Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

Rudi Hartono
NPM : 061840511672
Kelas : 7 APA

UJIAN TENGAH SEMESTER


ETIKA PROFESI

1. Jelaskan pengertian etika secara etimologi dan jelaskan secara singkat istilah berikut
(a) Descriptive Ethics, (b) Normative Ethics, dan (c) Philosophy Ethics.
Jawab:

Pengertian etika secara etimologis adalah “etika” berasal dari bahasa Yunani “ethos”
dan “ethikos”. Pengertian etika secara etimologis dari kata “ethos” memiliki arti sifat, watak,
adat, kebiasaan, dan tempat yang baik.

a) Etika Deskriptif (descriptive ethics)


Secara normatif menjelaskan secara moral deskriptif berusaha untuk mengetahui
motivasi, kemauan dan tujuan suatu tindakan dalam tingkah laku manusia.
b) Etika Normatif (normative ethics)
Merupakan etika yang berusaha menjelaskan mengapa manusia bertindak seperti apa
yang mereka lakukan, dan apakah prinsip-prinsip dari kehidupan manusia.
c) Philosophy Ethics
Etika adalah sebuah pandangan moralitas yang mengarahkan manusia untuk berbuat baik
antar sesamanya agar tercipta masyarakat yang baik dan aman, etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat

2. Jelaskan beserta contohnya perbedaan antara profesional dengan pekerja biasa


(occupation) ?

Pekerja Biasa (Occupation) merupakan suatu kegiatan yang tidak bergantung pada suatu
keahlian tertentu. Jadi setiap orang dimungkinkan memiliki pekerjaan namun tidak semuanya
tertumpu pada satu profesi. Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan
oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap
sinonim dengan profesi padahal tidak. iri-cirinya adalah Dalam melakukan pekerjaan tidak
mengandalkan keahlian dan pengetahuan khusus, pekerjaan yangdilakukan hanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, memiliki status yang rendah dimasyarakat dan hanya
bisa menghasilkan sedikit uang

Contohnya: Operator, penjaga warnet, tukang ketik di rental, Teknisi Komputer, dll

Profesional adalah orang yang sangat ahli dalam suatu bidang tertentu. Dengan memiliki
ciri pekerjaan yang professional yaitu Orang yang Profesional biasanya menyandang suatu
jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi.
Profesionalisasi biasanya didapatkan melalui proses atau perjalanan waktu yang sangat lama
dan membuat seseorang menjadi profesional. Dengan demikian seorang profesional jelas harus
memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan
yang khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) di
dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk
membedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah
dan atau kekayaan materiil-duniawi walaupun akan mendapat gaji yang tinggi sebagai upah
kerja dan jasanya.

Contohnya : IT manager, IT consultant, Sistem analyst, consultant ERP (Enterprise Resource


Planning).

Sehingga dapat disimpulkan perbedaan antara pekerja (profesi) dengan professional


adalah sebaagai berikut:
Pekerja :
 Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
 Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
 Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
 Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Profesional :
 Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
 Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
 Hidup dari situ.
 Bangga akan pekerjaannya.
3. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
Diminta: Berikan pendapat kalian mengenai kasus di atas, dengan fokus pada prinsip-
prinsip dan kode etik yang telah dipelajari sebelumya. Penilaian berdasarkan kedalaman
penjelasan yang kalian paparkan.

Analisis Jawaban :
Dalam kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya, seorang
akuntan publik dalam melakukan proses audit tidak menggunakan sikap profesionalisme
sehingga laporan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kondisi riil yang ada atau dengan
menerbitkan laporan palsu. Kasus hukum yang terjadi pada Akuntan Publik berdampak kepada
timbulnya krisis kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Akuntan publik banyak
mendapat sorotan dari masyarakat yang menganggap para akuntan telah bersekongkol
melakukan tindak manipulasi informasi untuk kepentingan sekelompok masyarakat, dengan
mengorbankan kepentingan masyarakat banyak

