Anda di halaman 1dari 20

PAJAK BUMI &

BANGUNAN
Nama Kelompok :

1. ANDIN SALZABILA PUTRI


ENZELITA
2. ANGGRAINI PUSPITASARI
3. ARIATNA JASMINE SOPHIYANTI
4. BELLA IMELDA MAHARANI DWI
PRATIWI
5. BUNGA HAYU NURLAILLY
Pengertian PBB

Pajak Bumi dan Bangunan sebenarnya adalah pungutan wajib


atas kepemilikan tanah dan bangunan karena adanya
keuntungan maupun kedudukan sosial ekonomi atas
perorangan atau badan yang memiliki hak padanya ataupun
mendapatkan manfaat dari tanah dan bangunan tersebut.
Tujuan PBB
Tujuan Pajak PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) adalah sebagai
salah satu sumber dan potensi untuk menunjang hasil kekayaan
negara, pendapatan daerah maupun pendapatan desa. PBB
adalah iuran yang dikenakan kepada seseorang atas properti
yang dia miliki. Pajak ini wajib dibayarkan setiap tahunnya, wajib
bayar pajak yang tidak membayar tepat waktu akan dikenakan
denda. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dihadiri oleh warga atau
masyarakat yang berantusias untuk membayar PBB, setiap
pembayaran Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT)
biasanya mendapat kupon 1 untuk di undi di akhir acara.
Dasar Hukum PBB

01 UU No. 12 03 PP No. 25 05 Peraturan


Tahun 1985 Tahun 2002 Dirjen Pajak
tentang PBB Nomor PER –
60/PJ/2010

02 UU No. 12 04 PMK-150/ 06 UU No. 28


Tahun 1994 PMK.03/2010 Tahun 2009
tentang PBB tentang Pajak
& Restribusi
Daerah
Objek PBB
Objek PBB adalah Bumi dan Bangunan

BUMI : Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan


pedalaman serta laut wilayah Indonesia.
Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah, perkarangan,
tambang.
BANGUNAN : Konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau
perairan.
Contoh : kolam renang, rumah tinggal, gedung
bertingkat, jalan tol, bangunan usaha, pusat
perbelanjaan, pagar mewah.
Objek PBB Yang Dikecualiakan
1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,
social, Kesehatan, Pendidikan dan kebudayaan nasional, yang nyata-nyta tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
3. Merupakan hutang lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum
dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan tibal
balik.
5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan.
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

ORANG ATAU BADAN


Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi

Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi

Pasal 4 ayat (2)

Dikenakan
SUBJEK kewajiban WAJIB
PAJAK membayar PAJAK
pajak
PBB Sebagai Pajak Pusat & Daerah
PBB Sebagai Pajak Pusat
Berdasarkan UU PDRD Th 2009, PBB yang masih menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat yaitu :
1. PBB sektor Perkebunan
2. PBB sektor Perhutanan
3. PBB sektor Pertambangan
PBB Sebagai Pajak Daerah
Objek PBB pedesaan dan perkotaan adalah Bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan dan pertambangan.
Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaa pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP)
NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menkeu, kecuali
untuk daerah tertentu setiap tahun sesuai
perkembangan daerahnya, dengan memperhatikan :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual
beli yang wajar
2. Perbandingan harga dengan objek sejenis
3. Nilai perolehan baru
4. Penentuan NJOP pengganti
PENENTUAN NJOP

