Anda di halaman 1dari 9

ACCOUNTING

THEORY
GALIH JATI MUMPUNI 172114143
RISMA FEBRI A. 172114145
JACOBUS DAVE KLAU 172114155
Main The Gap : AICD, Finsis set Guidelines

Kerugian terkait dengan kriris keuangan global seharusnya lebih mudah untuk d iidentifikasi di
rekening perusahaan setelah standar industri tentang pelaporan laba dikeluarkan kemarin, kata
eksekutif keuangan dan direktur perusahaan
Finsia dan AICD mengeluarkan panduan sukarela yang menguraikan tujuh prinsip utama untuk
melaporkan underlying profit, yang menurut mereka akan mengarah pada pelaporan yang lebih
konsiten dan memberi investor pemahaman yang lebih baik tentang kinerja perusahaan.
Masalah underlying profit meningkat tahun lalu setalh daftar panjang perusahaan – perusahaan
besar, termasuk Lend Lease ( Meminjamkan sewa ), Axa Asia Pasifik, Foster Group, Newcrest
Mining ( penambangan ) dan st George bank, melaporkan perbedaan besar antara statutory
profit mereka dengan underlying profit.
Underlying profit biasanya mengecualikan satu item atau penyesuaian yang tidak biasa dan
dianggap oleh media dan analis sebagai indikator yang lebih baik dari kinerja perusahaan.
Namun, perhitungan underlying profit tidak dilakukan menggunakan aturan akuntansi ketat yang
sama seperti staturory profit, yang memungkinkan peluang besar untuk fleksibilitas dalam angka
laba yang mendasarinya.
John calvin kepala eksekutif AICD mengatakan bahwa para direktur didorong untuk mengikuti
prinsip – prinsipnya sehingga setiap referensi terhadap underlying profit mudah dipahami,
konsiten dan kontroversi potensial atas penyesuaian yang lebih dari satu kali adalah terbatas,
terutama karena pengawasan atas pengumuman hasil di lingkungan ekonomi saat ini.
“Prinsip-prinsip ini dirancang untuk mempromosikan praktik peaporan yang baik, dan juga untuk
mencegah praktik – praktik buruk. Seperti penyeuaian yang tidak sesuai dengan laba yang
diwajibkan ( statutory profit ) atau window dressing, kata Colvin.
Direktur KPMG, Michael Coleman, yang merupakan ketua komite pelaporan AICD, mengatakan
bahwa para direktur dihalangi bahwa hasil hukum tidak fokus pada masalah yang sama dengan
yang menjadi fokus para direktur di sebuah perusahaan.
Katanya, para direktur semakin peduli untuk memastikan para pemegang saham memiliki tingkat
pemahaman yang baik tentang apa yang sebenarnya mendorong bisnis.
“Dengan penggunaan yang lebih besar dari standar laporan keuangan internasional, penggunaan
market value accounting, fokus yang lebih besar pada penurunan nilai aset dan goodill, banyak
direktur yang percaya bahwa hasil bukanlah cerminan yang tepat dari sifat dasar bisnis itu, kata
Colvin.
“Makalah tersebut harus memberikan panduan kepada direksi tentang masalah yang harus
mereka pertimbangkan, Martin, kepala eksekutif Finsia, mengatakan bahwa penerapan prinsip-
prinsip industri akan meningkatkan kualitas keseluruhan pelaporan perusahaan.
“Bahkan sering analisis bertentangan dengan penyesuaian kontradiktif dan tepat terhadap angka
laba terhadap dasar untuk laporan berikutnya, kata Dr. Fahry. “Prinsip-prinsip ini membentuk
patokan baru bagi perusahaan untuk secara jelas mengartikulasikan penyesuaian yang dilakukan
dalam menghitung underlying profit.
1. Menurut artikel tersebut, apa yang dimaksud dengan underlying profit? Bagaimana perbedaan antara underlying profit
dengan statutory profit?
Jawab :
Underlying profit yaitu pengukuran laba sesungguhnya yang direalisir digunakan perusahaan untuk proses
perencanaan bisnis, pelaporan laba untuk akuntansi/regulator yang lebih baik. Perhitungan pada underlying profit adalah
tidak dilakukan dengan menggunakan aturan akuntansi yang sama seperti pada statuory profit. Berdasarkan prinsipnya,
underlying profit menjadikan lebih mudah untuk dimengerti, konsisten, dan memberikan pengamanan pada hasil
pengumuman dalam lingkungan ekonomi sekarang. Prinsip ini didesain dalam memajukan praktek pelaporan yang baik
seperti penyesuaian yang tidak tepat pada statutory profit atau window dressing. Banyak direktur percaya bahwa hasil
statutory tidak mencerminkan keadaan bisnis yang sesungguhnya.

2. Mengapa AICD dan Finsia merilis panduan tentang laporan underlying profit?
Jawab :
AICD dan Finsia mengeluarkan panduan tentang pelaporan underlying profit karena diharapkan panduan ini
akan lebih memudahkan dalam membuat pelaporan yang lebih konsisten dan memberikan pemahaman yang baik kepada
para investor mengenai performa perusahaan. Beberapa direktur menganggap bahwa statutory profit tidak
mencerminkan keadaan bisnis yang sesungguhnya, dimana perhitungannya dihitung dengan menambahkan keuntungan
atau kerugian pada underlying pofit. Contoh, tidak setiap tahun bisnis dapat melakukan penjualan beberapa asset yang
ada. Hal itu tidak akan terjadi setiap tahun. Pada statutory profit, hal itu tidak boleh dinyatakan sebagai gambaran
bagaimana keadaan bisnis jangka panjang. Dengan dempikian, kebanyakan strategi keputusan untuk masa depan bisnis
didasarkan pada model underlying profit.
3. Menurut artikel, mengapa beberapa direktur mempertimbangkan bahwa statutory profit
bukanlah cerminan tepat dasar suatu bisnis (underlying bussines).
Jawab :
Karena statutory profit dihitung dengan menambahkan satu gain ( or losses) ke
underlying profit. Misal saja, suatu perusahaan menjual aset, menjual properti atau menjual
bangunan. Hal semacam ini tidak terjadi setiap tahun atau dalam waktu dekat, jadi jika perusahaan
lebih menekankan laba dengan statutory profit itu tidak bisa mengungkapkan gambaran
sebenarnya tentang bagaimana kinerja suatu perusahaan atau bisnis . Selain itu underlying profit
dinilai lebih bisa mengukur performa dibanding statutory profit karena dihitung oleh perusahaan
sendiri/internal perusahaan untuk menunjukan apa yang diyakini sebagai pembacaan akurat posisi
laba, perhitungan angka berfokus pada peristiwa siklus akuntansi regular. Dari underlying profit
juga dapat membantu investor mengetahui berapa jumah uang yang berhasil di dapatkan
perusahaan dan untuk manajemen mebuat perencanaan. Pada intinya statutory profit tidak
mencermikan kinerja suatu bisnis karena perhitungannya hanya menambah satu gain or loss yang
belum tentu terjadi di tahun berikutnya, karena ketidakpastian ini lah statutory profit dinilai tidak
dapat mencerminkan kinerja bisnis secara keseluruhan.
4. A. Direktur dapat menggunakan 7 prinsip untuk laporan laba pokok, yang akan sangat
membantu direktur untuk memanahami kinerja perusahaan. perusahaan. Laba pokok
diperhitungkan oleh media dan analis sebagai indikator yang baik untuk kinerja perusahaan.
Laba pokok tidak hanya dapat dihitung menggunakan rumus akuntansi seperti menurut
hukum laba.

B. Pedoman AICD/finsia medukung proyek konsep dalam beberapa hal :


• Petunjuk untuk lebih konsisten melaporkan dan memberi penanam modal pemahaman yang
lebih baik tentang pelaksanaan perusahan
• Memberikan kesempatan besar untuk mudah mencapai angka keuntungan
• Meningkatkan praktik pelaporan yang baik dan mengurangi pelaporan yang kurang baik
• Menjadi arah bagi para direktur untuk memperhatikan isu-isu yang patut diperhatikan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai