Anda di halaman 1dari 106

DASAR HUKUM

Ketentuan
Umum dan Undang
Tata Cara Undang
Perpajakan Cipta Kerja

Undang Undang
Undang Undang
Pajak Harmonisasi
Penghasilan Peraturan
Perpajakan
Matriks Pembelajaran

PPh Badan

TERHADAP
SIAPA? APA?
BAGAIMANA?

Wajib Pajak Objek Pajak Cara Menghitung


Pengertian
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun

Pajak Yang Dikenakan

Diterima/Diperoleh
Subjek Pajak Penghasilan
dalam Tahun Pajak
Karakteristik PPh Subjek Pajak (UU PPh)

1a Orang Pribadi
Pajak Subjektif
Warisan yang yang belum terbagi
1b sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak

Pajak Langsung
2 Badan

Pajak Pusat
3 Bentuk Usaha Tetap
Badan

Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan


baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga, BUT,
Dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif
Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha oleh:

Badan yang tidak


OP yang berada di
OP yang tidak didirikan dan tidak
Ina tidak lebih 183
bertempat tinggal di bertempat
hari dalam jangka
Ina kedudukan di
waktu 12 bulan
Indonesia

Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia


Bentuk Usaha Tetap (BUT) PMK-35 tahun 2019

BUT dapat berupa:

• Tempat kedudukan manajemen


• Cabang Perusahaan
• Kantor Perwakilan
• Gedung kantor
• Pabrik
• Bengkel
• Gudang
• Ruang untuk promosi dan penjualan
• Pertambangan dan penggalian sumber alam
• Wilayah kerja pertambangan migas
• Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
• Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
• Pemberian jasa oleh pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan > 60 hari dlm jangka waktu
12 bulan
• Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
• Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Ina yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Ina
• Komputer, agen elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa atau digunakan oleh
penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet
Wajib Pajak

Syarat
Subjektif

Wajib
Pajak
Syarat
Objektif
WPDN vs WPLN

WP WP
Dikenai PPh dari
DN penghasilan di Ina dan
dari luar Ina
LN Dikenai PPh dari
penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan Dikenai berdasarkan


penghasilan neto penghasilan bruto

Dikenai tarif umum Dikenai tarif pajak


sepadan

Wajib menyampaikan Tidak wajib


SPT menyampaikan SPT
Setiap
tambahan
kemampuan
ekonomis

Dengan nama
dan dalam Diterima/
bentuk Diperoleh WP
apapun

PENGHASILAN

Untuk Dari Indonesia


menambah atau luar
kekayaan Indonesia

Untuk
dikonsumsi
Penghasilan

dari pemberi dari kegiatan


kerja usaha

Sumber
Penghasilan

dari
dari harta yang
penghasilan
dimiliki
lain-lain
Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

Dikecualikan dari
Objek Pajak Objek Pajak

Dikenai
Tarif Ps. 17

Dikenai PPh
Bersifat Final
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh

Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Objek PPh Final Dikecualikan


Psl. 4 (1) Psl. 4 (2) dari Objek PPh
Psl. 4 (3)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi negatif Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif negatif
Penghasilan Secara Umum
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN TARIF PPh PASAL 17

Penggantian/imbalan berkenaan dengan pekerjaan/jasa yang diterima/diperoleh


e
a termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun/imbalan dalam bentuk lainnya, termasuk natura dan/atau
kenikmatan, kec. Ditentukan lain dalam UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan f


b penghargaan

c Laba usaha g

h
d Keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta
i m

j n

k o

l p
q

s
Penghasilan Yang Dikenai
Pajak Final
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

biaya-biaya
terkait tidak
dapat menjadi
pengurang

pajak yang
dibayar tidak
dapat
dikreditkan
penghasilan tidak
dihitung kembali
pada saat
penghitungan pajak
akhir tahun
Penghasilan yang Dikenakan PPh Final
Penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
a utang negara, bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan
b Penghasilan berupa hadiah undian;
di pasar uang, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;

Penghasilan dari transaksi saham dan


sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang Penghasilan dari transaksi pengalihan harta
c diperdagangkan di bursa, dan transaksi d berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
penjualan saham atau pengalihan penyertaan konstruksi, usaha real estat, dan persewaan
modal pada perusahaan pasangannnya yang tanah dan/atau bangunan;
diterima oleh perusahaan modal ventura;

Penghasilan tertentu lainnya, termasuk


e penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.
Penghasilan Yang Dikecualikan dari
Objek Pajak
Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, infaq dan


a.1 sedekah

Sepanjang tidak ada hubungan kerja, usaha, kepemilikan,


penguasaan

a.2 harta hibahan

Diterima keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu


derajat, badan keagamaan, pendidikan, sosial, yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil

b warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan


sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
c penyertaan modal
Melliputi makanan, bahan makanan, bahan minuman,
Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai, natura dan/atau
d atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu, natura
natura dan/atau kenikmatan dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi
kerja dalam pelaksanaan pekerjaan, natura dan/atau
kenikmatan yang bersumber atau dibiayai APBN, APB, atau
APBdes

pembayaran perusahaan asuransi kepada OP: asuransi


e kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT sebagai


f WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan • Dari R/E (Cadangan Laba yang Ditahan); dan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat • PT/BUMN/BUMD minimal memiliki 25% saham
kedudukan di Indonesia

g iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan OJK
penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana
h pensiun, dalam bidang-bidang tertentu

bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari


perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
i kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif

-
j

penghasilan yang diterima /diperoleh perusahaan modal


ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha
k yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia

• perusahaan mikro, kecil, menengah/ di sektor usaha tertentu


• sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
l
beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga


nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar
pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
m kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam
jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
n tertentu
Contoh: Penghasilan yang Diterima PT ABC
Bukan
No. Penghasilan yang Diterima Ps. 17 Final
Penghasilan
1. Menjual kendaraan operasional yang sudah tidak digunakan v
dengan nilai buku Rp. 5.000.000,- dan nilai penjualan sebesar Rp.
10.000.000,-
2. Menjual tanah dan bangunan bekas gudang sebesar Rp. 1,5 Miliar v

3. Hasil revaluasi harta berupa bangunan pabrik beserta mesin v


sebesar Rp. 3,5 Miliar. Nilai sebelumnya sebesar Rp. 1,5 Miliar
4. PT BGR menarik saham di PT ABC. Sebagai gantinya PT ABC v
menerima kendaraan operasional dari PT BGR sebesar Rp. 5 Miliar
5. Menerima royalty sebesar Rp. 650 Juta karena penggunaan v
prototype mesin yang hak patennya dimiliki perusahaan
6. Laba atas penjualan selama tahun 2021 sebesar R. 1,5 Miliar. V
Peredaran bruto PT ABC selama tahun 2021 adalah Rp. 45 Miliar
7. Menyewakan crane kepada PT XYZ dengan nilai sewa sebesar Rp. V
500juta
PENGURANG
PENGHASILAN
Rekonsiliasi
Fiskal Biaya Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif
Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan

A
biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
B
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 11A

C iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan


oleh Menteri Keuangan OJK;

kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang


D dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
E kerugian selisih kurs mata uang asing;

biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang


F dilakukan di Indonesia

G biaya beasiswa, magang, dan pelatihan


piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
H
dengan syarat:

1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;


2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya
telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
I yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang


J dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;

biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya


K
diatur dengan Peraturan Pemerintah
sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur
L dengan Peraturan Pemerintah; dan

sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang


M ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya-biaya didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun

KERUGIAN DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN


PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK BERIKUT NYA
BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
Kompensasi Kerugian

PT Markonah Setiawan dalam tahun 2009 menderita


kerugian fiskal sebesar Rp 1.200.000.000,00 (satu
miliar dua ratus juta rupiah).
Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal
Markonah Setiawan adalah sebagai berikut :

2010 : laba fiskal Rp 200.000.000,00


2011 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
2012 : laba fiskal Rp N I H I L
2013 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2014 : laba fiskal Rp 800.000.000,00
Kompensasi Kerugian

Rugi fiskal tahun 2009 sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa pada akhir tahun
2014 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015,

sedangkan rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2015 dan tahun 2016, karena jangka waktu lima tahun yang dimulai
sejak tahun 2012 berakhir pada akhir tahun 2016.
BIAYA YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN

A pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti


dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk


B kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;
C
pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
kecuali:
 cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang
dihitung berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku
dengna batasan tertentu setelah berkoordinasi dengan OJK;
 cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
 cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
 cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
 cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
 cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan
dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan yang memenuhi persyaratan tertentu;
premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi,
kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
D
penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau


jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
E kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

F jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan;
harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a
dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
G dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah;

H Pajak Penghasilan
biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
I pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya;

gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau


J perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta


sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
K
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
DAPAT DIKURANGKAN DENGAN
SYARAT TERTENTU
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI
FISKAL
Apa Yang Dapat Disusutkan/Diamortisasi ?

 Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan penghasilan dan
mempunyai masa manfaat (umur ekonomis) lebih dari satu tahun. Terhadap
aktiva ini diperkenankan untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto.

 Harta Tak Berwujud


Kapan ?
Pada Bulan Dilakukannya Pengeluaran
Kecuali untuk harta yang masih dalam proses
pengerjaan, penyusutannya dimulai pada
bulan selesainya pengerjaan harta tesebut.
Dengan persetujuan Dirjen Pajak, bulan
digunakannya harta tersebut untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta tersebut
mulai menghasilkan
Harga Perolehan (1)

Jumlah yang
sesungguhnya
dikeluarkan untuk
mendapatkan harta Hubungan Istimewa:
yang bersangkutan Jumlah yang
seharusnya dikeluarkan
(harga pasar wajar)
Harga Perolehan (2)

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar


wajar, dalam hal:

• tukar menukar
• likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
Harga Perolehan (3)

 Nilai sisa buku fiskal harta yang bersangkutan atau nilai


yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak, dalam hal harta
tersebut diperoleh karena sumbangan, bantuan, zakat,
hibah serta warisan yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan b Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
 Nilai pasar dari harta yang bersangkutan, dalam hal harta
tersebut diperoleh dalam rangka setoran modal sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal (Pasal 4 ayat (3)
huruf c Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008).
 Harga perolehan aktiva yang dibangun sendiri :
 Yaitu biaya-biaya untuk membangun atau membuat aktiva tersebut, dimana harus dikeluarkan
(dikoreksi) unsur-unsur biaya yang menurut ketentuan fiskal tidak dapat dibebankan (non
deductible).
 Dalam hal aktiva tersebut dibangun dengan dana yang berasal dari pinjaman, biaya bunga pinjaman
tersebut harus dikapitalisir dalam harga perolehan aktiva yang bersangkutan (menjadi unsur harga
perolehan).
Metode Penyusutan

Garis Lurus (Straight Line)


 Bangunan dan Bukan Bangunan

Saldo Menurun (Declining Balance)


 Bukan Bangunan
Klasifikasi Aktiva Tetap (PMK-96 tahun 2009)

Permanen (20 th)

Bangunan
Tidak Permanen (10 th)

Aktiva Tetap
I (4 th)

II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)

IV (20 th)
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI


HARTA TAK MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK METODE SATUAN


PENAMBANGAN MIGAS PRODUKSI

1. HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS


METODE SATUAN PRODUKSI
2. HAK PENGUSAHAAN HUTAN
SETINGGI-TINGGINYA
3. HAK PENGUSAHAAN SUMBER DAN HASIL
20 % SETAHUN
ALAM LAINNYA
BIAYA BUNGA
BIAYA BUNGA (1)

 Biaya bunga termasuk premium,


diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang
merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan
bruto
 Bunga pinjaman selama masa
konstruksi suatu aset merupakan
komponen biaya langsung atas
harga pokok atau harga perolehan
aset yang bersangkutan
BIAYA BUNGA (2)
Apabila terdapat penempatan deposito/ tabungan
yang dananya langsung/tidak langsung berasal dari
dana pinjaman yang dibebani bunga, maka

jumlah rata-rata pinjaman =< jumlah


rata-rata deposito atau tabungan
bunga atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak
dapat dikurangkan sebagai biaya

jumlah rata-rata pinjaman > jumlah


rata-rata deposito atau tabungan
bunga atas pinjaman yang boleh dikurangkan
sebagai biaya adalah biaya bunga atas selisih
antara jumlah rata-rata pinjaman dengan jumlah
rata-rata deposito atau tabungan
Misalnya:
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun = Rp 150.000.000
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun = Rp 40.000.000
Bunga pinjaman seluruhnya = Rp 30.000.000
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.
Biaya Entertainment
 Benar-benar dikeluarkan dan ada
hubungannya dengan kegiatan usaha
wajib pajak
 Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh,
yang memuat:
 nomor urut,
 tanggal dan jenis entertainment,
 nama tempat,
 alamat,
 jumlah,
 nama relasi,
 posisi,
 nama perusahaan,
 jenis usaha.
Selisih Kurs Mata Uang Asing

Kerugian selisih kurs merupakan


biaya (deductible expense)

Selisih kurs karena fluktuasi :


 Apabila wajib pajak membukukan transaksi yang
bersangkutan dengan kurs tetap, maka selisih kurs
diakui pada saat terjadi realisasi pembayaran.
 Apabila wajib pajak membukukan transaksi yang
bersangkutan dengan kurs tengah BI (kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun), maka selisih
kurs diakui pada akhir tahun.

Wajib Pajak harus menggunakan metode di atas


secara taat azas.
Penggantian Imbalan Dalam Bentuk Natura
Pemberian Natura / Kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan (PMK-83 tahun 2009 & PER-51 tahun 2009) UU HPP
– Bukan Daerah Terpencil:
• Penyediaan Makan Minum untuk seluruh pegawai termasuk dewan
direksi dan komisaris di tempat kerja
(PMK-83 tahun 2009)
• Pakaian dan peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek,
pakaian seragam pabrik, satpam, awak kapal/pesawat
• antar jemput pegawai.
– Daerah Terpencil (harus mendapat persetujuan dari Ditjen Pajak)
mencakup:
• Tempat Tinggal
• Pelayanan Kesehatan
• Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya
• Pengangkutan bagi pegawai di lokasi kerja
• Olah raga kecuali golf, bolling dan pacuan kuda
Sepanjang bentuk fasilitas diatas sebelumnya tidak tersedia dilokasi.
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan

PONSEL
 Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
 Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%

KENDARAAN SEDAN
 Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50%
 Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%
PENYUSUTAN KENDARAAN PERUSAHAAN
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 09/PJ.42/2002
TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN
KENDARAAN PERUSAHAAN

 Telepon seluler, termasuk juga alat komunikasi berupa pager;


 Kendaraan sedan atau yang sejenis, termasuk juga kendaraan jenis minibus, Kijang,
Panther dan kendaraan lain sejenisnya sepanjang digunakan hanya untuk seorang
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dan penggunaannya full-time
baik untuk kepentingan perusahaan maupun keperluan pribadi dan keluarga pegawai
yang bersangkutan;
 Biaya pemeliharaan kendaraan, termasuk juga pengeluaran rutin untuk pembelian/
pemakaian bahan bakar.
 Bagaimana jika perusahaan menyewa kendaraan untuk pegawai tertentu karena
jabatannya?
 Kendaraan yang dimiliki atau disewa oleh perusahaan, apabila hanya dipergunakan
oleh pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya secara penguasaan penuh (full
time) baik untuk kepentingan pekerjaan/ perusahaan maupun dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pribadi/keluarganya, atas biaya penyusutan ataupun biaya sewa
tahunannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh
persen) (S - 245/PJ.42/2003)
Biaya Perolehan Software

PROGRAM APLIKASI UMUM


 Pembebanan sekaligus di bulan berjalan

PROGRAM APLIKASI KHUSUS


 Amortisasi Kelompok I
Sumbangan (PP 93/2010)

Sumbangan dalam rangka penanggulangan


bencana nasional

Sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan

Sumbangan fasilitas pendidikan

Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga

Biaya pembangunan infrastruktur sosial


Syarat Sumbangan (PP 93/2010)

Mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT


PPh Tahun Pajak sebelumnya

Tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan


diberikan

Didukung oleh bukti yang sah

Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya


memiliki NPWP, kecuali badan yang dikecualikan
sebagai subjek pajak
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 93/2010)

Tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal


Tahun Pajak sebelumnya

Tidak dapat dikurangkan apabila diberikan kepada


pihak yang mempunyai hubungan istimewa

Dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau


barang

Biaya pembangunan infrastruktur sosial diberikan


hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana
Contoh: Biaya-biaya Pada Laporan Keuangan PT XYZ
Tidak
No. Biaya yang Dikeluarkan Boleh
Boleh
1. Memberikan sumbangan kepada Panti Asuhan pada acara ulang tahun
perusahaan sebesar Rp. 100juta
2. Memberikan beasiswa untuk meneruskan pendidikan S1 dan S2 kepada 10 orang
karyawan sebesar Rp. 50juta
3. Menjamu tamu studi banding dari perusahaan lain sebesar Rp. 15juta

4. Klaim biaya telekomunikasi sebesar Rp. 10juta oleh karyawan bagian penjualan.

5. Biaya perawatan mesin produksi sebesar Rp. 15juta

6. Biaya perawatan mobil operasional Direktur (Toyota Camry) sebesar Rp. 5juta

7. Memberikan santunan kepada pegawai yang baru melahirkan sebesar Rp. 5juta

8. Biaya pengadaan mesin precast baru untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi


kerjasama dengan PT Wika sebesar Rp. 1 Miliar
Contoh: Biaya-biaya Pada Laporan Keuangan PT XYZ
Tidak
No. Biaya yang Dikeluarkan Boleh
Boleh
10. Penyusutan bangunan gedung kantor sebesar Rp. 1 Miliar. Gedung kantor selesai
dibangun pada tahun 2010 dengan biaya sebesar Rp. 20 Miliar dengan estimasi
tidak ada nilai sisa
11. Menjamu tim Litbang dari kantor pusat di Amerika sebesar Rp. 20juta untuk 15
orang yang ada dalam daftar nominatif pengeluaran.
12. Memberikan sumbangan untuk bencana alam sebesar Rp. 20juta. Bencana alam
tersebut ditetapkan sebagai bencana nasional oleh pemerintah
13. Menyediakan fasilitas kesehatan untuk pegawai yang mengerjakan proyek
pembangunan pabrik. Lokasi pembangunan termasuk dalam kategori wilayah
terpencil dan akses ke fasilitas kesehatan terdekat cukup jauh
14. Biaya service mobil istri Direktur sebesar Rp. 20juta

15. Biaya penelitian jenis pembetonan baru di laboratorium kantor pusat di Amerika
Serikat sebesar Rp. 20 Miliar
16. Perusahaan mencatat kerugian atas kontrak pekerjaan dengan perusahaan asing
karena perubahan kurs dolar. Kerugian tercatat sebesar Rp. 50juta
LOGO
PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.”
(Ps 28 ayat (1) UU KUP)

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Peredaran <
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan 4,8 M
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
(Ps 28 ayat (2) UU KUP)
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian • WP OP tidak melakukan kegiatan
(Tetap Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas
Karakteristik Pembukuan
menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP) 1 Iktikad baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya Ps 28
ayat (3)

Diselenggarakan di Indonesia, huruf latin, angka Arab,


2 mata uang Rupiah, bahasa Indonesia atau bahasa asing Ps 28
yang diizinkan Menteri Keuangan ayat (4)

3 Taat asas dan dengan Stelsel Akrual atau Stelsel Kas Ps 28


ayat (5)

Catatan atas: harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,


4 serta penjualan dan pembelian Ps 28
ayat (7)

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan


5 perpajakan menentukan lain
Ps 28
ayat (7)
penjelasan

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata


6 uang selain rupiah dapat diselenggarakan setelah mendapat Ps 28
izin Menteri Keuangan ayat (8)

Ps 28
7 Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia ayat (11)
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

•Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


•Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
KONSEKUENSI TIDAK DIPENUHINYA KEWAJIBAN PEMBUKUAN

Penjelasan Pasal 13 ayat (1) UU KUP :

Wajib Pajak yang :


- Tidak menyelenggarakan pembukuan sesuai Pasal 28 KUP
- Tidak memenuhi kewajiban Pasal 29 UU KUP pada saat diperiksa
sehingga DJP tidak dapat menghitung pajak yang seharusnya terutang

DJP berwenang menerbitkan penetapan dengan penghitungan jabatan

Penghitungan pajak didasarkan pada data yang tidak hanya dari WP

Pembuktian atas penghitungan dibebankan kepada WP


KONSEKUENSI TIDAK DIPENUHINYA KEWAJIBAN
PEMBUKUAN

Pasal 39 ayat (1) UU KUP dan penjelasannya:

Setiap ORANG yang DENGAN SENGAJA :


 Memperlihatkan pembukuan atau dokumen PALSU atau TIDAK
MENGGAMBARKAN KEADAAN YANG SEBENARNYA
 Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia
 Tidak memperlihatkan/meminjamkan buku/dokumen
 Tidak menyimpan dokumen pendukung pembukuan di Indonesia
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

Pidana PENJARA (6 bulan s.d. 6 tahun) DAN DENDA (2x s.d. 4x pajak yang
kurang dibayar)
Hubungan Akuntansi Komersial dan Perpajakan

PPh
Terutang
Laporan
Keuangan
Fiskal

Disusun berdasarkan
Ketentuan Pajak

Koreksi Tingkat perbedaan


Fiskal antara PSAK dengan
Ketentuan Pajak akan
menentukan tingkat
koreksi fiskal yang
harus dilakukan
Laporan Keuangan
Komersial

Disusun berdasarkan
PSAK
PENGHITUNGAN
pajak
Penghasilan Penyesuaian
Pembukuan
Biaya Fiskal

Penghasilan Netto
Dalam Negeri
Norma Penghasilan % Norma
Dari Usaha

Dari Luar Usaha

Luar Negeri
Pengurangan

Kompensasi

Penghasilan Tarif
Kena Pajak

Kredit Pajak
Pajak Terutang (dipotong Pihak Lain)
(Ps 22,23,24)

Kredit Pajak Pajak Yang


Pajak Yang Harus
Dibayar Sendiri (dibayar sendiri) Kurang/Lebih
(Ps 25, STP) Dibayar
Tarif Pajak

• 2009 28%
• 2010 25%
• Peredaran bruto s.d. Rp 50 miliar 12.5%
• UU HPP 20% (TP 2022)
22% (TP 2020 2021)
Tarif Pajak Pasal 31E

• WP badan dalam negeri


dengan peredaran bruto
s.d Rp50 miliar
mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif
normal
• dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak
dari bagian peredaran
bruto sampai dengan
Rp4,8 miliar.
Tarif Pajak Pasal 31E
Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2012 sebesar Rp
4.500.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp
500.000.000

Penghitungan pajak yang terutang:


• Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari
peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari
tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah
peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000.

Pajak Penghasilan yang terutang:


50% x 25% x Rp500.000.000 = Rp62.500.000
Tarif Pajak Pasal 31E
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2012 sebesar
Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp4.000.000.000
Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:
1. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
𝟒. 𝟖𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝒙 𝟒. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 = 𝟔𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝟑𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
2. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh
fasilitas:
4.000.000.000 – 640.000.000 = 3.360.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang:


50%x 25% x 640.000.000 = 80.000.000
25% x 3.360.000.000 = 840.000.000
920.000.000
Tarif Pajak Pasal 31E

𝟒. 𝟖𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎


𝒙 𝑷𝑲𝑷
𝑷𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑼𝒔𝒂𝒉𝒂
Soal Kuis
PT. Saya Suka (SS) terdaftar sebagai WP pada tgl 30 Juli 2018 dan mulai
beroperasi secara komersial terhitung mulai tgl 1 Agustus 2018. Pada akhir
tahun 2018 diketahui Peredaran Bruto PT. SS sebesar Rp 6.000.000.000 dan
Penghasilan Kena Pajak nya sebesar Rp 400.000.000,-
• Hitung PPh terutang PT. SS
Soal Kuis
PT. Saya Suka (SS) terdaftar sebagai WP pada tgl 30 Juli 2018 dan mulai
beroperasi secara komersial terhitung mulai tgl 1 Agustus 2018. Pada akhir
tahun 2018 diketahui Peredaran Bruto PT. SS sebesar Rp 6.000.000.000 dan
Penghasilan Kena Pajak nya sebesar Rp 400.000.000,-
• Hitung PPh terutang PT. SS
• Peredaran Bruto Agustus – Des = 6.000.000.000 (5 bulan) =
1.200.000.000/ bulan  1 tahun, 14.400.000.000
• - Bagian PKP 4.8 M = (4.800.000.000/6.000.000.000) x 400.000.000 =
320.000.000
• - Tanpa fasilitas = 400.000.000 – 320.000.000 = 80.000.000
• Pajak terutang = 50% x 25% x 320.000.000 = 40.000.000
• 25% x 80.000.000 = 20.000.000
• TOTAL PAJAK PENGHASILAN = Rp. 60.000.000
Kredit Pajak

PPh Pasal 22
Dipotong Pihak Lain dikreditkan berdasarkan
PPh Pasal 23 bukti pemotongan pajak (bukan
PPh Final)

PPh Pasal 24

KREDIT PAJAK

PPh Pasal 25

Dibayar Sendiri

STP PPh Pasal 25


PPh Pasal 22
PPh Pasal 23
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di luar


negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dalam negeri boleh dikreditkan terhadap
pajak yang terutang berdasarkan Undang-
undang PPh dalam tahun pajak yang sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


• Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
• Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Ph. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP
PPh Pasal 24

Ph DN = 400.000.000
Ph LN = 200.000.000  Dipotong Pajak 40 juta
PKP = 600.000.000
PPh Terutang= 150.000.000

𝑃ℎ.𝐿𝑁
𝑀𝐾𝑃𝐿𝑁 = x PPh Terutang
𝑃𝐾𝑃

200 𝑗𝑡
𝑀𝐾𝑃𝐿𝑁 = x 150 jt = 50 jt
600 𝑗𝑡

40 juta 50 juta
PPh Yang Dibayar Sendiri

PPh Pasal 25
(angsuran bulanan pembayaran pajak yang
dilaporkan sebagai SPT Masa)

STP PPh Pasal 25


(hanya atas pokok pajak)

Fiskal Luar Negeri


STP PPh Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


dikreditkan
Sanksi Admin……. 80.000
Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan
ANGSURAN
PPh Pasal 25
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23

DIBAGI

12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN


DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)

SAMA BESARNYA DENGAN :


Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

CONTOH :

- SPT TAHUNAN PPh 2000 DISAMPAIKAN MARET 2001


ANGSURAN PPh DESEMBER 2000 Rp 1.000.000,00.
BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN
PEBRUARI 2001 SEBESAR Rp 1.000.000,00

- APABILA BULAN SEPTEMBER 2000 DITERBITKAN KEPUTUSAN


PENGURANGAN ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA
ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER 2000 S.D DESEMBER
2000 MENJADI NIHIL

- BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2001 DAN


PEBRUARI 2001 YAITU NIHIL
ANGSURAN PPh PASAL 25 APABILA DALAM TAHUN BERJALAN DITERBITKAN SKP
UNTUK TAHUN PAJAK YANG LALU
Pasal 25 ayat (4)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN SKP TAHUN PAJAK YANG


LALU,
BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN SKP

CONTOH :

- BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPH 2000, BESARNYA ANGSURAN PAJAK RP.


1.250.000,00
- JUNI 2001 DITERBITKAN SKP TAHUN 2000 MENGHASILKAN ANGSURAN SETIAP
BULAN RP. 2.000.000,00

* ANGSURAN PAJAK MULAI JULI 2001 SEBESAR Rp 2.000.000,00


ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK


BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR

SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH LEWAT


BATAS WAKTU YG DITENTUKAN

WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN


ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh

TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP


Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

 Penghasilan Neto 2009 Rp 120.000.000


 Sisa kerugian Rp 140.000.000
 Sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasikan di tahun 2010 Rp 20.000.000
 Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:

– Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah


Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00
– PPh terutang tahun 2010 diestimasi sebesar :
– Tax rate x Rp 100.000.000,00 =Rp ??????
– Angsuran Bulanan ???
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

Mengingat penghasilan yang tidak


teratur belum tentu diterima lagi di
tahun berikutnya, maka penghasilan
yang dipakai sebagai dasar
penghitungan angsuran PPh Pasal 25
dalam tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan penghasilan
teratur
SPT PPh
WP Badan
SetorSPT
PENGISIAN danPPh
Lapor
TAHUNAN
Pasal 4 UU KUP

PENGISIAN SPT

 BENAR
 LENGKAP
 JELAS
 DITANDATANGANI :
 BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS

WP YANG WAJIB PEMBUKUAN, DILENGKAPI DGN LAP.


KEUANGAN (NERACA, LABA RUGI DAN KETERANGAN LAIN)
Setor dan Lapor

SPT Masa • Setor : Tgl 15 bln berikutnya


(PPh Ps. 25) • Lapor : Tgl 20 bln berikutnya

SPT • Setor : Sebelum Lapor


Tahunan • Lapor : Akhir April thn berikutnya
1771 INDUK 1771 INDUK

1771-I PENGHITUNGAN Ph. NETO FISKAL

RINCIAN HPP, BIAYA USAHA LAIN, BIAYA LUAR


1771-II
USAHA

1771-III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI

1771-IV Ph. FINAL & Ph YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

DAFTAR PEMEGANG SAHAM, PENGURUS,


1771-V
KOMISARIS
PENYERTAAN SAHAM, UTANG, PIUTANG PADA
1771-VI
PERUSAHAAN AFILIASI

Anda mungkin juga menyukai