= PPh TERUTANG
Rekonsiliasi
Fiskal *) Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan
5
STRUKTUR PENGHASILAN BADAN
PENGHASILAN
7
PENGHASILAN
Pasal 4 ayat (1) UU PPh
8
Klasifikasi Penghasilan
DIKENAKAN PAJAK SECARA UMUM
PASAL 4 AYAT (1)
9
Objek Pajak dengan Tarif Umum
Pasal 4(1) UU PPh
10
Objek Pajak dengan Tarif Umum
Pasal 4(1) UU PPh
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
juKeuntunganmlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
Premi asuransi, yang diterima perusahaan asuransi;
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas;
penghasilan dari usaha Tambahan kekayaan neto yang berasal
dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.’=> Pemeriksaan
Pajak
berbasis syariah;
imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara
perpajakan; dan 11
Contoh PPh Final (1)
No Jenis Tarif Dasar Pengenaan Ket.
Penghasilan (%)
12
Contoh PPh Final (2)
4 Penjualan saham di bursa efek 0,1 Jml bruto nilai transaksi PP 14/1997
penjualan.
0,5 Tambahan utk penjualan
saham pendiri.
5 Pengalihan atas tanah &/ bangunan 2,5 Nilai tertinggi antara nilai PP 34/2016
oleh WP OP & yayasan & pengalihan & NJOP PBB
organisasi sejenis.
6 Persewaan tanah &/ bangunan 10 Jml bruto nilai sewa PP 5/2002
7 Jasa konstruksi PP 51/2008
Pelaksana(kualifikasi usaha kecil) 2 Jumlah Imbalan Bruto
Pelaksana(tanpa kualifikasi usaha) 4 Jumlah Imbalan Bruto
Pelaksana(kualifiaksi menengah & 3 Jumlah Imbalan Bruto
besar)
Perencana & Pengawas (memiliki 4 Jumlah Imbalan Bruto
kualifikasi usaha)
Perencana & Pengawas (tanpa
6 Jumlah Imbalan Bruto
kualifikasi usaha)
13
PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL
Pasal 4 ayat (2) UU PPh
Konsekuensi :
penghasilan yang diterima atau diperoleh tidak dihitung
kembali pajaknya pada saat penghitungan pajak akhir tahun,
pajak yang telah dibayar atau dipotong pada saat perolehan
penghasilan atau saat transaksi tidak dapat dikreditkan dengan
pajak terutang yang dihitung pada saat penghitungan pajak
akhir tahun,
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan sebagai dasar penghitungan
pajak terutang.
14
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak (1)
Pasal 4 ayat (3) UU PPh
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau
disahkan Pemerintah;
serta
Harta hibahan yang diterima oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
Koperasi yang ditetapkan Menkeu; sepanjang tidak ada
hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan;
15
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak (2)
Dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
16
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak (3)
Dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
2. Dividen yang berasal dari luar negeri
Dividen yang berasal dari luar negeri dan penghasilan setelah pajak dari
suatu bentuk usaha tetap di luar negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak badan dalam negeri atau Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri, sepanjang diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung
kegiatan usaha lainnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam jangka waktu tertentu, dan memenuhi persyaratan berikut:
18
Penghasilan
Tidak Termasuk Objek Pajak (5)
Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura, berupa bagian laba dari pasangan usaha yang didirikan
dan menjalankan usaha di Indonesia, sepanjang perusahaan
pasangan usaha tersebut:
merupakan perusahaan kecil atau menengah atau yang
menjalankan usaha dalam sektor usaha yang ditetapkan Menkeu;
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
20
Menurut SAK
Expenses
BIAYA/BEBAN
Losses
21
Menurut Fiskal
DEDUCTIBLE
(Pasal 6 UU PPh)
BIAYA
NONDEDUCTIBLE
(Pasal 9 UU PPh)
22
BIAYA-BIAYA YANG DAPAT
DIKURANGKAN (Ps. 6 UU PPh)
BIAYA
23
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
SEKALIGUS
Pasal 9 ayat (2)
24
Apa Yang Dapat
diSusutkan/Diamortisasi ?
Aset Tetap Berwujud
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur
ekonomis) lebih dari satu tahun. Terhadap aset ini
diperkenankan untuk dilakukan alokasi pembebanan
biaya melalui penyusutan dan dibebankan sebagai
pengurang penghasilan bruto.
25
SAAT MULAI PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (3),(4) dan (5)
NILAI SETELAH
DILAKUKAN
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
26
Klasifikasi Aktiva Tetap
Permanen
Bangunan
Tidak Permanen
Aktiva Tetap
I
II
Bukan Bangunan
III
IV 27
Metode Penyusutan
Garis Lurus (Straight Line)
Bangunan dan Bukan Bangunan
Saldo Menurun (Declining Balance)
Bukan Bangunan
28
Tabel Penyusutan Fiskal
.
KEL. HARTA MASA TARIF PENYUSUTAN
BERWUJUD MAN- GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT
1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
PERMANEN 20 THN 5 %
TDK PERMANEN 10 THN 10 %
29
Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal (1)
30
Langkah-langkah Menghitung Penyusutan Fiskal (2)
31
AMORTISASI
Pasal 11A ayat (1)
METODE METODE
GARIS LURUS SALDO
MENURUN
PADA AKHIR
MASA MANFAAT
DIAMORTISASI
SEKALIGUS
(CLOSED ENDED)
32
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
TARIF BERDASARKAN KELOMPOK
HARTA ATAU DIBEBANKAN
1. BIAYA PENDIRIAN
SEKALIGUS PADA TAHUN
2. BIAYA PERLUASAN MODAL
TERJADINYA PENGELUARAN
34
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (1)
1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
35
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (2)
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang
dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan
36
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (3)
37
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (4)
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan
syarat:
telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
38
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (5)
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
10. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
39
Biaya yang diperbolehkan menjadi
pengurang penghasilan (6)
12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
14. biaya penggantian atau imbalan yang diberikan
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
15. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan
biaya-biaya di atas didapat kerugian, kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai
dengan 5 (lima) tahun.
40
BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
(Pasal 9 UU PPh)
41
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)
(Dihapus)
PENGGANTIAN/ IMBALAN PEKERJAAN/JASA YG DIBERIKAN DALAM
BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN KECUALI
• PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN BAGI SELURUH PEGAWAI;
• DI DAERAH TERTENTU (Daerah terpencil)
• DAN YANG BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN PEKERJAAN YANG
DITETAPKAN KEPMENKEU 42
PENGELUARAN YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)
44
Penghitungan PPh Badan
LABA FISKAL DIKURANGI KOMPENSASI KERUGIAN
= PPh TERUTANG
48
REKONSILIASI FISKAL
Laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan
komersil, masing-masing menggunakan pedoman
yang berbeda. Sehingga menimbulkan beberapa
perbedaan, seperti :
49
REKONSILIASI FISKAL
50
TARIF PAJAK
51
TARIF WP BADAN
s/d 2008:
Tahun 2009
Tarif tunggal sebesar 28%
52
TARIF WP BADAN
Tahun 2022
Tarif tunggal sebesar 20%
53
TARIF WP PERSEROAN TERBUKA
pasal 17 ayat 2b
55
Sep 4, 2023 55
CONTOH 1
56
09/04/23 56
CONTOH 2
Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2021 sebesar Rp30.000.000.000,00
dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00.
1.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00
2.Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00
58
INVENTORY COSTING
PSAK 14
Specific Identification
FIFO
LIFO
WEIGHTED AVERAGE
UU PPh
FIFO
AVERAGE
59
PERLAKUAN PERPAJAKAN
TERHADAP BIAYA TERTENTU (2)
Bunga (SE-46/PJ.04/1995)
• Apabila terdapat penempatan deposito atau tabungan yang
dananya langsung atau tidak langsung berasal dari dana
pinjaman yang dibebani bunga, maka
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya atau
lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito atau
tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai biaya
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dibanding jumlah rata-rata
deposito atau tabungan, maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga atas selisih antara
jumlah rata-rata pinjaman dengan jumlah rata-rata deposito atau
tabungan.
– Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun = Rp 150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun = Rp 40.000.00000
Bunga pinjaman seluruhnya = Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya = {(150 juta - 40
juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.
60
Biaya Entertainment
SE-27/PJ.22/1986
• Benar-benar dikeluarkan dan ada
hubungannya dengan kegiatan
usaha wajib pajak;
• Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat:
– nomor urut,
– tanggal dan jenis entertainment,
– nama tempat,
– alamat,
– jumlah,
– nama relasi,
– posisi,
– nama perusahaan,
– jenis usaha.
Selisih Kurs Mata Uang
Asing
Pasal 6 (1) huruf e
• Kerugian selisih kurs merupakan
biaya (deductible expense);
• Selisih kurs karena fluktuasi :
– Apabila wajib pajak membukukan
transaksi yang bersangkutan dengan
kurs tetap, maka selisih kurs diakui
pada saat terjadi realisasi pembayaran.
– Apabila wajib pajak membukukan
transaksi yang bersangkutan dengan
kurs tengah BI (kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun), maka
selisih kurs diakui pada akhir
tahun.*Wajib Pajak harus
menggunakan metode di atas secara
taat azas.
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan
Keputusan Dirjen Pajak - KEP - 220/PJ./2002
• PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa: Biaya Rutin 50%
• KENDARAAN SEDAN
– Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan
Kelompok II 50%
– Biaya Pemeliharaan: Biaya Rutin 50%
63
Biaya Perolehan Software
Keputusan Dirjen Pajak - KEP - 316/PJ./2002
64
PELUNASAN PPh
DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3)
MERUPAKAN
ANGSURAN PAJAK
YANG BOLEH
- DILAKUKAN SETIAP DIKREDITKAN
BULAN, ATAU TERHADAP PPh
YANG TERUTANG
UNTUK TAHUN
- MASA LAIN YANG
PAJAK YBS
DITETAPKAN OLEH KECUALI
MENTERI PEMBAYARAN PPh
KEUANGAN YANG BERSIFAT
FINAL
65
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
Besarnya Kredit Pajak Luar
Negeri
Penghaslan Neto LN
X PPh Terutang
Pengh Kena Pajak
67
CONTOH
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
• PT Dularif berdomisili di Jakarta melakukan kegiatan
usaha DENGAN OMZET 4,8M memperoleh
penghasilan neto dalam tahun 2015 adalah sbb :
– Penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp
800.000.000.
– Di Singapura memperoleh penghasilan berupa
deviden sebesar Rp200.000.000, dimana PPh yang
dibayar di Singapura sebesar Rp40.000.000
– Di Vietnam memperoleh penghasilan berupa Bunga
sebesar Rp 600.000.000, dimana PPh yang dibayar
sebesar Rp 60.000.000
– Di Malaysia menderita kerugian (rugi neto) sebesar
Rp 500.000.000
– Tidak ada kompensasi kerugian tahun sebelumnya.
• Hitung kredit pajak PPh pasal 24 !
68
ANGSURAN PAJAK
DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)
BESAR ANGSURAN
PPh PASAL 25 SETIAP BULAN
DIKURANGI
70
ANGSURAN BULANAN
UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 25 ayat (2)
CONTOH :
CONTOH :
Dibagi 12
74
ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN
WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR
Dibagi 12
75
PPh Pasal 25 :
WP Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur
Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau
diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun
pajak, yang bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan,
harta dan atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
Tidak termasuk dalam penghasilan teratur adalah keuntungan selisih
kurs dari utang/piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari
pengalihan harta (capital gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan
dari kegiatan usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang bersifat
insidentil
76
KREDIT PAJAK BAGI
WP DALAM NEGERI DAN BUT
Pasal 28 ayat (1) dan (2)
PAJAK YANG TERUTANG DIKURANGI DENGAN
KREDIT PAJAK TAHUN YANG BERSANGKUTAN
KREDIT PAJAK :
a. PPh YG DIPUNGUT
PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG
PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL) Rp 5.000.000,00
c. KREDIT PPh
LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 24)
d. DIBAYAR SENDIRI
OLEH WP (PPh PSL 25) Rp 10.000.000,00
JUMLAH PPh YG
DPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000,00)
PAJAK TERUTANG
PADA SUATU TAHUN PAJAK
LEBIH KECIL DARI
JUMLAH KREDIT PAJAK
SETELAH
DILAKUKAN
PEMERIKSAAN
79
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PPh
PADA AKHIR TAHUN PAJAK
Pasal 29
PAJAK TERUTANG
UNTUK SATU TAHUN PAJAK
LEBIH BESAR DARI
JUMLAH KREDIT PAJAK
KEKURANGAN
PAJAK YANG TERUTANG
HARUS DILUNASI
SELAMBAT-LAMBATNYA
80