Ketentuan
Umum dan Undang
Tata Cara Undang
Perpajakan Cipta Kerja
Undang Undang
Undang Undang
Pajak Harmonisasi
Penghasilan Peraturan
Perpajakan
Matriks Pembelajaran
PPh Badan
TERHADAP
SIAPA? APA?
BAGAIMANA?
Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak
Karakteristik PPh Subjek Pajak (UU PPh)
1a Orang Pribadi
Pajak Subjektif
Warisan yang yang belum terbagi
1b sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak
Pajak Langsung
2 Badan
Pajak Pusat
3 Bentuk Usaha Tetap
Badan
PERSEROAN TERBATAS
PERSEROAN KOMANDITER
PERSEROAN LAINNYA
Syarat
Subjektif
Wajib
Pajak
Syarat
Objektif
WPDN vs WPLN
WP WP
Dikenai PPh dari
DN penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina
Dengan nama
dan dalam Diterima/
bentuk Diperoleh WP
apapun
PENGHASILAN
Untuk
dikonsumsi
Penghasilan
Sumber
Penghasilan
dari
dari harta yang
penghasilan
dimiliki
lain-lain
Klasifikasi Penghasilan
Penghasilan
Dikecualikan dari
Objek Pajak Objek Pajak
Dikenai
Tarif Ps. 17
Dikenai PPh
Bersifat Final
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh
Penghasilan
(income/revenue)
Sesuai UU Tidak
Sesuai UU
over under
c Laba usaha g
h
d Keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta
i m
j n
k o
l p
q
s
Penghasilan Yang Dikenai
Pajak Final
Konsekuensi Pengenaan PPh Final
biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang
pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan pajak
akhir tahun
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final
Penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
a utang negara, bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan
b Penghasilan berupa hadiah undian;
di pasar uang, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b warisan
-
j
over under
A
biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
B
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 11A
Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa pada akhir tahun
2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015,
sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima tahun yang dimulai
sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
BIAYA YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN
H Pajak Penghasilan
biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
I pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;
Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan penghasilan dan
mempunyai masa manfaat (umur ekonomis) lebih dari satu tahun. Terhadap
aktiva ini diperkenankan untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto.
Jumlah yang
sesungguhnya
dikeluarkan untuk
mendapatkan harta Hubungan Istimewa:
yang bersangkutan Jumlah yang
seharusnya dikeluarkan
(harga pasar wajar)
Harga Perolehan (2)
• tukar menukar
• likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
Harga Perolehan (3)
Bangunan
Tidak Permanen (10 th)
Aktiva Tetap
I (4 th)
II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)
IV (20 th)
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
PONSEL
Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%
KENDARAAN SEDAN
Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50%
Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%
PENYUSUTAN KENDARAAN PERUSAHAAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 09/PJ.42/2002
TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN
KENDARAAN PERUSAHAAN
4. Klaim biaya telekomunikasi sebesar Rp. 10juta oleh karyawan bagian penjualan.
6. Biaya perawatan mobil operasional Direktur (Toyota Camry) sebesar Rp. 5juta
7. Memberikan santunan kepada pegawai yang baru melahirkan sebesar Rp. 5juta
15. Biaya penelitian jenis pembetonan baru di laboratorium kantor pusat di Amerika
Serikat sebesar Rp. 20 Miliar
16. Perusahaan mencatat kerugian atas kontrak pekerjaan dengan perusahaan asing
karena perubahan kurs dolar. Kerugian tercatat sebesar Rp. 50juta
LOGO
PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)
Ps 28
7 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia ayat (11)
Sanksi terkait Pembukuan
Pidana PENJARA (6 bulan s.d. 6 tahun) DAN DENDA (2x s.d. 4x pajak yang
kurang dibayar)
Hubungan Akuntansi Komersial dan Perpajakan
PPh
Terutang
Laporan
Keuangan
Fiskal
Disusun berdasarkan
Ketentuan Pajak
Disusun berdasarkan
PSAK
PENGHITUNGAN
pajak
Penghasilan Penyesuaian
Pembukuan
Biaya Fiskal
Penghasilan Netto
Dalam Negeri
Norma Penghasilan % Norma
Dari Usaha
Luar Negeri
Pengurangan
Kompensasi
Penghasilan Tarif
Kena Pajak
Kredit Pajak
Pajak Terutang (dipotong Pihak Lain)
(Ps 22,23,24)
• 2009 28%
• 2010 25%
• Peredaran bruto s.d. Rp 50 miliar 12.5%
• UU HPP 20% (TP 2022)
22% (TP 2020 2021)
Tarif Pajak Pasal 31E
PPh Pasal 22
Dipotong Pihak Lain dikreditkan berdasarkan
PPh Pasal 23 bukti pemotongan pajak (bukan
PPh Final)
PPh Pasal 24
KREDIT PAJAK
PPh Pasal 25
Dibayar Sendiri
Ph. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
PPh Pasal 24
Ph DN = 400.000.000
Ph LN = 200.000.000 Dipotong Pajak 40 juta
PKP = 600.000.000
PPh Terutang= 150.000.000
𝑃ℎ.𝐿𝑁
𝑀𝐾𝑃𝐿𝑁 = x PPh Terutang
𝑃𝐾𝑃
200 𝑗𝑡
𝑀𝐾𝑃𝐿𝑁 = x 150 jt = 50 jt
600 𝑗𝑡
40 juta 50 juta
PPh Yang Dibayar Sendiri
PPh Pasal 25
(angsuran bulanan pembayaran pajak yang
dilaporkan sebagai SPT Masa)
Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
ANGSURAN
PPh Pasal 25
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
DIKURANGI
DIBAGI
CONTOH :
CONTOH :
PENGISIAN SPT
BENAR
LENGKAP
JELAS
DITANDATANGANI :
BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS