Anda di halaman 1dari 7

Nama: I Wayan Okky Yuliana

NIM: 043482967

Kode Mata Kuliah: PAJA3357.24

Tugas 1

1. Penyempurnaan implementasi Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan


Pemerintahan Daerah yang diwujudkan dengan diterbitkannya Undang-Undang No 1
tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (HKPD) dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan alokasi sumber daya
nasional yang efisien melalui Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan, guna mewujudkan
pemerataan layanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah berlandaskan pada 4
(empat) pilar utama, jelaskan ke empat pilar tersebut?
2. Dalam rangka mengalokasikan sumber daya nasional secara lebih efisien, Pemerintah
memberikan kewenangan kepada Daerah untuk memungut Pajak dan Retribusi dengan
penguatan melalui restrukturisasi jenis Pajak, pemberian sumber-sumber perpajakan
Daerah yang baru, penyederhanaan jenis Retribusi, dan harmonisasi dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Restrukturisasi Pajak dilakukan
melalui reklasifikasi 5 (lima) jenis Pajak yang berbasis konsumsi menjadi satu jenis
Pajak, yaitu PBJT. Jelaskan tujuan dari dilakukannya reklasifikasi tersebut?
3. Peningkatan kualitas Belanja Daerah juga dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber
daya manusia aparatur pengelola keuangan di Pemerintah Daerah dan penguatan aspek
pengawasan. sumber daya manusia aparatur pengelola keuangan dan aparatur
pengawasan yang bagaimana yang disebut berkualitas? Agar Saudara Jelaskan.
4. Checklistlah (√) untuk jawaban yang benar sesuai dengan klasifikasinya, pada kolom
yang terdapat dibawah ini :
Retribusi Retribusi
Pajak
No. Keterangan Pajak Provinsi Jasa Jasa
Kabupaten/Kota
Umum Usaha
1 Pajak Kendaraan Bermotor
2 Pajak Sarang Burung Walet
3 Retribusi Pelayanan Kesehatan
4 Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
5 Pajak Air Tanah
6 Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
7 Pajak Air Permukaan
8 Retribusi Penjualan hasil
produksi

usaha Pemerintah Daerah


9 Pajak Barang dan Jasa Tertentu
10 Pajak Rokok
11 Retribusi Pelayanan Kebersihan
12 Retribusi Pelayanan tempat
rekreasi,

pariwisata, dan olahraga;


13 Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan
14 Retribusi Pelayanan Pasar
15 Retribusi Pengendalian Lalu
Lintas
16 Pajak Alat Berat
17 Opsen Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
18 Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (P2)
19 Opsen Pajak Kendaraan
Bermotor
20 Opsen Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Silahkan anda kerjakan, tugas boleh diketik atau tulis tangan kemudian dibuat dalam
format PDF atau JPG/JPEG. Jika jawaban anda sama persis atau terindikasi mencontek
dengan rekan anda maka tutor berhak memberi nilai 0.

Berikut Jawabannya:

1. Berikut 4 (empat) pilar utama Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusan dan
Pemerintah Daerah (HKPD), antara lain:
a. Mengembangkan system perpajakan yang mendukung alokasi sumber daya nasional
yang efisien, yang mana ditetapkan melalui UU No. 1 Tahun 22022 tentang
Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang merupakan
pengganti dari UU No. 33 Tahun 2004 dilakukan dengan transparan, akuntabel dan
berkeadilan guna mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh
pelosok NKRI. Dimana kebiajakan yang dirumuskan dalam menguatkan system
perpajakan daerah yaitu melalui harmonisasi pengaturan dengan tetap memberikan
dukungan terhadap dunia usaha, mengurangi retribusi atas layanan wajib yang sudah
seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah Daerah dengan melakukan rasionalisasi
retribusi dari 32 menjadi 18 layanan, menciptakan basis pajak baru melalui sinergi
Pajak Pusat dengan Pajak Daerah berupa konsumsi, property, dan SDA, serta adanya
Ospen Perpajakan daerah antara Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai penggantian
skema bagi hasil, dimana Opsen beberapa 3 jenis Pajak Daerah tersebut tidak akan
menambah beban bagi WP tetapi split langsung pembayaran WP ke Rekening Kas
Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Mengembangkan HKPD dalam meminimalkan ketimpangan vertikan dan horizontal
melalui kebijakan transfer ke daerah dan pembiayaan utang daerah agar berada di
level yang sama, untuk itu terdapat beberapa perbaikan dalam kebijakan khususnya
terkait Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) untuk meminimumkan
ketimpangan tersebut, yaitu dengan melakukan reformulasi DAU dengan presisi
ukuran kebutuhan yang lebih tinggi dimana DAU untuk masing-masing daerah
dialokasikan berdasarkan Celah Fiskal tidak lagi menambah formula Alokasi
Dasar.pengelolaan Transfer ke Daerah yang berbasis kinerja dimana pemerintah juga
dapat memberikan insentif fiscal bagi Pemerintah Daerah sebagai apresiasi kepada
daerah yang memiliki kinerja baik dalam memberikan layana public dengan kriteria
tertentu.
c. Mendorong peningkatan kualitas belanja daerah didanai dari uang rakyat, baik berupa
pajak derah maupun transfer dari Pemerintah Pusat. Dikarenakan itu, menjadi sebuh
keharusan untuk bias memberikan dampak yang maksimal bagi kesejahteraan
masyarakat di daerah. Dalam UU diarahkan untuk penguatan disiplin penganggaran
dan sinergi belanja daerah, pengelolaan TKDD berbasis kinerja dan TKDD diarahkan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan public, dimana pengaturan
belanja daerah uang diatur dalam UU tersebut meliputi batasan belanja pegawai
maksimal 30%, batasan belanja infrastruktur layanan public minimal 40% selain
kewajiban pemenuhan belanja wajib yang lain sesuai dengan amanat pengaturan
perundang-undangan. Berdasarkan data di DJPK, saat ini belanja APBD didominasi
oleh belanja pegawai dengan rata-rata mencapai 32,4% bahkan untuk bebrapa daerah
ada yang mencapai 50%.
d. Harmonisasi kebijakan fiscal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
penyelenggaraan layanan public yang optimal serta terjaganya kesinambungan fiscal,
dimana dalam RUU HKPD dirumuskan desain Transfer ke Daerah yang dapat
berfungsi sebagai counter-cyclical policy, penyelarasan kebijakan fiscal antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pengendalian deficit APBD, dan
refocusing APBD dalam kondisi tertentu. Selain itu, diperlukan juga sinergi Bagan
Akun Standar (BAS) sehingga dapat dilakukan penyelarasan program, kegiatan dan
output.
2. PBJT adalah Pajak baru ciptaan UU HKPD. Dimana pajak tersebut menggabungkan 5
pajak daerah yang sebelunya, antara lain:
a. Pajak Restoran
b. Pajak Penerangan Jalan
c. Pajak Hotel
d. Pajak Parkir
e. Pajak Hiburan
“Restrukturisasi pajak dilakukan melalui reklafikasi 5 (lima) jenin pajak yang berbasis
konsumsi menjadi satu jenis pajak, yaitu PBJT. Hal ini memiliki tujuan untuk 1)
menyelaraskan objek pajak antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah sehingga menghindari
adanya duplikasi pemungutan pajak…”
Di UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 5 jenis pajak
itu memang jenis pajak yan terpisah dan memiliki pengaturan tersendiri,namun RUU
HKPD tidak hanya mereklasifikasi 5 pajak daerah itu menjadi satu jenis pajak, melainkan
juga mengatur tarifnya, antara lain:
a. Dalam Pasal 58 UU HKPD menetapkan tarif maksimal 10% untuk Pajak PJBT
b. UU Pajak Daerah 2008, menetapkan tariff maksimal 10%, kecuali untuk Pajak
Hiburan, sedangkan di UU HKPD tariff pajak hiburan otomatis juga ikut turun
menjadi 10%.

Ada beberapa pengecualian untuk jenis uasaha tertentu seperti diskotik dan club malam`.

3. Peningkatan kualitas SDM aparatur pengelola keungan di Pemerintah Daerah dan


Penguatan Aspek Pengawasa dengan memandatkan atau mengadan adanya sertifikasi
bagi aparatur pengelola keuangan di Pemerintah Daerah dengan masa transisi selama 3
bulan dan keterlibatan aparat pengawas intern Pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden untuk melakukan pengawasan intern atas rancangan APBD,
dan melakukan penguatan kapabilitas terhadap aparat pengawas intern Pemerintah
Daerah. Dimana Penguatan kapabilitas APIP Daerah oleh Mendagri bejerja sama dengan
BPKP dan Pengawasan intern tertantu atas RAPBD maupun pelaksanaan APBD oleh
BPKP dengan berkoordinasi dengan Mendagri. Dengan catatan penguatan pegawasan
internal tidak akan menambah tahapan birokrasi pengelolaan keuangan daerah.
4. Berikut jawabannya berdasarkan table diatas:

Retribusi Retribusi
Pajak
No. Keterangan Pajak Provinsi Jasa Jasa
Kabupaten/Kota
Umum Usaha
1 Pajak Kendaraan Bermotor √
2 Pajak Sarang Burung Walet √
3 Retribusi Pelayanan Kesehatan √
4 Bea Balik Nama Kendaraan √
Bermotor
5 Pajak Air Tanah √
6 Pajak Bahan Bakar Kendaraan √
Bermotor
7 Pajak Air Permukaan √
8 Retribusi Penjualan hasil
produksi usaha Pemerintah

Daerah
9 Pajak Barang dan Jasa Tertentu √
10 Pajak Rokok √
11 Retribusi Pelayanan Kebersihan √
12 Retribusi Pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan

olahraga;
13 Bea Perolehan Hak atas Tanah √
dan Bangunan
14 Retribusi Pelayanan Pasar √
15 Retribusi Pengendalian Lalu √
Lintas
16 Pajak Alat Berat √
17 Opsen Pajak Mineral Bukan √
Logam dan Batuan

18 Pajak Bumi dan Bangunan √


Perdesaan dan Perkotaan (P2)
19 Opsen Pajak Kendaraan √
Bermotor
20 Opsen Bea Balik Nama √
Kendaraan Bermotor

Sumber Referensi:

https://kemenkeupedia.kemenkeu.go.id/search/konten/20851-jenis-pajak-daerah-berdasarkan-
undang-undang-nomor-1-tahun-2022-tentang-hubungan-keuangan-antara-pemerintah-pusat-dan-
pemerintah-daerah-hkpd

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/retribusi-daerah

https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/opini/3850-arah-baru-hubungan-keuangan-
pemerintah-pusat-dan-daerah.html

https://www.belasting.id/pajak/74013/Mengenal-PBJT-Pajak-Baru-Ciptaan-UU-HKPD-yang-
Gabungkan-5-Pajak-Daerah-Sekaligus/

Anda mungkin juga menyukai