Anda di halaman 1dari 10

KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK BEA

BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA PENDAPATAN ASLI


DAERAH

ANGELICA NGANTUNG
220711010923
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Abstract:

Regional original income is an indicator of Abstrak:


regional independence in terms of finance. The
Pendapatan asli daerah menjadi salah satu
greater the revenue and the percentage of
indikator kemandirian daerah dalam hal
original regional revenue (PAD) to the total
keuangan. Semakin besar penerimaan dan
regional revenue, the more independent the
presentase pendapatan asli daerah terhadap
region is. The formulation of the problem
total penerimaan daerah maka menunjukan
whether the contribution of Motor Vehicle Tax
daerah tersebut semakin mandiri. Rumusan
(PKB) and Motor Vehicle Title Fee Tax (BBNKB)
masalah apakah kontribusi Pajak Kendaraan
has an effect on Regional Original Income
Bermotor (PKB) dan Pajak Bea Balik Nama
(PAD). Motorized Vehicle Tax (PKB) and Motor
Kendaraan Bermotor berpengaruh terhadap
Vehicle Transfer Fee Tax (BBNKB) have a
Pendapatan Asli Daerah. Pajak Kendaraan
significant effect on Regional Original Income
Bermotor (PKB) dan Pajak Bea Balik Nama
(PAD). Local taxes are an important source of
Kendaraan Bermotor memiliki pengaruh secara
regional income to finance development and
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
regional governance. Regional tax policies are
Pajak daerah merupakan salah satu sumber
based on the principles of democracy, equity
pendapatan daerah yang penting guna
and justice, community participation and
membiayai penyelenggaraan pembangunan dan
accountability with due regard to regional
pemerintahan daerah. Kebijakan pajak daerah
potential. With the enactment of regional
berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan
regulations relating to taxes, the ability of
dan keadilan, peran serta masyarakat dan
regions to finance their expenditure needs will
akuntabilitas dengan memperhatikan potensi
increase, because regions can easily adjust their
daerah. Dengan diberlakukannya peraturan
income. The government is expected to be able
daerah berhubungan dengan pajak, maka
to maintain and make more efforts to increase
kemampuan daerah untuk membiayai
Motor Vehicle Tax revenue, it is necessary to
kebutuhan pengeluarannya semakin besar,
have firm sanctions and improve the existing
karena daerah dapat dengan mudah
administrative system.
menyesuaikan pendapatannya. Pemerintah
Keywords: Vehicle tax diharapkan untuk dapat mempertahankan serta
berupaya lebih dalam meningkatkan
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, perlu
adanya sanksi yang tegas serta memperbaiki tentang Pajak. Pendapatan daerah merupakan
sistem administrasi yang ada. penerimaan yang sangat penting bagi
pemerintah daerah dalam menunjang
Kata Kunci: Pajak Kendaraan
pembangunan daerah guna membiayai proyek-
proyek dan kegiatankegiatan daerah.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan
PENDAHULUAN uang melalui rekening kas umum daerah yang
menambah ekuitas dana dan merupakan hak
Penyelenggaraan otonomi daerah dipandang daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak
perlu menekankan prinsipprinsip demokrasi, perlu dibayar kembali oleh daerah. komponen
peran serta masyarakat, pemerataan dan pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli
keadilan, serta memperhatikan potensi dan daerah, dana perimbangan, dan lain-lain
keanekaragaman daerah. Pajak daerah menjadi pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah
salah satu penerimaan bagi pemerintah daerah Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun
sekarang ini. Pemberlakuan Undang-Undang 2004, yang dimaksud dengan Lain-lain
tentang pemerintah daerah menetapkan pajak Pendapatan Asli Daerah yang sah antara lain
dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan daerah di luar pajak dan retribusi
penerimaan yang berasal dari daerah dan dapat daerah. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan sah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
kondisi daerah masing-masing. Sejalan dengan undang Nomor 32 Tahun 2004 meliputi: Hasil
pajak pusat, pajak daerah memiliki peranan penjualan kekayaan daerah yang tidak
yang dominan dalam penerimaan pemerintah dipisahkan, Jasa giro, Pendapatan bunga,
daerah yang tujuannya untuk meningkatkan Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap
pembangunan daerah seperti fasilitas publik mata uang asing. Pendapatan asli daerah
dan pengeluaran pemerintah daerah. Pajak menjadi salah satu indikator kemandirian
daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah dalam hal keuangan. Dimana semakin
Pemerintah Daerah tingkat I (Pajak Provinsi) besar penerimaan dan presentase pendapatan
maupun daerah tingkat II (Pajak asli daerah (PAD) terhadap total penerimaan
Kabupaten/Kota) dan digunakan untuk daerah maka menunjukan daerah tersebut
membiayai rumah tangga daerah masing- semakin mandiri. Pembangunan daerah adalah
masing.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah bagian integral dari upaya pembangunan
(PP) Nomor 91 Tahun 2010 Tentang jenis pajak nasional yang pada hakekatnya merupakan
daerah yang dipungut berdasarkan penetapan upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas
kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu
pajak. Pada pasal 2 point 1 pajak terdiri atas; (a) kemampuan yang handal dan profesional dalam
Pajak Provinsi dan (b) Pajak Kabupaten/Kota. memberikan pelayanan pada masyarakat. Selain
Jenis pajak yang masuk ke dalam Pajak Provinsi itu pembangunan daerah juga merupakan
adalah: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik bagian dari kemampuan mengelola sumber-
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar sumber daya ekonomi daerah yang
Kendaraan Bermotor, Pajak Air dan Permukaan, memberikan kontribusi bagi penerimaan daerah
Pajak Rokok. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) untuk membiayai pemerintahan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pembangunan daerah demi kesejahteraan
masyarakat. Hukum pajak, yang juga disebut
1
Siti Resmi, Perpajakan Teori Dan Kasus (Jakarta: hukum fiskal, adalah keseluruhan dari
Salembang Empa, 2011)
peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 28
pemerintah untuk mengambil kekayaan Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah
seseorang dan menyerahkannya kembali menggantikan UndangUndang Nomor 34 Tahun
kepada masyarakat dengan melalui kas negara, 2000. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
sehingga ia merupakan bagian dari hukum salah satu indikator yang menentukan derajat
publik, yang mengatur hubungan-hubungan kemandirian suatu daerah. Semakin besar
hukum antara negara dan orang-orang atau penerimaan asli suatu daerah maka semakin
badan hokum yang berkewajiban membayar rendah tingkat ketergantungan pemerintah
pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak). daerah tersebut terhadap pemerintah pusat.
Hukum pajak memuat pula unsurunsur hukum Sebaliknya, semakin rendah penerimaan asli
tata negara dan hukum pidana dengan acara suatu daerah maka semakin tinggi tingkat
pidananya. Dalam lapangan lain dari hukum ketergantungan pemerintah daerah tersebut
administratif, unsur-unsur tadi tidak begitu terhadap pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan
nampak seperti dalam hukum pajak ini; juga Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
peradilan administratifnya diatur dengan sangat sumber penerimaan daerah yang berasal dari
rapinya. Justru inilah, ditambah dengan luasnya dalam daerah itu sendiri. Dari komposisi pajak
lapangannya karena eratnya hubungannya daerah, sektor pajak kendaraan bermotor (PKB)
dengan kehidupan ekonomi, maka dalam abad dan pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
ini banyak sarjana hukum, sarjana ekonomi, dan (BBN-KB) merupakan penyumbang terbesar dari
para cerdik pandai lainnya yang mencurahkan pajak daerah yang pengaturannya berdasarkan
perhatiannya yang cukup terhadap hukum pajak Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
ini, yang kini dalam beberapa negara telah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
merupakan ilmu yang berdiri tersendiri. Maka Permasalahannya adalah bagaimana kontribusi
dapat disimpulkan bahwa pajak setidaknya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak Bea
mengandung beberapa unsur antara lain yaitu Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
iuran/kontribusi rakyat kepada negara dimana berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
pihak lain atau pihak swasta tidak berhak (PAD). Metode penelitian ini menggunakan jenis
memungut, berdasarkan undang-undang (yang penelitian yang sifatnya deskriptif analitis yang
dapat dipaksakan) dan mempunyai kekuatan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
hukum, tanpa kontraprestasi atau dalam kata mengenai kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor
lain tanpa balas jasa dari negara yang dapat (PKB) dan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan
langsung ditunjuk, digunakan untuk membiayai Bermotor (BBNKB). Permasalahan pokok dalam
rumah tangga negara atau pengeluaran penelitian ini ditempuh dengan menggunakan
pemerintah. Peraturan perundangan mengenai pendekatan yuridis normati. pendekatan yang
pajak daerah mengalami beberapa kali bersifat yuridis normatif dilakukan dengan cara
perubahan. Peraturan perundangan di bidang meneliti data sekunder disebut juga dengan
pajak daerah antara lain UndangUndang Nomor penelitian kepustakaan2.
11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak
Daerah, UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi 2
Rony Hanitijo Soemitro,Metodologi Penelitian
Daerah. Kemudian pada tahun 2009 pemerintah Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia
Indonesia,1990)
a) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 25 Tahun 2010 Tentang
PEMBAHASAN Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
A. Pajak Kendaraan bermotor (PKB) dan Nama Kendaraan Bermotor Peraturan
Pajak Bea balik nama Kendaraan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Bermotor (BBNKB) Bea Balik Nama Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak
Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah Daerah.
pajak atas penyerahan hak milik b) Peraturan Presiden Republik Indonesia
kendaraan bermotor sebagai akibat Nomor 5 Tahun 2015 Tentang
perjanjian dua pihak atau perbuatan Penyelenggaraan Sistem Administrasi
sepihak atau keadaan yang terjadi Manunggal Atap Kendaraan Bermotor.
karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan kedalam 2. Objek dan Subyek Pajak BBNKB Objek
badan usaha. Yang dimaksud dengan pajak menurut dapat diartikan sebagai
balik nama dalam hal ini adalah sasaran pengenaan pajak dan dasar
merubah status kepemilikan dari untuk menghitung pajak yang terutang.
penjual sebagai pemilik kendaraan Sesuatu tersebut dapat berupa
bermotor sebelumnya kepada pembeli keadaan perbuatan dan peristiwa yang
sebagai pemilik kendaraan bermotor menjadi objek pajak bea balik nama
yang baru. Pelaksanaan proses balik kendaraan bermotor. Termasuk
nama ini dilakukan di kantor samsat penyerahan kendaraan bemotor adalah
setempat dimana pendaftaran pertama pemasukan kendaraan bermotor dari
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) luar negeri untuk dipakai secara tetap
kendaraan dilakukan. Apabila proses di Indonesia, kecuali:
balik nama tersebut selesai, maka pada a) Untuk di pakai sendiri oleh
buku BPKB dan STNK kendaraan yang orang pribadi yang
dimaksud akan tertera nama pemilik bersangkutan.
baru dari kendaraan bermotor tersebut b) Untuk perdagangan.
yaitu nama dan alamat pembeli, c) Untuk digunakan kembali dari
sedangkan nama pemilik lama tidak wilayah Indonesia.
dicantumkan lagi.3 d) Digunakan untuk peran,
Persyaratan balik nama sekaligus penelitian, contoh dan
perpanjangan stnk atas nama perorangan kegiatan olahraga. Subyek
dalam satu wilayah Kota atau Kabupaten Pajak BBN-KB Secara umum
adalah sebagai berikut: BPKB; STNK; yang disebut sebagai subyek
Kwitansi pembelian; KTP pemilik baru dan pajak bagi pajak daerah adalah
Cek Fisik orang pribadi atau badan yang
dapat dikenakan.
1. Dasar Hukum Pemungutan BBNKB

