Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Putu Ragil Diah Purnamasari

NIM : 2007341018

Kelas : Perpajakan 1

Tanggal : Kamis, 7 April 2022

1. Subjek Pajak Penghasilan adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pajak
penghasilan yang berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
tahun pajak atau bagian tahun pajak. Subjek Pajak Penghasilan akan dikenakan pajak
penghasilan apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek Pajak
Penghasilan yang harus membayar pajak penghasilan disebut Wajib Pajak. Untuk
menjadi Wajib Pajak, maka Subjek Pajak Penghasilan harus mendaftarkan diri ke
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi domisili dari Subjek Pajak
Penghasilan tersebut untuk memperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

2. Yang Wajib Mendaftarkan Diri Untuk Memperoleh NPWP


 Orang Pribadi, wanita yang sudah menikah pun akan dikenai pajak secara
terpisah dikarenakan : Memiliki kehidupan yang terpisah berdasarkan
keputusan dari hakim. Adanya penghendakan secara tertulis berdasarkan dari
perjanjian pada pemisahan penghasilan dan harta. Memilih dalam
melaksanakan hak dan juga memenuhi semua kewajiban pajaknya yang
dilakukan secara terpisah dari suami walaupun tidak terdapat adanya
perjanjian dari pemisahan penghasilan dan harta.
 Wajib Pajak Badan, yang mana memiliki kewajiban dalam perpajakan sebagai
yang membayarkan pajak, memotong dan memungut pajak yang disesuaikan
dengan peraturan Undang-Undang perpajakan.
 Wajib Pajak Badan, yang mana hanya memiliki kewajiban dalam perpajakan
sebagai yang memotong atau memungut pajak yang disesuaikan dengan
ketentuan peraturan Undang-Undang perpajakan.
 Bendahara yang mana ditunjuk sebagai yang memotong atau memungut pajak
yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan Undang-Undang perpajakan.
 Wajib Pajak Pribadi, selain semua yang disebutkan diatas dan dapat memilih
mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3. Kewajiban Perpajakan
 Kewajiban untuk mendaftarkan diri
Salah satu hak dan kewajiban Wajib Pajak yang utama adalah
mendaftaran dirinya atau usahanya untuk mendapatkan NPWP.
 Kewajiban untuk memberi data
Wajib Pajak diwajibkan untuk memberikan informasi yang berhubungan
dengan aspek perpajakan yang akan dilakukan kepada DJP.
 Kewajiban untuk melakukan pembayaran, pelaporan, pemungutan atau
pemotongan pajak
Wajib Pajak diharuskan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
pajak terutangnya sesuai dengan ketentuan perpajakan.
 Kewajiban Pemeriksaan
Wajib Pajak yang tidak patuh dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya, maka wajib untuk memenuhi panggilan untuk menghadiri
pemeriksaan, memberikan izin untuk memasuki ruangan atau tempat yang
dirasa perlu untuk diperiksa, dan memberikan keterangan apabila
diperlukan.

4. Subjek Pajak Dalam Negeri


Kategorisasi ini didasarkan pada domisili pendiriannya atau seberapa lamanya
suatu aktivitas bisnis bersangkutan dilakukan di Indonesia. Siapa saja yang dapat
dikatakan sebagai subjek perpajakan dalam negeri? Subjek perpajakan dalam
negeri dapat termasuk orang perorangan, badan usaha, dan warisan yang belum
dibagikan. Apabila orang perorangan lahir di wilayah Indonesia atau telah
tinggal menetap selama lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu selama 12 bulan atau 1 tahun, atau berniat tinggal lebih lama, maka
dapat disebut sebagai subjek pajak dalam negeri.
Subjek Pajak Luar Negeri
Siapa sajakah subjek yang termasuk dalam subjek perpajakan luar negeri? Subjek
perpajakan luar negeri mencakup orang pribadi yang memang tidak bertempat
tinggal di Indonesia alias tinggal di luar negeri. Ketentuan pokoknya adalah
orang pribadi yang berada atau singgah di wilayah Indonesia, namun tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Bagi badan usaha tetap,
ketentuannya adalah badan usaha tersebut tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia namun menjalankan usaha atau kegiatan bisnis di
wilayah Indonesia.
Perbedaan yang mendasar dan penting di antara kedua subyek pajak dalam negeri
dan luar negeri terletak pada pemenuhan kewajiban pajaknya, di antara lain:
a. Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan, baik yang
diterima maupun diperoleh dari Indonesia atau dari luar negeri. Sementara
itu, subyek pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang
berasal dari sumber penghasilan yang ada di Indonesia.
b. Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
neto dengan tarif pajak umum. Sementara itu, subjek luar negeri dikenakan
pajak terutang berdasarkan pada penghasilan bruto dengan pengenaan tarif
sepadan alias tarif tunggal terhadap seluruh objek pajak berapa pun nilai yang
terkandung.
c. Subjek perpajakan dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang berguna sebagai sarana untuk
menetapkan besar pajak yang terutang dalam satu tahun pajak tertentu.
Sementara itu, bagi subjek luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) karena kewajiban
perpajakannya telah dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

5. Karakteristik Pajak Penghasilan:


a. Tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam
penghitungan PPh pada SPT Tahunan
b. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan
c. PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain sehubungan
dengan penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan

6. Subjek Pajak Orang Pribadi Yang Dapat Dikecualikan Dari Pengenaan Pajak
 Kantor perwakilan negara asing
  Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
 Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
 Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud
pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.

7. Perbedaan SPT 1770, 1770S dan 1770SS


 SPT 1770
Formulir SPT ini dikhususkan untuk Anda Wajib Pajak Perorangan yang
sumber penghasilannya dari usaha atau pekerjaan bebas, berbeda degan
formulir 1770S dan 1770SS yang harus mencantumkan syarat pemasukan
utama dari satu atau lebih sumber. Pekerjaan bebas yang dimaksud adalah,
jika anda berprofesi sebagai dokter, konsultan dan pekerjaan bebas lainnya
yang membutuhkan keahlian khusus. Selain itu juga apabila anda bekerja pada
lebih dari satu pemberi kerja, memiliki penghasilan yang dikenakan PPh final,
memiliki penghasilan dalam negeri dan penghasilan luar negeri lain misalnya
seperti bunga dan royalti maka anda dapat menggunakan formulir
1770.NSelain keterangan diatas, formulir ini dapat digunakan untuk Anda
yang mungkin tidak bekerja sama sekali dalam artian tidak memiliki
penghasilan. Dengan kondisi seperti ini, maka isikan jumlah 0 pada kolom
penghasilan, kemudian disertai dengan lampiran surat pernyataan yang
menjelaskan bahwa Anda benar-benar tidak memiliki penghasilan apapun
dengan tanda tangan diatas materai.

 SPT 1770S
Formulir SPT ini dikhususkan untuk Anda Wajib Pajak Perorangan dengan
penghasilan lebih dari Rp 60 juta/tahun. Formulir ini juga digunakan untuk
anda yang memiliki sumber penghasilan dari dua tempat kerja dalam masa
satu tahun pajak. Apabila salah satu dari kedua kondisi ini Anda alami, maka
Anda bisa melaporkan SPT dengan menggunakan formulir 1770S. Misalnya
Anda hanya bekerja pada satu perusahaan saja dalam satu tahun terakhir,
tetapi Anda menerima penghasilan lebih dari Rp 60 juta/tahun, maka untuk
pelaporan SPT Anda harus menggunakan formulir 1770S. Pada kondisi lain,
apabila Anda bekerja pada beberapa perusahaan sekaligus, baik sebagai
pekerja tetap maupun pekerja bebas, tetapi penghasilan Anda di bawah angka
Rp 60 juta/tahun, maka Anda juga wajib melaporkan SPT Anda dengan
formulir ini. Selama Anda mendapat penghasilan yang berasal lebih dari satu
sumber, maka formulir 1770S yang harus Anda gunakan. Formulir SPT ini
memiliki dua lampiran. Anda diwajibkan mengisi lampiran ini dengan benar
dan sesuai kenyataan, meliputi bukti potong pajak, jumlah anggota keluarga,
jumlah data penghasilan dan beberapa hal lainnya.
 SPT 1770SS
Formulir SPT ini dikhususkan untuk Anda Wajib Pajak Perorangan dengan
penghasilan kurang dari Rp 60 juta/tahun. Perlu diingat, formulir ini
digunakan untuk Wajib Pajak yang hanya bekerja pada satu perusahaan atau
memiliki penghasilan dari satu perusahaan. Formulir ini bisa digunakan
apabila kedua hal tersebut terpenuhi, ditambah dengan minimal masa kerja
satu tahun. Perlu diketahui, bahwa terdapat penghasilan lain yang bisa
dimasukkan dalam pengisian formulir ini misalnya bunga bank atau bunga
koperasi. Dalam pengisiannya, formulir 1770SS merupakan formulir yang
lebih sederhana daripada kedua formulir lain karena hanya memindahkan data
yang sudah ada pada bukti potong 1721-A1 untuk Pegawai Swasta atau 1721-
A2 untuk Pegawai Negeri Sipil

8. Mengenai hal ini diatur dalam ketentuan PER-30/PJ/2017, di mana suami dan
istri memutuskan untuk melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
secara tertulis (PH) atau istri memilih untuk menjalankan kewajiban
perpajakannya sendiri (MT).Maka pasangan tersebut wajib membuat dan
melampirkan penghitungan pajak PPh berdasarkan penggabungan penghasilan
neto masing-masing menggunakan lembar penghitungan PPh terutang dan wajib
menggunakan Formulir 1770 atau 1770 S beserta lampiran-lampirannya.
 KK: Kepala Keluarga
Jika suami istri tidak menginginkan melaksanakan hak & kewajiban
perpajakan secara terpisah. Istri boleh memakai NPWP suami sebagai
kepala keluarga.
 HB: Hidup Berpisah
Jika suami istri berdasarkan putusan hakim hidup berpisah, maka hak &
kewajiban pajaknya terpisah.
 PH: Pisah Harta
Jika suami istri ada perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, maka hak
& kewajiban pajaknya terpisah.
 MT: Memilih Terpisah
Jika suami istri menginginkan untuk melakukan hak & kewajiban
pajaknya secara sendiri-sendiri.

9. Untuk penghasilan suami dan istri yang dikenakan pajak secara terpisah, yaitu
berdasarkan dengan syarat dan kebijakan seperti berikut:
 Suami dan istri telah hidup berpisah berdasarkan dengan keputusan hakim
 Suami dan istri menghendaki adanya perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan secara tertulis
 Dengan keputusan pribadi, istri menghendaki untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri
Untuk penerapan dalam ketentuan suami dan istri yang menghendaki perjanjian
pemisahan harta serta kehendak istri sendiri yang menginginkan untuk
menjalankan perpajakannya sendiri, maka besarnya pajak yang harus dilunasi
oleh masing-masing dari suami dan istri tersebut dapat dihitung sesuai dengan
perbandingan penghasilan neto mereka. Pada intinya, penghasilan neto yang
dikenakan pajak adalah berdasarkan dengan penggabungan penghasilan neto dari
suami dan istri yang dilihat dari perbandingan penghasilan neto masing-masing
pihak. Dalam kaitan adanya perjanjian pemisahan harta dalam pernikahan, maka
kedua belah pihak, yaitu suami dan istri sepakat untuk benar-benar memisahkan
segala harta, utang, dan penghasilan yang didapatkan oleh masing-masing pihak,
baik yang diperoleh sebelum maupun setelah menikah, sehingga nantinya apabila
terjadi perceraian atau hidup berpisah antar pasangan suami istri ini tidak akan
ada yang namanya harta gono-gini (pembagian harta yang didapat setelah
pernikahan). Dan perlu diingat juga bahwa suami dan istri yang telah sepakat
untuk melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan secara terpisah sesuai
dengan 3 kriteria kebijakan yang telah disebutkan sebelumnya, maka diwajibkan
bagi masing-masing pihak suami dan istri harus mendaftarkan diri kembali untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sehingga suami dan istri
mendapatkan NPWP yang berbeda dan bukan merupakan NPWP keluarga.
Apabila dalam keluarga atau pernikahan antara suami dan istri tidak memiliki
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan, maka istri dapat mendaftarkan
dirinya untuk NPWP dan diberikan NPWP keluarga. Dalam kasus ini, NPWP
yang didapatkan oleh istri sama dengan NPWP yang didapatkan oleh suami,
tetapi hanya berbeda pada tiga digit terakhir pada masing-masing NPWP.
Sedangkan, apabila antara suami dan istri terdapat perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan, maka istri wajib untuk mendaftarkan dirinya juga untuk
memperoleh NPWP dan akan diberikan NPWP yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh suaminya karena berdasarkan dengan kebijakan yang ada dalam
perpajakan, suami dan istri tersebut telah dianggap sebagai dua individu yang
berbeda.

10. UU PPh yang sama dengan Pasal 8 juga menyebutkan: “Sistem pengenaan pajak
berdasarkan Undang-Undang ini menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan
ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga
digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan
kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga. Akan tetapi, dalam kasus
tertentu pemenuhan kewajiban pajak tersebut dilakukan secara terpisah. Anak
yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah belum dapat melakukan
pembayaran pajak. Oleh karena itu, penghasilan sesorang yang dibawah 18 tahun
tersebut akan di gabungkan dengan orang tua nya ibu atau ayahnya, kemudian
akan dihitung jumlah pajak terhutangnya. Apabila seorang anak belum dewasa,
tetapi orangtuanya telah berpisah, menerima atau memperoleh penghasilan,
pengenaan pajaknya digabungkan dengan penghasilan ayah atau ibunya
berdasarkan keadaan sebenarnya. Bedasarkan hal diatas, apabila seseorang
memenuhi syarat secara subjektif perpajakan ataupun objektif perpajakan maka,
wajib untuk melakukan atau menunaikan perpajakanny Apabila orang tersebut
masih belum ianggap dewasa dan tidak boleh melakukan suatu perbuatan hukum,
maka yang akan diwakili oleh orang tuanya sebagaimana yang diatur dalam UU
PPh.

Anda mungkin juga menyukai