“KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Subjek Pajak,NPWP,Pengukuan PKP,dan SPT”
Pengertian
Subjek pajak adalah orang pribadi maupun badan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku di Indonesia,
Subjek pajak di Indonesia terbagi menjadi 4 jenis , yaitu :
1. Orang pribadi
o perseorangan yang tinggal atau tidak tinggal di Indonesia baik warga negara Indonesia (WNI) atau
warga negara asing (WNA) tetapi memiliki penghasilan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan di
Indonesia
2. Badan (Perusahaan)
o semua badan yang berdiri dan berkembang di Indonesia kecuali badan badan yang bersifat tidak
komersial dan badan yang pembiayaannya berasal dari APBD atau APBNDalam undang undang ini
bentuk usaha tetap ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri terpisah dari badan
o harta warisan dari pewaris yang harus dibayarkan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum mereka
membagi baginya. Kewajiban pajak bagi ahli waris dimulai saat timbulnya warisan yang belum terbagi
tersebut dan berakhir pada saat warisan tersebut sudah terbagi
o bentuk usaha pribadi dari orang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia seperti WNA atau WNI
belum lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan berada di Indonesia dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia. BUT dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor
perwakilan, gedung, pabrik, bengkel, gudang dan lain lain
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
PER-43/PJ/2011 (ditetapkan dan berlaku sejak 28 Desember 2011) tentang penentuan Subjek Pajak Dalam
Negeri dan Luar Negeri
Pembagian dan Penentuan pajak di Indonesia
a) Subjek Pajak dalam Negeri
Subjek perpajakan dalam negeri dapat termasuk orang perorangan, badan usaha, dan warisan yang belum
dibagikan. Apabila orang perorangan lahir di wilayah Indonesia atau telah tinggal menetap selama lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu selama 12 bulan atau 1 tahun, atau berniat tinggal
lebih lama, maka dapat disebut sebagai subjek pajak dalam negeri.
b) Subjek Pajak luar Negeri
Subjek perpajakan luar negeri mencakup orang pribadi yang memang tidak bertempat tinggal di Indonesia alias
tinggal di luar negeri. Ketentuan pokoknya adalah orang pribadi yang berada atau singgah di wilayah Indonesia,
namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Bagi badan usaha tetap, ketentuannya adalah
badan usaha tersebut tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia namun menjalankan usaha
atau kegiatan bisnis di wilayah Indonesia.
Apa perbedaan subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri ??
1 Subjek pajak dalam negeri dikenai pajak atas subjek pajak luar negeri dikenai pajak
penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari hanya atas penghasilan yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia sumber penghasilan di Indonesia.
2 Subjek pajak dalam negeri dikenai pajak subjek pajak luar negeri dikenai pajak
berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif umum. berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif
(PPh) pasal 21 wajib pajak orang pribadi. pajak sepadan alias tarif tunggal terhadap
semua objek pajak berapapun nilainya.
3 Subjek pajak dalam negeri wajib menyampaikan subjek pajak luar negeri tidak
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak menyampaikan SPT pajak penghasilan
penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan karena kewajiban pajaknya dipenuhi
pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. melalui pemotongan pajak yang bersifat
final.
Tarif pajak penghasilan menurut PPh 21 wajib pajak orang pribadi, yaitu:
Tarif pajak penghasilan menurut Pasal 17 ayat 1 (UU. No 7 Tahun 2021) wajib pajak badan usaha, yaitu :
• PPh pengusaha perorangan (UMKM) tarif pajak final dari 0,5% (PP No. 23 Tahun 2018) menjadi 0% jika
penghasilan bruto selama 1 tahun sampai dengan Rp. 500.000.000
• PPh badan perubahan tarif tahun 2022 dari 20% Kembali menjadi 22%
■ MENURUT ketentuan PPh Pasal 26, wajib pajak dalam negeri yang melakukan transaksi pembayaran
kepada wajib pajak luar negeri akan dikenakan pajak dengan tarif umum sebesar 20%
Menurut pasal 3 uu nomor 36 tahun 2008 yang bukan subjek pajak ,antara lain :
1. Kantor perwakilan negara asing
3. Organisasi-organisasi internasional
NPWP
Pengertian
NPWP(Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban
Fungsi NPWP
■ menurut jenderal pajak Ketika wajib pajak sudah memenuhi persyaratan subjektif dan persyaratan objektif
maka harus mendaftarkan NPWP. Jika wajib pajak tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
maka akan dikenakan sanksi perpajakan.
■ NPWP wajib untuk orang pribadi dan badan usaha sehingga memiliki jangka waktu untuk pendaftarannya.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas da Wajib Pajak
badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan pekerjaan
bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling lama pada akhir bulan
berikutnya.
Tujuan NPWP
No Penerima Tujuan
1. NPWP orang pribadi NPWP pribadi digunakan untuk melaporkan penghasilan pribadi dan
membayar pajak penghasilan.
2. NPWP badan usaha NPWP badan usaha digunakan untuk melaporkan penghasilan bisnis dan
membayar pajak badan
Manfaat npwp
1) Memenuhi Kewajiban Pajak: NPWP diperlukan untuk mematuhi kewajiban perpajakan di Indonesia. Semua
orang atau entitas yang memiliki pendapatan yang dapat dikenakan pajak diwajibkan memiliki NPWP dan
menggunakan nomor ini saat melaporkan dan membayar pajak.
2) Legitimasi Transaksi Bisnis: NPWP digunakan dalam berbagai transaksi bisnis, terutama dalam konteks bisnis
dan perpajakan. Banyak perusahaan, baik lokal maupun asing, meminta NPWP sebagai salah satu persyaratan
untuk melakukan bisnis dengan mereka.
3) Mengakses Fasilitas Perbankan: Banyak lembaga keuangan memerlukan NPWP saat Anda membuka rekening
bank atau melakukan transaksi keuangan yang signifikan. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pelanggan dan memastikan kepatuhan pajak.
4) Mendapatkan Insentif Perpajakan: Beberapa program perpajakan, seperti pengurangan pajak atau insentif
perpajakan tertentu, mungkin hanya tersedia bagi individu atau entitas yang memiliki NPWP yang sah.
5) Menghindari Sanksi Pajak: Tidak memiliki NPWP atau menggunakan NPWP palsu atau tidak sah dapat
mengakibatkan sanksi perpajakan. Memiliki NPWP yang sah dan menggunakannya dengan benar adalah cara
untuk menghindari masalah perpajakan.
6) Meningkatkan Kepatuhan Pajak: NPWP membantu meningkatkan kesadaran perpajakan dan mendorong
individu dan perusahaan untuk mematuhikewajiban pajak mereka. Hal ini penting untuk mendukung
perekonomian negara dan pembiayaan program pemerintah.
7) Mengakses Layanan Pemerintah: Di Indonesia, NPWP juga digunakan untuk mengakses layanan pemerintah
tertentu, seperti mendapatkan surat izin usaha, mengikuti tender pemerintah, atau mengajukan proposal proyek.
8) Mendukung Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik: Pajak yang diterima oleh pemerintah melalui
NPWP digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur, pendidikan, layanan kesehatan, dan berbagai
program pelayanan publik lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dengan demikian, NPWP bukan hanya alat identifikasi pajak, tetapi juga berperan dalam menjaga kewajiban
perpajakan, mendukung perekonomian, dan memberikan akses kepada berbagai layanan dan fasilitas.\
No Sanksi Denda
1 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Rp. 500.000,00
3 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Rp. 1.000.000,00
Pajak badan
4 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Rp. 100.000,00
Pajak orang pribadi
Kesengajaan
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara
• Sanksinya akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
• Pidana tersebut ditambahkan I (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.