Anda di halaman 1dari 62

PPH BUT

DISUSUN OLEH:
ADI WIYONO

1
BENTUK USAHA TETAP (BUT)

PERMANENT ESTABLISHMENT (PE)

• BUT Berdasarkan Undang-Undang


1

• BUT Berdasarkan P3B (Tax Treaty)


2

• Objek Pajak BUT


3

• Biaya BUT
4

• Branch Profit Tax


5

2
DASAR HUKUM
UU No. 11 Tahun 2020 (UU Cipta Kerja)
PER-16/PJ/2011

PMK-35/PMK.03/2019
PMK-14/PMK.03/2011
PMK-257/PMK.03/2008

KEP-62/PJ/1995

UU No. 7 Tahun 1983 sttd UU No. 36 Tahun 2008 (UU PPh)


UU No. 6 Tahun 1983 sttd UU No. 16 Tahun 2009 (UU KUP)

3
• BUT Berdasarkan Undang-Undang
1

SPDN
Badan
SPLN

SPDN
Subjek Orang
Pajak Pribadi
SPLN
Warisan

BUT

4
• BUT Berdasarkan Undang-Undang
1

Bentuk Usaha Tetap :


Bentuk usaha yang dipergunakan oleh

 SPLN OP
 Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
 WNA yg berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan,
 WNI yg berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan serta memenuhi persyaratan tempat tinggal, pusat
kegiatan utama, tempat menjalankan kebiasaan, status subjek
pajak dan/atau persyaratan tertentu lainnya (diatur PMK)

 SPLN Badan
Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia

untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. 5


Kriteria BUT

Suatu tempat usaha (a place of business)

Yang bersifat permanen

Yang digunakan oleh SPLN (OP atau badan)

Untuk menjalankan usaha (business) atau kegiatan (activities)

Status BUT dalam perpajakan dipersamakan dengan Subjek Pajak Badan

6
Bentuk Usaha BUT Lainnya

Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan.

Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai


atau orang lain, lebih dari 60 hari dalam 12 bulan.

Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang


kedudukannya tidak bebas.

Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak


didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko
di Indonesia.

7
Kewajiban Subjektif BUT

• saat OP atau Badan tersebut menjalankan usaha


Dimulai atau melakukan kegiatan melalui suatu BUT
• saat BUT tersebut berada di Indonesia

• saat OP atau Badan tidak lagi menjalankan usaha


Berakhir atau kegiatan melalui suatu BUT
• saat BUT tersebut tidak lagi berada di Indonesia

8
Place of Business
• tempat kedudukan manajemen
• cabang perusahaan
• kantor perwakilan
• gedung kantor
• pabrik
• bengkel
• gudang
• ruang untuk promosi dan penjualan
• pertambangan dan penggalian sumber alam
• wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
• perikanan,perternakan,pertanian,perkebunan atau kehutanan
• komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,
disewa, atau digunakan Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
untuk menjalankan usaha melalui internet.

Tanpa memperhatikan apakah OP/Badan asing memiliki/menyewa/berhak


secara hukum menggunakan tempat usaha 9
Tidak Termasuk Place of Business

tempat usaha di Indonesia hanya digunakan untuk


penyimpanan data dan/atau pengelolaan data secara
elektronik.

Orang Pribadi Asing atau Badan Asing memiliki akses


yang terbatas untuk mengoperasikan tempat usaha
tersebut.

10
BUT Bersifat Permanen

Digunakan secara kontinu.

Berada di lokasi geografis tertentu.

11
Tempat Usaha Digunakan untuk
Menjalankan Usaha/Kegiatan

Tersedia untuk digunakan sehingga


Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
memiliki akses yang tidak terbatas .

Orang Pribadi Asing atau Badan Asing


menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui tempat usaha
tersebut.

12
Wujud BUT LAINNYA

BUT Proyek

• proyek konstruksi (mencakup jasa konsultasi konstruksi,


pekerjaan konstruksi & pekerjaan konstruksi terintegrasi)
• instalasi
• proyek perakitan

BUT Proyek ini juga meliputi proyek di Indonesia yang:


a. pengerjaannya dilakukan di luar Indonesia; dan/ atau
b. pengerjaannya diteruskan kepada subkontraktor dalam negeri maupun luar negeri.

13
BUT Jasa

• pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan

Atas BUT Jasa ini juga harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. pegawai atau orang lain tersebut dipekerjakan oleh Orang Pribadi Asing atau
Badan Asing atau subkontraktor dari Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
tersebut;
b. pemberian jasa dilakukan di Indonesia; dan
c. pemberian jasa dilakukan kepada pihak di Indonesia atau di luar Indonesia.

14
BUT Agen

• orang atau badan yang bertindak selaku agen yang


kedudukannya tidak bebas

Dianggap BUT sepanjang orang pribadi atau badan tersebut bertindak untuk dan atas
nama Orang Pribadi Asing atau Badan Asing dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. menerima instruksi untuk kepentingan Orang Pribadi Asing atau Badan Asing
dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatannya; atau
b. tidak menanggung sendiri risiko usaha atau kegiatannya.

Untuk penerapan P3B, dalam hal agen yang berkedudukan tidak bebas hanya
melakukan kegiatan yang bersifat persiapan (preparatory) atau penunjang (auxiliary)
maka agen yang berkedudukan tidak bebas tersebut bukan merupakan BUT.

15
BUT Asuransi

• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan


dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi
asuransi atau menanggung risiko di Indonesia

BUT asuransi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:


a. menerima premi asuransi di Indonesia; atau
b. menanggung risiko di Indonesia dimana pihak tertanggung bertempat
tinggal, bertempat kedudukan,atau berada di Indonesia.
Dan untuk penerapan P3B atas BUT Asuransi tidak berlaku untuk reasuransi.

16
BUT e-Commerce

• Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,


disewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik
untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet

17
• BUT Berdasarkan P3B (Tax Treaty)
2

P3B : Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

Permanent Establishment :
A Fixed Place of business through which the business of an enterprise is
wholly or partly carried on.

Basic Rule PE :
place of business test
location test
right use test
permanent test
business activity test

18
Place of Business Test
Segala bentuk bangunan, fasilitas atau instalasi yang dipergunakan
untuk menjalankan kegiatan usaha, tanpa memperhatikan apakah
dipergunakan semata-mata untuk tujuan tersebut.

• place of management
• branch
• office
OECD • factory
Model • workshop
• mine, oil or gas well, quarry or any other
place of extraction of natural resources

Mesin atau peralatan dapat dikategorikan sebagai tempat usaha.


Namun perlu diperhatikan mesin-mesin atau peralatan tersebut tidak semata-mata
digunakan untuk kegiatan usaha yang dilakukan secara rutin, tetapi juga tetap
memperhatikan ’permanent test’ serta terpenuhinya ‘at disposal test’.
19
AT THE DISPOSAL

Tempat usaha yang tersedia untuk digunakan.

tidak terdapat keharusan adanya hak guna secara legal atas


suatu tempat usaha, yang terpenting perusahaan mempunyai
akses tanpa batas untuk melakukan kegiatan usaha di tempat
tersebut.

Suatu tempat yang tersedia tidak membentuk BUT ketika


SPLN tidak berada di Negara sumber atau tidak melakukan
kegiatan usaha pada tempat tersebut.
Di beberapa Negara tertentu otoritas pajak akan
menganggap tempat yang digunakan oleh seperti entitas
yang transparent partnership sebagai at the disposal bagi
seluruh partner-nya, walaupun mereka tidak berada di
tempat tersebut.
20
Location Test

Tempat usaha berada pada suatu titik geografis tertentu


(tidak mengawang-awang, seperti di dunia maya)

kegiatan usaha dilakukan pada yurisdiksi tertentu secara


koheren.

alat transportasi berupa bus atau truk dari suatu Negara ke


Negara lain tidak dapat dianggap sebagai BUT. Akan tetapi
suatu kantor yang dipergunakan untuk penjualan tiket,
pengadministrasian, atau pengawasan terhadap bus atau truk
tersebut dapat saja dikategorikan sebagai BUT.

Meskipun suatu kegiatan dilaksanakan secara permanen (sangat lama),


namun tidak jelas dimana lokasinya, maka tidak ada BUT
21
The Right Use Test
Perusahaan harus mempunyai hak untuk dapat memanfaatkan tempat
usaha tersebut untuk menjalankan kegiatan usahanya.
Tidak dipermasalahkan apakah suatu tempat usaha diperoleh melalui
pembelian atau disewa dari pihak lain.

Permanent Test
Tempat usaha dipergunakan untuk menjalankan kegiatan yang sifatnya teratur dan
bukan untuk kegiatan usaha yang sifatnya   situasional (temporary)

Istilah “permanen” tidak harus diartikan sebagai kegiatan yang berlangsung terus
– menerus tanpa tidak akan pernah berhenti (perpetual) , tetapi harus diartikan
sebagai kegiatan yang dimaksudkan untuk berlangsung secara terus-menerus
tanpa pernah diketahui kapan akan berhenti (indefinetely continuing)

Dikaitkan dengan periode waktu dipergunakannya tempat usaha, istilah


“permanen” dapat diartikan sebagai penggunaan tempat usaha dalam waktu yang
lama
22
Business Test

Kegiatan yang dilakukan melalui tempat tersebut sesuai


dengan pengertian kegiatan usaha (business) yang
dimaksudkan oleh Undang- Undang Domestik maupun P3B
yang di sepakati

Kegiatan Usaha (Business)


Kegiatan dari pemberian jasa yang bersifat profesional dan
kegiatan usaha lainnya yang mempunyai karakter yang sama
(OECD Model)

23
Pengecualian Tempat Usaha BUT

• Penggunaan fasilitas – fasilitas yang semata-mata ditunjukan untuk menyimpan atau


memamerkan barang atau barang dagangan milik kantor pusat yang terdapat di
negara domisili (selanjutnya disebut “perusahaan”)

• Pengurusan suatu barang atau barang dagangan kepunyaan perusahaan yang semata-
mata ditujukan untuk disimpan

• Pengurusan suatu barang atau barang dagangan kepunyaan perusahaan yang semata-
mata ditujukan untuk diproses lebih lanjut oleh perusahaan lain;

• Pengurusan suatu tempat tetap usaha yang semata-mata ditunjukan untuk melakukan
pembelian barang atau barang dagangan atau mengumpulkan informasi untuk
keperluan perusahaan;

• Pengurusan suatu tempat tetap usaha yang semata-mata ditunjukan untuk melakukan
kegiatan yang bersifat persiapan atau penunjang;

• Pengurusan suatu tempat tetap usaha yang semata-mata ditunjukan untuk melakukan
gabungan kegiatan seperti yang disebutkan di atas sepanjang kegiatan-kegiatan
tersebut bersifat persiapan atau bersifat penunjang

24
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA
Pasal 5
BENTUK USAHA TETAP

1. Untuk kepentingan Persetujuan ini, istilah "bentuk usaha tetap" berarti suatu
tempat usaha tetap di mana seluruh atau sebagian usaha suatu perusahaan
dijalankan.
2. Istilah "bentuk usaha tetap" terutama meliputi:
a) suatu tempat kedudukan manajemen;
b) suatu cabang;
c) suatu kantor;
d) suatu pabrik;
e) suatu bengkel;
f) suatu gudang, yang berhubungan dengan penyediaan fasilitas penyimpanan
dari satu pihak kepada pihak lainnya;
g) tempat-tempat yang digunakan sebagai outlet penjualan;
h) suatu pertanian atau perkebunan;
i) suatu tambang, sumur minyak atau gas, tempat penggalian atau tempat
pengambilan sumber daya alam lainnya.
25
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA
Pasal 5
BENTUK USAHA TETAP

3. Istilah "bentuk usaha tetap" juga meliputi:


a) suatu bangunan, proyek konstruksi, proyek perakitan atau proyek instalasi atau
kegiatan pengawasan yang berhubungan dengannya, tetapi hanya apabila
bangunan, proyek, atau kegiatan tersebut berlangsung untuk masa lebih dari
enam bulan;
b) pemberian jasa-jasa, termasuk jasa konsultasi, yang dilakukan oleh suatu
perusahaan melalui pegawai-pegawai atau orang lain yang dipekerjakan oleh
perusahaan tersebut untuk tujuan tersebut, tetapi hanya apabila kegiatan-
kegiatan tersebut berlangsung di Negara Pihak lainnya pada Persetujuan (untuk
proyek yang sama atau yang berhubungan) untuk suatu masa atau masa-masa
yang berjumlah lebih dari enam bulan dalam periode dua belas bulan;
c) rig untuk pengeboran atau kapal yang digunakan untuk eksplorasi dan
eksploitasi sumber- sumber daya alam yang ada atau berlangsung untuk suatu
masa lebih dari enam bulan.

26
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA
Pasal 5
BENTUK USAHA TETAP
4. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, istilah "bentuk usaha
tetap" dianggap tidak mencakup:
a) penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untuk menyimpan atau
memamerkan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan;
b) pengurusan terhadap persediaan barang-barang atau barang dagangan milik
perusahaan semata-mata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan;
c) pengurusan terhadap persediaan barang-barang atau barang dagangan milik
perusahaan semata-mata dengan maksud untuk diolah oleh perusahaan lain;
d) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan
pembelian barang-barang atau barang dagangan, atau untuk mengumpulkan informasi
bagi keperluan perusahaan;
e) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan periklanan atau
penyediaan informasi;
f) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan
kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat sebagai kegiatan persiapan atau kegiatan
penunjang, bagi keperluan perusahaan;
g) pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan
gabungan kegiatan-kegiatan seperti disebutkan pada sub-ayat a) sampai dengan sub
ayat e), sepanjang kegiatan-kegiatan tempat usaha tetap yang merupakan hasil
penggabungan tadi bersifat sebagai kegiatan persiapan atau kegiatan penunjang. 27
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA
Pasal 5
BENTUK USAHA TETAP
5. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2, apabila orang/badan - selain agen yang
bertindak bebas di mana ayat 7 dapat diberlakukan - bertindak di suatu Negara Pihak pada
Persetujuan atas nama perusahaan dari Negara Pihak lainnya pada Persetujuan, maka
perusahaan tersebut dianggap memiliki bentuk usaha tetap di Negara yang disebutkan
pertama sehubungan dengan kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh orang/badan tersebut,
jika orang/badan tersebut:
a) mempunyai dan biasa menjalankan wewenang di Negara tersebut untuk menutup
kontrak- kontrak atas nama perusahaan, kecuali kegiatan-kegiatan tersebut hanya
terbatas pada hal yang dimaksud dalam ayat 4 yang jika dilakukan melalui suatu tempat
usaha tetap, tidak akan membuat tempat usaha tetap tersebut menjadi suatu bentuk
usaha tetap berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam ayat tersebut;
b) tidak memiliki wewenang seperti disebut di atas, namun di Negara yang disebutkan
pertama orang/badan tersebut biasa mengurus suatu persediaan barang-barang atau
barang dagangan di mana orang/badan tersebut secara teratur melakukan pengantaran
barang-barang atau barang dagangan atas nama perusahaan tersebut.

28
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
DAN
PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA
Pasal 5
BENTUK USAHA TETAP
6. Suatu perusahaan asuransi dari salah satu Negara Pihak pada Persetujuan, kecuali yang
menyangkut reasuransi, akan dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Negara Pihak
lainnya pada Persetujuan jika perusahaan tersebut memungut premi di wilayah Negara
lainnya itu, atau menanggung resiko yang terjadi disana melalui seseorang pegawai atau
perwakilan yang bukan merupakan agen yang bertindak bebas sesuai dengan pengertian
ayat 7.
7. Suatu perusahaan dari suatu Negara Pihak pada Persetujuan tidak akan dianggap
mempunyai suatu bentuk usaha tetap di Negara Pihak lainnya pada Persetujuan hanya
semata-mata karena perusahaan tersebut menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya
tersebut melalui makelar, agen komisioner umum, atau agen lainnya yang bertindak bebas,
sepanjang orang/badan tersebut bertindak dalam rangka kegiatan usahanya yang lazim.
Namun, jika kegiatan-kegiatan agen tersebut seluruhnya atau hampir seluruhnya atas nama
perusahaan tadi, dia tidak akan dianggap sebagai agen yang bertindak bebas sebagaimana
dimaksud dalam ayat ini.
8. Bahwa suatu perseroan yang merupakan penduduk suatu Negara Pihak pada Persetujuan
menguasai atau dikuasai oleh perseroan yang merupakan penduduk Negara Pihak lainnya
pada Persetujuan, atau yang menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya tersebut (baik
melalui bentuk usaha tetap maupun dengan cara lain), tidak dengan sendirinya
mengakibatkan salah satu dari perseroan tersebut merupakan bentuk usaha tetap dari
perseroan lainnya. 29
Business Profits

PE ?

Yes No

taxable? taxable?

Residence State Residence State


Source State Source State

30
Business Profits

Penghasilan dari menjalankan usaha (business) atau kegiatan


(activities)

Active Income, untuk memperolehnya dikeluarkan biaya, usaha,


atau pengorbanan

Usaha dapat dilaksanakan oleh individu atau badan

Tidak termasuk penghasilan dari hubungan pekerjaan


(employment income)

Tidak termasuk penghasilan dari modal/harta (passive income),


kecuali jika modal/harta tersebut mempunyai hubungan efektif
dengan tempat usaha

31
• Objek Pajak BUT
3

Atribusi • Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan


Faktual dari harta yang dimiliki atau dikuasai

• Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan,


Force of penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang
Attraction sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh
BUT di Indonesia

• Penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 UU


Atribusi PPh yang diterima atau diperoleh kantor pusat,
Hubungan sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan
Efektif harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan
dimaksud

32
Atribusi Faktual

33
Force of Attraction

34
Atribusi
Hubungan Efektif

35
BUT YANG MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN KHUSUS

• Perkiraan Penghasilan Neto 1%


Perwakilan • Tarif 0,44% x Nilai Ekspor Bruto
Dagang
• KMK-634/KMK.04/1994
Asing

Pelayaran • Perkiraan Penghasilan Neto 6%


& • Tarif 2,64% x Peredaran Bruto
Penerbangan
Luar Negeri • KMK-417/KMK.04/1996

Foreign • Perkiraan Penghasilan Neto 15%


Drilling • Tarif Pasal 17 UU PPh
Company • KMK-628/KMK.04/1991

36
PERWAKILAN DAGANG ASING

Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang


(representative office/liaison office)

Objek pajaknya adalah nilai ekspor bruto yaitu semua nilai pengganti atau imbalan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor
perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau
badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia

- Penghasilan neto ditetapkan sebesar 1% dari nilai ekspor bruto


- Tarif efektif PPh terutangnya adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat
final.

Untuk KPD dari negara-negara mitra P3B dengan Indonesia, maka besarnya tarif pajak
yang terutang disesuaikan dengan tarif BPT dari suatu Bentuk Usaha Tetap tersebut
sebagaimana dimaksud dalam P3B terkait.

37
PERWAKILAN
DAGANG ASING

Melakukan
Usaha?
Yes No

BUT Bukan BUT


PPh Badan PPh PotPut

38
PELAYARAN/ PENERBANGAN LUAR NEGERI

Subjek Pajaknya adalah WP yang bertempat kedudukan di luar negeri yang


melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia

Objek PPh-nya adalah Semua nilai pengganti atau imbalan berupa uang atau nilai
uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat:
- dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia
- dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Tidak termasuk pengangkutan orang dan/atau barang dari pelabuhan di luar negeri
ke pelabuhan di Indonesia

- Penghasilan neto ditetapkan sebesar 6% dari peredaran bruto


- Tarif efektif PPh terutangnya adalah sebesar 2,64% dari peredaran bruto dan bersifat
final.

39
PELAYARAN/ PENERBANGAN LUAR NEGERI

Indonesia

Terutang PPh
Pelabuhan Pelabuhan

Tidak Terutang
Terutang Singapura PPh
PPh

Pelabuhan Pelabuhan

40
PELAYARAN/
PENERBANGAN
LUAR NEGERI

Perjanjian
Yes Charter? No

Wajib Dipotong Setor sendiri


Setor tgl 15 BB, Setor tgl 15 BB,
Lapor tgl 15 BB Lapor tgl 15 BB

41
FOREIGN DRILLING COMPANY

Pertamina, Foreign
Kontraktor Bagi Drilling
National Drilling
Hasil (KBH) atau
Kontraktor Kontrak
Company/NDC Company/FD
Karya (KK)
Kontrak
C
Pengeboran Kerjasama

42
KERJASAMA NDC DENGAN FDC

Joint Operation (JO)

• BUT-FDC menghitung penghasilan netto dengan


menerapkan Norma Penghitungan Khusus sebesar 15%
dari penghasilan bruto yang menjadi haknya

Subkontraktor dari NDC


berdasarkan "Technical
Assistance Agreement"
• BUT-FDC menghitung penghasilan netto dengan
menerapkan Norma Penghitungan Khusus sebesar 15%
dari penghasilan bruto

43
SIMULASI KERJASAMA NDC DENGAN FDC

Joint Operation (JO)

• Perjanjian bagi hasil NDC 70% FDC 30%


• Total nilai kontrak pengeboran Rp 1.000.000.000
• Bagi hasil yg diterima FDC Rp 300.000.000
• Penghasilan Netto FDC 15% x Rp 300.000.000 = Rp 45.000.000
• PPh Badan 25% x Rp 45.000.000 = Rp 11.250.000

Subkontraktor dari NDC

• Total nilai kontrak pengeboran dari Pertamina kepada NDC Rp


1.500.000.000
• Total nilai subkontrak pengeboran dari NDC kepada FDC Rp
1.000.000.0000
44
• Penghasilan Netto FDC 15% x Rp 1.000.000.000 = Rp
150.000.000
• PPh Badan 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000
PPh Pasal 25 bagi BUT-FDC

Jumlah yang dihasilkan dari penerapan tarif Pasal 17 UU


PPh 1984 atas penghasilan netto dari usaha di bidang
pengeboran minyak dan gas bumi bulan yang bersangkutan
yang dihitung dengan penerapan Norma Penghitungan
Khusus (sebesar 15%) ditambah dengan penghasilan netto
dari kegiatan usaha lain, disetahunkan kemudian dibagi
dengan 12 (dua belas).

45
• Biaya BUT
4

Deductible

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan BUT

Sisa kerugian tahun-tahun sebelumnya

Biaya-biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat yang di-


atribusi menjadi penghasilan BUT (Force of Attraction dan Atribusi
hubungan efektif)

Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk


dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan
BUT yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

46
Biaya Administrasi Kantor Pusat

Biaya administrasi yang dikeluarkan oleh kantor pusat yang berkaitan dan dalam
rangka untuk menunjang usaha atau kegiatan BUT yang bersangkutan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

Setinggi-tingginya adalah sebanding dengan besarnya peredaran usaha atau kegiatan


BUT di Indonesia terhadap seluruh peredaran usaha atau kegiatan perusahaan di
seluruh dunia

BUT wajib menyampaikan laporan keuangan konsolidasi atau kombinasi dari kantor
pusat yang meliputi seluruh usaha dan/atau kegiatan perusahaan di seluruh dunia
untuk tahun pajak yang bersangkutan sebagai lampiran SPT Tahunan PPh

Laporan Keuangan konsolidasi atau kombinasi ini harus sudah diaudit oleh akuntan
publik dan mengungkapkan rincian peredaran usaha atau kegiatan perusahaan serta
jenis dan besarnya biaya administrasi yang dibebankan kepada masing-masing BUT di
negara tempat perusahaan yang bersangkutan melakukan usaha atau kegiatan

47
Setinggi-tingginya
Biaya Administrasi Kantor Pusat

Omzet Biaya Adm. Biaya Lain Pengh. Netto


Kantor Pusat di 8.000.000.000 1.000.000.000 2.000.000.000 5.000.000.000
Luar Negeri
BUT 3.000.000.000 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000
BUT negara lain 2.000.000.000 700.000.000 800.000.000 500.000.000
Total 13.000.000.000 2.200.000.000 3.800.000.000 7.000.000.000
Worldwide

Jumlah maksimal Biaya administrasi kantor pusat yang dapat dibiayakan:


3.000.000.000
x 1.000.000.000 = 230.769.230,76
13.000.000.000

Jika biaya administrasi kantor pusat yang digunakan untuk menunjang usaha
BUT adalah 300.000.000 maka yg bisa dibiayakan hanya 230.769.230,76

Jika biaya administrasi kantor pusat yang digunakan untuk menunjang usaha
BUT adalah 200.000.000 maka yg bisa dibiayakan hanya 200.000.000 48
Non Deductible

Biaya -biaya sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh

pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan


dibebankan sebagai biaya

49
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

• pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
1 dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi

• biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang


2
saham, sekutu, atau anggota

• pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :


a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang;
b. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
3 Penyelenggara Jaminan Sosial;
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha
pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

50
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

• premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
4
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak yang bersangkutan

• penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
5 bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

• jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
6 kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan

51
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

• harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali :
a. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
b. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
c. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
7 d. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
dan
e. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah

8 • Pajak Penghasilan

52
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

• biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
9
orang yang menjadi tanggungannya

1 • gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan


0 komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham

• sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
1 denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
1 perpajakan

53
• Branch Profit Tax
5

PKP – PPh Terutang

BPT

Kantor Pusat BUT Indonesia

Tidak Dikenai
PPh Pasal 26
PPh Pasal 26

20% x BPT P3B

54
Penanaman kembali
BPT di Indonesia

Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan


berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri

Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan


berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham

Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh BUT untuk menjalankan


usaha BUT atau melakukan kegiatan BUT di Indonesia

Inventasi berupa aktiva tidak berwujud oleh BUT untuk menjalankan


usaha BUT atau melakukan kegiatan BUT di Indonesia

55
Syarat Bentuk Penanaman Kembali BPT
-1-

untuk seluruh bentuk penanaman kembali di Indonesia

• Penanaman kembali di Indonesia harus dilakukan paling lama pada


akhir Tahun Pajak berikutnya, setelah Tahun Pajak diperolehnya
penghasilan tersebut bagi BUT yang bersangkutan; dan

• BUT yang bersangkutan menyampaikan pemberitahuan secara


tertulis mengenai bentuk penanaman modal, realisasi penanaman
kembali yang telah dilakukan dan/atau saat mulai berproduksi
komersial bagi perusahaan yang baru didirikan, yang dilakukan
kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar.

56
Syarat Bentuk Penanaman Kembali BPT
-2-

Penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan


berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri

• Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia


secara aktif telah melakukan kegiatan usaha sesuai akta
pendiriannya, paling lama 1 tahun sejak perusahaan tersebut
didirikan; dan

• BUT yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas


penyertaan modal paling sedikit dalam jangka waktu 2 tahun sejak
perusahaan baru dimaksud berproduksi komersial

57
Syarat Bentuk Penanaman Kembali BPT
-3-

Penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan


berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham

• perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia


mempunyai kegiatan usaha aktif di Indonesia; dan

• BUT yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas


penyertaan modal paling sedikit dalam jangka waktu 3 tahun sejak
penyertaan modal

58
Syarat Bentuk Penanaman Kembali BPT
-4-

Pembelian aktiva tetap yang digunakan oleh BUT


untuk menjalankan usaha BUT atau melakukan kegiatan BUT
di Indonesia

• BUT yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas


pembelian aktiva tetap, paling sedikit dalam jangka waktu 3 tahun
sejak perolehan aktiva tetap yang bersangkutan

59
Syarat Bentuk Penanaman Kembali BPT
-5-

Inventasi berupa aktiva tidak berwujud yang digunakan oleh BUT


untuk menjalankan usaha BUT atau melakukan kegiatan BUT
di Indonesia

• BUT yang bersangkutan tidak boleh melakukan pengalihan atas


investasi berupa aktiva tidak berwujud, paling sedikit dalam jangka
waktu 3 tahun sejak investasi aktiva tidak berwujud yang
bersangkutan

60
Kewajiban WP BUT
(Penanaman Kembali BPT)
Pemberitahuan Tertulis ke KPP WP Terdaftar

Pemberitahuan tertulis mengenai bentuk penanaman


kembali
dilampirkan pada SPT Tahunan untuk tahun pajak
diterima/diperolehnya penghasilan yang bersangkutan

Pemberitahuan tertulis mengenai realisasi penanaman


kembali yang telah dilakukan
dilampirkan pada SPT Tahunan untuk tahun pajak
berikutnya setelah diterima/diperolehnya penghasilan
yang bersangkutan

Pemberitahuan tertulis mengenai saat mulai


berproduksi komersial bagi perusahaan yang baru
didirikan
dilampirkan pada SPT Tahunan untuk tahun pajak
berikutnya setelah diterima/diperolehnya penghasilan
61
yang bersangkutan
WP Badan vs. WP BUT

Subjek Pajak
SPDN SPLN

Fasilitas Pengurangan Tarif (Pasal 31E ayat 1 UU PPh)


Ya Tidak

PPh Final Tarif 0,5% (PP Nomor 23 Tahun 2018)


Ya Tidak

62

Anda mungkin juga menyukai