OUTBOUND INVESTMENT
Kelompok IV:
1.Ikbal
2.Yosefina Ta’bi
3.Rahmatia Kamba
Strategi Tax Planning
MATERI
Pemilihan cabang vs anak perusahaan
Isu Lainnya
Struktur Inbound Vs Outbound Investment
INBOUND INVESTMENT
X Corp. X Corp.
Negara X
Indonesia
Modal
Deviden
X Tarif Pajak
Income
SUBJEK PAJAK
6
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4) UU PPh
UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA
8
BENTUK USAHA TETAP (BUT)
Pasal 2 ayat (5) UU PPh
DAPAT BERUPA
1.Portofolio investment, yaitu investasi dalam bentuk aset-aset keuangan seperti saham (stock), obligasi (bond) dan
bentuk-bentuk surat berharga lainnya. Sifat pergerakan arus portofolio investment melalui pasar uang internasional
relatif cepat.
2.Direct investment, yaitu investasi dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang
modal, lahan, bahan baku. Dalam hal ini investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol
aktivitas penanaman modal. Biasanya dimulai dengan ✓pendirian cabang perusahaan atau pembelian saham
mayoritas dari perusahaan domestik. Dalam konteks internasional, bentuk investasii ni biasanya dilakukan oleh
perusahaan multinasional dengan aktivitas investasi umumnya▪ dibidang manufaktur, ekstrasi dan eksplorasi sumber
daya alam, industry jasa dan sebagainya.
Pe r b e d a a n
Perlakuan Pajak
a n t a ra S u b s i d i a r y C o m p a n y
( A n a k Pe r u s a h a a n )
d e n g a n B ra n c h ( C a b a n g
Pe r u s a h a a n
4
✓
▪
✓
▪
Pengakuan L aba A n a k
Perusahaan
Pengakuan LabaCabangPerus
ahaan
Untuk perusahaan yang berstatus Bentuk Usaha Tetap Sisa laba setelah pajak yang dikirim ke kantor
(BUT) di Indonesia, definisi penghasilan sebagaimana pusat, dikenakan brach profit tax / pph pasal 26 atar
diatur dalam pasal 5 Undang Undang Pajak Penghasilan (4) sebesar 20% atau tarif tax treaty. Jika tidak
meliputi hal hal sebagai berikut: dikirimkan, tidak dikenai brach profit tax
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tesebut dan dari harta
yang dimiliki atau dikuasai (attributable principle)
▪ Perlakuan perpajakan atas ▪ Sistem foreign tax credit dan system VAT (Value Added Tax) Khusus
dalam Foreign Direct Investment, beberapa faktor penting lainnya
penjualan saham yang harus diperhatikan dalam memilih bentuk Subsidiary Company
(anak perusahaan) atau Branch (cabang perusahaan) antara lain
▪Control foreign exchange adalah :
✓
▪Ada tidaknya tax treaty serta tax Apakah jenis asaha yang akan dipilih termasuk dalam Daftar Negative list
BKPM? Jika termasuk dalam Daftar Negative List BKPM, maka
facilities yang tercantum dalam tax otomatis usaha tersebut tidak dapat dijalankan
treaty yang bersangkutan ✓
Seberapa besar kepentingan perusahaan di luar negeri untuk melakukan
transaksi dengan yang dibentuk di Indonesia Semakin banyak
Perlakuan perpajakan terhadap transaksi antara perusahaan di luar negeri dengan perusahaan yang
dibentuk di Indonesta, maka bentuk Subsidiary Company
▪ perusahaan yang mempunyai (pengoperasian perusahaan) akan semakin efektif untuk dipilih karena
hubungan istimewa (associated hubungan antara induk peruhaan (parent company) dengan anak
perusahaan (subsidiary
enterprise) company) di Indonesia merupakan entitas yang terpisah dimana keduanya
dapat melakukan transaksi
Fasilitas fasilitas perpajakan
✓
Fasilitas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh Pemerintah terhadap
▪ yang diberikan oleh Pemerintah Subsidiay company dan Branch
terhadap Subsidiay company dan ▪
Faktor laktor lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah faktor
Branch non pajak seperti politik, keamanan, prasarana penunjang, akses
pasar dll
Skema Tax Planning Pada A n a k Perusahaan
Pre Tax
di luar negeri (tentunya dengan memperhatikan
kewajaran harga transaksi). Dengan demikian
penghasilan kena pajak host country menjadi lebih kecil
Residence Principal √ √
Source Principle X √
Citizenship √ X
Principle
Dimensi Penghasilan LN
dalam UU PPh
Dimensi Pajak
Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus ayat Pasal 5 ayat (1) a, b, dan c Pasal 26 ayat (1), (2) , dan
(3) (4)
Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a atau b Pasal 17 ayat (1) b Pasal 26 ayat (1), (2) , dan
(4)
Status Subjek Pajak Subjek Pajak Dalam Negeri Dipersamakan dengan Subjek Pajak Dalam Negeri
Objek Pajak Penghasilan sebagaimana tertera dalam PPh Pasal 4 tentang Objek Pajak Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah:
yang terdiri dari:
a)Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta
a)Penghasilan yang dikenai PPh non-final
yang dimiliki atau dikuasai;
b)Penghasilan yang dikenai PPh Final b)Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
Modal Pinjaman
Imbalan atas modal dinamakan sebagai dividen. Imbalan atas modal dinamakan sebagai bunga.
Pembayaran biaya dividen tidak boleh dibebankan Pembayaran biaya bunga boleh dibebankan sebagai biaya
sebagai biaya untuk keperluan menghitung PPh Badan untuk keperluan menghitung PPh Badan
• Disisi lain ketentuan mengenai perbandingan antara
utang dan modal hanya berlaku untuk wajib pajak
badan, sehingga apabila Mukamurata memilih untuk
mendirikan perusahaannya dalam bentuk BUT
maka tidak ada pembatasan bahwa utang terhadap
modal harus memenuhi 4:1. Akan tetapi pada
dasarnya BUT tidak boleh membiayakan pembayaran
biaya bunga kepada kantor pusat sebagai biaya
Pendirian pengurang penghasilan kena pajak. Disisi lain
pembayaran deviden kepada kantor pusat bukan
Dalam Bentuk objek pajak yang dikenai tarif PPh pasal 26 di
BUT Indonesia.
Pendirian Dalam Bentuk PT
Apabila Mukamurata Ltd memutuskan untuk mendirikan perusahaannya dalam bentuk PT
sehingga dia menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri di Indonesia, maka kepadanya berlaku
ketentuan perbandingan antara utang dan modal (devt to equity ratio). Berdasarkan PMK
No.169/PMK.010/2015, besarnya perbandingan utang dan modal yang paling tinggi ditetapkan
adalah sebesar 4:1. Oleh karena itu, PT Mukamurata Indonesia harus berhati-hati untuk
menetapkan jumlah modal dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan oleh induk
perusahaan agar tidak melebihi 4:1. Jika melebihi perbandingan diatas, untuk keperluan
penghitungan PPh Badan hanya boleh memperhitungkan biaya bunga sebagai beban untuk
mengurangi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (deductible expense) sebesar kewajaran ratio
4:1. Sisanya tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya pengurang.
Pembayaran deviden ke induk perusahaan di Jepang terutang PPh Pasal 26 dengan tarif sebesar
20% atau tarif yang berlaku sesuai dengan P3B. berdasarkan P3B Indonesia – Jepang , tariff yang
berlaku untuk pembayaran deviden adalah 10-15%.
TERIMA KASIH