Anda di halaman 1dari 9

PBB Sektor Perkebunan

PT. EGP, sebuah perkebunan sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 telah menyampaikan SPOP
dengan rincian data sebagai berikut :
Tanah
1)

Area kebun

a.

Tanaman usia 2 tahun, dengan luas 300 Ha, NJOP per m2 Rp 1.710,00
Standar Investasi Tanaman Rp 2.866.000,00 per Ha

b.

Tanaman sudah menghasilkan, dengan luas 200 Ha, NJOP per m2 Rp 1.710,00
Standar Investasi Tanaman Rp 5.784.000,00 per Ha

2)

Area Implasemen

a.

Kantor, luas 1 Ha, NJOP Rp 14.100,00 per m2

b.

Gudang, luas 2 Ha, NJOP kelas 147

c.

Pabrik, luas 2 Ha, NJOP Rp 9.900,00 per m2

d.

Mess karyawan, luas 2 Ha, NJOP per m2 Rp 14.100,00


Bangunan

1)

Kantor 800 m2, kelas 072

2)

Gudang 1.200 m2, NJOP Rp 505.000,00 per m2

3)

Pabrik 4.500 m2, kelas 084

4)

Mess karyawan 2.000 m2, kelas 072


Catatan : 50% mess terbakar pada tahun 2010 berdasrkan berita acara kepolisian setempat.
Hitung PBB perkebunan tersebut, NJOPTKP Rp 10.000.000,00.
SPPT perkebunan diterima tanggal 04-03-2011, dilunasi 9-12-2011.
Hitung PBB terutang
Jawaban :
Tanah

1)

Area kebun

a.

Tanaman usia 2 th
SIT

b.

Tanaman menghasilkan
SIT

= 3000.000 x Rp 1.700,00
= 300 x Rp 2.866.000,00
= 2000.000 x Rp 1.700,00
= 200 x Rp 5.784.000,00

2)

Area implasemen

a.

Kantor

= 10.000 x Rp 14.000,00

b.

Gudang

= 20.000 x Rp 10.000,00

c.

Pabrik

d.

Mess karyawan

= 20.000 x Rp 10.000,00
= 20.000 x Rp 14.000,00

NJOP tanah

= Rp 5.100.000.000,00
= Rp

859.000.000,00

= Rp 3.400.000.000,00
= Rp 1.156.800.000,00
= Rp
= Rp

140.000.000,00
200.000.000,00

= Rp
= Rp

200.000.000,00
280.000.000,00 +
= Rp 11.336.000.000,00

Bangunan
1)

Kantor

= 800 x Rp 700.000,00

= Rp

560.000.000,00

2)

Gudang

= 1.200 x Rp 505.000,00

= Rp

3)

Pabrik

= 4.500 x Rp 365.000,00

= Rp

4)

Mess karyawan

= 1.000 x Rp 700.000,00

= Rp

1.642.500.000,00
700.000.000,00 +

NJOP bangunan

= Rp

NJOP gabungan

= Rp 14.845.100.000,00

NJOPTKP

= Rp

NJOPKP

= Rp 14. 835.100.000,00

3.508.500.000,00
10.000.000,00

PBB terutang pusat

= 0,5% x 40% x Rp 14.835.100.000,00

= Rp

29.670.200,00

Denda telat

= 4 x 2% x Rp 20.670.200,00

= Rp

2.373.616,00 +

= Rp

32.043.816,00

PBB terutang yang dibayar


PBB terutang daerah

= 0,3% x Rp 14.835.100.000,00

= Rp

44.505.300,00

Denda telat

= 4 x 2% x Rp 44.505.300,00

= Rp

3.560.424,00 +

= Rp

48.065.724,00

PBB terutang yang dibayar


3.

606.000.000,00

PBB sektor Kehutanan HPH


PT Warna Lestari usaha perhutanan di Kalimantan Timur tahun 2012 telah menyampaikan SPOP sebagai
berikut :
Tanah

1)

Areal produktif tanah hutan blok tebangan berupa kayu meranti


Luas 200 Ha, kelas 198

2)

Areal belum produktif tanah hutan non blok tebangan


Luas 4.000 Ha, kelas 198

3)

Areal :

a.

Log ponds (tempat penampungan kayu di air) Rp 2,7 per m2, luas 10 Ha, kelas 523

b.

Log yards (penumpukan kayu di darat), luas 5 Ha, kelas 198

4)

Areal lainnya berupa tanah rawa, luas 100 Ha, kelas 200

5)

Areal implasemen

a.

Pabrik 20.000 m2, kelas 188

b.

Gudang 2.000 m2, kelas 188

c.

Kantor 1.000 m2, kelas 188

d.

Perumahan 10.000 m2, kelas 185


Bangunan

1)

Pabrik 1.000 m2, kelas 088

2)

Gudang 500 m2, Rp 264.000,00 per m2

3)

Kantor 1.000 m2, kelas 086

4)

Perumahan 5.000 m2, kelas 086


Angka kapitalisasi adalah 8,5 sedangkan hasil bersih tahun sebelumnya ialah sebesar Rp 1.000.000.000,00
Hitung PBB yang harus dibayar oleh PT Warna Lestari dengan NJOPTKP sesuai dengan Permen No. 67 tahun 2011!

Jawaban :
Tanah
1)

Areal produktif

= 8,5 x Rp 1.000.000.000,00

= Rp

8.500.000.000,00

2)

Areal blm produktif

= 40.000.000 x Rp 200,00

= Rp

8.000.000.000,00

3)

Areal :

a.

Log Ponds

b. Log Yards
4)

Areal lainnya

5)

Areal implasemen

a.

Pabrik

b. Gudang
c.

= 100.000 x Rp 2,7

= Rp

270.000,00

= 50.000 x Rp 200,00

= Rp

10.000.000,00

= 1000.000 x Rp 140,00

= Rp

= 20.000 x Rp 670,00

= Rp

= 2.000 x Rp 670,00

= Rp

140.000.000,00
13.400.000,00
1.340.000,00

Kantor

= 1.000 x Rp 670,00

= Rp

670.000,00

d. Perumahan

= 10.000 x Rp 910,00

= Rp

9.100.000,00 +

NJOP tanah

= Rp 16.674.780.000,00

Bangunan
1) Pabrik

= 1.000 x Rp 264.000,00

= Rp

264.000.000,00

2) Gudang

= 500 x Rp 264.000,00

= Rp

132.000.000,00

3) Kantor

= 200 x Rp 310.000,00

= Rp

62.000.000,00

4) Perumahan

= 5.000 x Rp 310.000,00

= Rp 1.550.000.000,00 +

NJOP bangunan

= Rp 2.008.000.000,00

NJOP gabungan

= Rp 18.682.780.000,00

NJOPTKP

= Rp

NJOPKP

= Rp 18.658.780.000,00

PBB terutang
4.

= 0,5% x 40% x Rp 18.658.780.000,00

= Rp

24.000.000,00
37.317.560,00

Hutan HPHTI
PT Wanasetra, sebuah pengelolaan hutan tanaman industri, data-data sebagai berikut :

A.

Tanah

1.Area Produktif
a.

b.

c.

Tanah yang ditanami dengan sonokeling


yang telah menghasilkan

L = 500 Ha

Kelas 161 (Rp.5000,-)

Standar Biaya Pembangunan (SBP)

Rp. 2.930.800,-/Ha

Tanah yang belum menghasilkan


Sonokeling umur empat tahun

L = 100 Ha

Standar Biaya Pembangunan (SBP)

Rp. 2.427.800,-/Ha

Sonokeling umur lima tahun


Standar Biaya Pembangunan (SBP)

L = 200 Ha

Kelas 161 (Rp.5000,-)


Kelas 161 (Rp.5000,-)

Rp. 2.769.800,-/Ha

2.Logponds

L = 20 Ha

Kelas A47 (Rp.4,8)

3.Area lainnya berupa rawa

L= 50 Ha

Kelas 200 (Rp.200,-)

4.Area implasement
a.

L = 10.000 m2

Pabrik

Kelas 182 (Rp.1.200,)

b.

Gudang

L = 5.000 m

c.

Kantor

L = 1.000 m2

Kelas 182 (Rp.1.200,)

d.

Perumahan

L = 10.000 m2

Kelas 182 (Rp.1.200,)

B.

Bangunan

1.Pabrik
2.Gudang

Kelas 182 (Rp.1.200,)

L = 3.000 m2

Kelas 090 (Rp.225.000,-)

Kelas 090 (Rp.225.000,-)

Kelas 086 (Rp.310.000,-)

Kelas 086 (Rp.310.000,-)

L = 3.000 m

3.Kantor

L = 1.000 m

4.Perumahan

L = 10.000 m

NJOPTKP Permen No.67 Tahun 2011


Hitung PBB terutang !
Jawab :
A.

NJOP Bumi
Tanah yang ditanami dengan sonokeling
yang telah menghasilkan

500 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 25.000.000.000,-

Standar Biaya Pembangunan (SBP) 500 x Rp. 2.930.800

Tanah yang belum menghasilkan


sonokeling umur empat tahun

= Rp. 1.465.400.000,-

100 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 5.000.000.000,-

Standar Biaya Pembangunan (SBP) 500 x Rp. 2.427.800

Sonokeling umur lima tahun

Standar Biaya Pembangunan (SBP) 200 x Rp. 2.749.800

= Rp.

553.960.000,-

Logponds

20 x 10.000 x Rp. 4,8

= Rp.

960.000,-

Area rawa

50 x 10.000 x Rp. 140

= Rp.

70.000.000,-

Pabrik

10.000 x Rp. 1.200

= Rp.

12.000.000,-

Gudang

5.000 x Rp. 1.200

= Rp.

6.000.000,-

Kantor

1.000 x Rp. 1.200

= Rp.

1.200.000,-

= Rp.

200 x 10.000 x Rp. 5.000 = Rp. 10.000.000.000,-

Perumahan
Rp.

10.000

Rp.

1.200

225.000

12.000.000,- +

Total NJOP Bumi


B.

242.780.000,-

= Rp. 42.364.300.000,-

NJOP Bangunan

Pabrik

3.000 x Rp. 225.000

= Rp.

675.000.000,

Gudang

500 x Rp. 225.000

= Rp.

112.500.000,-

Kantor

200 x Rp. 310.000

= Rp.

62.000.000,

Perumahan
Rp.

1.000

Rp.

225.000.000,- +

Total NJOP Bumi

= Rp. 1.074.500.000,-

NJOP Total

= Rp. 43.438.800.000,-

NJOPTKP
Rp.

24.000.000,- -

NJOPKP

= Rp. 43.414.800.000,-

NJKP

40 % x NJOPKP

= Rp. 17.365.920.000,-

PBB terutang

0,5 % x NJKP

= Rp.

86.829.600,-

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Sektor Perkebunan, Kehutanan, dan Pertambangan


Dalam Pajak Bumi dan Bangunan dikenal adanya 5 sektor yaitu sektor Pedesaan dan Perkotaan yang
disebut dengan P2, kemudian sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan yang disebut P3.
Fokus utama untuk perhitungan PBB Perkebunan, Kehutanan dan Pertambangan adalah menentukan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Apabila NJOP telah diperoleh maka dengan mudah dapat dihitung
PBBnya.
A. SEKTOR PERKEBUNAN
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-21/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 menjadi dasar
pengenaan PBB di sektor perkebunan.
Didalam sektor perkebunan terdapat berbagai jenis areal (tanah) dengan karakteristik yang berbeda
sehingga NJOP masing-masing areal juga berbeda sesuai dengan Nilai Indikasi Rata-rata masingmasing tanah diareal yang bersangkutan. Adapun areal-areal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Areal Kebun, yaitu areal yang sudah diolah dan ditanami dengan komoditas perkebunan baik yang
telah menghasilkan maupun belum menghasilkan
NJOP = NJOP tanah + Standar Investasi Tanaman
NJOP tanah : sesuai dengan karakteristik tanah dan NIR hasil pendataan dan penilaian yang
kemudian dituangkan kedalam bentuk Surat Keputusan Kakanwil DJP
Standar Investasi Tanaman : jumlah modal yang diinvestasikan menurut umur dan jenis tanaman
dalam satuan rupiah per hektar
2. Areal yang sudah diolah tapi belum ditanami.
NJOP = NJOP tanah + Biaya Pengolahan/pematangan tanah dalam satu tahun
3. Areal Emplasemen, yaitu areal yang diatasnya terdapat bangunan dan / atau pekarangan
NJOP = NJOP tanah
4. Areal lain, yaitu areal selain areal kebun dan areal emplasemen yang berupa areal belum diolah,
rawa, cadas, jurang atau tanah lain yang tidak dapat dimanfaatkan untuk perkebunan.
NJOP = NJOP tanah
Contoh:
PT.Sawit Nusantara, sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit didaerah Sumatera
Utara memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari tanah dan bangunan dengan rincian sebagai
berikut :
A. Tanah
1. Areal kebun :
a. Usia tanaman 2 tahun : 100 Ha, kelas A.42 ( Rp1.700,- / M2 )
SIT
: Rp2.795.000,- per Ha
b. Tanaman sudah menghasilkan : 300 Ha, kelas A.42

SIT

: Rp5.646.000,- per Ha

2. Areal emplasemen :
a. Kantor : 0,5 Ha , kelas A. 36 ( Rp14.000,- / M2 )
b. Gudang : 1 Ha , kelas A.37 ( Rp10.000,- / M2 )
c. Pabrik : 2 Ha, kelas A. 37
B. Bangunan :
a. Kantor : 500 M2 , kelas A. 4 ( Rp700.000,- / M2 )
b. Gudang : 1.000 M2, kelas A. 6 ( Rp505.000,- / M2 )
c. Pabrik : 4.000 M2 , kelas A. 8 ( Rp365.000,- / M2 )
Hitung PBB tahun 2003 atas perkebunan tersebut bila NJOPTKP : Rp10 juta
Jawab:

NJOP Tanah dan Bangunan ( A + B )


NJOPTKP
NJOP untuk perhitungan PBB
PBB : 0,5% x 40% x Rp11.448.300.000,-

= Rp11.458.300.000,= Rp
10.000.000,= Rp11.448.300.000,= Rp
22.896.600,-

SEKTOR KEHUTANAN
Pengenaan PBB sektor kehutanan didasarkan pada Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor
SE-73/PJ.6/1999 tanggal 16 Desember 1999.
Didalam sektor kehutanan terdapat berbagai jenis areal hutan yaitu :
1. Areal Produktif yang disebut juga Areal Blok Tebangan yaitu areal hutan dimana kayu-kayu pada
areal tersebut mempunyai umur ataupun diameter yang cukup untuk ditebang dan bernilai
ekonomis. Luas areal ini biasanya dinyatakan didalam Rencana Karya Tahunan (RKT) yang
diterbitkan oleh Dinas Kehutanan kepada para pengusaha hutan.
2. Areal Belum/Tidak Produktif yang disebut juga Areal Non Blok Tebangan yaitu areal hutan
dimana kayu-kayunya belum layak ditebang karena belum cukup umur dan tidak ekonomis untuk
ditebang.

3. Areal Lainnya yaitu areal yang tidak ada tegakannya (tidak ada pepohonannya) seperti rawa,
payau, waduk/danau, atau yang digunakan oleh pihak ketiga secara tidak sah.
4. Log Ponds yaitu areal perairan didalam hutan yang digunakan untuk tempat penimbunan kayu.
5. Log Yards yaitu areal daratan didalam hutan yang digunakan untuk penimbunan kayu.
6. Areal Emplasemen yaitu merupakan areal dimana didirikan bangunan-bangunan yang berkenaan
dengan usaha bidang kehutanan
Untuk menentukan NJOP sektor kehutanan dapat dibagi atas 2(dua) kategori tergantung
kepada jenis hak untuk mengelola/mengusahakan hutan tersebut yaitu :
1. Sektor Kehutanan yang dikelola berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hak Pemungutan
Hasil Hutan (HPHH), Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) dan Izin Sah lainnya selain Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri (HPHTI).
a. NJOP areal produktif ditetapkan sebesar 8,5 kali hasil bersih dalam satu tahun.
Hasil bersih adalah Pendapatan kotor dikurangi Biaya eksploitasi
Pendapatan kotor adalah total hasil produksi kayu tahun pajak sebelumnya dikalikan dengan
harga pasar kayu bulat dalam tahun pajak berjalan (harga pasar per 1 Januari).
Biaya eksploitasi terdiri dari :
a. Biaya penanaman ( khusus PT.Perhutani ).
b. Biaya pemeliharaan hutan / perawatan ( khusus PT.Perhutani ).
c. Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan.
d. Biaya penebangan ( upah tenaga kerja dan peralatan ).
e. Biaya pengangkutan sampai ke log ponds atau log yards.
f. PBB dan PSDH ( untuk areal blok tebangan ) tahun pajak sebelumnya.
b. NJOP areal belum/tidak produktif, areal emplasemen dan areal lainnya = NJOP tanah.
c. NJOP Log Ponds = NJOP Perairan, yaitu berdasarkan korelasi garis lurus kesamping dengan
klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya.
2. Sektor Kehutanan yang dikelola berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri ( HPHTI
).
a. NJOP Areal Hutan adalah NJOP tanah ditambah Biaya Pembangunan HTI menurut umur
tanaman.
Standar Biaya Pembangunan HTI dibuat berdasarkan data dari Dinas Kehutanan setempat.
b. NJOP areal emplasemen dan areal lainnya = NJOP tanah
Contoh :

1. PT. Triloves, suatu perusahaan bidang kehutanan (HPH)


memiliki/menguasai/mendapat manfaat dari bumi dan bangunan sbb :

di

Kalimantan Barat

1. Bumi
1. Areal produktif
tanah hutan blok tebangan : 200 Ha, kls A.49 (Rp200,-/ M2)
2. Areal belum/tidak produktif
Tanah hutan non blok tebangan : 4.000 Ha, kls A.49
3. a.Log ponds : 10 Ha, kls A.49
b. Log yards : 5 Ha, kls A.49
4. Areal lainnya (rawa, payau) : 100 Ha, kls A.50 ( Rp140,- / M2 )
5. Areal Emplasemen :
a. Pabrik : 20.000 M2 ; kls A.45 ( Rp 660,-/M2 )
b. Gudang : 2.000 M2 ; kls A.45
c. Kantor : 1.000 M2 ; kls A.45
d. Perumahan : 10.000 M2 ; kls A.44 ( Rp910,-/ M2 )
2.
a.
b.
c.
d.

Bangunan
Pabrik : 1.000 M2; kls A.10 (Rp264.000,- / M2 )
Gudang : 500 M2; kls A.10
Kantor : 200 M2 ; kls A.9 ( Rp310.000,- / M2 )
Perumahan : 5.000 M2 ; kls A.9

3. Angka kapitalisasi : 8,5


Hasil bersih sebelum tahun pajak berjalan : Rp1.000.000.000,Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT. Wanalestari tersebut bila NJOPTKP = Rp10.000.000,Jawab :

NJOP Bumi dan Bangunan :


NJOPTKP :
NJOP untuk perhitungan PBB
PBB : 0,5% x 40% x Rp18.672.550.000,-

= Rp18.682.550.000,= Rp
10.000.000,= Rp18.672.550.000,=
Rp37.345.100,-

Anda mungkin juga menyukai