Sehingga pada kasus tersebut, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik
profesi akuntan. Beberapa pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Akuntan Publik
berdasarkan kasus diatas adalah :
a) Tanggung jawab profesi. Prinsip ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi
jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham. Dengan menerbitkan laporan palsu, maka akuntan
telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang
dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
b) Kepentingan public dan objektivitas. Para akuntan dianggap telah menyesatkan public
dengan penyajian laporan keuangan yang direkayasa dan mereka dianggap tidak objective
dalam menjalankan tugas. Dalam hal ini, mereka telah bertindak berat sebelah yaitu
mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang adil,
tidak memihak, serta bebas dari benturan kepentingan pihak lain.
Seharusnya para kuntan publik tersebut harus menjaga kode etik yang telah dibuat. Kode
Etik yang harus diterapkan adalah pada kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang terdiri dari
tiga bagian:
 Prinsip Etika,
 Aturan Etika, dan
 Interpretasi Aturan Etika
Selanjutnya untuk menjaga profesionalisme auditor perlu disusun etika profesional. Etika
profesional dibutuhkan oleh auditor untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap mutu
audit. Masyarakat sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan anggota profesi, karena dengan demikian masyarakat akan merasa
terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi yang bersangkutan.
Pengembangan kesadaran etis memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan.

4. Kasus Mulyana W Kusuma


Diminta: Berikan pendapat kalian mengenai kasus di atas, dengan fokus pada teori-teori
serta istilah-istilah dalam etika yang telah dipelajari sebelumya. Penilaian berdasarkan
kedalaman penjelasan yang kalian paparkan

Analisis Jawaban :

Dalam konteks kasus Mulyana W Kusuma, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan
kedua belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu KPU, sama-
sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa
atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang sebagaimana
terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma, walaupun dengan tujuan mulia untuk mengungkapkan
indikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU. Dari sudut pandang etika profesi,auditor tampak
tidak bertanggungjawab, yaitu dengan menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan
profesinya. Auditor juga tidak punya integritas ketika dalam benaknya sudah ada pemihakkan
pada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi.
Dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK sangat pantas diragukan.

Maka dari itu, berdasarkan kasus yang terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi diantaranya
sebagai berikut:
a) Kepentingan Publik
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik dikarenakan diduga
menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan
pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat
suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. auditor BPK sangat pantas diragukan.
Berdasarkan pada prinsip hati-hati, auditor BPK telah secara serampangan menjalankan
profesinya.
b) Integritas
Dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab, yaitu dengan
menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan profesinya. Auditor juga tidak
punya integritas ketika dalam benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak,
yaitu pemberi kerja dengan berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi
c) Objektivitas
Pada kasus ini, auditor telah memihak salah satu pihak dengan berpendapat telah ada
kecurangan. Ketika prinsip objektivitas ditiadakan, maka kinerja auditor tersebut sangat
pantas diragukan. Sebagai seorang auditor BPK seharusnya yang dilakukan adalah
bahwa dengan standar teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor BPK harus bisa secara
cermat, objektif, dan benar mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk ke
KPU dan bagaimana dana tersebut dikeluarkan atau dibelanjakan.
d) Kompetensi dan kehati- hatian professional.
Auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
professional sampai dia harus melakukan upaya penjebakan untuk membuktikan
kecurangan yang terjadi.
e) Perilaku Profesional
Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor di seluruh
Indonesia, termasuk dari BPK harus sadar dan mempunyai kemampuan teknis bahwa
betapa berat memegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana atau uang
dari rakyat yang dikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana mestinya secara
benar, akuntabel, dan transparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas
korupsi di negeri ini..
f) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Dalam hal ini seorang akuntan dituntut untuk
melakukan penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan standar teknis yang
berlaku, yakni sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun pada kenyataannya
dalam kasus Mulyana W Kusuma, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan kedua belah
pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu KPU, sama-sama tidak
etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa atau
pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang sebagaimana
terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma, walaupun dengan tujuan ‘mulia’, yaitu untuk
mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU.

Anda mungkin juga menyukai