Gilang Putra Pratama Maliki
Gilang Putra Pratama Maliki
NIM: 043482967
Tugas 1
Berikut Jawabannya:
1. Berikut 4 (empat) pilar utama Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusan dan
Pemerintah Daerah (HKPD), antara lain:
a. Mengembangkan system perpajakan yang mendukung alokasi sumber daya nasional
yang efisien, yang mana ditetapkan melalui UU No. 1 Tahun 22022 tentang
Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang merupakan
pengganti dari UU No. 33 Tahun 2004 dilakukan dengan transparan, akuntabel dan
berkeadilan guna mewujudkan pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh
pelosok NKRI. Dimana kebiajakan yang dirumuskan dalam menguatkan system
perpajakan daerah yaitu melalui harmonisasi pengaturan dengan tetap memberikan
dukungan terhadap dunia usaha, mengurangi retribusi atas layanan wajib yang sudah
seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah Daerah dengan melakukan rasionalisasi
retribusi dari 32 menjadi 18 layanan, menciptakan basis pajak baru melalui sinergi
Pajak Pusat dengan Pajak Daerah berupa konsumsi, property, dan SDA, serta adanya
Ospen Perpajakan daerah antara Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai penggantian
skema bagi hasil, dimana Opsen beberapa 3 jenis Pajak Daerah tersebut tidak akan
menambah beban bagi WP tetapi split langsung pembayaran WP ke Rekening Kas
Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Mengembangkan HKPD dalam meminimalkan ketimpangan vertikan dan horizontal
melalui kebijakan transfer ke daerah dan pembiayaan utang daerah agar berada di
level yang sama, untuk itu terdapat beberapa perbaikan dalam kebijakan khususnya
terkait Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) untuk meminimumkan
ketimpangan tersebut, yaitu dengan melakukan reformulasi DAU dengan presisi
ukuran kebutuhan yang lebih tinggi dimana DAU untuk masing-masing daerah
dialokasikan berdasarkan Celah Fiskal tidak lagi menambah formula Alokasi
Dasar.pengelolaan Transfer ke Daerah yang berbasis kinerja dimana pemerintah juga
dapat memberikan insentif fiscal bagi Pemerintah Daerah sebagai apresiasi kepada
daerah yang memiliki kinerja baik dalam memberikan layana public dengan kriteria
tertentu.
c. Mendorong peningkatan kualitas belanja daerah didanai dari uang rakyat, baik berupa
pajak derah maupun transfer dari Pemerintah Pusat. Dikarenakan itu, menjadi sebuh
keharusan untuk bias memberikan dampak yang maksimal bagi kesejahteraan
masyarakat di daerah. Dalam UU diarahkan untuk penguatan disiplin penganggaran
dan sinergi belanja daerah, pengelolaan TKDD berbasis kinerja dan TKDD diarahkan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan public, dimana pengaturan
belanja daerah uang diatur dalam UU tersebut meliputi batasan belanja pegawai
maksimal 30%, batasan belanja infrastruktur layanan public minimal 40% selain
kewajiban pemenuhan belanja wajib yang lain sesuai dengan amanat pengaturan
perundang-undangan. Berdasarkan data di DJPK, saat ini belanja APBD didominasi
oleh belanja pegawai dengan rata-rata mencapai 32,4% bahkan untuk bebrapa daerah
ada yang mencapai 50%.
d. Harmonisasi kebijakan fiscal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
penyelenggaraan layanan public yang optimal serta terjaganya kesinambungan fiscal,
dimana dalam RUU HKPD dirumuskan desain Transfer ke Daerah yang dapat
berfungsi sebagai counter-cyclical policy, penyelarasan kebijakan fiscal antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, pengendalian deficit APBD, dan
refocusing APBD dalam kondisi tertentu. Selain itu, diperlukan juga sinergi Bagan
Akun Standar (BAS) sehingga dapat dilakukan penyelarasan program, kegiatan dan
output.
2. PBJT adalah Pajak baru ciptaan UU HKPD. Dimana pajak tersebut menggabungkan 5
pajak daerah yang sebelunya, antara lain:
a. Pajak Restoran
b. Pajak Penerangan Jalan
c. Pajak Hotel
d. Pajak Parkir
e. Pajak Hiburan
“Restrukturisasi pajak dilakukan melalui reklafikasi 5 (lima) jenin pajak yang berbasis
konsumsi menjadi satu jenis pajak, yaitu PBJT. Hal ini memiliki tujuan untuk 1)
menyelaraskan objek pajak antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah sehingga menghindari
adanya duplikasi pemungutan pajak…”
Di UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 5 jenis pajak
itu memang jenis pajak yan terpisah dan memiliki pengaturan tersendiri,namun RUU
HKPD tidak hanya mereklasifikasi 5 pajak daerah itu menjadi satu jenis pajak, melainkan
juga mengatur tarifnya, antara lain:
a. Dalam Pasal 58 UU HKPD menetapkan tarif maksimal 10% untuk Pajak PJBT
b. UU Pajak Daerah 2008, menetapkan tariff maksimal 10%, kecuali untuk Pajak
Hiburan, sedangkan di UU HKPD tariff pajak hiburan otomatis juga ikut turun
menjadi 10%.
Ada beberapa pengecualian untuk jenis uasaha tertentu seperti diskotik dan club malam`.
Retribusi Retribusi
Pajak
No. Keterangan Pajak Provinsi Jasa Jasa
Kabupaten/Kota
Umum Usaha
1 Pajak Kendaraan Bermotor √
2 Pajak Sarang Burung Walet √
3 Retribusi Pelayanan Kesehatan √
4 Bea Balik Nama Kendaraan √
Bermotor
5 Pajak Air Tanah √
6 Pajak Bahan Bakar Kendaraan √
Bermotor
7 Pajak Air Permukaan √
8 Retribusi Penjualan hasil
produksi usaha Pemerintah
√
Daerah
9 Pajak Barang dan Jasa Tertentu √
10 Pajak Rokok √
11 Retribusi Pelayanan Kebersihan √
12 Retribusi Pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan
√
olahraga;
13 Bea Perolehan Hak atas Tanah √
dan Bangunan
14 Retribusi Pelayanan Pasar √
15 Retribusi Pengendalian Lalu √
Lintas
16 Pajak Alat Berat √
17 Opsen Pajak Mineral Bukan √
Logam dan Batuan
Sumber Referensi:
https://kemenkeupedia.kemenkeu.go.id/search/konten/20851-jenis-pajak-daerah-berdasarkan-
undang-undang-nomor-1-tahun-2022-tentang-hubungan-keuangan-antara-pemerintah-pusat-dan-
pemerintah-daerah-hkpd
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/retribusi-daerah
https://djpb.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/lainnya/opini/3850-arah-baru-hubungan-keuangan-
pemerintah-pusat-dan-daerah.html
https://www.belasting.id/pajak/74013/Mengenal-PBJT-Pajak-Baru-Ciptaan-UU-HKPD-yang-
Gabungkan-5-Pajak-Daerah-Sekaligus/