BANGUNAN (PBB)
Tim pengajar pajak
PENGERTIAN
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PBB adalah pajak obyektif – yang dikenakan pada
harta tak gerak.
PBB adalah penerimaan pajak Pusat yang sebagian
besar hasilnya diseraahkan kepada Daerah.
Dalam APBD, PBB dimasukkan dalam kelompok
penerimaan Bagi Hasil Pajak.
HISTORI PBB
Zaman Kerajaan
Majapahit; Prasasti Kamalagyan: “drwyahaji” = bagian panen milik raja
Mataram; Prasasti Palepangan: sistem bagi hasil ( maro atau mertilu)
Kerajaan Banjar dan Ternate; 10% dari hasil tanah
Zaman Penjajahan
VOC; Verlichte Reverantie: sistem penyerahan wajib hasil pertanian
Inggris; Landrent: Sewa dibebankan kepada desa (+ 20% s.d. 50% dari
produksi pertanian)
Hindia Belanda; Landrente:
Jepang; Land Tax:
Zaman Kemerdekaan
Pajak Bumi; kelanjutan dari pajak terdahulu
1951; Pajak Pendapatan Tanah
1959; Pajak Hasil Bumi
1965; Iuran Pendapatan Daerah (IPEDA)
1985; Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
LANDASAN FILOSOFI
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan nasional.
Bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi wajar apabila mereka
dipungut pajak.
Adanya beban pajak berganda (double tax) bagi
masyarakat.
Oleh karena itu perlu sistem perpajakan yang
sederhana, mudah, adil dan memberi kepastian hukum.
PAJAK PROPERTI YANG DICABUT
Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908
5% x harga sewa rumah kediaman 1 tahun
2% x harga perabot rumah tangga
20% x sewa bungalow
Ordonansi Verponding Indonesia 1923
3% x nilai sewa setahun dari gedung dengan turutannya
7,5% x hasil bersih tahunan (tanah lainnya)
Ordonansi Verponding 1928
1% x nilai barang tak gerak yang tidak dibuat surat bukti eigendom
0,75% x nilai barang tak gerak yang memiliki bukti milik eigendom
Ordonansi Pajak Kekayaan 1932
0,5% x kekayaan bersih 1 tahun
Ordonansi Pajak Jalan 1942
Rp.15,- setahun tiap orang laki-laki dewasa di luar Jawa dan Madura
Yang dicabut ……
UU Drt No. 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum
Pajak Daerah
3 tarif, untuk masing-masing obyek arlaku tarif tersendiri
UU No. 11/Prp/1959 tentang PHB (IPEDA)
1. Perkotaan : Perumahan = 0,09% x nilai jual; Usaha = 0,18% x nilai jual
2. Pedesaan : Sawah/Ladang = 5% x hasil bersih 1 tahun
3. Perkebunan : Tanah produktif = 5% x Hasil Bersih; Emplasemen = Tarif
Perkotaan
4. Perhutanan : Tanah produktif = 20% x IHH; Emplasemen = Tarif
Perkotaan
5. Pertambangan : MIGAS = Tarif Khusus; Non MIGAS = 5% Hasil
Bersih 1 tahun
OBYEK PAJAK
Yang menjadi Obyek Pajak PBB adalah bumi dan/atau bangunan
Perhutanan
Perkebunan
Perairan
Pertanian
Tanah Basement
SISMIOP
(SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBYEK PAJAK)
PENGUMPULAN DATA OBYEK PAJAK
Pendaftaran : Subyek pajak secara aktif mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak atas obyek pajaknya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Obyek Pajak
(SPOP):
a. Data-data diri perorangan atau badan yang menjadi subyek pajak;
b. Semua tanah yang dimiliki dengan sutau hak dan atau dimanfaaatkan;
c. Semua bangunan yang dimiliki dengan suatu hak dan atau dimanfaaatkan.
SPOP adalah adalah sarana untuk mendaftarkan subyek dan obyek pajak.
diisi : Jelas, Benar, Lengkap, Tepat Waktu
Tidak
Reliable?
Ya Siklus
Bank Data Nilai Pasar Properti
NIR / ZNT
NJOP
PENENTUAN NJOP
BANGUNAN
DBKB
Harga Upah
Material Pekerja
Nilai
Bangunan
COMPUTER ASSISTED VALUATION (CAV)
ZNT
NJOP
2. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP)
NOPTKP : suatu batas nilai NJOP di mana wajib pajak tidak
terutang pajak.
Setiap wajib pajak diberikan NJOPTKP hanya salah satu pajak
yang nilainya terbesar.
