Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rezki Febriansyah Matakulia : Perpajakan

h
NPM : 20602060009 Dosen : Ruslaini, M.Esy
Prodi : Ekonomi Syariah (B) Tugas : Rangkuman Materi 10 & 11

MATERI 10 : KONSEP DASAR PENGHASILAN (PPH)


 Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada suatu penghasilan yang berasal dari wajib pajak. Penghasilan
yang dimaksud meliputi usaha, gaji, hadiah, honorarium, dan lain sebagainya.
 Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Dalam
perkembangannya, udang-undang ini telah mengalami 4 (empat) kali perubahan, yaitu:
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991
• Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
 Pajak penghasilan di kategorikan menjadi 2, yaitu:
• PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi,
 PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan
 Dalam Pasal 17 ayat (1) UU HPP bahwa besarnya tarif pajak yang berlaku bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri (PPh 21) adalah sebagai berikut:
• 5% untuk penghasilan tahunan sampai dengan Rp 60.000.000.
• 15% untuk penghasilan diatas Rp 60.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000.
• 25% untuk penghasilan di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000.
• 30% untuk penghasilan di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.0000.0000
• 35% untuk penghasilan di atas Rp 5.000.000.000
• Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP dikenakan dengan tarif yang lebih tinggi.
 Penyetoran pajak penghasilan harus disetor paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Sedangkan pembayarannya paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
 Secara garis besar, objek pajak penghasilan di sini akan mengarah pada jenis-jenis PPh yang menjadi kewajiban
wajib pajak, yakni:
a. Penghasilan sebagai objek pajak
1. Penggantian atau imbalan
2. Hadiah
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5. Penerimaan kembali
6. Bunga
7. Dividen
8. Royalti
9. Sewa
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran
16. penghasilan yang belum dikenakan pajak
17. Penghasilan dari usaha berbasis industry
18. Imbalan bunga
19. Surplus Bank Indonesia
b. Penghasilan yang Dikenakan PPh Final
1. Penghasilan berupa bunga deposito
2. Penghasilan berupa hadiah
3. Penghasilan dari transaksi saham
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta
5. penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
 Subjek PPh adalah orang atau pihak yang bertanggungjawab atas pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun pajak maupun bagian tahun pajak.
 Subjek pajak penghasilan artinya orang yang harus membayar pajak penghasilan dan disebut sebagai Wajib Pajak
(WP). Status sebagai WP ini ditetapkan dengan cara yang bersangkutan mendaftarkan diri terlebih dahulu ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
 Merujuk pada UU PPh, subjek pajak penghasilan terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:
1. Subjek PPh Orang Pribadi
2. Subjek PPh OP Dalam Negeri
3. Subjek PPh OP Luar Negeri
4. Subjek PPh Warisan yang belum terbagi
5. Subjek PPh Badan
6. Subjek PPh Badan Usaha Tetap (BUT)

MATERI 11 : PENCATATAN DAN PEMBUKUAN BAGI WAJIB PAJAK


 Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba
rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
 Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan 
1. Wajib Pajak Badan
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang
Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus
juta rupiah).
 Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan 
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam
satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta rupiah), dapat menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur
Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan;
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
 Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan
1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP
setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
 Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pencatatan 
1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain:
a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh;
b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.
2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan harus menggambarkan
secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan
atas harta dan kewajiban.
 Tujuan Pembukuan/Pencatatan 
1. Untuk Mempermudah Pengisian SPT
2. Untuk Mempermudah Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
3. Untuk Mempermudah Penghitungan PPN Dan Ppnbm
4. Untuk Mempermudah Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan
usaha/pekerjaan bebas.

Anda mungkin juga menyukai