Anda di halaman 1dari 17

BENTUK USAHA TETAP

BUT
Nur’ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc
Isqodrin.wordpress.com
BENTUK USAHA TETAP

Definisi : (pasal 2 UU Pph)


“bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia”

2
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BENTUK USAHA TETAP
Pasal 2 ayat (5)

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK
LN

UNTUK
MENJALANKAN
3
USAHA ATAU
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
JENIS BUT

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pengeboran untuk pertambangan
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
• Agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang
menerima premi atau menanggun4 g resiko di Indonesia
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BUT DALAM P3B

Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau Permanent Establishment


• kriteria bagi negara sumber untuk dapat mengenakan pajak atas
penghasilan dari business profit yang diterima atau dijalankan oleh Wajib
Pajak Luar Negeri.
• Konsep BUT dalam model persetujuan penghindaran pajak berganda
dimaksudkan untuk menentukan hak pemajakan negara sumber agar dapat
mengenakan pajak atas laba usaha yang diterima atau diperoleh oleh Subjek
Pajak dari negara lainnya.
• Badan Usaha Tetap merupakan hak mutlak agar negara sumber dapat
memajaki business profit yang diperoleh negara tersebut.
• Tanpa keberadaan Badan Usaha Tetap, negara sumber tidak berhak
memajaki business profit yang diperoleh oleh Wajib Pajak Luar Negeri dan
hak pemajakan tetap berada di tangan negara resident.

5
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
KEGIATAN YANG TIDAK
TERMASUK BUT

• Penggunaan fasilitas semata-mata dengan maksud untuk menyimpan atau


memamerkan barang milik perusahaan.
• Pengurusan suatu persediaan barang milik perusahaan semata-mata dengan
maksud untuk disimpan atau dipamerkan.
• Pengurusan suatu persediaan barang milik perusahaan semata-mata dengan
maksud untuk diolah oleh perusahaan lain.
• Pengurusan suatu tempat tertentu semata-mata dengan maksud untuk
pembelian barang atau untuk mengumpulkan keterangan bagi keperluan
perusahaan

6
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
KELOMPOK BUT

Menurut Prof.Dr. Gunadi, BUT dikelompokkan menjadi:


• BUT Fasilitas (Assets)
• BUT Aktivitas
• BUT Keagenan
• BUT Perusahaan Asuransi

7
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BUT FASILITAS

BUT fasilitas fisik meliputi:


 Tempat kedudukan manajemen
 Cabang perusahaan
 Kantor perwakilan
 Gedung kantor
 Pabrik
 Bengkel
 Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang
digunakan untuk eksplorasi pertambangan
 Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan

8
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BUT AKTIVITAS

 Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan


 Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan

9
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BUT KEAGENAN

Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas

10
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
BUT PERUSAHAAN ASURANSI

Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia

Model OECD menyatakan terdapat pasal non diskriminasi, sehingga BUT


meskipun cabang dari luar negeri, pemenuhan kewajiban perpajakannya harus
diperlakukan seperti badan atau subyek pajak dalam negeri lainnya.

11
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
PENGHASILAN DAN BIAYA BUT

Obyek pajak BUT:


• Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang
dimiliki atau dikuasai
• Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang
dilakukan oleh BUT di Indonesia
• Penghasilan yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat
hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan

12
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
Biaya yang dapat dikurangkan oleh BUT:
 Biaya-biaya terkait dengan kegiatan BUT
 Biaya-biaya terkait sehubungan dengan penghasilan dari kantor pusat yang
penghasilannya dihitung kembali di BUT
 Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan
sebagai biaya (berkaitan dengan usaha atua kegiatan BUT dan besarnya
ditetapkan olej DJP)

13
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
Pembayaran kantor pusat yang tidak dapat dijadikan sebaga pengurang
penghasilan bruto:
 Royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta, paten
atau hak-hak lainnya.
 Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya
 Bunga kecuali bunga yang berkenaan dengan perbankan
 Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing akibat fluktuasi nilai
rupiah
 Pembayaran yang diterima atas imbalan, bunga atau royalti yang diterima
oleh kantor pusat tidak dianggap sebagai obyek pajak, kecuali bunga yang
berkenaan dengan usaha perbankan

14
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
Kategori penghasilan BUT:
o Berdasarkan penghasilan dimana dia memperoleh labanya
o Berdasarkan penarikan penghasilan kantor pusat ke BUT di Indonesia
o Dikenakan withholding tax Pph pasal 26 atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara
BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan yang
dimaksud.

15
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
TERIMA KASIH
SOAL

1) Apa yang dimaksud dengan BUT?


2) Sebutkan jenis-jenis BUT?
3) Perbedaan antara BUT dengan TUT?
4) Bagaimana menghitung laba BUT?
5) Apakah setiap pekerja asing itu pasti subyek pajak LN?

Anda mungkin juga menyukai