Anda di halaman 1dari 5

ACCOUNTING THEORY

A CONSEPTUAL FRAMEWORK

THEORY IN ACTION 4.3

KELOMPOK 9

1. Galih Jati Mumpuni 172114143

2. Risma Febri A. 172114145

3. Jacobus Dave Klau 172114155

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2019
Main The Gap : AICD, Finsis set Guidelines

Kerugian terkait dengan kriris keuangan global seharusnya lebih mudah untuk d
iidentifikasi di rekening perusahaan setelah standar industri tentang pelaporan laba
dikeluarkan kemarin, kata eksekutif keuangan dan direktur perusahaan

Finsia dan AICD mengeluarkan panduan sukarela yang menguraikan tujuh prinsip
utama untuk melaporkan underlying profit, yang menurut mereka akan mengarah pada
pelaporan yang lebih konsiten dan memberi investor pemahaman yang lebih baik tentang
kinerja perusahaan.

Masalah underlying profit meningkat tahun lalu setalh daftar panjang perusahaan –
perusahaan besar, termasuk Lend Lease ( Meminjamkan sewa ), Axa Asia Pasifik, Foster
Group, Newcrest Mining ( penambangan ) dan st George bank, melaporkan perbedaan besar
antara statutory profit mereka dengan underlying profit.

Underlying profit biasanya mengecualikan satu item atau penyesuaian yang tidak
biasa dan dianggap oleh media dan analis sebagai indikator yang lebih baik dari kinerja
perusahaan.

Namun, perhitungan underlying profit tidak dilakukan menggunakan aturan akuntansi


ketat yang sama seperti staturory profit, yang memungkinkan peluang besar untuk
fleksibilitas dalam angka laba yang mendasarinya.

John calvin kepala eksekutif AICD mengatakan bahwa para direktur didorong untuk
mengikuti prinsip – prinsipnya sehingga setiap referensi terhadap underlying profit mudah
dipahami, konsiten dan kontroversi potensial atas penyesuaian yang lebih dari satu kali
adalah terbatas, terutama karena pengawasan atas pengumuman hasil di lingkungan ekonomi
saat ini.

“Prinsip-prinsip ini dirancang untuk mempromosikan praktik peaporan yang baik, dan
juga untuk mencegah praktik – praktik buruk. Seperti penyeuaian yang tidak sesuai dengan
laba yang diwajibkan ( statutory profit ) atau window dressing, kata Colvin.

Direktur KPMG, Michael Coleman, yang merupakan ketua komite pelaporan AICD,
mengatakan bahwa para direktur dihalangi bahwa hasil hukum tidak fokus pada masalah
yang sama dengan yang menjadi fokus para direktur di sebuah perusahaan.
Katanya, para direktur semakin peduli untuk memastikan para pemegang saham
memiliki tingkat pemahaman yang baik tentang apa yang sebenarnya mendorong bisnis.

“Dengan penggunaan yang lebih besar dari standar laporan keuangan internasional,
penggunaan market value accounting, fokus yang lebih besar pada penurunan nilai aset dan
goodill, banyak direktur yang percaya bahwa hasil bukanlah cerminan yang tepat dari sifat
dasar bisnis itu, kata Colvin.

“Makalah tersebut harus memberikan panduan kepada direksi tentang masalah yang
harus mereka pertimbangkan, Martin, kepala eksekutif Finsia, mengatakan bahwa penerapan
prinsip-prinsip industri akan meningkatkan kualitas keseluruhan pelaporan perusahaan.

“Bahkan sering analisis bertentangan dengan penyesuaian kontradiktif dan tepat


terhadap angka laba terhadap dasar untuk laporan berikutnya, kata Dr. Fahry. “Prinsip-prinsip
ini membentuk patokan baru bagi perusahaan untuk secara jelas mengartikulasikan
penyesuaian yang dilakukan dalam menghitung underlying profit.
1. Menurut artikel tersebut, apa yang dimaksud dengan underlying profit? Bagaimana
perbedaan antara underlying profit dengan statutory profit?