PENDEKATAN
PENILAIAN :
1. Pendekatan Data Pasar
2. Pendekatan Biaya
3. Pendekatan
Pendapatan
PENILAIAN
OBJEK PBB
CARA PENILAIAN :
1. Penilaian Massal
2. Penilaian Individual
Pendekatan Penilaian
A. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach)
NJOP dihitung dengan cara membandingkan Objek pajak yang sejenis dengan
Objek lain yang telah diketahui harga pasarnya. Pendekatan ini pada umumnya
digunakan untuk menentukan NJOP tanah, namun dapat juga dipakai untuk
menentukan NJOP bangunan.
B. Pendekatan Biaya (Cost Approach)
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan nilai tanah atau bangunan terutama
untuk menentukan NJOP bangunan dengan menghitung seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk membuat bangunan baru yang sejenis dikurangi dengan
penyusutan pisiknya.
C. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Pendekatan ini digunakan untuk menentukan NJOP yang tidak dapat dilakukan
berdasarkan pendekatan data pasar atau pendekatan biaya, tetap ditentukan
berdasarkan hasil bersih objek pajak tersebut. Pendekatan ini terutama digunakan
untuk menentukan NJOP galian tambang atau objek perairan.
Cara Penilaian
A. Penilaian Massal (Mass Appraissal)
 NJOP bumi dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang
terdapat pada setiap Zona Nilai Tanah (ZNT).
 NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan
(DBKB) dikurangi penyusutan phisik.
 Perhitungan penilaian massal dilakukan dengan menggunakan program
komputer (Computer Assisted Valuation / CAV).
B. Penilaian Individual (Individual Appraissal)
Ditetapkan untuk Objek tertentu yang bernilai tinggi atau keberadaannya
mempunyai sifat khusus, antara lain jalan tol, pelabuhan
laut/sungai/udara, lapangan golf, industri semen/pupuk, PLTA, PLTU,
PLTG, pertambangan, tempat rekreasi, objek pajak tertentu seperti
rumah mewah, pompa bensin, usaha perkebunan, dan perhutanan.
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan bangunan yang tidak
kena pajak.
Besarnya NJOPTKP dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap WP memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali
dalam satu tahun pajak
2. Apabila WP mempunyai beberapa objek pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu objek pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan objek lainnya
Pengaturan NJOPTKP
Keputusan Menteri Keuangan nomor
KMK-201/KMK.04/2000 paling tinggi Rp 12.000.000
berlaku sampai 31 Desember 2011
Peraturan Menteri Keuangan nomor
PMK-67/PMK.03/2011 paling tinggi Rp 24.000.000
berlaku mulai 1 Januari 2012
Proses Penetapan NJOPTKP
Rekomendasi dari Bupati/Walikota tentang
NJOPTKP

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang


NJOPTKP (ditandatangani oleh Kakanwil DJP)
Nilai Jual Kena Pajak (NJPK)
Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) merupakan suatu dasar dari penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) sebagai nilai jual objek yang akan dimasukkan ke dalam perhitungan
pajak yang terutang. Berikut ini merupakan ketentuan persentase dari Nilai Jual Kena
Pajak (NJKP) yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No.201/KMK.04/2000 Tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak
Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan:
- 40% (empat puluh persen) untuk perkebunan
- 40% (empat puluh persen) untuk pertambangan
- 40% (empat puluh persen) untuk kehutanan
- Sedangkan bagi objek pajak lainnya seperti pedesaan dan perkotaan dapat dilihat
dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), yaitu: 40% (empat puluh persen) untuk nilai lebih dari
Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah), sedangkan 20% (dua puluh persen) untuk nilai
kurang dari Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
Penetapan Besarnya NJPK
1. OBJEK PAJAK PERKEBUNAN,
KEHUTANAN, DAN
NILAI JUAL OBJEK PAJAK
PERTAMBANGAN
KURANG DARI Rp 1
2. OBJEK PAJAK LAINNYA BILA
MILYAR
NJOP RP 1 MILYAR ATAU
LEBIH

40% X NJOP 20% X NJOP


Tarif & Cara Menghitung
TARIF TUNGGAL
PBB = TARIF X NJKP
= 0,5% X 20% X NJOP
0,5% = 0,5% X 40% X NJOP

NJOP = (NJOP BUMI + NJOP BANGUNAN) -


NJOPTKP
Thanks
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai