Anda di halaman 1dari 1

Restika Syafa Ambariza – 205030401111006/15

Objek Berdasarkan Peraturan DJP Nomor PER-31/PJ/2014 Pasal 2, objek pajak PBB Perkebunan
PBB adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
Perkebunan usaha perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan tersebut meliputi: a. usaha budidaya tanaman
perkebunan yang diberikan Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B); dan b. usaha
budidaya tanaman perkebunan yang terintegrasi dengan usaha pengolahan hasil perkebunan
yang diberikan Izin Usaha Perkebunan (IUP).
Pada Pasal 3 dijelaskan mengenai Bumi dan Bangunan yang dimaksud pada Pasal 2. Bumi,
meliputi: a. areal yang dikenakan PBB Perkebunan, berupa: 1) Areal Produktif 4) Areal
Pengaman 2) Areal Belum Produktif 5) Areal Emplasemen 3) Areal Tidak Produktif b. areal yang
tidak dikenakan PBB Perkebunan, berupa Areal Lainnya. Bangunan merupakan konstruksi
teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
PBB
PERKEBUNAN A. Dasar pengenaan PBB sektor perkebunan adalah NJOP perkebunan. Penilaian untuk
menentukan NJOP Perkebunan ini adalah melalui pendekatan biaya (cost approach) yang
tercermin dari adanya Standar Investasi Tanaman (SIT).
B. Di dalam suatu wilayah perkebunan terdapat tiga jenis areal yang penentuan NJOP nya
berbeda-beda, yaitu:
1. Areal Produktif. NJOP nya adalah Nilai Dasar Tanah + Standar Investasi Tanaman (SIT).
2. Areal Belum Produktif. NJOP nya ada 2 jenis yaitu: Untuk Areal yang Belum Diolah adalah
Luas Tanah Belum Diolah x Nilai Dasar Tanah Areal Belum Diolah per meter persegi. Untuk
Dasar
Areal yang Sudah Diolah tetapi Belum Ditanami adalah Luas Tanah Sudah Diolah tetapi
Pengenaaan Belum Ditanami x Nilai Dasar Tanah Areal Sudah Diolah tetap Belum ditanami per meter
persegi.
3. Areal Lainnya. NJOP nya adalah Luas Tanah Areal Tidak Produktif x Nilai Dasar Tanah Areal
Tidak Produktif per meter persegi.
4. Areal Emplasemen. NJOP nya adalah Luas Tanah Areal Emplasemen x Nilai Dasar Tanah
Emplasemen per meter persegi.

- Standar Investasi Tanaman (SIT) sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 angka 11


Perhitungan Peraturan DJP No: PER-31/PJ/2014 adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan, dan alat yang
Standar diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman. SIT
Investasi ditetapkan meliputi : Tanaman berumur pendek dan Tanaman Berumur Panjang.
Tanaman - Besarnya SIT ditetapkan setiap tahun dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah
(SIT) Direktorat Jenderal Pajak. Penghitungan besarnya SIT dipengaruhi oleh 4 hal : Satuan
Biaya Pembangunan Kebun (SPBK), Fase Tanaman, Satuan Biaya Tanaman (SBT), dan Index
Biaya Tanaman (IBT).

A. NJOP TANAH
1. Area Kebun
(a) Usia Tanaman 2 Tahun : 100 x 10.000 x Rp 1.700 = Rp 1.700.000.000 SIT : 100 X Rp 2.796.000 =
Rp 279.500.000 (b) Tanaman sudah menghasilkan : 300 x 10.000 x Rp 1.700 = Rp 5.100.000.000 SIT
Penghitungan : 300 x Rp 5.646.000 = Rp 1.693.800.000
PBB NJOP Tanah Area Kebun = Rp 8.773.300.000
Perkebunan 2. Area Emplasemen
a. Kantor: 0,5 x 10.000 x Rp 14.000 = Rp 70.000.000
b. Gudang: 1 x 10.000 x Rp 10.000 = Rp 100.000.000
c. Pabrik: 2 x 10.000 x Rp 10.000 = Rp 200.000.000
NJOP Tanah Area Emplasemen = Rp. 370.000.000
NJOP Bangunan
a. Kantor: 500 x Rp 700.000 = Rp 350.000.000
b. Gudang: 1.000 x Rp 505.000 = Rp 505.000.000
c. Pabrik: 4.000 x Rp 365.000 = Rp 1.460.000.000
NJOP Bangunan = Rp 2.315.000.000
Total NJOP Tanah dan Bangunan = Rp 11. 458.300.000
(a) NJOPTKP = (Rp 12.000.000) (b) NJOP untuk perhitungan PBB Perkebunan = Rp 11.446.300.000
(c) Rumusan 0,5 x 40% x Rp 11.446.300.000 = Rp 22.892.600

Anda mungkin juga menyukai