Adapun dasar hukum pemungutan Bea Balik a. Subyek pajak


Nama Kendaraan Bermotor antara lain : kendaraan bermotor
orang pribadi atau
3
Bohari, Hukum Pajak (Jakarta: PT. Raja Grafindo badan yang dapat
Persada 2011)
menerima penyerahan 80% dikalikan NJKB (Nilai Jual
kendaraan bermotor Kendaraan Bermotor).
b. Wajib pajak f) Untuk kendaraan bermotor
kendaraan bermotor Ambulance, Pemadam Kebakaran,
orang pribadi atau Sosial Keagaman, Lembaga Sosial dan
badan yang menerima Keagamaan, Pemerintah dan Instansi
kendaraan bermotor. Pemerintah roda 4 (empat) atau lebih
3. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara sebesar 12,5% dikalikan NJKB (Nilai Jual
Perhitungan BBN-KB Dasar pengenaan Kendaraan Bermotor).
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor g) Untuk kendaraan bermotor
(BBNKB) dihitung sebagai perkalian dari Ambulance, Pemadam Kebakaran,
dua unsur pokok, yaitu: Sosial Keagaman, Lembaga Sosial dan
a. Nilai jual kendaraan Keagamaan, Pemerintah dan Instansi
bermotor. Pemerintah roda 2 (dua) dan roda 3
b. Bobot yang mencerminkan (tiga) sebesar 15% dikalikan NJKB (Nilai
secara relatif kadar Jual Kendaraan Bermotor)
keerusakan jalan dan h) Untuk kendaraan alat-alat berat dan
pencemaran lingkungan alat-alat besar sebesar 0,75% dikalikan
akibat penggunaan kendaraan 40% dikalikan NJKB (Nilai Jual
bermotor. Tarif BBN-KB atas Kendaraan Bermotor).
penyerahan pertama a. Tarif BBN-KB penyerahan kedua
(kendaraan baru) yaitu dan seterusnya (BBN-II) yaitu
sebagai berikut: sebagai berikut: Untuk
a) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan kendaraan bermotor roda 2
Bermotor ditetapkan paling tinggi (dua) atau roda 3 (tiga) dan
masing-masing sebagai berikut.: roda 4 (empat) atau lebih
1) Penyerahan pertama sebesar 1% dikalikan NJKB (Nilai
ditetapkan sebesar 20%; dan Jual Kendaraan Bermotor).
2) Penyerahan kedua dan b. Untuk kendaraan bermotor
seterusnya ditetapkan sebesar angkutan umum orang sebsar
1%; 1% dikalikan 60% dikalikan
b) Untuk kendaraan bernotor roda 2 (dua) NJKB (Nilai Jual Kendaraan
dan roda 3 (tiga) sebesar 15% dikalikan Bermotor).
NJKB (Nilai Jual Kendaraan Bermotor). c. Untuk kendaraan bermotor
c) Untuk kendaraan bermotor bukan angkutan umum barang sebesar
umum roda 4 (empat) atau lebih 1% dikalikan 80% dikalikan
sebesar 12,5% dikalikan NJKB (Nilai Jual NJKB (Nilai Jual Kendaraan
Kendaraan Bermotor). Bermotor).
d) Untuk kendaraan bermotor angkutan d. Untuk kendaraan bermotor
umum orang sebesar 7,5% dikalikan roda 2 (dua) atau roda 3 (tiga)
60% dikalikan NJKB (Nilai Jual dan roda 4 (empat) atau lebih,
Kendaraan Bermotor). mutasi dari luar daerah Provinsi
e) Untuk kendaraan bermotor angkutan sebesar 0%
umum barang sebesar 7,5% dikalikan
e. Untuk kendaraan bermotor pajak, sedangkan pajak masih
alat-alat besar dan alat-alat mempuyai fungsi lain yang tidak
berat sebesar 0,075% dikalikan kalah pentingnya, yaitu fungsi
40% dikalikan NJKB (Nilai Jual mengatur. Yang dimaksud dengan
Kendaraan Bermotor). tidak mendapat prestasi kembali
dari negara, ialah prestasi khusus
Nilai jual kendaraan bermotor
yang erat hubungannya dengan
diperoleh berdasarkan harga
pembayaran “iuran” itu. Prestasi
pasaran umum. Bobot
dari negara, seperti hak untuk
mencerminkan secara relatif kadar
mempergunakan jalan-jalan umum,
kerusakan jalan dan pencermaran
perlindungan dan penjagaan dari
lingkungan akibat penggunaan
aparat penegak hukum.
kendaraan bermotor. Pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada Pajak adalah iuran rakyat kepada
Daerah yang terutang oleh orang kas negara berdasarkan undang-
pribadi atau badan yang bersifat undang (yang dapat dipaksakan)
memaksa berdasarkan Undang- dengan tidak mendapat jasa-jasa
Undang, dengan tidak timbal (kontra prestasi), yang
mendapatkan imbalan secara langsung dapat ditunjukkan dan
langsung dan digunakan untuk yang digunakan untuk membayar
keperluan Daerah bagi sebesar- pengeluaran umum, dengan pos
besarnya kemakmuran rakyat.4 pengeluaran yang memang
diwajibkan atas mereka, pada
Pajak dipungut berdasarkan
kondisi baitul mal tidak ada
undangundang. Dasar Hukum Pajak
uang/harta.5 Peningkatan pungutan
yang tertinggi adalah Pasal 23 A
pajak (tarif) perlu diimbangi dangan
UndangUndang Dasar 1945 yang
peningkatan prasarana publik
berbunyi, bahwa “pajak dan
karena sifat barang public yang
pungutan lain yang bersifat
non- rivalry ialah penggunaan satu
memaksa untuk keperluan Negara
konsumen terhadap suatu barang
diatur dengan undang-undang”.
public tidak akan mengurangi
Pajak merupakan iuran kepada
kesempatan konsumen lain untuk
negara (yang dapat dipaksakan)
juga menikmati barang publik
yang terutang oleh yang wajib
tersebut dan non-exclusion yang
membayarnya menurut peraturan-
berarti apabila barang publik itu
peraturan, dengan tidak mendapat
tersedia, tidak ada yang dapat
prestasi kembali, yang langsung
menghalangi siapapun untuk
dapat ditunjuk, dan yang gunanya
memperoleh manfaat dari barang
adalah untuk membiayai
publik tersebut. maka masing
pengeluaran-pengeluaran umum
masing individu akan cenderung
berhubung dengan tugas negara
untuk menyelenggarakan 5

pemerintah. Fungsi budgetair dari Abdul Qadim Zallun Al-Amwal Fi Daulah al-Khalifah,
Dar al-ilmi Lialayin, Sistem Keuangan Di Negara
4
Mardiasmo, Perpajakan (Yogyakarta: Andi Offset, Syariah, ed. Ahmad S, Terjemahan (Bogor: Pustaka
2011) Thariq Izzah 2022)
free rider adalah istilah untuk dengan prinsip pajak yang baik
mereka yang ikut menikmati barang yaitu pajak tidak menyebabkan
public tanpa mengeluarkan ekonomi biaya tinggi dan/atau
kontribusi tertentu. Misalnya jalan menghambat mobilitas penduduk,
raya adalah salah satu barang lalu lintas barang dan jasa antar
publik, banyaknya pengguna jalan daerah, dan kegiatan ekspor dan
tidak akan mengurangi manfaat dari impor. Disamping itu peraturan
jalan tersebut (Non-Rivalry) Semua daerah tentang pajak daerah yang
orang dapat menikmati manfaat dibuat itu adil harus memenuhi
dari jalan raya. dan sebagian hasil empat syarat, sebagai berikut:
dari penerimaan pajak kendaraan
1. Equality dan equity
bermotor dan bea balik nama
Equality berarti adanya suatu
kendaraan bermotor digunakan
kesamaan dalam beban pajak,
untuk perbaikan jalan raya, orang
dimana subjek pajak yang
yang dapat menikmati jalan
mempunyai kondisi sosial
tersebut tidak hanya yang bayar
ekonomi yang sama, maka
saja, tetapi yang tidak bayar pajak
harus dikenakan beban pajak
juga dapat menikmatinya (Non-
yang sama. equality
Excludable) tanpa mengeluarkan
mengandung sifat yang
kontribusi didalamnya (Free Rider).
nondiscrimination, yaitu tidak
B. Konstribusi Pajak Kendaraan
memandang status subyek
Bermotor (PKB) dan Pajak Bea Balik
pajak, karena orang asing
Nama Kendaraan Bermotor
maupun orang Indonesia akan
(BBNKB) Sebagai Salah Satu Sumber
dikanakan pajak sesuai dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Ciri
ketentuan undang-undang
utama yang menunjukan suatu
perpajakan yang berlaku.
daerah otonom mampu
Sedangkan equity dapat
berotonomi yaitu terletak pada
diartikan sebagai keadilan yang
tingkat kemampuan keuangan
bersifat umum, walaupun
daerah. Artinya daerah otonom
pengertian keadilan sangat
harus memiliki kewenangan dan
relatif serta dipengaruhi oleh
kemampuan untuk menggali
aspek tempat, waktu dan
sumbersumber keuangan sendiri,
idiology pancasila, maka
mengelola dan menggunakan
pengertian keadilan ini sesuai
keuangan sendiri yang cukup
dengan filsafah pancasila.
memadai untuk membiayai
2. Certainity
penyelenggaraan pemerintah
daerahnya. Ketergantungan kepada Yaitu suatu kepastian hukum,
bantuan pusat harus diupayakan dimana setiap undang-undang
seminimal mungkin, sehingga perpajakan dan ketentuan
Pendapatan Asli Daerah Khususnya perpajakan harus mengandung
pajak menjadi bagian sumber kepastian hukum, baik untuk
keuangan terbesar. Perluasan basis wajib pajak, untuk Negara dan
pajak tersebut dilakukan sesuai aparat pajak yang
melaksanakan tugas dan pertimbangan tertentu, menteri dalam
pemungutan pajak. negeri dapat menyerahkan kewenangan
penetapan nilai jual kendaraan bermotor
3. Convention of payment
kepada daerah, selain itu kebijakan tarif pajak
Yaitu saat pemungutan
kendaraan bermotor juga diarahkan untuk
pakak harus tepat, sesuai
mengurangi tingkat kemacetan di daerah
dengan kondisi ekonomo
perkotaan, dengan memberikan kewenangan
para wajib pajak yang
daerah untuk menetapkan tarif pajak progresif
memungkinkan dapat
untuk kepemilikan kendaraan kedua dan
membayar hutang pajaknya
seterusnya. Untuk meningkatkan akuntabilitas
. pemungutan pajak lebih
pengenaan pungutan, dalam peraturan daerah
tepat pada saat timbul
ini sebagian hasil penerimaan pajak daerah
objek pajak yang dapat
dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang
dikenakan pajak.
berkaitan dengan pajak tersebut. Pajak
4. Economic of collection
kendaraan dan bea balik nama kendaraan
Yaitu dalam meentapkan
bermotor, sebagian dialokasikan untuk
biaya pemungutan pajak
pembangunan dan /atau pemeliharaan jalan
yang harus diperhitungkan
dan sarana transportasi umum. Selanjutnya
secara sempurna agar tidak
untuk meningkatkan efektifitas pengawasan
terjadi pengeluaran biaya
pungutan daerah, mekanisme pengawasan
pungutan lebih besar dari
diubah dari represif menjadi preventif. Setiap
pada jumlah pajak yang
peraturan daerah tentang pajak, sebelum
diterimanya.
dilaksanakan harus mendapat persetujuan
Dalam Undang-undang Nomor 28 tahun terlebih dahulu dari pemerintah, setelah
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi disetujui disosialisasikan dan
Daerah; daerah hanya diberikan kewenangan dilaksanakan/diimplementasikan. Terhadap
untuk menetapkan tarif pajak dalam batasan daerah yang menetapkan kebijakan dibidang
maksimum yang ditetapkan dalam peratuaran pajak daerah yang melanggar ketentuan
daerah ini. Kemudian untuk menghindari peraturan perundang-undangan yang lebih
perang tarif antar daerah untuk objek pajak tinggi, akan dikenakan sanksi berupa
yang mudah bergerak seperti kendaraan penundaan dan/atau pemotongan dana alokasi
bermotor, dalam peraturan ini ditetapkan tarif umum dan/atau dana bagi hasil atau restitusi.
minimum untuk pajak kendaraan bermotor.
Pengaturan tarif demikian juga masih
memberikan peluang bagi masyarakat untuk KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
memindahkan kendaraanya ke daerah lain yang
beban pajaknya lebih rendah. Oleh karena itu Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik
dalam undang-undang ini; nilai jual kendaraan Kendaraan Bermotor (BBNKB) memberikan
bermotor (NJKB) sebagai dasar pengenaan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah.
pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama Pajak daerah merupakan salah satu sumber
kendaraan bermotor masih ditetapkan seragam pendapatan daerah yang penting guna
secara nasional namun sejalan dengan tuntutan membiayai penyelenggaraan pembangunan dan
masyarakat terhadap pelayaan yang lebih baik pemerintahan daerah. Kebijakan pajak daerah
sesuai dengan beban pajak yang ditanggungnya berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan
dan keadilan, peran serta masyarakat dan
akuntabilitas dengan memperhatikan potensi
daerah. Peraturan daerah tentang pajak daerah
telah dibuat dengan adil dan memenuhi empat
syarat dan sebagian hasil penerimaan pajak
daerah dialokasikan untuk membiayai kegiatan
yang berkaitan dengan pajak tersebut. Pajak
kendaraan dan bea balik nama kendaraan
bermotor, sebagian dialokasikan untuk
pembangunan dan /atau pemeliharaan jalan
dan sarana transportasi umum. Dengan
diberlakukannya peraturan daerah terkait
pajak, kemampuan daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya semakin besar,
karena daerah dapat dengan mudah
menyesuaikan pendapatnya, sejalan dengan
tidak memberikan kewenangan kepada daerah
untuk menetapkan jenis pajak baru akan
memberikan kepastian bagi masyarakat dan
dunia usaha yang pada gilirannya diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pemerintah daerah hendaknya dapat
mempertahankan serta berupaya lebih dalam
meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor karena pengaruh cukup besar
terhadap PAD, hendaknya pemerintah daerah
memperketat sanksi dan memperbaiki sistem
administrasi yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Amwal Fi Daulah al- Khalifah, D. a.-i. (2022). Sistem Keuangan Di Negara Syariah. Bogor: Pustaka
Thariq Izzah.

Bohari. (2001). Hukum Pajak. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan . Yogyakata: Andi Offset.

Resmi, S. (2011). Perpajakan Teori Dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.


Resmi, S. (n.d.). Perpajakan Teori Dan Kasus.

Soemitro, R. H. (1990). Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia .

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015 tentang


Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Anda mungkin juga menyukai