Jawab :

Underlying profit yaitu pengukuran laba sesungguhnya yang direalisir digunakan


perusahaan untuk proses perencanaan bisnis, pelaporan laba untuk akuntansi/regulator yang lebih
baik. Perhitungan pada underlying profit adalah tidak dilakukan dengan menggunakan aturan
akuntansi yang sama seperti pada statuory profit. Berdasarkan prinsipnya, underlying profit
menjadikan lebih mudah untuk dimengerti, konsisten, dan memberikan pengamanan pada hasil
pengumuman dalam lingkungan ekonomi sekarang. Prinsip ini didesain dalam memajukan
praktek pelaporan yang baik seperti penyesuaian yang tidak tepat pada statutory profit atau
window dressing. Banyak direktur percaya bahwa hasil statutory tidak mencerminkan keadaan
bisnis yang sesungguhnya.

2. Mengapa AICD dan Finsia merilis panduan tentang laporan underlying profit?
Jawab :
AICD dan Finsia mengeluarkan panduan tentang pelaporan underlying profit karena
diharapkan panduan ini akan lebih memudahkan dalam membuat pelaporan yang lebih konsisten
dan memberikan pemahaman yang baik kepada para investor mengenai performa perusahaan.
Beberapa direktur menganggap bahwa statutory profit tidak mencerminkan keadaan bisnis yang
sesungguhnya, dimana perhitungannya dihitung dengan menambahkan keuntungan atau kerugian
pada underlying pofit. Contoh, tidak setiap tahun bisnis dapat melakukan penjualan beberapa
asset yang ada. Hal itu tidak akan terjadi setiap tahun. Pada statutory profit, hal itu tidak boleh
dinyatakan sebagai gambaran bagaimana keadaan bisnis jangka panjang. Dengan dempikian,
kebanyakan strategi keputusan untuk masa depan bisnis didasarkan pada model underlying
profit.

3. Menurut artikel, mengapa beberapa direktur mempertimbangkan bahwa statutory profit


bukanlah cerminan tepat dasar suatu bisnis (underlying bussines).
Jawab :
Karena statutory profit dihitung dengan menambahkan satu gain ( or losses) ke
underlying profit. Misal saja, suatu perusahaan menjual aset, menjual properti atau
menjual bangunan. Hal semacam ini tidak terjadi setiap tahun atau dalam waktu dekat,
jadi jika perusahaan lebih menekankan laba dengan statutory profit itu tidak bisa
mengungkapkan gambaran sebenarnya tentang bagaimana kinerja suatu perusahaan atau
bisnis . Selain itu underlying profit dinilai lebih bisa mengukur performa dibanding
statutory profit karena dihitung oleh perusahaan sendiri/internal perusahaan untuk
menunjukan apa yang diyakini sebagai pembacaan akurat posisi laba, perhitungan angka
berfokus pada peristiwa siklus akuntansi regular. Dari underlying profit juga dapat
membantu investor mengetahui berapa jumah uang yang berhasil di dapatkan perusahaan
dan untuk manajemen mebuat perencanaan. Pada intinya statutory profit tidak
mencermikan kinerja suatu bisnis karena perhitungannya hanya menambah satu gain or
loss yang belum tentu terjadi di tahun berikutnya, karena ketidakpastian ini lah statutory
profit dinilai tidak dapat mencerminkan kinerja bisnis secara keseluruhan.

4. A. Direktur dapat menggunakan 7 prinsip untuk laporan laba pokok, yang akan sangat
membantu direktur untuk memanahami kinerja perusahaan. perusahaan. Laba pokok
diperhitungkan oleh media dan analis sebagai indikator yang baik untuk kinerja
perusahaan. Laba pokok tidak hanya dapat dihitung menggunakan rumus akuntansi
seperti menurut hukum laba.

B. Pedoman AICD/finsia medukung proyek konsep dalam beberapa hal :

a. Petunjuk untuk lebih konsisten melaporkan dan memberi penanam modal


pemahaman yang lebih baik tentang pelaksanaan perusahan
b. Memberikan kesempatan besar untuk mudah mencapai angka keuntungan
c. Meningkatkan praktik pelaporan yang baik dan mengurangi pelaporan yang kurang
baik
d. Menjadi arah bagi para direktur untuk memperhatikan isu-isu yang patut
diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai