Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Rudi Hartono
NPM : 061840511672
Kelas : 7APA
MK : Audit Sektor Publik
Tanggal : 12 Oktober 2021

Irjen Depkeu : Auditor jangan seperti orang berlomba

Rabu, 19 November 2008.

Jakarta – Para auditor pemerikasa keuangan hendaknya tidak seperti orang yang berlomba-lomba
menemukan adanya banyak penyimpangan tanpa mendalami apa yang menjadi penyebab dan
bagaimana cara mengatasinya.
Kecenderungan auditor seperti itu dinilai tidak akan membawa perbaikan dalam
pengelolaan keuangan negara. Demikian disampaikan Inspektur Jenderal Departemen Keuangan
Hekinus Manao kepada Kompas, Senin (17/11) di Jakarta.
Selama ini, yang saya lihat, baik Inspektorat, Jenderal (Itjen). Departemen, Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) maupun Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
terlihat hanya seperti orang yang berlomba-lomba mengungkapkan adanya temuan penyimpangan,
tetapi belum mendalami mengapa penyimpangan itu terjadi dan bagaimana cara mengatasinya, ujar
Hekinus.
Menurut Hekinus, dengan cara seperti itu, perbaikan pengelolaan keuangan negara tidak
akan pernah bisa diperbaiki.
Untuk itu, dengan adanya Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), kita harapkan
tidak terjadi cara audit seperti itu. Khusunya, di Itjen dan BPKP, tutur Hekinus. Hekinus
Menyatakan, Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 2008 tentang SPIP, selain untuk mencapai
tujuan oraganisasi yang efisien dan efektif, juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja,
transparansi, dan akuntablitas pengelolaan keuangan negara, serta meminimalisasi penyimpangan
anggaran dan korupsi didepartemen.
Dikatakan oleh Hekinus, mulai tahun depan, SPIP mulai diterapkan di seluruh departemen.
Harapan kita, dengan adanya SPIP, pengelolaan keuangan negara menjadi lebih baik lagi. Namun,
memang karena ini baru awal, kita masih melihat seperti apa pelaksanaanya, kata Hekinus.
Sementara anggota BPK, Baharuddin Aritonang, menyatakan, sebagai auditor eksternal,
tugas BPK memang mengungkapkan temuan penyimpangan dan memvonisnya, apakah suatu
penyimpangan atau bukan.
Tugas Auditor internal pemerintah justru harus membantu departemen menyusun laporan
keuangan yang baik dan benar sesuai prinsip standar akuntansi. Jika tidak, ya seperti sekarang ini,
disclaimer atau tidak dapat menyatakan apa-apa opini laporan keuangannya, ujar Baharuddin.
Bahruddin menambahkan, apabila BPK sudah mengungkapkan temuannya, sebaiknya
departemen berlomba-lomba untuk memperbaiki pengelolaan keuangannya. Jangan sampai
disclaimer terus-menerus, tuturnya (Har).

Sumber : Danny Darussalam Tax Center Online

Pertanyaan :
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai masalah di atas ?
2. Berlomba-lomba mencari penyimpangan, bukankah itu baik dengan auditor
berlomba-lomba, bukankah penyimpangan akan lebih cepat ditemukan. Bagaimana
menurut anda ? Diskusikan !
3. Apakah menurut anda SPIP itu efektif dalam meminimalkan penyimpangan ?
Jelaskan !

Jawaban :
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai masalah di atas ?
Pada kasus tersebut, para auditor pemeriksa memiliki tugas dalam memberikan
pendapat (opini) atas laporan keuangan organisasi sektor publik sesuai dengan hasil
auditnya. Sehingga auditor pemeriksa tersebut menjalankan tugas sebagai pemeriksa
keuangan dalam menemukan celah penyimpangan. Sehingga pandangan para pengelola
keuangan yang berharap penyimpangan yang ditemukan BPK harus dicermati lebih
mendalam lagi dan mempunyai solusi atas penyimpangan ini. Dalam tanggapan
tersebut, saya memiliki 2 cara pandang terhadap para auditor yang dianggap berlomba-
lomba :
Pertama, Pandangan dari BPK sendiri yang menyatakan bahwa memang sudah tugas
BPK dalam mencari penyimpangan, memvonis dan mempublikasikannya. Setiap PKN
(Pengelola Keuangan Negara) seharusnya juga berlomba-lomba dalam
melakukan perbaikan Laporan Keuangan dibantu penyelenggara SPIP, sehingga
penyimpangan yang terjadi dapat diketahui lebih awal dan diatasi secepatnya.
Pada akhirnya, temuan penyimpangan oleh BPK dapat minimal atau bahkan tidak ada
sama sekali yang nantinya berdampak kepada perbaikan pengelolaan keuangan negara.
Kedua, dapat saja para auditor memang berlomba-lomba dalam menemukan
penyimpangan. Hal tersebut dapat terjadi dimungkinkan karena adanya faktor eksistensi
dan prestise yang besar terhadap lingkungan di BPK. Jika seorang auditor dapat
menemukan penyimpangan kasus lebih banyak dapat dikatakan lebih ahli ataupun
adanya imbalan tertentu.

2. Berlomba-lomba mencari penyimpangan, bukankah itu baik dengan auditor


berlomba-lomba, bukankah penyimpangan akan lebih cepat ditemukan.
Bagaimana menurut anda ? Diskusikan
Berlomba-lomba mencari penyimpangan adalah hal yang baik bagi seorang auditor
karena tugas BPK memang mencari kesalahan, tetapi bukan mencari-cari kesalahan.
Karena pada hakikatnya BPK mencari perbaikan demi terciptanya pemerintahan
yang baik. Namun meskipun terdapatnya kecepatan dalam mencari kesalahan, para
auditor haruslah memiliki kecermatan dan ketelitian dalam mencari kesalahan, jangan
sampai kesalahan yang didaptkan tidak memiliki unsur kejelasan yang tepat.
Berlomba-lomba dalam mencari penyimpangan akan berdampak pada jumlah angka
kredit auditor, karena jabatan auditor BPK adalah jabatan fungsional layaknya dosen dan
guru. Akan tetapi, apabila BPK dapat menemukan penyimpangan-penyimpangan dan
kemudian memberikan pendapat tentang cara-cara memperbaikinya maka BPK dapat
mewujudkan visi dan melaksanakan misinya dengan baik, dan pada akhirnya diharapkan
pihak yang diaudit akan dapat memperbaiki kesalahannya di masa datang. Hal
ini seharusnya berdampak positif bagi BPK itu sendiri dan bagi auditee tentunya.

3. Apakah menurut anda SPIP itu efektif dalam meminimalkan penyimpangan ?


Jelaskan !
SPIP adalah Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
SPIP sebagai sistem yang di buat dalam meminimalkan penyimpang memiliki kefektifan
dari hal-hal tertentu saja, namun belum sepenuhnya efetif 100%, masih diperlukannya
pengembangan yang lebih baik lagi. Jika dilihat ari BPK dalam semester 1 tahun 2013
menemukan temuan-temuan yang berulang, seperti kasus-kasus kelemahan sistem
pengendalian intern (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, sehingga
berpotensi merugikan keuangan negara sebesar Rp 56,98 triliun (akuntanonline.com/ 01
oktober 2013). Dari penggalan berita ini, jelas terlihat bahwa dengan penerapan SPIP
yang efektif akan mencegah berbagai bentuk penyimpangan atau kegagalan dalam
upaya Pemerintah mencapai tujuan nasional maupun tingkat instansi pemerintah. Untuk
mencapai hal ini, penyelenggara SPIP yaitu BPKP dan Inspektorat Daerah maupun
Kab/Kota (PP 60/2008) harus melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis penerapan
SPIP pada setiap organisasi sektor publik baik di tingkat Kementerian dan Pemerintah
Daerah. Hal ini juga yang disampaikan pada aline ke lima dari kasus di atas yang
menyatakan “SPIP, selain untuk mencapai tujuan organisasi yang efisien dan efektif,
juga bertujuan meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, serta meminimalisasi penyimpangan anggaran dan korupsi di
departemen.”

Anda mungkin juga menyukai