Anda di halaman 1dari 3

PAJAK PENGHASILAN III

NAMA : RAFI BASHARUDIN

NIM : 044942092
PPh pasal 26 UU Pajak Penghasilan berdasarkan UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan
mengatur pajak penghasilan yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber
dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Subjek Pajak Luar Negeri selain Bentuk
Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

Jelaskan :

1. Apa perbedaan subyek pajak dalam negeri dan subyek pajak luar negeri ?

Subjek Pajak merupakan orang pribadi maupun badan yang telah ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Satu
hal penting lainnya, hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap subyek pajak
berbeda-beda satu sama lain. Bahkan kenyataannya, tidak seluruh subyek pajak
memiliki kewajiban perpajakan seperti halnya membayar dan melaporkan pajak
pada umumnya.

SUBJEK PAJAK DALAM NERGRI Kategorisasi ini didasarkan pada domisili


pendiriannya atau seberapa lamanya suatu aktivitas bisnis bersangkutan
dilakukan di Indonesia. Siapa saja yang dapat dikatakan sebagai subjek
perpajakan dalam negeri? Subjek perpajakan dalam negeri dapat termasuk
orang perorangan, badan usaha, dan warisan yang belum dibagikan. Apabila
orang perorangan lahir di wilayah Indonesia atau telah tinggal menetap
selama lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
selama 12 bulan atau 1 tahun, atau berniat tinggal lebih lama, maka dapat
disebut sebagai subjek pajak dalam negeri.

SUBJEK PERPAJAKAN LUAR NEGERI mencakup orang pribadi yang


memang tidak bertempat tinggal di Indonesia alias tinggal di luar negeri.
Ketentuan pokoknya adalah orang pribadi yang berada atau singgah di wilayah
Indonesia, namun tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Bagi
badan usaha tetap, ketentuannya adalah badan usaha tersebut tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia namun menjalankan usaha atau
kegiatan bisnis di wilayah Indonesia.

A Perbedaan yang mendasar dan penting di antara kedua subyek pajak dalam
negeri dan luar negeri terletak pada pemenuhan kewajiban pajaknya, di
antara lain:

B Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak atas penghasilan, baik


yang diterima maupun diperoleh dari Indonesia atau dari luar negeri.
Sementara itu, subyek pajak luar negeri dikenakan pajak hanya atas
penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan yang ada di Indonesia.
C Subjek perpajakan dalam negeri dikenakan pajak berdasarkan penghasilan
neto dengan tarif pajak umum. Sementara itu, subjek luar negeri dikenakan
pajak terutang berdasarkan pada penghasilan bruto dengan pengenaan tarif
sepadan alias tarif tunggal terhadap seluruh objek pajak berapa pun nilai
yang terkandung.
D Subjek perpajakan dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang berguna sebagai sarana untuk
menetapkan besar pajak yang terutang dalam satu tahun pajak tertentu.
Sementara itu, bagi subjek luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) karena kewajiban
perpajakannya telah dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

2. Bagaimana menghitung PPh pasal 26

Menurut UU Pajak Penghasilan, tarif PPh Pasal 26 secara umum adalah 20%.
Tarif ini dikenakan atas objek pajak yang berupa penghasilan bruto maupun
perkiraan penghasilan neto. Dengan demikian, perhitungan PPh 26 WNA dapat
dirumuskan sebagai berikut:

PPh 26 terutang = 20% x penghasilan bruto atau

PPh 26 terutang = 20% x perkiraan penghasilan neto

Berikut Contoh menghitung PPh Pasal 26:

Thomas adalah tenaga ahli WNA yang bekerja di perusahaan manufaktur di


Jakarta dengan kontrak 6 bulan (183 hari). Sesuai kontrak, ia menerima gaji
US$3.000 per bulan. Saat pembayaran gaji bulan pertama, kurs Menteri Keuangan
US$ 1 adalah Rp15.000. Berapa PPh 26 yang harus dipotong perusahaan atas gaji
tersebut?

Penghasilan bruto (gaji sebulan): US$ 3.000 x Rp15.000 = Rp45.000.000

PPh 26 terutang: 20% x Rp45.000.000 = Rp9.000.000

3. Siapa pemotongnya?

pemotong PPh Pasal 26 meliputi badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
yang melakukan pembayaran.

4. Jenis penghasilan yang merupakan obyek PPh pasal 26

Objek dari PPh Pasal 26 adalah penghasilan yang diterima oleh WPLN.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 dapat dibagi menjadi lima kelompok.

5. Sertakan dasar hukum dan referensi jawaban anda

https://klikpajak.id/blog/tarif-pph-23-26-dan-perhitungan

https://ebupotlearning.com/subjek-dan-objek-pajak...

https://ortax.org/pph-pasal-26-subjek-objek-tarif...

https://www.pajak.com/pajak/definisi-ta

Jawab Dengan Kemampuan Dan Pemahaman Saudara/i Secara Maksimal!!!

Selamat Mengerjakan, dan Tetap Semangat!!!

Anda mungkin juga menyukai