Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

OPTIMALISASI KONTRIBUSI PAJAK REKLAME DAN DALAM RANGKA


MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
DI KOTA MEDAN

HANY AYUNDA MERNISI SITORUS


2106784030

KELAS HUKUM PAJAK


EKONOMI REGULER PAGI

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kesatuan terdiri dari beberapa daerah provinsi,
kabupaten dan kota. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya, pemerintahan daerah
mengurus daerahnya sendiri melalui asas otonomi daerah dan tugas pembantuan
sebagaimana diamanatkan didalam UUD NRI 1945 dan Undang-undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Disamping itu pemerintahan daerah
memiliki kewenangan untuk membentuk produk daerah guna menyeleggarakan asas
otonomi itu. Otonomi daerah Pada pasal 1 angka 5 UU Nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.1
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah sebagaiana disebutkan
sebelumnya pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah,
pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi rakyat didaerah yang
bersangkutan. berkaitan dengan itu maka dapat dikatakan pemerintah daerah
berkewajiban melakukan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat melalui
pengaturan keuangan daerah guna meningkatkan peran pemabangunan dan
peningkatan mutu pelayanan masyarakat. Berkaitan dengan pengaturan keuangan
daerah tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang merupakan salah satu instrument yang digunakan
sebagai tolak ukur peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat didaerah. Oleh
sebab itu, guna mencapai terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada
kepentingan publik pemerintah daerah Bersama DPRD harus bekerja sama dan
berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat
mencerminkan terwujudkan harapan tersebut.
Perimbangan keuangan daerah sehubungan dengan keuangan pemerintah pusat
dengan daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah adalah
pendapatan yang didasarkan pada undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dari Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, serta Hasil Pengelolaan Sumber Daya Daerah yang tidak

1
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
digabungkan dengan pendapatan asli daerah lain. Pendapatan Asli Daerah menjadi
faktor yang sangat penting.
Berkaitan dengan hal itu pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan
daerah diantara nya dengan menetapkan UU Nomor 18 tahun 1997 yang diperbarui di
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 yang dicabut dan digantikan dengan Undang-
undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Pemerintahan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retrtibusi Daerah yang
diharapkan dapat menjadi penyokong upaya pemerintah daerah dalam mengoptimalkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya yang berasal dari pajak daerah. Dengan
mengoptimalkan sumber dan objek pendapatan daerah maka secara tidak langsung hal
tersbut juga membantu meningkatkan produktivitas pendapatan daerah serta PAD tanpa
harus melakukan perluasan sumber dan objek pendapatan baru yang memerlukan studi
proses dan waktu yang Panjang.
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan paling besar bagi pemerintah
Republik Indonesia selain sector migas dan ekspor barang-barang non-migas. Sebagai
sumber pendapatan terbesar pemerintah pajak dapat dipergunakan untuk membiayai
kegiatan pemerintah guna meningkatkan mutu kualitas kebutuhan masyarakat. Alokasi
pajak diharapkan dapat berguna dan berpengaruh positif bagi pembangunan, prasarana
dan perbaikan kualitas sumber daya manusia.
Didalam Undang-undang Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah dikatakan
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada Undang-undang tersebut juga diatur
beberapa objek jenis pendapatan pajak untuk meliputi:
1. Pajak kendaraan bermotor, (2)
2. Bea balik nama kendaraan bermotor,
3. Kendaraan bermotor
4. Pajak Alat Berat
5. Pajak bumi
6. Pajak bangunan
7. Bea peolehan ha katas tanah
8. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
9. Pajak barang dan jasa
10. Pajak reklame
11. Pajak air permukaan
12. Pajak rokok
13. Pajak air tanah
14. Pajak mineral bukan logam dan batuan
15. Pajak sarang burung wallet
16. dll
Pajak Reklame sebagai salah satu objek pajak daerah memiliki peran besar yang
penting bagi pendapatan daerah, khususnya dikota Medan yang terletak di provinsi
Sumatera Utara. Sebagai ibukota provinsi tentu saja Kota Medan merupakan kota yang
kaya akan budaya dan objek wisata dan termasuk kategori kota metropolitan karena
tingkat perindustrian dan perbelanjaan yang cukup tinggi dimana hal tersebut juga
menjadi potensi yang besar untuk dikunjungi wisatawan asing maupun lokal serta
sebagai tempat perputaran ekonomi yang tinggi. Hal tersebut juga menjadi salah satu
alasan yang memberikan dampak bahwa pajak reklame dapat dikatakan sebagai pos
pajak daerah yang sangat berpotensi memberikan kontribusi pada PAD kota Medan.
Berdasarkan data milik Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) kota Medan realisasi PAD dari pajak Reklame Rp.17,79
miliar dari target Rp.25,64 miliar atau masih 69,34 persen dari target. Pelaksana Tugas
Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kota Medan, Ahmad Basaruddin,
mengatakan bahwa hal tersebut dikarenakan masih kurangnya kesadaran sendiri dari
subjek pajak reklame untuk memenuhi kewajibannya.2
Maka berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah kota medan sangat perlu
untuk mengoptimalkan pemungutan pajak reklame mengingat besarnya kontribusi
kedua objek pajak daerah ini bagi pengembangan PAD. Ada banyak hal dan cara yang
dapat di lakukan oleh pemerintah daerah guna menyokong hal tersebut mulai dari
mempermudah transaksi pembayaran pajak, memperluas penyampaian informasi
terkait pajak, menjaring pelaku dan subjek pajak yang tidak memenuhi tanggung jawab
pajaknya.

2
https://dpmptsp.pemkomedan.go.id/dpmptspwebaplikasi/modules/single-post.php?id=267 diakses 16 april
2022
Pentingnya PAD dalam pelaksanaan asas Otonomi Daerah yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat daerah. PAD merupakan
sumber dana dari daerah sendiri yang harus ditingkatkan dan dioptimalkan guna
mencapai tujuan itu. Namun demikian, realitas menunjukkan bahwa PAD hanya
mampu membiayai belanja pemerintah daerah yang paling tinggi sebesar 20%.3 Maka
berdasarkan hal tersbut penulis tertarik untuk menganalisis dan membuat makalah ini
dengan judul “Optimalisasi Kontribusi Pajak Reklame Dalam Rangka
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Medan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang dijabarkan tersebut maka penulis menarik 2
rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana Kontribusi Pajak Reklame Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Di Kota Medan?
2. Bagaimana cara Pemerintah dalam Mengoptimalisasikan Kontribusi Pajak
Reklame Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota
Medan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah pada Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai
berikut?
1. Untuk mengetahui bagaimana Kontribusi Pajak Reklame Dalam Rangka
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara Pemerintah dalam mengoptimalisasikan
Kontribusi Pajak Reklame Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Di Kota Medan.
D. Metode Penulisan
1. Bentuk Penulisan
Bentuk penulisan makalh ini adalah jenis penelitian Normatif-Empiris. Dimana
penulis menggabungkan antara pendekatan normatif dengan adanya penambahan
berbagai unsur empiris yaitu mengenai implementasi ketentuan Undang-undang
dalam setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi didalam suatu masyarakat.

3
Kuncoro, Keuangan Negara dan Daerah (Yogyakarata: PT. Persada, 2007), hlm 2.
Yaitu penulis menganalisis peraturan perundang-undangan terkait pajak daerah
dan implementasinya pada peristiwa nyata terkait pajak reklame di kota Medan.
2. Tipologi Penulisan
Jenis Penulisan ini pada dasarnya adalah dengan melakukan penelitian
eksplanatoris yaitu penelitian yang memiliki tujuan untuk meneliti hal-hal menarik
yang belum sepenuhnya dipahami oleh penulis. Penelitian ini juga mengguanakan
tipologi deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu dalam bidang
tertentu dan pada waktu tertentu dimana tulisan ini menggambarkan Sebagian besar
gambaran asli tentang masalah yang akan diteliti, dengan pendekatan perundang-
undangan terkait pajak reklame. Penulis juga menggunakan pendekatan analitis
dengan tujuan mengetahui istilah-istilah yang digunakan dalam bidang perpajakan
secara konseptual dan bagaimana hal tersebut diterapkan pada prakteknya.
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh secara langsung dengan penelusuran literatur hukum dan
dokumenter. Dengan menganalisis data-data kualitatif juga penulis menganalisis
dan menggambarkan berbagai pengaturan terkait pajak reklame di kota medan.
4. Jenis Bahan Hukum
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum Primer adalah bahan hukum yang memiliki kekuatan
mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penulisan
penelitian ini, antara lain:4
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
4. Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah
5. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 tentang Pajak
Reklame

4
Onny Hanitijo Soemitro, MetodoIogi PeneIitian Hukum dan Jurimetri, GhaIia Indonesia, Jakarta, 1990, hIm. 53
6. Web resmi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP)
7. Web resmi Badan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah Kota
Medan
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan hukum yang erat
hubungannya dengan bahan hukum Primer, dimana bahan hukum ini dapat
membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, sepertin halnya
hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil seminar, hasil karya ilmiah, hasil karya
berbasis hukum, serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan Pajak
daerah terkhusus terkait Pajak Reklame.
c. Bahan Non-Hukum Tersier
Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang menjelaskan dan
melengkapi bahan hukum Primer dan Sekunder. Seperti halnya Internet,
Kamus-kamus Bahasa baik berbasis Hukum maupun Non Hukum, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
BAB II
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH I
A. Kontribusi Pajak Reklame Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Di Kota Medan

1. Analisis Pengaturan terkait Pajak Reklame pada Undang-undang nomor 1


tahun 2022 tentang Hubungan keuangan antara Pemerintah pusat dan
pemerintah Daerah
Pada Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah mengatur terkait Pajak Reklame. Pajak
Reklame adalah Pajak atas penyelenggaraan Reklame. Dimana reklame diartikan
benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau
untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat
dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.5
Dengan objek pajak reklame yang diatur pada UU Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah meliputi:6
a. Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
b. Reklame kain;
c. Reklame melekat, stiker;
d. Reklame selebaran;
e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
f. Reklame udara;
g. Reklame apung;
h. Reklame suara;
i. Reklame film/slide; dan
j. Reklame peragaan.
Dimana UU ini juga menetapkan bahwa subjek Pajak Reklame adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan reklame, dan secara langsung menjadi wajib

5
Pasal 1 angka 50 Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Pemerintahan Daerah.
6
Pasal 60 ayat (2) Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
Dan Pemerintahan Daerah.
pajak Ketika subjek pajak reklame ini menyelenggarakan Reklame dan apabila
yang menyelenggarakan reklame adalah pihak ketiga maka pihak ketiga sebagai
penyelenggara yang ditetapkan menjadi wajib pajak reklame.7
Dasar Pengenaan Pajak Reklame ditentukan berdasarkan nilai sewa Reklame
dimana nilai sewa dihitung dengan memperhatikan factor jenis, bahan yang
digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, dan
ukuran media reklame. Dengan tarif pajak reklame yang ditetapkan paling tinggi
25% yang ditentukan oleh daerah masing-masing.8

2. Analisis Pengatura terkait Pajak Reklame di kota Medan pada Peraturan


Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 tentang Pajak Reklame
Pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 tentang Pajak
Reklame, dimana Perda ini mengatur sebagaimana meneruskan pengaturan yang
diatur oleh UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terkait Dasar Pengenaan, Tarif
dan Cara Menghitung Pajak, dll. yang sebagai berikut:9
a. Dasar Pengenaan Pajak Reklame
(1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.
(2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai sewa Reklame
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak
Reklame.
(3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa reklame sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan
yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu penyelenggaraan,
jumlah dan ukuran media Reklame.
(4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
dilaksanakan dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan
dengan menggunakan faktorfaktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

7
Pasal 62 Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah.
8
Pasal 62 Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan
Pemerintahan Daerah.
9
Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame
(5) Cara Perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan berdasarkan penjumlahan antara Nilai Jual Reklame dengan Nilai
Strategis Reklame.
(6) Nilai Jual reklame adalah perkaliaan antara luas/ukuran media reklame dengan
jangka waktu dengan harga satuan reklame.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai hasil perhitungan nilai sewa reklame
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur dengan peraturan Walikota.
b. Tarif Pajak
Tarif pajak rekalme ditetapkan sebesar 25% sebagaimana diatur pada pasal 6
Perda kota Medan Nomor 11 tahun 2011 tentang Pajak Reklame. Dengan
ketentuan besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara
mengalihkan tarif pajak.
c. Cara Pemungutan Pajak Reklame
Adapun tata cara pemungutan pajak Reklame dikota Medan adalah sebagai
berikut:10
(1) Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan.
(2) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasrkan penetapan
Walikota dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
berupa karcis dan nota perhitungan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran pajak diatur dengan
Peraturan Walikota
Dengan surat Tagihan pajak diatur sebagai berikut:11
(1) Walikota dapat menerbitkan STPD jika:
a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. Wajib Pajak dikenakan saksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
(2) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran
dikenakan sanksi administrative berupa bunga 2% setiap bulan dan ditagih
melalui STPD.

d. Cara Pembayaran dan Penagihan


Tata cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame di Kota Medan adlah
sebagai berikut:12

10
Pasal 12 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame
11
Pasal 14 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame
12
Pasal 15 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame
(1) Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan sebagai
berikut:
a. reklame Tetap Terbatas ditetapkan 7 (tujuh) hari kerja;
b. reklame Tetap Permanen ditetapkan 5 (lima) hari kerja;
c. reklame Insidentil ditetapkan 1 (satu) hari kerja.
(2) SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan
dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(3) Walikota atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga
sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan
peraturan Walikota.

3. Bentuk Kontribusi Penerimaan Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli


Daerah (PAD) dikota Medan
Pajak Reklame merupakan salah satu dari sekian banyak komponen dari PAD,
mengingat besarnya kontribusi dari pajak reklame bagi PAD kota medan dimana
pajak reklame ini dipergunakan untuk menyokong dan membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah serta pembangunan kota medan. Berdasarkan bahan-bahan
hukum dan non-hukum yang diteliti penulis serta melihat data-data target dan
realisasi yang bersumber dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Medan, dalam rangka meningkatkan Penerimaan Asli Daerah
berusaha untuk memperbesar penerimaan dari sektor Pajak Daerah khususnya
Pajak Reklame.
Umumya pembayaran pada pajak reklame tidak ditentukan tunggakan karena
wajib pajak yang akan memasang reklame terlebih dahulu mengurus pembayaran
dan harus melunasi jumlah pajak. Berikut adalah realisasi penerimaan pajak
reklame dikota medan 9 tahun terakhir dari 2013 hingga tahun 2020:13

13
https://dpmptsp.pemkomedan.go.id/dpmptspwebaplikasi/index.php diakses pada 17 april 2022
Tabel 1.1
Target dan realisasi pajak reklame pada Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan.
Tahun Target Realisasi Penerimaan Persentase
2013 69.161.250.000,00 23.348.045.567,70 33,76%
2014 59.161.250.000,00 10.545.642.925,00 17,83%
2015 78.352.375.000,00 12.834.133.038.25 16,38%
2016 89.852.375.000,00 17.308.256.230,32 19,49%
2017 94.352.375.000,00 23.310.887.064,51 23,65%
2018 107.222.000.000,00 13.724.160.000,00 12,80%
2019 120.544.873.789,00 19.017.920.055,00 15,77%
2020 25,646.627.000,00 20,128.387.583,00 78,48%
Sumber data : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota
Medan 2021
Berdasarkan tabel target dan realisasi diatas bahwa terdapat keadaan yang tidak stabil
mengenai target dan Penerimaan pajak oleh DPMPTS kota Medan, dimana terdapat naik
turun setiap tahun dan hampir tidak ada penerimaan yang mencapai target yang
ditetapkan oleh DPMPTS kota Medan. Seperti pada tahun 2013 dimana target yang
ditentukan kepada pajak reklame adalah sebesar Rp. 69.161.250.000,00. Namun dalam
kenyataannya penerimaan yang diperoleh hanya 33,76% saja yaitu sebesar
Rp23.348.045.567,70 dimana hasil ini sangat jauh dari target yang diperkirakan oleh
DPMPTS kota Medan.
Ditahun berikutnya pemeritah menurunkan target realisasi menjadi sebesar
69.161.250.000,00 menjadi 59.161.250.000,00 namun penerimaan hanya 17,83%.
Persen saja yaitu Rp. 10.545.642.925,00. Namun mengingat penurunan terget
menyebabkan memperparah angka penerimaan pemerintah berinisiatif menaikkan target
yang memang sewajarnya dinaikkan ditahun 2015 yaitu menjadi 78.352.375.000,00 agar
dapat menjadi acuan, namun lagi-lagi hal tersebut tidak berhasil memperbaiki
penerimaan pajak yang bahkan semakin memperkecil penerimaan yaitu hanya 16,38%
saja yaitu sebesar Rp.12.834.133.038.25.
Pada tahun 2016 melihat semakin maraknya penggunaan reklame di kota medan
pemerintahpun menargetkan akan memperoleh realisasi pajak reklame sebesar Rp.
89.852.375.000,00, dimana pada tahun ini penerimaan mengalami peningkatan yaitu
diperoleh penerimaan 19,49% yaitu sebesar Rp. 17.308.256.230,32. Dan kemudian
ditahun berikutnya yaitu pada tahun 2017 penerimaan pajak reklame meningkat yaitu
mencapai 23,65%, yaitu sebesar Rp.94.352.375.000,00.
Namun pada tahun 2018 dimana pemerintah menetapkan target sebesar
Rp.107.220.000.000,00 mengingat pada tahun sebelumnya penerimaan pajak reklame
yang cukup tinggi ternyata turun lebih jaauh bahkan dikatakan sebagai penerimaan
terendah beberapa tahun terakhir sebelum tahun 2018 yaitu hanya 12,80% yaitu sebesar
Rp. 13.724.160.000,00 saja. Pada tahun 2019 berdasarkan pengamatan pemerintah
sewajarnya target yang ditetapkan adalah sebesar Rp. 120.544.873.789,00 namun yang
tercapai hanya 15,77% saja yaitu sebesar Rp.19.017.920.055,00, namun hal tersebut
masih dapat dikatakan peningkatan mengingat pada tahun sebelumnya penerimaan pajak
reklame terlalu turun. Kemudian pada tahun 2020 dikarenakan terjadi pandemic
diseluruh dunia yaitu penyebaran virus Covid-19 dimana kota medan termasuk yang
terdampak. Begitu pula pada bidang reklame. Sehingga pemerintah membuat terget
realisasi hanya sebesar Rp.25,646.627.000,00 dan penerimaan yang diterima mencapai
78,84% yaitu sebeasar Rp.20,128.387.583,00 atau dapat dikatakan hamoir mencapai
target.
Pada tahun 2013 kontribusi pajak reklame terhadap PAD mencapai 2,6 % selanjutnya
pada tahun 2014 mengalami penurunan hingga hanya mencapai 1,1%, pada tahun 2015
kontribusi pajak reklame terhadap PAD Kembali mengalami kenaikan hingga mencapai
1,2% dilanjutkan pada tahun 2016 kontribusi pajak reklame mencapai 1,5%. Pada tahun
2017 kontribusi pajak reklame mengalami penurunan sebesar 1,2% dan pada 2018
kontribusi pajak reklame mengalami penurunan yang sangat signifikan daripada tahun-
tahu sebelumnya yaitu 0,65%. Pada tahun 2019 kontribusi pajak reklame kembai
mengalami kenaikan yang signifikan pula terhadap PAD yaitu sebesar 1,3% dan
penurunan Kembali pada tahun 2020 akibat dampak covid 19 yaitu sebesar 0,51%.14
Maka atas perhitungan DPMPTS besaran kontribusi pajak reklame terhadap DAP
kota Medan dengan kondisi target realisasi seperti yang dijabarkan sebelumnya per tahun
2013-2020 masih sangat jauh dari target dan terus-menerus tidak mencapai target yang
ditetapkan oleh pemerintah kota medan sehingga dapat dikatakan kontribusi pajak
reklame belum dapat dikatakan optimal dalam hal meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).

14
http://bpkad.pemkomedan.go.id/ diakses pada 17 april 2022
BAB III
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH II
A. Analisis Cara Pemerintah daerah kota Medan dalam mengoptimalisasikan
Kontribusi Pajak Reklame Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Di Kota Medan.
1. Pengawasan Penerimaan Pajak Reklame
Dalam hal penerimaan pajak reklame pemerintah memiliki peran yang sangat
penting dalam hal berlangsungnya penerimaan yang mencapai target realisasi pajak.
Dalam hal penerimaan pajak reklame pemerintah melakukan pengawasan terkhusus
pada pihak Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi daerah kota Medan untuk
mengevaluasi apa saja yang perlu dikaji dengan melakukan penjagaan terhadap
wajib reklame yaitu antara lain dengan terjun langsung kelapangan untuk
melakukan pengawasan tersebut. Penjagaan dalam waktu beberapa hari yang
dilakukan secara langsung terhadap wajib pajak reklame. Badan Pengelolaan Pajak
dan Retribusi Daerah Kota Medan melalui 7 UPT melakukan pengendalian
terhadap potensi pajak.
Pengawasan adalah suatu kegiatan yang tidak dapat diabaikan agar tujuan dapat
tercapai dan penyelewengan dapat dihindari. Pengawasan dapat di definiskan
sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen
dapat tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai
yang direncanakan. Pengertian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat
antara perencanaan dan pengawasan. 15 Di dalam proses pengawasan terdapat
berbagai kegiatan yang diantaranya mengukur kinerja dengan program kerja dengan
anggaran yang menimbulkan selisih, menganalisis selisih dan menentukan
penyebab terjadinya selisih dan langsung tindakan perbaikan. Pengawasan harus
dilakukan sepanjang proses pelaksanaan agar selisih yang terjadi dapat di antisipasi.
Pengawasan oleh pemerinah merupakan suatu upaya control birokrasi yang
harus dilakukan dengan baik dengan tujuan Untuk mencegah atau memperbaiki
kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian penyelenggaraan yang lain-lain yang
tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan dan Agar hasil

15
Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hlm. 133
pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.16
Adapun pengawasan penerimaan Pajak Reklame yang dilakukan oleh Badan
Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan yaitu Pengawasan dilakukan
dengan membentuk tim fasilitasi dan koordinasi pajak reklame gunanya untuk
melakukan pengecekan kelapangan yaitu:17
a. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak reklame. Dengan cara
membentuk tim khusus untuk melakukan kegiatan pengawasan tersebut.
b. Melakukan penindakan terhadap wajib pajak reklame tang melakukan
pelanggaran. Dengan cara memberikan sanksi/denda bagi wajib pajak yang
melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Badan
Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan maupun Pemerintahan
Kota Medan.
c. Melakukan pembongkaran terhadap objek reklame yang melakukan
pelanggaran. Dengan cara melakukan pengecekan secara langsung ke
lapangan untuk memantau objek reklame yang tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan peraturan yang telah ditetapkan, memeriksa izin reklame apakah
sudah ada atua belum, dan melakukan pembongkaran jika terdapat objek
reklame yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
d. Melakukan koordinasi dengan instansi yang terkait dalam membantu
kelancaran tugas-tugas tim fasilitasi dan koordinasi pajak reklame. Dengan
cara mengajak pemerintahan kota dan perusahaan-perusahaan yang terkait
untuk bekerja sama dalam membantu kelancaran pengawasan yang dilakukan
oleh tim fasilitas dan koordinasi.
2. Kendala dan masalah dalam pemungutan Pajak Reklame
Berdasarkan laporan Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota
Medan diberbagai sumber dan artikel penulis menganalisis beberapa fakta atas
masalah yang mempengaruhi pemungutan pajak reklame, diantaranya adalah:

16
Sopi, Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja terhadap Motivasi Pegawai kantor Bea dan Cukai tipe
Madya Bandung, 2013. Hlm.17
17
Skripsi Nazli Farhan Nasution, Analisis Pengawasan Penerimaan Pajak Reklame Pada Badan Pengelolaan
Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Medan, fakultas ekonomi dan bisnis, universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, 2018.
1. Rendahnya Pengetahuan Wajib Pajak Reklame Terhadap Kewajibannya
Ketaatan dan kepatuhan wajib pajak reklame menjadi dasar penyebab
utama penerimaan penyelenggara pajak menjadi rendah. Wajib Pajak hanya
berfokus pada tanggung jawab pembayaran pajak tanpa mengetahui dasar-dasar
hukum pajak reklame. Dimana Undang-Undang ataupun Peraturan Pemerintah
tidak dijadikan dasar yang kuat.
2. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Reklame masih kurang
Semakin bertambah tingginya jumlah wajib pajak reklame tidak disertai
dengan meningkatnya pendapatan penerimaan pajak. Hal ini dapat terjadi
karena pandangan negatif peserta wajib pajak terhadap pajak itu sendiri (pajak
reklame). Wajib pajak reklame kurang menyadari bahwa dengan membayar
pajak reklame kepada daerah dapat meningkatkan pemasukan kas daerah.
Sehingga segala program pembangunan daerah yang telah di programkan oleh
pemerintah daerah dapat terealisasi dengan baik. Sehingga wajib pajak itu
sendiri dapat menikmati dan merasakan hasil dari kesadarannya membayar
pajak itu sendiri.
3. Kurangnya Peranan Petugas Pendataan, Penagihan dan Petugas-Petugas yang
Berhubungan Dengan Wajib Pajak Reklame
Peranan petugas pendataan, penagihan dan petugas-petugas yang
berhubungan dengan wajib pajak reklame dapat menyebabkan kurangnya
kedisiplinan peserta pajak, karenanya kedisiplinan ini menjadi tanggung jawab
awal para petugas untuk meninjau dan mendata dengan benar setiap peserta
wajib pajak reklame di lapangan. Sementara itu, petugas penerimaan hendaklah
selalu siap untuk terjun kelapangan menagih pajak tertunggak.
4. Sikap Oknum Pajak yang Tidak Relevan
Ada beberapa oknum petugas pajak yang melaksanakan tugasnya tidak
relevan dengan fungsi yang seharusnya diemban oknum-oknum ini sering
memanipulasi hasil pajak. Misalnya dengan tidak menyetorkan pajak yang telah
dibayar oleh wajib pajak kepada kas daerah.
5. Kewajiban Wajib Pajak yang Sering Melanggar Izin Perpanjangan Waktu
Penyelenggaraan Reklame
Dari sekian banyak reklame yang terpasang disetiap sudut kota medan,
jika jujur ditelusuri ada beberapa yang sebenarnya masa berlakunya telah habis.
Namun belum mendapat teguran dari petugas pajak. Sehingga reklame-reklame
tersebut dapat dengan mudah kita jumpai dan lihat terpampang di sepanjang
jalan. Misalnya, Reklame Papan Billboard yang masih berdiri, spanduk-
spanduk yang masih bergantungan, stiker-stiker yang masih melekat pada
tembok-tembok atau tiang-tiang listrik. Melihat dari fakta ini dapatlah
disimpulkan bahwa penyelenggara reklame yang masa berlakunya telah habis
tidak ada niat baik untuk memperpanjangnya kepada petugas pajak. Dilain
pihak kurangnya peranan petugas pajak sendiri untuk menindak para wajib
pajak reklame dengan membongkar atau mencabut penyelenggaraan reklame
tersebut membuat para wajib pajak reklame diuntungkan, sebaliknya
pemerintah daerah dirugikan.
6. Kendala-kendala dari dalam yang membuat kurangnya penerimaan pajak antara
lain Masih kurangnya sumber daya manusia, kurang optimalnya kooordinasi
dengan dinas yang saling terkait, kurangnya sarana dan prasarana yang
menunjang pelaksanaan pemungutan pajak reklame, belum semua titik-titik
reklame yang dilelangkan berhasil terjual, masih banyaknya tingkat kebocoran
akibat pemasangan reklame ilegal.
3. Upaya Pemerintah guna mengoptimalkan Kontribusi Pajak Reklame bagi
PAD
Adapula upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan
Playanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan sebagai salah satu pihak Badan
Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan, yaitu antara lain:18
1. Merencanakan penataan pemasangan penyelenggaraan reklame. Dalam
merencanakan penataan pemasangan penyelenggaraan reklame ini,
kerjasama antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (DPMPTSP) Kota Medan dengan Pemerintah Kota Medan serta Biro
Periklanan sangat dibutuhkan, dengan letak pemasangan reklame yang
teratur, ketiga pihak dapat merasakan manfaatnya sendiri. Bagi DPMPTSP ,
dengan adanya pemasangan reklame yang teratur, memudahkan untuk
melakukan pendataan terhadap penyelenggaraan reklame tersebut. Bagi
Pemerintah Kota Medan memudahkan dalam hal penataan kabupaten
terlihat teratur dan rapi. Sedangkan bagi Biro Periklanan akan mengalami

18
Skripsi Christine Elisabeth Limbong, Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah Guna
Pembangunan Di Kota Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2019.
kepuasan, karena dengan begitu Wajib Pajak Reklame akan senang
mempergunakan jasa Biro Periklanan.
2. Sosialisasi pada Wajib Pajak Reklame. Demi terwujudnya kesadaran Wajib
Pajak Reklame untuk memenuhi kewajibannya membayar Pajak, maka
harus ditingkatkan penyuluhan kepada Wajib Pajak Reklame khususnya
kepada Perusahaan biro reklame atau yang sejenisnya tentang Pajak
Reklame dan pentingnya Pajak Reklame untuk pembangunan khususnya
bagi Kota Medan. Kemudian perlakuan yang adil kepada pembayar pajak,
dimana para pembayar pajak harus dapat merasakan bahwa mereka benar-
benar terjamin untuk membayar pajak sesuai dengan kemampuannya, dalam
pengertian mereka tidak merasa bahwa pajak yang mereka bayar terlalu
tinggi. Terkadang, pegawai pajak melakukan “door to door” yaitu
mendatangi Wajib Pajak langsung ke lapangan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak termasuk memeberikan surat peringatan.
3. Melaksanakan Pembinaan terhadap Wajib Pajak Reklame. Memberi
training/pelatihan yang singkat dalam hal peraturan dalam pembayaran
Pajak Reklame. Memberikan penyuluhan serta informasi, bahwa Pajak
Reklame yang dipungut sepenuhnya dipergunakan untuk pembiayaan
rumah tangga Pemerintah Kota Medan.
4. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan petugas pendataan, penagihan
maupun petugas yang berhubungan langsung dengan Pajak Reklame.
Adapun cara yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan petugas pemungut Pajak
Reklame adalah dengan cara mengirim petugas untuk mengadakan
penataaan atau pelatihan di bidang pendapatan perpajakan khususnya Pajak
Reklame, dimana dengan mengadakan penataran atau pelatihan ini
diharapkan kemampuan dan keterampilan petugas semakin baik.
5. Intensifikasi Pajak Reklame, Yang dimaksud dengan intensifikasi adalah
kegiatan yang secara terus menerus yang dibarengi dengan pengolahan atas
Pajak Reklame yang telah ada dengan sasaran untuk meningkatkan
penerimaan objek pajak tersebut. Lebih jelasnya peningkatan penerimaan
dilakukan dalam ruang lingkup Pajak Reklame tersebut. Maksud dari hal ini
adalah Wajib Pajak Reklame yang telah ada atau telah terdaftar harus
dioptimalkan untuk meningkatkan penerimaan. Salah satu bentuk dari
intensifikasi ini adalah dengan mengevaluasi objek pajak selama sebulan
sekali.
6. Mencari dan mengumpulkan informasi perihal alamat perusahaan yang
memasang reklame dan mendata potensi reklame di seluruh wilayah Kota
Medan. Dengan terkumpulnya alamat perusahaan yang memasang reklame
maka, Dinas Pendapatan Kota Medan tidak mengalami kesulitan dalam
penagihan pembayaran
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran atas hasil dan pembahasan yang penulis teliti dan
analisis terkait Kontribusi Pajak Reklame pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dikota Medan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kontribusi Pajak Reklame terhadap Perndapatan Asli Daerah (PAD) masih
terhitung rendah dan kurang efektif dimana penerimaan Pajak Reklame
tidak pernah mencapai target realisasi bahkan masih jauh dari kata efektif
dari tahun ke tahun.
2. Banyaknya kendala dan hambatan terkait pemungutan Pajak Reklame di
Kota Medan menjadi penghalang Pemerintah Daerah kota Medan dalam
mengoptimalkan penerimaan melalui Pajak Reklame guna meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah.
3. Pemerintah daerah kota Medan melakukan banyak upaya dalam hal
mengoptimalkan kinerja pajak reklame guna meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah yaitu dengan Merencanakan penataan pemasangan penyelenggaraan
reklame, Sosialisasi pada Wajib Pajak Reklame, Melaksanakan Pembinaan
terhadap Wajib Pajak Reklame, Meningkatkan keterampilan dan
kemampuan petugas pendataan, penagihan maupun petugas yang
berhubungan langsung dengan Pajak Reklame, Intensifikasi Pajak Reklame,
Mencari dan mengumpulkan informasi perihal alamat perusahaan yang
memasang reklame dan mendata potensi reklame di seluruh wilayah Kota
Medan.
B. SARAN
Melalui kesimpulan yang penulis simpulkan tersebut diatas maka penulis
memberikan saran-saran guna sebagai bahan masukan bagi pembaca:
1. Meningkatkan kinerja petugas dan pengelola Pajak Reklame dalam
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya yang ditetapka oleh peraturan
perundangan yang berlaku, dan meningkatkan kinerja serta kedisplinan setiap
pihak yang bertanggung jawab dalam mengoptimalkan kontribusi penerimaan
pajak reklame guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
2. Melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui berbagai macam media dan
cara seperti seminar, sosialisasi, serta pemasangan spanduk guna memberikan
pehaman dan menignkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya membayar
paja.
3. Menegaskan dan melaksanakan segala bentuk upaya yang direncanakan serta
memberikan sanksi yang tegas kepada pengelola dan penanggung jawab pajak
yang tidak melaksanakan wanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Keuangan Negara dan Daerah (Yogyakarata: PT. Persada, 2007)
Onny Hanitijo Soemitro, MetodoIogi PeneIitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: GhaIia
Indonesia, 1990.
Sopi, Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja terhadap Motivasi Pegawai
kantor Bea dan Cukai tipe Madya, Bandung, 2013.
Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Skripsi Nazli Farhan Nasution, Analisis Pengawasan Penerimaan Pajak Reklame Pada
Badan Pengelolaan Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Medan, fakultas ekonomi dan bisnis,
universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2018.
Skripsi Christine Elisabeth Limbong, Kontribusi Pajak Reklame Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Guna Pembangunan Di Kota Medan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
2019.

https://dpmptsp.pemkomedan.go.id/dpmptspwebaplikasi/modules/single-post.php?id=267
diakses 16 april 2022
https://dpmptsp.pemkomedan.go.id/dpmptspwebaplikasi/index.php diakses pada 17 april 2022
http://bpkad.pemkomedan.go.id/ diakses pada 17 april 2022

Indonesia, Undang-undang nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
Indonesia, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak
Reklame
Indonesia Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai