorotan publik ketika terjadi kritis keuangan di Asia pada
tahun 1997 yang ditandai dengan bangkrutnya berbagai perusahaan dan bank Indonesia. Hal
ini disebabkan perusahaan yang mengalami kebangkrutan tersebut, banyak yang mendapat
opini wajar tanpa pengecualian dari akuntan publik. Pada bulan Juni 1998 Financial
Governance Reform Sector Delvelopment Program (FGRSDP) disetujui pemerintah adalah
usaha untuk menyusun peraturan yang memuat:
1. Auditor bertanggung jawab atas kelalaian dalam melaksanakan audit.
2. Direktur bertanggung jawab atas informasi yang salah dalam laporan keuangan dan
informasi publik lainnya.
Tahun 2001, Departemen Keuangan mengeluarkan Draft Akademik tentang
Rencana Undang-Undang Akuntan Publik (RUUAP) yang membahas isu berkaitan dengan
Undang-Undang Akuntan Publik yang baru. Hal penting dalan RUU AP ini adalah ketentuan
yang menyebutkan bahwa akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat di tuntut dengan
saksi pidana.
https://solusiakuntansiindonesia.com/perkembangan-akuntansi-di-indonesia/
https://www.academia.edu/24095194/
PENDIDIKAN_PROFESI_AKUNTANSI_DAN_SEJARAH_PERKEMBANGAN_AKUNT
AN_DI_INDONESIA
http://iaiglobal.or.id/v03/tentang_iai/struktur-organisasi
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/765-mengetahui-standar-akuntansi-yang-
berlaku-di-indonesia