Cara Perhitungan NJOP Bumi dan Bangunan :
NJOP Bumi = Luas Bumi x NJOP / m2 =A
NJOP Bangunan= Luang Bangunan x NJOP / m = B (+)
NJOP Bumi + Bangunan sebagai dasar pengenaan PBB = C
Dikurangi NJOPTKP = D (-)
NJOP Bumi + Bangunan sebagai dasar pengenaan PBB = E
Besarnya NJOPTKP ditetapkan secara regional setinggi-
tingginya RP.12.000.000,-
3. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
SPMP
1 x 24 jam
Permintaan Lelang
Dasar penagihan : 10 hari
1. SPPT
2. SKP
Pelaksanaan Lelang
3. STP
KEBERATAN dan BANDING
Keputusan DJP:
3 bulan diterima
SPPT & SKP : (sebagian/
a. Salah data: seluruhnya)
- luas ditolak,
- klasifikasi 12 bulan
ditambah
- penetapan
b. Salah tafsir
3 bulan BPSP
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan pada DJP atas SPPT dan
SKP masing-masing dalam satu surat keberatan tersendiri untuk
setiap tahun pajak, ditulis dalam bahasa Indonesia, alasan yang
jelas, dan bukti-bukti resmi
Pengajuan keberatan dan banding tidak menunda kewajiban
pembayaran pajak.
PENGURANGAN
Pengurangan diajukan dalam hal :
a. kondisi obyek pajak yang ada hubungannya dengan subyek pajak:
1. Lahan yang hasilnya terbatas milik WP perorangan
2. Nilai jual naik dari WP perorangan penghasilan rendah
3. WP yang berpenghasilan dari pensiunan
4. Veteran pejuang (+pembela) kemerdekaan, duda + jandanya
5. WP perorangan yang berpenghasilan rendah
6. WP badan yang mengalami kerugian/ kesulitan liquiditas sepanjang
tahun
Besarnya pengurangan setinggi-tingginya 75%
b. obyek pajak terkena bencana alam seperti : gempa bumi, tanah longsor,
gunung meletus, dan sebab-sebab lain yang luar biasa seperti
kebakaran, kekeringan (bero), wabah penyakit dan hama tanaman (puso).
Besarnya pengurangan setinggi-tingginya 100%
Diajukan 60 hari sejak diterimanya SPPT/SKP atau terjadinya yang luar
biasa, ditulis dalam bahasa Indonesia, mencantumkan besarnya prosentase
pengurangan yang diminta, dan melampiri bukti pendukung.
Pengurangan terhadap SKP, pemberian pengurangan PBB hanya diberikan
atas pokok ketetapan pajak terutang.
Keputusan pengurangan dapat berupa mengabulkan seluruh, sebagian
atau menolak.
Keputusan pemberian pengurangan diterbitkan selambat-lambatnya 60 hari
sejak tanggal diterimanya permohonan pengurangan dari wajib pajak.
PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK
Sebab Kelebihan Pembayaran : Bentuk Pengembalian :
Terjadinya perubahan peraturan Restitusi : dikembalikan kepada
Diterbitkannya Surat Keputusan wajib pajak dalam bentuk uang
pemberian Pengurangan tunai atau pemindahbukuan
Diterbitkan Surat Keputusan Kompensasi : diperhitungkan
Penyelesaian Keberatan/Banding dengan utang PBB lainnya atau
dengan ketetapan PBB tahun
yang akan datang
Cara Pengajuan : Disumbangkan kepada negara :
Mengajukan secara tertulis dalam atas pernyataan wajib pajak
bahasa Indonesia kepada DJP disumbangkan kepada negara
DJP dalam waktu 12 bulan
menerbitkan SKKPP PBB atau SPb
Apabila melebihi 12 bulan, maka
dalam waktu 1 bulan DJP
menerbitkan SKKPP PBB
PEMBAGIAN HASIL PBB
KMK dirjen Perbend
PER 31/PB/2013
3,5 %
Insentif
10 %
Pemerintah Pusat
6,5 %
Dibagi rata
9%
Biaya
Petugas Bank Operasional Pemungutan
Pemungut V
Tempat
Bank Persepsi
Pembayaran
16,2 %
Daerah Provinsi
CONTOH SPPT
SOAL LATIHAN
1. Ibu Diah menerima SPPT Tahun 2001 sebesar Rp.400.000,- pada tanggal
20 April 2001. Berapakah besarnya PBB jika dibayar :
a. Tanggal 24 Desember 2002
b. Tanggal 16 Maret 2004
2. Di antara hak wajib pajak PBB adalah mengajukan keberatan dan pengurangan,
adakah perbedaan antara keduanya ? Jelaskan !
3. Rumah susun dengan data sbb:
1. Luas Tanah 7000 m2 Kelas A.20 (Rp.537.000,- / m2 )
2. Bangunan induk : a. 200 unit tipe 21
b. 100 unit tipe 36 Nilai bangunan Rp.350.000,- / m2
c. 50 unit tipe 45
3. Bangunan bersama (tangga, teras, dll) seluas 950 m2 , Nilai Rp.325.000/m2
4. Bangunan sarana (jalan, parkir, dll) seluas 870 m2, Nilai Rp.295.000/m2
Apabila Pak Bahrul memiliki 2 unit rumah (tipe 45 dan 21). Berapakah besarnya
PBB yang harus dibayar oleh Pak Bahrul atas kedua obyek tersebut.