Anda di halaman 1dari 11

Laporan Akhir 1

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi


Tentang Pajak Daerah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan
kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat,
seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur
dengan Undang-Undang.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah telah diatur


menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Semua sumber keuangan yang melekat
pada setiap urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah
menjadi sumber keuangan daerah. Salah satu komponen utama
pelaksanaan desentralisasi dalam otonomi daerah adalah
desentralisasi fiskal (pembiayaan otonomi daerah)1. Apabila
Pemerintah Daerah melaksanakan fungsinya secara efektif, dan
diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan
pelayanan di sektor publik, maka daerah harus didukung sumber-
sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah, termasuk surcharge of taxes, Pinjaman,
maupun dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat.2

Pelaksanaan otonomi daerah telah mengakibatkan perubahan


paradigma terkait pola hubungan antara pusat dan daerah,
diantaranya adalah bagaimana daerah dapat melakasanakan
peran dan fungsi pemerintahan secara mandiri. Kemandirian ini
1
Tjip Ismail, Pengaturan Pajak Daerah Indonesia, Yellow Printing, Jakarta,
2000, hlm.12.
2
Machfud Sidik, Makalah Seminar Nasional, Desentralisasi Fiskal,
Kebijakan, Implementasi dan Pandangan ke Depan Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, Yogyakarta, 20 April 2002, hlm.5.
Laporan Akhir 2
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

berimplikasi pada aspek-aspek managerial, administratif,


organisasional dan financial.

Salah satu faktor determinan kunci dalam pelaksanaan


otonomi daerah adalah tersedianya sumber-sumber penerimaan
keuangan daerah yang memadai untuk membiayai
penyelenggaraan otonomi daerah. Kemampuan keuangan
pemerintah daerah akan menentukan kapasitas pemerintah
daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintah yaitu
melaksanankan pelayanan publik (publik service function), dan
melaksanakan pembangunan (development function).

Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan


daerah, yang diharapkan dapat membantu pembiayaan daerah
untuk melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri disamping penerimaan yang
berasal dari pemerintah berupa perimbangan maupun bantuan
keuangan. Sumber pajak daerah tersebut diharapkan menjadi
sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah untuk meningkatakan pemerataan
kesejahteraan rakyat.

Kemampuan pajak daerah yang dimiliki setiap daerah


merupakan salah satu indikator kesiapan pemerintah daerah
dalam berotonomi daerah. Oleh karena itu perolehan pajak daerah
diarahkan untuk meningkatakan PAD yang digunakan untuk
menyelenggarakan otonomi dareah yang secara konseptual
diharapkan memiliki kemampuan nyata dan bertanggung jawab.
Tuntutan kemampuan nyata ini diharapkan bersumber dari
kemampuan menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-
upaya yang dapat dilakukan sehingga terjadi peningkatan
pembangunan daerah.
Laporan Akhir 3
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

Pemerintah Daerah diharapkan dapat secara kreatif dan


inovatif mampu menggali sumber-sumber potensial, diantaranya
terkait dengan keuangan khususnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelayanan pemerintahan, guna menciptakan
kondusifitas pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli
Daerah. Konseksuensi penyerahan kewenangan yang sangat besar
kepada daerah, maka pengelolaan keuangan daerah menjadi
sangat signifikan untuk dikelola secara kreatif dan karikatif dalam
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, dengan tetap
menyandarkan pada koridor peraturan perundang-undangan,
sehingga tidak hanya semata-mata peningkatan Pendapatan Asli
Daerah, tetapi peningkatan sarana untuk mengoptimalisasikan
realisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pajak Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah


menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah dan Pasal 279 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, ditetapkan
dengan Undang-Undang. Ketentuan tersebut secara konstitusional
diatur dalam UUD 1945 Amandemen Keempat Pasal 23A yang
menegaskan, bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang.

Penetapan Pajak Daerah secara yuridis telah ditetapkan


dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan ketentuan-
ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan
arahan bagi Daerah dalam melaksanakan pemungutan Pajak
Daerah, sekaligus menetapkan pengaturan untuk menjamin
penerapan prosedur umum perpajakan Daerah.
Laporan Akhir 4
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

Tujuan utama perpajakan daerah adalah untuk


menyederhanakan dan memperbaiki jenis dan struktur
perpajakan daerah, meningkatkan pendapatan daerah,
memperbaiki sistem administrasi perpajakan daerah sejalan
dengan sistem administrasi perpajakan nasional, dan
menyederhanakan tarif pajak.

Pada prinsipnya pemungutan Pajak Daerah merupakan


perwujudan dari pengabdian dan peran masyarakat untuk
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan Daerah.
Dengan demikian Pemerintah Daerah dalam hal ini aparatur
pengelola perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban
melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang
telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan Daerah.

Namun demikian, bukan berarti daerah dengan bebas


menggunakan pajak dan retribusi untuk percepatan peraihan PAD
semata, hal ini juga harus dipertimbangan dengan kondisi objektif
masyarakat setempat, karena jika hanya semata mengejar target
kenaikan PAD maka akibatnya akan menimbulkan dampak yang
merugikan pada masyarakat maupun dunia usaha, sehingga pajak
ataupun retribusi haruslah proporsional.

Kabupaten Bekasi sebagai daerah otonom menjalankan tugas


dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah dituntut untuk
kreatif mencari dan menemukan sumber-sumber pendapatan yang
salah satunya melalui optimalisasi pajak daerah. Berdasarkan
ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menetapkan jenis
Laporan Akhir 5
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten/Kota terdiri atas:


Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak
Penerangan Jalan; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak
Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan; dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Jenis Pajak Daerah kabupaten/kota tersebut, bersifat limitatif


yang berarti kabupaten/kota tidak dapat memungut pajak lain
selain yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009. Sehubungan dengan pelaksanaan penyelenggaraan
pajak di Kabupaten Bekasi, maka Pemerintah Daerah telah
menetapkan jenis pajak daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7
Tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Perpajakan Daerah.

Dengan diterbitkannya berbagai Peraturan Perundang-


undangan di Kabupaten Bekasi yang berkaitan dengan pajak
daerah, maka Pemerintah Daerah dapat melaksanakan
kewenangannya dalam memungut pajak daerah sesuai dengan
Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.

Peraturan Daerah merupakan instrument aturan yang secara


sah diberikan kepada pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Peraturan Daerah
dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik sebagaimana ketentuan Pasal 5
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.

Banyaknya Peraturan Daerah mengenai pajak daerah yang


telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Bekasi tentunya
berdampak pada efektifitas peraturan perundang-undangan di
Laporan Akhir 6
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

daerah serta implementasi pelaksanaannya di masyarakat. Oleh


karena itu, dalam rangka mewujudkan peraturan perundang-
undangan di daerah yang baik, dua Peraturan Daerah yang
berkaitan dengan pajak daerah perlu diintegrasikan ke dalam
suatu Peraturan Daerah agar penerapan dan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan di daerah lebih efektif, efisien dan
tepat guna. Hal tersebut dipandang perlu guna sebagai acuan
dalam melakukan penataan, perumusan, dan pembentukan
peraturan perundang-undangan daerah di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bekasi yang dituangkan dalam bentuk Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang Pajak Daerah.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang akan dikaji dalam kegiatan


penyusunan Naskah Akademik ini, antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana urgensi pembentukan Peraturan Daerah


Kabupaten Bekasi tentang Pajak Daerah?

2. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,


sosiologis, dan yuridis penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten Bekasi tentang Pajak Daerah?

3. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup


pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang Pajak Daerah?

C. Maksud dan Tujuan


Laporan Akhir 7
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang


dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik
dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan hukum terkait urgensi


pembentukan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah.

2. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis,


sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Dana Cadangan Pemilihan Kepala Daerah.

3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup


pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
Rancangan Peraturan Daerah tentang Dana Cadangan
Pemilihan Kepala Daerah.

D. Metode Penelitian

Penyusunan Naskah Akademik ini pada dasarnya merupakan


suatu kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan
Naskah Akademik yang berbasiskan metode penelitian ilmu
hukum atau penelitian ilmu lain. Penelitian hukum dapat
dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis
empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian
sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi
pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian,
kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian,
hasil pengkajian, dan referensi lainnya.

Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara,


diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat.
Laporan Akhir 8
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang


diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap
peraturan perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan
dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner
untuk mendapatkan data faktor non hukum yang terkait dan yang
berpengaruh terhadap peraturan perundang-undangan yang
diteliti.

Menggunakan metode penelitian hukum (legal research),


dalam artian menggunakan bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder serta didukung bahan hukum informatif.

1. Metode Pendekatan

Dalam melakukan penelaahan terhadap peraturan


daerah ini, kami menggunakan metode pendekatan undang-
undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua
undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan
substansi hukum yang sedang ditangani. Dengan
menggunakan metode pendekatan undang-undang (statute
approach), kita akan mengetahui mengenai konsistensi dan
kesesuaian antara peraturan yang akan dibuat dengan
ketentuan undang-undang yang lainnya atau antara regulasi
dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Penelitian yang dilakukan dalam penyusunan Kerangka


Acuan penyusunan Naskah Akademik ini menggunakan
metode yuridis normatif yang memusatkan perhatian pada
kajian tentang norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pajak
daerah.

Penyusunan Naskah Akademik ini merupakan penelitian


doktrinal dengan optik prescriptive (bersifat memberi petunjuk
Laporan Akhir 9
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

atau menjelaskan) guna menemukan kaidah hukum yang


menentukan apa yang menjadi hak dan kewajiban yuridis
dari subyek dan obyek hukum dalam situasi kemasyarakatan
tertentu.

Metode ini mengacu pada prosedur penelitian yang


dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang data
secara mendalam dan holistik. Adapun tipe pemaparan yang
digunakan dalam pemberian pendapat hukum ini bersifat
deskriptif-analitis, sehingga kajian yang dilakukan dan uraian
yang diberikan dapat menjadi acuan komprehensif bagi
penyusunan suatu Rancangan Peraturan Daerah.

Sementara data yang digunakan dalam penyusunaan


Kerangka Acuan Naskah Akademik ini adalah data sekunder
sebagai data utamanya dan data primer sebagai data
pendukung. Data dan informasi yang diperoleh dari seluruh
teknik pengumpulan data selanjutnya diolah dan dianalisis
secara yuridis kualitatif untuk menentukan draft Naskah
Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
tentang Pajak Daerah.

2. Metode Analisis

Terhadap bahan-bahan hukum yang terkumpul


dilakukan interpretasi secara hermeneutikal, yaitu
memahami aturan hukum:3

a. Berdasarkan pemahaman tata bahasa (gramatikal), yaitu


berdasarkan makna kata dalam konteks kalimatnya;

3
Bernard Arief Sidharta, Penelitian Hukum Normatif: Analisis Penelitian
Filosofikal dan Dogmatikal, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm. 145-146.
Laporan Akhir 10
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

b. Dipahami dalam konteks latar belakang sejarah


pembentukannya (historikal) dan dalam kaitan dengan
tujuan yang hendak diwujudkannya (teleologikal) yang
menentukan isi aturan hukum positif itu (untuk
menentukan ratio legis-nya); dan

c. Dipahami dalam konsteks hubungannya dengan aturan


hukum yang lainnya (sistematikal) dan secara
kontekstual merujuk pada faktor-faktor kenyataan
kemasyarakatan dan kenyataan ekonomi (sosiologikal)
dengan mengacu pandangan hidup, nilai-nilai kultural
dan kemanusiaan yang fundamendal (filosofikal) dalam
proyeksi ke masa depan (futurological).

Dalam kajian ini tindakan yang dilakukan adalah


memahami teks atau kalimat peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pajak daerah, dengan cara
menafsirkan, dan menerapkannya ke dalam bentuk
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang
Pajak Daerah.

Metode kegiatan dilakukan melalui kajian dokumentasi


terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, baik dalam skala nasional maupun lokal guna
memperoleh gambaran tentang kewenangan pemerintah
daerah dalam rangka pengaturan mengenai pembentukan
pajak daerah. Studi ini kemudian dipadukan dengan
pendekatan analisis kebijakan untuk menyusun kerangka
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang
Pajak Daerah.

Gambar 1.1.
Alur Kegiatan
Laporan Akhir 11
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Tentang Pajak Daerah

Anda mungkin juga menyukai