PERKEBUNAN
b. PERHUTANAN
c. PERTAMBANGAN MINYAK &
GAS BUMI
d. PERTAMBANGAN
PENGUSAHAAN
PANAS BUMI
e. PERTAMBANGAN MINERAL
ATAU BATUBARA
f. SEKTOR LAINNYA
1. Perikanan Tangkap
2. Pembudidayaan Ikan
3. Jaringan Pipa
4. Jaringan Kabel
5. Ruas Jalan Tol
6. Fasilitas Penyimpanan dan
Helmy R. A Pengolahan
PENGHITUNGAN PBB P5L
TARIF PBB P5L Tarif Tunggal 0,5%
NJOP Rp. 1 MILYAR ATAU LEBIH NJOP KURANG DARI Rp. 1 MILYAR
Bangunan
Areal Emplasemen Perkebunan didefinisikan sebagai areal yang di atasnya digunakan
untuk bangunan. Oleh karena itu, dalam PBB Sektor Perkebunan juga memperhitungkan
NJOP untuk bangunan yang terdapat dalam Areal Emplasemen Perkebunan. NJOP untuk
bangunan tersebut dihitung melalui pendekatan biaya.
Penghitungan NJOP Bumi/M2
Tanah
Perhitungan NJOP Bumi untuk Area Produktif menggunakan pendekatan Data Pasar
Tanaman Kebun
Penghitungan NJOP menggunakan pendekatan Biaya, Tanaman Kebun dianggap sebagai
pengembangan tanah dan hal ini tercermin dalam Biaya Investasi Tanaman (BIT)
Contoh Kasus
PT ABC adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Sumatera Utara. Perusahaan memperoleh izin berupa IUP pada tanggal 5 Agustus 2013.
Objek PBB Sektor Perkebunan terletak di wilayah kerja KPP Pematang Siantar, Kanwil
DJP Sumatera Utara II.
Berikut ini adalah data terkait bumi dan bangunan yang dimiliki perusahaan per
tanggal 14 Februari 2020:
1. Areal yang sudah ditanami seluas 1.770ha. Dari seluruh areal tersebut, areal seluas
300ha berisi tanaman kelapa sawit yang ditanami pada tahun 2015. Kelapa sawit
yang ditanami pada tahun 2016 seluas 70ha, pada tahun 2017 seluas 600ha, pada
tahun 2018 seluas 300ha, dan pada tahun 2019 seluas 500ha. NJOP untuk tanah
pada areal ini yaitu sebesar Rp85.000/m2.
2. Areal yang belum ditanami oleh perusahaan seluas 600ha dengan NJOP sebesar
Rp82.000/m2.
3. Areal yang digunakan untuk bangunan perkantoran dan pabrik adalah seluas 1ha
dengan NJOP/m2 sebesar Rp354.000.
4. Areal yang tidak dapat diusahakan untuk kegiatan usaha perkebunan adalah seluas
858ha dengan NJOP/m2 sebesar Rp1.000
5. Areal yang digunakan sebagai pengaman kegiatan usaha perkebunan adalah seluas
500ha dengan NJOP/m2 sebesar Rp77.900
6. Areal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) UU PBB adalah seluas 450ha.
7. Bangunan yang dimiliki perusahaan adalah Perkantoran dan Pabrik dengan
NJOP/m2 sebagai berikut:
Jenis Kriteria Luas (m²) NJOP/m²
No
Bangunan Bangunan (Rp)
1 Perkantoran Umum 2.500 2.500.000
2 Pabrik Umum 5.000 3.500.000
8. Biaya Investasi Tanaman untuk tanaman kelapa sawit sesuai dengan keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-185/PJ/2020adalah sebagai berikut:
Umur BIT/m²
Tanaman (Rp)
1 4.004
2 5.161
3 6.424
4 7.625
5 7.567
6 7.511
7 7.459
Maka, PBB Terutang untuk Tahun Pajak 2020 atas objek pajak PBB Sektor Perkebunan
tersebut adalah:
Jawab
① Tahun Luas (ha) Luas (m²) Umur BIT/m² BIT (Rp)
Tanam (Ta hun) (Rp)
2015 300 3.000.000 5 7.567 22.701.000.000
2016 70 700.000 4 7.625 5.337.500.000
2017 600 6.000.000 3 6.424 38.544.000.000
2018 300 3.000.000 2 5.161 15.483.000.000
2019 500 5.000.000 1 4.004 20.020.000.000
Total 1.770 17.700.000 102.085.500.000
② AREAL PRODUKTIF
= NJOP untuk tanah + BIT
= (17.700.000m² x Rp85.000/m²) + Rp102.085.500.000
= Rp1.504.500.000.000+Rp102.085.500.000
= Rp1.606.585.500.000
③ AREAL BELUM PRODUKTIF
= Luas (m²) x NJOP/per m²
= 6.000.000m² x Rp82.000
= Rp492.000.000.000
④ AREAL EMPLASEMEN
= Luas (m²) x NJOP/per m²
= 10.000m² x Rp354.000
= Rp3.540.000.000
⑤ AREAL PENGAMAN
= Luas (m²) x NJOP/per m²
= 5.000.000m² x Rp77.900
= Rp389.500.000.000
⑥ AREAL TIDAK PRODUKTIF
= Luas (m²) x NJOP/per m²
= 8.580.000m² x Rp1.000
= Rp8.580.000.000
⑦ TOTAL NJOP HASIL PENILAIAN AREAL-AREAL
= ∑ NJOP Seluruh Areal Permukaan Bumi (1 s.d 6)
= Rp2.500.205.500.000
⑧ NJOP Bumi/m²
NJOP
No. Komponen Luas (m2) Klas Nilai (Rp)
per m2
1 NJOP BUMI 37.290.000 - 67.0402.499.921.600.000
2 NJOP BANGUNAN 7.500 - 3.166.660 23.749.950.000
NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak 2.523.671.550.000
3 NJOPTKP 12.000.000
NJOP untuk Penghitungan PBB 2.523.659.550.000
4 Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) 40% 1.009.463.820.000
5 PBB Terutang 0,5% 5.047.319.100
Lima milyar empat puluh tujuh juta tiga ratus sembilanbelas ribu seratus
rupiah
2. PERHUTANAN
Objek pajak PBB Sektor Perhutanan yaitu bumi dan/atau bangunan yang
berada di kawasan perhutanan. Yang dimaksud dengan kawasan
perhutanan yaitu wilayah perhutanan yang telah diberikan izin untuk
mengelola Hutan Produksi oleh negara.
Hutan Produksi dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Hutan Alam
adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang
secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta
alam lingkungannya
2. Hutan Tanaman (Hutan Tanaman Industri)
adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan
kualitas Hutan Produksi dengan menerapkan silvikultur intensif.
Izin pengelolaan Hutan Produksi yang menjadi objek
pajak PBB Sektor Perhutanan
• Izin ini disebut dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA)
Izin memanfaatkan Hutan Produksi yang kegiatannya terdiri dari penebangan, pengangkutan,
penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu.
Direktur Jenderal Pajak menetapkan bahwa biaya produksi untuk kegiatan usaha
perhutanan yaitu sebesar 75%.
2. Hutan Tanaman :
NJOP untuk tanah dan NJOP untuk pengembangan tanah berupa tanaman/pohon.
NJOP berupa tanah ditentukan melalui perbandingan dengan harga jual objek pajak
lain sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dengan tanah tersebut.
NJOP untuk pengembangan tanah berupa tanaman ditentukan dengan menghitung
besarnya Biaya Investasi Tanaman (BIT).
Contoh besarnya BIT pada PBB Sektor Perhutanan untuk Provinsi Riau
Areal Belum Produktif Perhutanan dan Areal
Emplasemen Perhutanan
NJOP untuk dua areal ini ditentukan melalui perbandingan dengan
harga jual objek pajak lain sejenis yang letaknya berdekatan dan
fungsinya sama.
Bangunan
NJOP untuk bangunan tersebut dihitung melalui pendekatan biaya.
Penghitungan PBB Sektor Perhutanan
NJOP Bumi:
Jenis Areal Luas (m²) NJOP/m² NJOP
(Rp) (Rp)
Areal Prod 2.000.000 48.069.640.088
Areal Belum 1.150.000 40.295 46.339.250.000
Areal Tidak Produktif 300.000 803 240.900.000
Areal Emplasemen 20.000 93.531 1.870.618.000
Areal Pengaman 200.000 38.280 7.656.050.000
Areal Lainnya 15.000 - -
NJOP Bumi 3.670.000 104.176.458.088
Penghitungan PBB terutang
No. Komponen Luas (m2) Klas NJOP Nilai (Rp)
1 NJOP BUMI 3.670.000 - 28.380 104.154.600.000
2 NJOP BANGUNAN 5.000 - 1.570.800 7.854.000.000
NJOP Sebagai Dasar Pengenaan Pajak 112.008.600.000
3 NJOPTKP 12.000.000
NJOP untuk Penghitungan PBB 111.996.600.000
4 Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) 40% 44.798.640.000
5 PBB Terutang 0,5% 223.993.200
Dua ratus dua puluh tiga juta sembilan ratus sembilan puluh tiga ribu dua
ratus rupiah
3. PBB SEKTOR PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI
Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi
(WK Migas) merupakan daerah di
dalam wilayah hukum pertambangan
Indonesia yang digunakan untuk
pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi
minyak dan/atau gas bumi.
Kontrak Kerja Sama adalah kontrak
bagi hasil atau bentuk kontrak kerja
sama lain dalam kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi pertambangan minyak
dan/atau gas bumi yang lebih
menguntungkan negara dan hasilnya
digunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Jika terdapat areal di luar WK Migas yang merupakan satu kesatuan yang
digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan minyak dan/atau gas bumi dan
secara fisik tidak terpisahkan, maka areal tersebut termasuk dalam kawasan
pertambangan minyak dan/atau gas bumi.
Keterangan:
A : WK Migas.
B, C, D, dan F : Areal di luar WK Migas yang terhubung
oleh jalan, jembatan, sungai, atau
jaringan pipa. Areal dimaksud dapat
berupa areal yang di atasnya dibangun
fasilitas penunjang kegiatan usaha
pertambangan minyak dan/atau gas
bumi, termasuk kantor operasional,
perumahan karyawan, fasilitas
pengolahan, fasilitas penyimpanan, atau
pelabuhan (jetty).
E : Areal di luar WK Migas yang terhubung
oleh satu atau lebih titik koordinat yang
sama.
Areal yang dikenakan PBB
Permukaan Bumi Onshore
Yaitu permukaan bumi berupa tanah (onshore) yang telah dimiliki (berupa hak atas
tanah) atau telah diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau wajib pajak. Selain itu,
objek pajak PBB tersebut juga telah digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan
minyak dan/atau gas bumi, termasuk untuk pendirian fasilitas dan penunjangnya.
Minyak Bumi
Objek pajak PBB Permukaan Bumi onshore
• Areal Produktif Pertambangan Migas, yaitu areal yang sedang
diusahakan untuk pengambilan hasil produksi minyak dan/atau gas
bumi;
• Areal Belum Produktif Pertambangan Migas, yaitu areal yang belum
diusahakan untuk pengambilan hasil produksi minyak dan/atau gas
bumi;
• Areal Tidak Produktif Pertambangan Migas, yaitu areal yang tidak
dapat atau telah selesai diusahakan untuk pengambilan hasil produksi
minyak dan/atau gas bumi;
• Areal Pengaman Pertambangan Migas, yaitu areal yang dimanfaatkan
sebagai pendukung dan pengaman kegiatan usaha pertambangan
minyak dan/atau gas bumi; dan
• Areal Emplasemen Pertambangan Migas, yaitu areal yang di atasnya
dimanfaatkan untuk bangunan serta fasilitas penunjang kegiatan
usaha pertambangan minyak dan/atau gas bumi.
Permukaan Bumi Offshore
Areal ini meliputi areal berupa perairan yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan minyak dan/atau gas bumi, termasuk daerah terlarang yang dikuasai oleh
subjek pajak atau wajib pajak, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai landas kontinen.
Tubuh Bumi
Tubuh bumi yang dikenakan PBB meliputi seluruh tubuh bumi yang berada
di bawah WK Migas yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama. Dalam
menetapkan NJOP, tubuh bumi dikategorikan menjadi:
• Tubuh Bumi Eksplorasi
Tubuh Bumi Eksplorasi merupakan tubuh bumi yang berada di dalam
kawasan pertambangan minyak dan/atau gas bumi pada kegiatan
eksplorasi.
kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan minyak bumi dan/atau gas bumi,
termasuk kegiatan penyelidikan, survei dan studi kelayakan, dalam WK
Migas.
• Tubuh Bumi Eksploitasi
Tubuh Bumi Eksploitasi adalah tubuh bumi yang berada di dalam
kawasan pertambangan minyak dan/atau gas bumi pada kegiatan
eksploitasi.
kegiatan eksploitasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan minyak dan/atau gas bumi dari WK Migas.
Objek Bangunan
Bangunan yang dikenakan PBB Sektor Pertambangan Migas yaitu bangunan yang
berada dalam kawasan pertambangan minyak dan/atau gas bumi.
Dalam proses penentuan NJOP Bangunan, bangunan diklasifikasikan menjadi
– Bangunan kelompok I untuk jenis penggunaan bangunan umum
– Bangunan kelompok II untuk jenis penggunaan bangunan khusus.
Penetapan NJOP
1. Objek Pajak PBB Berupa Bumi
a. Permukaan Bumi onshore
1) NJOP Bumi untuk Areal Belum Produktif Pertambangan Migas dan Areal Emplasemen
Pertambangan Migas ditentukan berdasarkan perbandingan harga dengan objek lain
yang sejenis.
2) NJOP Bumi untuk Areal Produktif Pertambangan Migas, Areal Tidak Produktif
Pertambangan Migas, dan Areal Pengaman Pertambangan Migas ditentukan
berdasarkan penyesuaian terhadap NJOP Bumi per meter persegi untuk Areal Belum
Produktif Pertambangan Migas.
NJOP Bumi untuk permukaan bumi onshore merupakan total penjumlahan NJOP Bumi
untuk masing-masing areal di atas.
3. Objek Bangunan
NJOP bangunan untuk objek pajak PBB Sektor Pertambangan Migas
ditentukan berdasarkan estimasi nilai perolehan baru.
Perlu diperhatikan pula bahwa objek bangunan dalam PBB Sektor
Pertambangan Migas juga mungkin terdapat pada Areal Produktif dan Areal
Tidak Produktif
Penghitungan PBB Sektor Pertambangan Migas
c. Tubuh Bumi
Tubuh bumi yang dikenakan PBB meliputi seluruh tubuh bumi yang berada di bawah
WK Panas bumi.
Tubuh bumi dalam tahap eksplorasi merupakan tubuh bumi yang dimanfaatkan dalam
tahap pencarian informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
memperoleh perkiraan cadangan panas bumi. Yang termasuk dalam tahapan eksplorasi
yaitu kegiatan penyelidikan, survei dan studi kelayakan.
Tubuh bumi dalam tahap eksploitasi adalah tubuh bumi yang dimanfaatkan dalam
kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan panas bumi (dapat berupa uap dan/atau
listrik).
Penetapan NJOP
1. Objek Pajak PBB Berupa Permukaan Bumi
a. Permukaan bumi onshore
1) NJOP Bumi Areal Belum Produktif Pertambangan untuk
Pengusahaan Panas Bumi dan Areal Emplasemen Pertambangan
untuk Pengusahaan Panas Bumi ditentukan berdasarkan
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis.
2) NJOP Bumi Areal Produktif Pertambangan untuk Pengusahaan
Panas Bumi, Areal Tidak Produktif Pertambangan untuk
Pengusahaan Panas Bumi, serta Areal Pengaman Pertambangan
untuk Pengusahaan Panas Bumi ditentukan berdasarkan
penyesuaian terhadap NJOP Bumi per meter persegi untuk Areal
Belum Produktif Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi.
NJOP Bumi untuk permukaan bumi onshore dihitung dari total
penjumlahan NJOP Bumi untuk masing-masing areal diatas.
b. Permukaan bumi offshore
NJOP Bumi/m2 untuk permukaan bumi offshore berupa Areal
Offshore Pertambangan untuk Pengusahaan Panas Bumi
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak sebesar
Rp11.458. NJOP Bumi dihitung melalui perkalian antara NJOP
Bumi/m2 dengan luas perairan yang digunakan untuk kegiatan
pengusahaan panas bumi.
c. Tubuh Bumi
Tubuh Bumi Eksplorasi
Tubuh bumi eksplorasi merupakan tubuh bumi yang berada di dalam kawasan
pertambangan mineral atau batubara pada tahapan kegiatan eksplorasi.
d. Objek Bangunan
Adalah bangunan yang berada dalam kawasan pertambangan mineral atau batubara. Dalam
proses penentuan NJOP Bangunan, bangunan diklasifikasikan menjadi bangunan kelompok I untuk
jenis penggunaan bangunan umum dan bangunan kelompok II untuk jenis penggunaan bangunan
khusus.
Penetapan NJOP
1. Objek Pajak PBB Berupa Permukaan Bumi
a. Permukaan bumi onshore
1) NJOP Bumi untuk Areal Belum Dimanfaatkan Pertambangan Mineral atau
Batubara dan NJOP Bumi untuk Areal Emplasemen Pertambangan Mineral
atau Batubara ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain
yang sejenis.
2) NJOP Bumi untuk Areal Cadangan Produksi Pertambangan Mineral atau
Batubara, Areal Tidak Produktif Pertambangan Mineral atau Batubara, dan
Areal Pengaman Pertambangan Mineral atau Batubara ditentukan
berdasarkan penyesuaian terhadap NJOP Bumi/m2 untuk Areal Belum
Dimanfaatkan Pertambangan Mineral atau Batubara.
NJOP Bumi untuk permukaan bumi onshore merupakan total penjumlahan NJOP
Bumi untuk masing-masing areal di atas.
tidak adanya kategori Areal Produktif Pertambangan pada permukaan bumi onshore. Hal ini
menyesuaikan dengan karakter kegiatan usaha pertambangan mineral atau batubara, yang
pada umumnya melakukan kegiatan penggalian atau pengupasan tanah di permukaan bumi
onshore
b. Permukaan Bumi Offshore
NJOP Bumi/m2 untuk permukaan bumi offshore berupa Areal Offshore
Pertambangan Mineral atau Batubara ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak sebesar Rp11.458. NJOP Bumi dihitung melalui perkalian antara
NJOP Bumi/m2 dengan luas perairan yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara.
Apabila objek pajak PBB belum memiliki hasil produksi (tidak ada ikan yang
ditangkap), maka besarnya NJOP Bumi/m2 ditetapkan oleh DJP sebesar
Rp140
Luas areal penangkapan ikan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu jumlah kapal
yang dimiliki oleh wajib pajak dan luas areal penangkapan ikan per kapal.
Jumlah kapal yang dimiliki oleh wajib pajak tercantum dalam Surat Izin
Penangkapan Ikan (SIPI) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari SIUP.
Peta Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
(WPP-NRI).
Luas areal penangkapan ikan per kapal ditetapkan oleh DJP
untuk masing-masing WPP-NRI
Penghitungan PBB
Contoh Kasus
PT Ikan Bersemi dan PT Ikan Indah Megah masing-masing memiliki izin berupa SIUP untuk
menangkap ikan di perairan Indonesia. Kedua perusahaan tersebut masing-masing memiliki 6
buah kapal penangkap ikan, 2 kapal berlayar di WPP- NRI 711 dan 4 kapal lainnya berlayar di
WPP-NRI 712. Kapal-kapal milik PT Ikan Bersemi belum sempat berlayar untuk menangkap ikan
sepanjang tahun 2019. Sementara itu, pendapatan kotor yang dihasilkan oleh seluruh kapal PT
Indah Megah selama tahun 2019 mencapai Rp1.000.000.000. Berapakah PBB Sektor Lainnya
yang harus dibayar oleh masing-masing perusahaan?
Jawab :
Jawab :
Penentuan NJOP dan PBB Terutang
3. JARINGAN PIPA DAN KABEL
Jaringan Pipa yaitu struktur bangunan yang digunakan untuk
mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.
Jaringan Kabel yaitu sistem transmisi telekomunikasi yang
menggunakan media kabel.
Penetapan NJOP
• Penetapan NJOP Bumi ditetapkan dengan KEP DIRJEN PAJAK
Ditetapkan Rp11.458/m2
• Penetapan NJOP bangunan berupa jaringan pipa atau jaringan kabel
Menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh bangunan tersebut dikurangi dengan
penyusutan.
Penghitungan PBB
4. RUAS JALAN TOL
Objek pajak yaitu ruas jalan tol yang berada di atas perairan NKRI.
Saat ini yang menjadi objek PBB Sektor Lainnya adalah Jalan Tol
Bali Mandara.
Penetapan NJOP
• Penetapan NJOP Bumi ditetapkan dengan KEP DIRJEN PAJAK
Ditetapkan Rp11.458/m2
• Luas bumi dihitung dari hasil perkalian antara jumlah tapak yang berada di
perairan dengan luas pondasi tapak yang berada di perairan.
• Penetapan NJOP Bangunan untuk objek pajak PBB ini dihitung dengan
menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendirikan objek
pajak PBB dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek
pajak.
5. FASILITAS PENYIMPANAN DAN PENGOLAHAN
ini merupakan objek pajak PBB yang baru dikenakan sejak 1 Januari 2020.
Objek Pajak :
yaitu fasilitas penyimpanan dan pengolahan yang terdapat di perairan NKRI,
yaitu :
1) Floating Storang and Offloading (FSO)
2) Floating Production System (FPS)
3) Floating Processing Unit (FPU)
4) Floating Production Storage and Offloading (FPSO)
5) Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)