Anda di halaman 1dari 27

STRUKTUR INBOUND &

OUTBOUND INVESTMENT

Kelompok IV:
1.Ikbal
2.Yosefina Ta’bi
3.Rahmatia Kamba
Strategi Tax Planning
MATERI
Pemilihan cabang vs anak perusahaan

Alternatif Struktur Permodalan

Isu Lainnya
Struktur Inbound Vs Outbound Investment
INBOUND INVESTMENT

X Corp. X Corp.

Negara X

Indonesia
Modal
Deviden

Branch Profit Tax

PT. BUT X Corp


X Indonesia (Cabang)

X Tarif Pajak

Income

Jika Laba BUT dikirim ke Kantor Pusat, maka ditambah lagi


Branch Profit Tax. Jika Laba ditanam kembali di Indonesia
 Tidak dikenakan Branch Profit Tax
SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2) UU PPh

SUBJEK PAJAK

DALAM NEGERI LUAR NEGERI

6
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4) UU PPh

• WNI yang berada di luar negeri lebih dari 183


dalam waktu 1 tahun yang memenuhi
persyaratan tempat tinggal, pusat kegiatan
utama, tempat menjalankan kebiasaan, status
subjek pajak, dan/atau persyaratan tertentu
lain yang diatur dalam peraturan menteri
keuangan (PMK)
• BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENERIMA ATAU


MEMPEROLEH
YANG MENJALANKAN PENGHASILAN DARI
USAHA ATAU INDONESIA BUKAN DARI
KEGIATAN MELALUI MENJALANKAN USAHA
BUT DI INDONESIA ATAU KEGIATAN
MELALUI
BUT DI INDONESIA
7
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5) UU PPh

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
DI INDONESIA
8
BENTUK USAHA TETAP (BUT)
Pasal 2 ayat (5) UU PPh

DAPAT BERUPA

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang perusahaan
• Kantor perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Pertambangan dan penggalian sumber alam,
wilayah kerja pengeboran untuk pertambangan
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan
• Proyek konstruksi/instalasi/perakitan
• Pemberian jasa yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
• Agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi luar negeri yang menerima premi atau menanggung
resiko di Indonesia
• Gudang (m/ 2009)
• Ruang untuk promosi dan penjualan (m/ 2009)
• Dedicated server u/ kegiatan usaha melalui internet (m/2009)
Investasi Asing di Indonesia

Jenis jenis investasi Asing

Penggolongan Investasi Asing dari Tujuannya ✓

Menurut Hady, investasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis investasi:


1.Portofolio investment, yaitu investasi dalam bentuk aset-aset keuangan seperti saham (stock), obligasi (bond) dan
bentuk-bentuk surat berharga lainnya. Sifat pergerakan arus portofolio investment melalui pasar uang internasional
relatif cepat.
2.Direct investment, yaitu investasi dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang
modal, lahan, bahan baku. Dalam hal ini investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol
aktivitas penanaman modal. Biasanya dimulai dengan ✓pendirian cabang perusahaan atau pembelian saham
mayoritas dari perusahaan domestik. Dalam konteks internasional, bentuk investasii ni biasanya dilakukan oleh
perusahaan multinasional dengan aktivitas investasi umumnya▪ dibidang manufaktur, ekstrasi dan eksplorasi sumber
daya alam, industry jasa dan sebagainya.
Pe r b e d a a n
Perlakuan Pajak

a n t a ra S u b s i d i a r y C o m p a n y
( A n a k Pe r u s a h a a n )
d e n g a n B ra n c h ( C a b a n g
Pe r u s a h a a n

4



Pengakuan L aba A n a k
Perusahaan
Pengakuan LabaCabangPerus
ahaan
 Untuk perusahaan yang berstatus Bentuk Usaha Tetap  Sisa laba setelah pajak yang dikirim ke kantor
(BUT) di Indonesia, definisi penghasilan sebagaimana pusat, dikenakan brach profit tax / pph pasal 26 atar
diatur dalam pasal 5 Undang Undang Pajak Penghasilan (4) sebesar 20% atau tarif tax treaty. Jika tidak
meliputi hal hal sebagai berikut: dikirimkan, tidak dikenai brach profit tax
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tesebut dan dari harta
yang dimiliki atau dikuasai (attributable principle)

2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan penjualan barang,


atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan dijalankan
atau yang dilaksanakan oleh BUT di Indonesia (force of attraction
princple)

3. Penghasilan dividen. bunga, royalty, sewa, hadiah, maupun


penghasilan dari penjualan harta yang diterima atau diperoleh
kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT
dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud
(effectively connected income rules).
Tax Planning
pada
Investasi
Asing
Faktor- faktor y a n g harus Diperhatikan

▪ Perlakuan perpajakan atas ▪ Sistem foreign tax credit dan system VAT (Value Added Tax) Khusus
dalam Foreign Direct Investment, beberapa faktor penting lainnya
penjualan saham yang harus diperhatikan dalam memilih bentuk Subsidiary Company
(anak perusahaan) atau Branch (cabang perusahaan) antara lain
▪Control foreign exchange adalah :

▪Ada tidaknya tax treaty serta tax Apakah jenis asaha yang akan dipilih termasuk dalam Daftar Negative list
BKPM? Jika termasuk dalam Daftar Negative List BKPM, maka
facilities yang tercantum dalam tax otomatis usaha tersebut tidak dapat dijalankan
treaty yang bersangkutan ✓
Seberapa besar kepentingan perusahaan di luar negeri untuk melakukan
transaksi dengan yang dibentuk di Indonesia Semakin banyak
Perlakuan perpajakan terhadap transaksi antara perusahaan di luar negeri dengan perusahaan yang
dibentuk di Indonesta, maka bentuk Subsidiary Company
▪ perusahaan yang mempunyai (pengoperasian perusahaan) akan semakin efektif untuk dipilih karena
hubungan istimewa (associated hubungan antara induk peruhaan (parent company) dengan anak
perusahaan (subsidiary
enterprise) company) di Indonesia merupakan entitas yang terpisah dimana keduanya
dapat melakukan transaksi
Fasilitas fasilitas perpajakan

Fasilitas fasilitas perpajakan yang diberikan oleh Pemerintah terhadap
▪ yang diberikan oleh Pemerintah Subsidiay company dan Branch
terhadap Subsidiay company dan ▪
Faktor laktor lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah faktor
Branch non pajak seperti politik, keamanan, prasarana penunjang, akses
pasar dll
Skema Tax Planning Pada A n a k Perusahaan

dilakukan dengan memaksimalkan biaya-biaya yang


dibayarkan kepada induk perusahaan (parent company)

Pre Tax
di luar negeri (tentunya dengan memperhatikan
kewajaran harga transaksi). Dengan demikian
penghasilan kena pajak host country menjadi lebih kecil

• dilakukan dengan menunda pemberian dividen dari


anak perusahaan kepada induk perusahaan di luar

Post Tax negeri. Pemberian dividen dari anak perusahaan


kepada induk perusahaan di luar negeri dilakukan
pada saat penghasilan kena pajak induk perusahan di
luar negeri kecil.
Azas Pengenaan
Pajak
• Azas penduduk (residence principle): pengenaan
pajak kepada resident (SPDN) atas seluruh
penghasilan (worldwide income), dan kepada non-
residents (SPLN) atas penghasilan yang bersumber
dari negara itu.

• Azas sumber (source principle): yaitu pengenaan


pajak atas penghasilan yang bersumber dari negara
itu tanpa memandang dari status Subjek Pajak dari si
penerima penghasilan.

• Azas kewarganegaraan (citizenship): adalah


pengenaan pajak berdasarkan status warganegara.

Justifikasi Pengenaan Pajak


Legal Connection Factual/Economic
Connection

Residence Principal √ √

Source Principle X √

Citizenship √ X
Principle
Dimensi Penghasilan LN
dalam UU PPh
Dimensi Pajak

Taxing the foreign Taxing the foreigner


income

Subjek Pajak SP DN SP LN BUT SP LN non BUT

Objek Pajak Pasal 4 ayat (1) minus ayat Pasal 5 ayat (1) a, b, dan c Pasal 26 ayat (1), (2) , dan
(3) (4)

Pengurang Pasal 6 dan 9 Pasal 5 ayat (2)

Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) a atau b Pasal 17 ayat (1) b Pasal 26 ayat (1), (2) , dan
(4)

Pelunasan Pajak Self Assessment Self Assessment & Withholding


Withholding

Penghilangan Pajak Pasal 24 (Metode kredit, per


Berganda country limitation)
Inbound Investment – Kasus
Mukamurata, Ltd. (Jepang)
1 1. Kedudukan Wajib Pajak Badan dan Badan Usaha Tetap
sebagai Subjek Pajak di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang- undang Pajak Penghasilan (UU PPh). Lebih jauh lagi,
Pasal 2 ayat (1a) menyatakan bahwa Bentuk Usaha Tetap
merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan.

Atas posisinya yang “dipersamakan” berdasarkan UU PPh,


terdapat beberapa perbedaan antara pemajakan Wajib Pajak
Badan dalam bentuk Perseroan Terbatas dan Bentuk Usaha
Tetap, yaitu:
Kategori Perseroan Terbatas Badan Usaha Tetap
Tempat pendirian / tempat berkedudukan Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia Tidak didirikan dan Tidak Bertempat Kedudukan di Indonesia
namun menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia

Status Subjek Pajak Subjek Pajak Dalam Negeri Dipersamakan dengan Subjek Pajak Dalam Negeri
Objek Pajak Penghasilan sebagaimana tertera dalam PPh Pasal 4 tentang Objek Pajak Penghasilan yang menjadi Objek Pajak adalah:
yang terdiri dari:
a)Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta
a)Penghasilan yang dikenai PPh non-final
yang dimiliki atau dikuasai;
b)Penghasilan yang dikenai PPh Final b)Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan

barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang


Termasuk dalam hal ini adalah penghasilan yang diterima dari Induk
dijalankan oleh BUT di Indonesia (force of attraction income)
Perusahaan di luar negeri (world- wide income).
c) Penghasilan dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh
kantor pusat (effectively connected income). Pada dasarnya,
penghasilan pasif yang diperoleh oleh Kantor Pusat.
Bukan Objek Pajak Penghasilan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh Pembayaran royalti, imbalan sehubungan dengan jasa manajemen,
termasuk dividen yang dibayarkan dari laba ditahan atas kepemilikan saham dan bunga yang diterima atau diperoleh dari Kantor Pusat (kecuali
diatas 25% oleh WP Badan. yang berkenaan dengan usaha perbankan).
Biaya yang diperbolehkan (deductible Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan termasuk Biaya yang berkenaan dengan penghasilan (Biaya 3M), biaya
expense) beban royalti, imbalan jasa manajemen, dan bunga kepada Induk administrasi kantor pusat sepanjang berkaitan dengan usaha atau
Perusahaan di luar negeri (sepanjang memenuhi ketentuan yang berlaku) di kegiatan BUT.
Indonesia.
Bukan biaya yang diperbolehkan (non- Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9. Biaya-biaya sebagaimana tertulis dalam UU PPh Pasal 9 dan
deductible expense) pembayaran kepada kantor pusat (beban royalty, imbalan jasa
manajemen, dan bunga).
Tarif Pajak Tarif PPh Badan 25% termasuk pengurangan tarif sebesar 50% apabila Tarif PPh Badan 25% dan pajak sebesar 20% sesuai PPh Pasal 26
peredaran bruto kurang dari Rp 50 miliar (UU PPh Pasal 31E) (branch profit tax) atau sesuai tarif yang berlaku dalam P3B.
Berdasarkan keterangan diatas, maka pemajakan
untuk Wajib Pajak dalam bentuk PT lebih
menguntungkan karena biaya yang boleh diakui
secara perpajakan lebih banyak dan pengenaan
tarif PPh Badan tanpa harus membayar branch
profit tax. Oleh karena itu, lebih baik Mukamurata,
Ltd. melakukan mendirikan perusahaan dalam
bentuk PT.
22. Penanaman dana dalam bentuk modal atau pinjaman
dapat memberikan implikasi perpajakan yang berbeda
sebagaimana berikut:

Modal Pinjaman
Imbalan atas modal dinamakan sebagai dividen. Imbalan atas modal dinamakan sebagai bunga.

Pembayaran biaya dividen tidak boleh dibebankan Pembayaran biaya bunga boleh dibebankan sebagai biaya
sebagai biaya untuk keperluan menghitung PPh Badan untuk keperluan menghitung PPh Badan
• Disisi lain ketentuan mengenai perbandingan antara
utang dan modal hanya berlaku untuk wajib pajak
badan, sehingga apabila Mukamurata memilih untuk
mendirikan perusahaannya dalam bentuk BUT
maka tidak ada pembatasan bahwa utang terhadap
modal harus memenuhi 4:1. Akan tetapi pada
dasarnya BUT tidak boleh membiayakan pembayaran
biaya bunga kepada kantor pusat sebagai biaya
Pendirian pengurang penghasilan kena pajak. Disisi lain
pembayaran deviden kepada kantor pusat bukan
Dalam Bentuk objek pajak yang dikenai tarif PPh pasal 26 di
BUT Indonesia.
Pendirian Dalam Bentuk PT
Apabila Mukamurata Ltd memutuskan untuk mendirikan perusahaannya dalam bentuk PT
sehingga dia menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri di Indonesia, maka kepadanya berlaku
ketentuan perbandingan antara utang dan modal (devt to equity ratio). Berdasarkan PMK
No.169/PMK.010/2015, besarnya perbandingan utang dan modal yang paling tinggi ditetapkan
adalah sebesar 4:1. Oleh karena itu, PT Mukamurata Indonesia harus berhati-hati untuk
menetapkan jumlah modal dibandingkan dengan pinjaman yang diberikan oleh induk
perusahaan agar tidak melebihi 4:1. Jika melebihi perbandingan diatas, untuk keperluan
penghitungan PPh Badan hanya boleh memperhitungkan biaya bunga sebagai beban untuk
mengurangi perhitungan Penghasilan Kena Pajak (deductible expense) sebesar kewajaran ratio
4:1. Sisanya tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya pengurang.

Pembayaran deviden ke induk perusahaan di Jepang terutang PPh Pasal 26 dengan tarif sebesar
20% atau tarif yang berlaku sesuai dengan P3B. berdasarkan P3B Indonesia – Jepang , tariff yang
berlaku untuk pembayaran deviden adalah 10-15%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai