Anda di halaman 1dari 9

Resume ppt teori perpajakan

“KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Subjek Pajak,NPWP,Pengukuan PKP,dan SPT”

 Pengertian
Subjek pajak adalah orang pribadi maupun badan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku di Indonesia,
 Subjek pajak di Indonesia terbagi menjadi 4 jenis , yaitu :

1. Orang pribadi
o perseorangan yang tinggal atau tidak tinggal di Indonesia baik warga negara Indonesia (WNI) atau
warga negara asing (WNA) tetapi memiliki penghasilan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan di
Indonesia
2. Badan (Perusahaan)

o semua badan yang berdiri dan berkembang di Indonesia kecuali badan badan yang bersifat tidak
komersial dan badan yang pembiayaannya berasal dari APBD atau APBNDalam undang undang ini
bentuk usaha tetap ditentukan sebagai subjek pajak tersendiri terpisah dari badan

3. Warisan yang belum dibagi

o harta warisan dari pewaris yang harus dibayarkan terlebih dahulu oleh ahli waris sebelum mereka
membagi baginya. Kewajiban pajak bagi ahli waris dimulai saat timbulnya warisan yang belum terbagi
tersebut dan berakhir pada saat warisan tersebut sudah terbagi

4. Dan Bentuk usaha tetap (BUT)

o bentuk usaha pribadi dari orang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia seperti WNA atau WNI
belum lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan berada di Indonesia dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia. BUT dapat berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor
perwakilan, gedung, pabrik, bengkel, gudang dan lain lain

 Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
 PER-43/PJ/2011 (ditetapkan dan berlaku sejak 28 Desember 2011) tentang penentuan Subjek Pajak Dalam
Negeri dan Luar Negeri
Pembagian dan Penentuan pajak di Indonesia
a) Subjek Pajak dalam Negeri
Subjek perpajakan dalam negeri dapat termasuk orang perorangan, badan usaha, dan warisan yang belum
dibagikan. Apabila orang perorangan lahir di wilayah Indonesia atau telah tinggal menetap selama lebih dari
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu selama 12 bulan atau 1 tahun, atau berniat tinggal
lebih lama, maka dapat disebut sebagai subjek pajak dalam negeri.
b) Subjek Pajak luar Negeri
Subjek perpajakan luar negeri mencakup orang pribadi yang memang tidak bertempat tinggal di Indonesia alias
tinggal di luar negeri. Ketentuan pokoknya adalah orang pribadi yang berada atau singgah di wilayah Indonesia,
namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Bagi badan usaha tetap, ketentuannya adalah
badan usaha tersebut tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia namun menjalankan usaha
atau kegiatan bisnis di wilayah Indonesia.
Apa perbedaan subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri ??

No Subjek dalam negeri Subjek luar negeri

1 Subjek pajak dalam negeri dikenai pajak atas subjek pajak luar negeri dikenai pajak
penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari hanya atas penghasilan yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia sumber penghasilan di Indonesia.

2 Subjek pajak dalam negeri dikenai pajak subjek pajak luar negeri dikenai pajak
berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif umum. berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif
(PPh) pasal 21 wajib pajak orang pribadi. pajak sepadan alias tarif tunggal terhadap
semua objek pajak berapapun nilainya.

3 Subjek pajak dalam negeri wajib menyampaikan subjek pajak luar negeri tidak
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak menyampaikan SPT pajak penghasilan
penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan karena kewajiban pajaknya dipenuhi
pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. melalui pemotongan pajak yang bersifat
final.

Tarif pajak penghasilan menurut PPh 21 wajib pajak orang pribadi, yaitu:

Lapisan penghasilan kena pajak Tarif

Sampai dengan Rp.60.000.000 5%

Di atas Rp60.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%

Di atas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%

Di atas Rp500.000.000 sampai dengan Rp5.000.000.000 30%

Diatas Rp5.000.000.000 35%

Tarif pajak penghasilan menurut Pasal 17 ayat 1 (UU. No 7 Tahun 2021) wajib pajak badan usaha, yaitu :

• PPh pengusaha perorangan (UMKM) tarif pajak final dari 0,5% (PP No. 23 Tahun 2018) menjadi 0% jika
penghasilan bruto selama 1 tahun sampai dengan Rp. 500.000.000

• PPh badan perubahan tarif tahun 2022 dari 20% Kembali menjadi 22%

■ MENURUT ketentuan PPh Pasal 26, wajib pajak dalam negeri yang melakukan transaksi pembayaran
kepada wajib pajak luar negeri akan dikenakan pajak dengan tarif umum sebesar 20%

Apa saja yang bukan termasuk subjek pajak ??

Menurut pasal 3 uu nomor 36 tahun 2008 yang bukan subjek pajak ,antara lain :
1. Kantor perwakilan negara asing

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat

3. Organisasi-organisasi internasional

NPWP

 Pengertian

NPWP(Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban

 Fungsi NPWP

a) Sebagai tanda pengenal / identitas wajib pajak.

b) Untuk menjaga ketertiban pembayaran dan pengawasan administrasi perpajakan.

Kapan kita harus melakukan pendaftaran NPWP ??

■ menurut jenderal pajak Ketika wajib pajak sudah memenuhi persyaratan subjektif dan persyaratan objektif
maka harus mendaftarkan NPWP. Jika wajib pajak tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
maka akan dikenakan sanksi perpajakan.

■ NPWP wajib untuk orang pribadi dan badan usaha sehingga memiliki jangka waktu untuk pendaftarannya.

 Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas da Wajib Pajak
badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan

 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan pekerjaan
bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, wajib mendaftarkan diri paling lama pada akhir bulan
berikutnya.

Tujuan NPWP

No Penerima Tujuan

1. NPWP orang pribadi NPWP pribadi digunakan untuk melaporkan penghasilan pribadi dan
membayar pajak penghasilan.

2. NPWP badan usaha NPWP badan usaha digunakan untuk melaporkan penghasilan bisnis dan
membayar pajak badan

Manfaat npwp
1) Memenuhi Kewajiban Pajak: NPWP diperlukan untuk mematuhi kewajiban perpajakan di Indonesia. Semua
orang atau entitas yang memiliki pendapatan yang dapat dikenakan pajak diwajibkan memiliki NPWP dan
menggunakan nomor ini saat melaporkan dan membayar pajak.
2) Legitimasi Transaksi Bisnis: NPWP digunakan dalam berbagai transaksi bisnis, terutama dalam konteks bisnis
dan perpajakan. Banyak perusahaan, baik lokal maupun asing, meminta NPWP sebagai salah satu persyaratan
untuk melakukan bisnis dengan mereka.
3) Mengakses Fasilitas Perbankan: Banyak lembaga keuangan memerlukan NPWP saat Anda membuka rekening
bank atau melakukan transaksi keuangan yang signifikan. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pelanggan dan memastikan kepatuhan pajak.
4) Mendapatkan Insentif Perpajakan: Beberapa program perpajakan, seperti pengurangan pajak atau insentif
perpajakan tertentu, mungkin hanya tersedia bagi individu atau entitas yang memiliki NPWP yang sah.
5) Menghindari Sanksi Pajak: Tidak memiliki NPWP atau menggunakan NPWP palsu atau tidak sah dapat
mengakibatkan sanksi perpajakan. Memiliki NPWP yang sah dan menggunakannya dengan benar adalah cara
untuk menghindari masalah perpajakan.
6) Meningkatkan Kepatuhan Pajak: NPWP membantu meningkatkan kesadaran perpajakan dan mendorong
individu dan perusahaan untuk mematuhikewajiban pajak mereka. Hal ini penting untuk mendukung
perekonomian negara dan pembiayaan program pemerintah.
7) Mengakses Layanan Pemerintah: Di Indonesia, NPWP juga digunakan untuk mengakses layanan pemerintah
tertentu, seperti mendapatkan surat izin usaha, mengikuti tender pemerintah, atau mengajukan proposal proyek.
8) Mendukung Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Publik: Pajak yang diterima oleh pemerintah melalui
NPWP digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur, pendidikan, layanan kesehatan, dan berbagai
program pelayanan publik lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dengan demikian, NPWP bukan hanya alat identifikasi pajak, tetapi juga berperan dalam menjaga kewajiban
perpajakan, mendukung perekonomian, dan memberikan akses kepada berbagai layanan dan fasilitas.\

Sanksi jika tidak memiliki NPWP


a) Denda Keterlambatan Pendaftaran: Seseorang atau entitas yang memenuhi syarat untuk memiliki NPWP
dan tidak mendaftar dalam batas waktu yang ditentukan oleh peraturan perpajakan dapat dikenakan denda.
Besarnya denda ini bisa berbeda-beda.
b) Pembekuan Rekening Bank: Pemerintah dapat memberlakukan pembekuan rekening bank jika pemilik
rekening tidak memiliki NPWP atau NPWP tidak aktif. Dalam kasus ini, pemilik rekening tidak dapat
melakukan transaksi keuangan hingga masalah NPWP diselesaikan.
c) Denda Pajak Penghasilan yang Tidak Dideklarasikan: Jika seseorang atau entitas memiliki pendapatan yang
wajib dikenakan pajak tetapi tidak dideklarasikan dalam laporan pajak, mereka dapat dikenakan denda atas
jumlah pajak yang tidak dideklarasikan.
d) Sanksi Pidana: Dalam kasus yang sangat serius, penghindaran pajak yang signifikan atau penipuan pajak
dapat mengakibatkan sanksi pidana. Ini dapat mencakup hukuman penjara dan denda yang
signifikan.pidana paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun / denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak
terutang dan paling banyak 4 kali pajak yang terutang.
e) Penghentian Usaha: Bagi entitas hukum, tidak memiliki NPWP atau melanggar peraturan perpajakan dapat
mengakibatkan penghentian usaha atau bisnis tersebut.
f) Tidak Dapat Mengikuti Program Pemerintah: Seseorang atau entitas yang tidak memiliki NPWP mungkin
tidak dapat mengikuti program insentif perpajakan atau program pemerintah lainnya yang memerlukan
NPWP.
Penghapusan NPWP
 Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila :
1. Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau penggabungan usaha
3. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan.
4. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
5. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak yang sudah
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
Penghapusan NPWP dapat dilakukan dalam hal :
■ Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
■ Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selalamanya
■ Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP.
■ Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham atau pemilik dan
pegawai yang telah diberikan NPWP melalui Pemberi kerja / bendahara pemerintah dan penghasilan
netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
■ Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya.
■ Wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan
kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan
suaminya.
Pengukuhan PKP
■ Pengertian
PKP atau definisi Pengusaha Kena Pajak adalah wajib pajak perorangan atau badan yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) sesuai dengan Undang- Undang Nomor
42 Tahun 2009.
■ Fungsi PKP
1. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
2. Melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
3. Pengawasan administrasi perpajakan
Tempat pengukuhan PKP
Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP
pada:
 Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Ke Perpajakan yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
 Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal:
a) PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.
b) Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP termasuk PKP yang juml peredaran dan/atau penerimaan
bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi be jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk
Pengusaha Kecil.
c) PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di tempat lain
d) PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP.
Atas permohonan wajib pajak untuk melakukan pencabutan pengukuhan pkp maka Direktur Jendreal Pajak
akan melakukan pemeriksaan dan verifikasi dan harus memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 bulan
setelah permohonan diterima, jika setelah 6 bulan Direktur Jendral Pajak tidak memberi keputusan maka
permohonan pencabutan pengukuhan pkp diangaap dikabulkan.
Apa sanksi jika tidak melakukan pengukuhan pkp ?
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana
 Sanksinya dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda
paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
 Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan
SPT
 Pengertian
SPT adalah singkatan dari "Surat Pemberitahuan" yang umumnya digunakan dalam konteks pajak di Indonesia.
SPT adalah dokumen yang harus diisi dan disampaikan kepada otoritas pajak, seperti Direktorat Jenderal Pajak
(DJP), sebagai pengungkapan informasi mengenai penghasilan, harta, dan kewajiban pajak seseorang atau
entitas dalam satu periode pajak tertentu
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak, Pajak Penghasilan adalah sebag sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
a) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri da melalui pemotongan atau pemungutan
pihak lain dalam (satu) Tahun Pajak Bagian Tahun Pajak
b) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
c) Harta dan kewajiban.
d) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemolongan atau pemungu pajak orang pribadi atau
badan lain dalam (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, dan
b) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau
melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Bagi pemotongan atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebaga sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atac dipungut dan disetorkannya.
TUJUAN SPT
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) memiliki beberapa tujuan utama, yang termasuk:
1. Penghitungan Pajak: SPT digunakan untuk menghitung jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
kepada pemerintah. Ini termasuk pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai (PPN), dan berbagai jenis
pajak lainnya.
2. Pemenuhan Kewajiban Perpajakan: SPT adalah cara resmi untuk memenuhi kewajiban perpajakan. Wajib
pajak diharuskan untuk mengajukan SPT sesuai dengan hukum pajak yang berlaku di negara masing-
masing.
3. Pelaporan Keuangan: SPT adalah sarana pelaporan keuangan pribadi atau bisnis. Ini memberikan gambaran
tentang pendapatan, pengeluaran, dan kekayaan wajib pajak.
4. Penentuan Hak dan Kewajiban: Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam SPT, pemerintah dapat
menentukan hak dan kewajiban wajib pajak, termasuk potensi kelayakan untuk menerima insentif atau
bantuan fiskal.
5. Pengawasan dan Penegakan Hukum: SPT juga digunakan sebagai alat pengawasan dan penegakan hukum.
Pemerintah dapat memeriksa dan memverifikasi informasi dalam SPT untuk memastikan kepatuhan
perpajakan.
6. Statistik Ekonomi: Data yang dikumpulkan dari SPT dapat digunakan untuk analisis statistik ekonomi dan
perencanaan kebijakan.
Prosedur penyelesaian SPT
a) Wajib Pajak sebagaimana mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
b) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam Bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani
serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
c) Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk myelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam
Bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
d) Penandatanganan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan
elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.
e) Bukti-bukti yang harus dilampirkan pada SPT, antara lain:
 Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan: Laporan Keuangan beng neraca dan laporan rugi
laba serta keterangan-keterangan lain yang diperluka untuk menghitung besamya penghasilan kena
pajak.
 Untuk SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar Pengena Pajak, jumlah Pajak
Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditias, dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
 Untuk Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan: Perhitungan jumlah peredaran yang terjadi
dalam Tahun Pajak yang bersangkutan.
f) Dalam hal suami dan istri melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis atau istri
memilih untuk menjalankan hak dan kewajiba perpajakannya sendiri, penghasilan dan kerugiannya
dilaporkan dalam Surat Pembentabuan Tahunan masing-masing pihak Suami dan istri wajib membut dan
melampirkan penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan penggabungan penghasilan neto
suami dan istri.
Pembetulan SPT dan pengungkapan ketidak benaran
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan:
a) Verifikasi dalam rangka menerbitkan surat ketetapan pajak.
b) Pemeriksaan.
c) Pemeriksaan Bukti Permulaan.
Jenis SPT
 Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak
b) Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
 SPT meliputi:
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
2. SPT Masa yang terdiri dari:
a. SPT Masa Pajak Penghasilan.
b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai.
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
■ SPT dapat berbentuk:
1. formulir kertas (hardcopy); atau
2. dokumen elektronik.
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah:
a) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak. Khusus untuk
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak
b) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi paling lama 3 (tiga)
bulan setelah akhir Tahun Pajak
c) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan
setelah akhir Tahun Pajak
Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
■ Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksud untuk
paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dengan melampirkan :
1) Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tabun Pajak yang batas waktu penyampaiannya
diperpanjang.
2) Laporan keuangan sementara.
3) Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang
■ Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dapat disampaikan :
 Secara langsung
 Melalui pos dengan bukti pengiriman surat.
 Dengan cara lain, yang meliputi:
1) Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat
2) Saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi.
■ Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas
waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, dikenai sanksi administrasi benga denda sebesar:

No Sanksi Denda

1 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Rp. 500.000,00

2 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya Rp. 100.000,00

3 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Rp. 1.000.000,00
Pajak badan
4 Sanksi untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Rp. 100.000,00
Pajak orang pribadi

 Wajib pajak yang karena kealpaannya :


a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan, atau
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut bukan perbuatan yang pertama kali,
akan didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling
singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
 Jika perbuatan ini pertama kali dilakukan maka tidak dipidana tetapi wajib melunasi kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari
jumlah pajak yang kurang dibayar.

 Kesengajaan

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara

• Sanksinya akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

• Pidana tersebut ditambahkan I (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.

Anda mungkin juga menyukai