Oleh :
PENDAHULUAN
kewenagan telah diserahkan kepada daerah menjadi pendapatan asli daerah (PAD) dan bukan
merupakan penerimaan Negara bukan pajak lagi. Perubahan tersebut dimaksudkan guna
negara yang mandiri dan andal untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh wilayah negara Indonesia
secara adil dan merata, dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan
pendapatan bangsa Indonesia, dimana sedang mengalami krisis ekonomi sedangkan roda
pemerintahan dan pembangunan tidak mungkin dapat digerakkan tanpa dukungan dana terutama
Setiap daerah otonom dalam hal ini provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia, memiliki sumber daya
alam dan potensi ekonomi yang bervariasi, sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal maka akan
memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan pendapataan asli daerah, yang pada
gilirannya akan memberikan manfaat bagi pembangunan daerah. Komponen PAD yang memiliki
prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (perda), yang wewenang
pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai
Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil
penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran negara sekaligus membiayai keperluan belanja
negara (belanja rutin dan belanja pembangunan). Untuk itu, negara memerlukan dana yang cukup
besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung terus – menerus dan
berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan
negara) dan fungsi regulerend (mengatur). Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
Sedangkan fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang
mendasar dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan merubah sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia yaitu digunakannya self
assessment system yang menggantikan official assessment system. Kedua sistem ini memiliki
Pada official assessment system, petugas pajak berkewajiban menetapkan berapa besar sesungguhnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan pada self assessment system, wajib pajak
berkewajiban, menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang
terutang.
Hal ini dapat digunakan untuk mengukur perilaku wajib pajak, yaitu seberapa besar tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, semakin tinggi tingkat kebenaran dalam
menghitung,ketepatan menyetor serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan
tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan
memenuhi kewajibannya. Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak
dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara, dituntut kesadaran warga negara untuk
Salah satu jenis pajak kabupaten/kota adalah pajak hotel. Menurut peraturan daerah kota Ambon
No.1 Tahun 2012 tentang pajak Hotel pasal 1 ayat (6) mengatakan bahwa pajak Hotel adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel. Dalam pasal 1 ayat (7) Mengatakan bahwa yang termasuk
pajak Hotel, yang dipungut bayaran mencakup juga motel, lossmen, gubuk pariwisata,wisma
pemerintahan, pelayanan umum dan pembangunan nasional banyak didanai oleh sektor pajak. Hampir
seluruh wilayah di Indonesia menggali potensi pendapatan daerahnya melalui pajak daerah.
Menurut Mardiasmo (2018) adalah penerimaan yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang
diperoleh dari potensi daerah baik dari sektor pajak, retribusi atau hasil daerah yang sah yang
digunakan untuk pendanaan dan pembangunan daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah, sumber perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas:
pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah
Pemerintah memberlakukan Otonomi Daerah (Otoda) sebagai wujud perhatiannya dalam hal
pajak pada tahun 2001 dan berlaku efektif mulai Januari 2002. Otonomi daerah memberikan
wewenang bagi setiap daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selain itu diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar pemerintah daerah mengurus dan mengatur rumah
pemerintaan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat mengambil suatu keputusan yang
menyangkut hak-hak rakyatnya, dalam arti lain pemerintah daerah harus adil melakukan pemungutan
pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh warga masyarakatnya. Akan semakin meningkat,
peningkatan peranan ini dilandasi dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi
daerahnya sendiri termasuk dalam pengelolaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, sedangkan
salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam otonomi daerah adalah melalui pajak daerah dan
retribusi daerah.
Propinsi Maluku yakni Kabupaten kepulauan Tanimbar dalam mengatur otonomi daerahnya
maka perlu Pendapatan Asli daerah dalam hal ini Pajak. Hal ini diperkuat lagi dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah di Kabupaten Kepulauan
Tanimbar diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah yang
dituangkan ke dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar No.02 Tahun 2011.
Berdasarkan UU tersebut pemungutan pajak menerapkan selft assessment system sehingga kesadaran
wajib pajak merupakan faktor yang sangat menentukan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
Pemberlakuan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Otonomi Daerah dan
Pemerintahaan Daerah Sebagaimana telah diperbarui pada perubahan kedua dengan Undang Undang
Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Otonomi daerah dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
seluasluasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah
dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara bahwa pajak daerah dan restribusi
daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah.
Upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan
perluasan objek pajak bahwa kebijakan pajak daerah dan restribusi daerah dilaksanakan berdasarkan
prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan
memperhatikan potensi daerah bahwa UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Restribusi daerah sebagaimana telah ditetapkan perlu disesuaikan dengan kebijakan otonomi
daerah. Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan
yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan
bahwa pengembangan otonomi pada daerah Kabupaten dan Kota diselenggarakan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah
Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan
tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan dan sumberdaya nasional.
Data Realisasi Pajak Hotel Di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2015 – 2020
TARGET REALISASI
2015 95.400.000 89.380.400
2016 120.000.000 131.774.040
2017 500.000.000 144.526.517
2018 1.000.000.000 194.361.876
2019 827.823.036 222.872.460
2020 905.383.000,0 813.083.212,0
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten KepulauanTanimbar 2020
Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa penerimaan PAD kabupaten kepulauan tanimbar yaitu
dari pajak Hotel dari tahun 2015-2020 setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan di iringi dengan
peninggkatan wajib pajak namun dalam memberikan kontribusi pajak hotel tidak sesuai dengan target
yang di inginkan sehingga Dinas Pendapatan kabupaten kepulauan Tanimbar masih perlu lagi
meningkatkan efektifitas melakukan pengawasan dan Pengontrolan wajib pajak dalam melakukan
Realisasi target penerimaan daerah yang ditetapkan pemerintah daerah akan menjadi tolak ukur
kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan, sehingga semakin besar kontribusi
penarimaa pajak Hotel maka akan semakin bagus pula penerimaannya bagi pajak daerah dan
pendapatan asli daerha apabila penerimaan daerah lainya lebih kecil dari penerimaan PAD maka
daerah tersebut dapat dikatakan sebagai daerah yang mandiri dengan tidak bergantung pada bantuan
pemerintah pusat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita lihat hubungan antara penghasilan
daerah semakin meningkan setiap tahun, dan jumlah unit hotel semakin meningkat, namun target yang
telah di tetapkan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar masih saja belum maksimal sesuai
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian ( Muhammad Iqbal, Widhi Sunardika 2018)
pengaruh penerimaan pajak hotel dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota bandung.
Perbedaan penelitian ini dan penelitian Muhamad Iqbal dan Widhi sunardika (2018) antara lain:
Sampel yang digunakan peneliti sebelumya berjumlah 7 data yang berupa data rekapitulasi sedangkan
dalam penelitian ini berjumlah <7. Lokasi penelitian yang digunakan sebelumnya adalah kota
bandung sedangkan lokasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten kepulauan tanimbar.
Berdasarkan uraian diatas maka penliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
SAUMLAKI
Berdasarkan latar belakang fenomena yang dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang
1. Apakah pajak hotel berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di kabupaten
2. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kepulauan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini
1. Untuk mengetahui apakah pajak hotel mempengaruhi tingkat pendapatan asli daerah ( PAD )
Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
dibidang perpajakan, serta penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik untuk meningkatkan pelayanan.
3. Bagi Akademik
Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan wawasan untuk para pembaca.
Penulisan proposal skripsi ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pendahuluan, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup dengan penjelasan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, pertanyaan
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu yang
Bab ini membahas tentang jenis penelitian yang dilakukan, objek penelitian yang diteliti, metode
pengambilan sampel yang digunakan, jenis dan sumber data penelitian yang digunakan, metode
pengumpulan data yang dilakukan, dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
Menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, analisis hasil penelitian, distribusi
variable penelitian, serta pengaruh penerimaan pajak hotel dan retribusi daerah terhadap pendapatan
BAB V : PENUTUP
Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Mardiasmo (2018:3) pajak adalah: “Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Menurut Rochmat di atas menunjukkan bahwa pajak tidak mengenal
adanya kontraprestasi individual yang terkait dengan pembayaran pajak yang dilakukan oleh
pembayar pajak. itu, juga menonjolkan adanya fungsi budgeter dari pajak, yakni memasukkan
uang ke dalam kas negara. Sementara pajak sebenarnya masih mempunyai fungsi yang lain yang
juga sangat penting, yaitu fungsi mengatur Kemudian dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) menyebutkan bahwa: Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat (UU KUP, 2009). Bersifat
memaksa artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan cara kekerasan, seperti
dengan diterbitkannya surat paksa dan dilakukan penyitaan atas barang milik wajib pajak, serta dapat
berlaku.
Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-Lain Pendapatan yang sah. PAD Menurut Mardiasmo
(2018) adalah penerimaan yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah. PAD merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal dari sumbersumber di
Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka sumber pendapatan daerah
yang terdiri dari:Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Lain-lain Usaha
Yang Sah
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah seperti provinsi dan kabupaten/kota dan
hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah dipungut berdasarkan UU
Nomor 28 Tahun 2009, atas perubahan UU Nomor 34 Tahun 2000 yang sebelumnya adalah UU
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak
Daerah, yaitu: Pajak Provinsi terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermoto, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok. Jenis
Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah,
Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan
suatu jenis pajak maka pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan tentang
pajak daerah. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
Pemungutan pajak daerah di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan
kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Pajak daerah adalah kontribusi
Wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (UU Nomor 28 tahun
Peraturan Daerah KKT No.02 .Thn 2011 bagian ke 1 pasal 3 ; Objek Pajak Hotel adalah
Pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
pelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan, Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah fasilitas telepon,
yang disediakan atau di kelolah hotel, Tidak termasuk objek pajak hotel sebagaimana dimaksud
pada ayat 1: Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah, Jasa sewa
keagamaan, Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuan dan panti
sosial, Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggaraka hotel yang dapat
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Pengertian hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubug wisata, wisma pariwisata, pesanggrahan,
rumah penginapan dan sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10.
Obyek pajak hotel merupakan setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran atau yang
seharusnya dibayar di hotel, yang meliputi antara lain: Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal
jangka pendek, Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka
pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, Fasilitas olahraga dan hiburan
yang disajikan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum, Jasa persewaan
ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. Dasar pengenaan pajak hotel berupa jumlah
pembayaran atau pembayaran yang seharusnya dilakukan kepada hotel. Besarnya tarif pajak hotel
Theory of Planned Behavior (TPB) dikemukakan oleh Ajzen (1991) dijelaskan terkait
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak seorang wajib pajak dapat dilihat pada
sisi psikologis. Secara umum teori ini menggambarkan bahwa perilaku yang dilakukan setiap individu
muncul karena adanya keinginan untuk melakukan tindakan tersebut. Hal ini berasumsikan bahwa
manusia seringkali bertindak atau berperilaku sesuai dengan apa yang mereka pahami.
Pada Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku wajib pajak yang tidak patuh
(non compliance) akan berdampak pada variabel yang berkaitan dengan sikap, norma subyektif, serta
kontrol perilaku yang dipersepsikan sering digunakan sebagai spekulasi terhadap niat perilaku dengan
tingkat ketepatan yang tinggi. Niat untuk berperilaku dalam teori ini dijelaskan dalam tiga hal
diantaranya: pertama behavioral belief (keyakinan perilaku) merupakan keyakinan terhadap hasil dari
suatu perilaku, kedua normatif belief (keyakinan normatif) merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh
lingkungan individu, ketiga control belief (keyakinan kontrol) merupakan sikap yang berhubungan
dengan perilaku dapat diartikan bahwa keyakinan ataupun pemahaman setiap wajib pajak berdasarkan
mekanisme pembayaran pajak serta manfaat yang akan dirasakan memiliki anggapan wajib pajak
terhadap perubahan dari penyederhanaan tarif pajak tersebut. Pengawasan perilaku dengan
dikenakannya sanksi pajak bagi setiap wajib pajak yang melanggar aturan perpajakan. Hal ini yang
menyebabkan munculnya niat wajib pajak untuk berlaku patuh dan taat (Ajzen, 1991).
Dalam Theory of Planned Behavior juga memberikan kesan yang terbentuk dalam mindset
individu akan mempengaruhi niat atau keyakinan pada diri individu tersebut sebelum melakukan
sesuatu. Keyakinan terhadap hasil diperoleh dari perilakunya kemudian berdampak pada apakah dia
akan memenuhi kewajiban perpajakannya atau tidak. Wajib pajak yang sadar pentingnya membayar
pajak terhadap penyelenggaraan negara, tentu saja akan memenuhi kewajiban pajaknya (behavioral
beliefs). Dengan memenuhi kewajiban perpajakan, wajib pajak menginginkan adanya timbal balik
atau keyakinan tentang akan terpenuhinyaharapan normatif dari orang lain maupun lingkungan sekitar
yang memotivasi untuk tetap berperilaku patuh terhadap pajak (Nugraheni & Purwanto, 2015).
Teori kepatuhan (compliance theory) dicetuskan oleh Stanley Milgram (1963). Pada teori ini
dijelaskan mengenai suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau aturan yang telah
ditetapkan. Adapun dua perspektif dalam literasi sosiologi mengenai kepatuhan terhadap hukum, yaitu
Perspektif instrumental berasumsi bahwa individu secara menyeluruh didorong oleh kepentingan
Perspektif normatif dihubungkan dengan anggapan orang yang menjadi moral dan berlawanan atas
kepentingan pribadi. Seorang individu yang cenderung mematuhi hukum dianggap sesuai dan
Menurut teori kepatuhan (compliance theory), hal yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak
dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu norma internal yang didukung oleh tingkat pemahaman
peraturan pajak dan kesadaran wajib pajak. Faktor lain yang ikut berpengaruh yaitu komitmen
normatif dengan moralitas personal (normative commitment through morality) dan komitmen
normatif dengan legitimasi (normative commitment through legitimaty) dimana wajib pajak yang
telah mematuhi hukum ada karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu kewajiban serta terdapat
hak otoritas pajak yang bersifat memaksa dalam hal pemungutan pajak. Faktor-faktor tersebut yang
akan mempengaruhi sosialisasi perpajakan dan tarif pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
mengenai bagaimana setiap individu menilai perilakunya sendiri maupun perilaku orang lain. Teori
atribusi ini dinyatakan bahwa individu dapat mencari penjelasan yang berhubungan dengan peristiwa
yang terjalin baik pada mereka maupun orang-orang di sekitarnya (Schisler, D. L., & Galbreath,
2015). Teori ini ditemukakan oleh Fritz Heider pada tahun 1958. Setiap individuialah seorang
ilmuwan yang berupaya untuk memahami dan mengerti perilaku orang lain yang menggunakan
pengumpulan informasi sehingga dapat diperoleh penjelasan yang konsisten mengenai sebab-akibat
perilaku dari orang lain tersebut (Sukarma, D. A., & Wirama, 2016).
Teori ini dipergunakan sebagai penjelasan bagaimana cara melakukan penilaian terhadap perilaku
seseorang, baik dari faktor lingkungan maupun faktor dalam diri seorang individu tersebut. Perilaku
yang disebabkan oleh faktor internal merupakan perilaku yang dapat diandalkan berada di bawah
kendali pribadi itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal merupakan
perilaku yang dipengaruhi dari luar, yaitu perilaku seseorang dapat dilihat sebagai akibat dari tuntutan
Dalam teori atribusi dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak internal maupun pihak eksternal
ikut berkontribusi dalam melaksanakan kepatuhan wajib pajak. Perilaku Keinginan dan kemauan
untuk berpikir maju yang termasuk dalam faktor internal, sehingga individu-individu akan sadar dan
termotivasi untuk melaksanakan kepatuhan wajib pajak dan dapat merasakan manfaatnya di masa
mendatang. Pihak eskternal juga memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan ataupun
dorongan terhadap pihak internal, agar kepatuhan wajib pajak tersebut bisa terwujud dalam tujuan
yang sama.
Teori atribusi dapat dikelompokkan menjadi dua hal yang dapat diputarbalikan melalui artian
dalam atribusi itu sendiri. Pertama, kesalahan dalam atribusi yang mendasar adalah kecenderungan
untuk mengabaikan pengaruh faktor- faktor eksternal dibanding dengan faktor internalnya. Kedua,
prasangka dari seseorang cenderung menggabungkan kesuksesan akibat dari faktor-faktor internal,
dengan sikap wajib pajak, kesadaran wajib pajak merupakan pengaruh internal dari seseorang yang
membuat seseorang mengambil keputusan. Sikap wajib pajak yang sadar akan kewajiban perpajakan
dan penerapan self assessment system serta mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
membayar pajak. Dengan kata lain, sikap wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak
Kepatuhan Pajak ( tax Compliance) didefinisikan sebagai suatu perilaku dimana wajib pajak
Terdapat 2 macam Kepatuhan yakni Kepatuhan formal dan dan Kepatuhan materil, Kepatuhan formal
adalah suatu perilaku dimana wajib pajak berupaya memenuhi kewajiban perpajakan secara formal
formal sesuai dengan ketentuan formal dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan materil adalah
suatu perilaku dimana wajib pajak secara substansif memenuhi semua ketentuan materil perpajakan
sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan ( nurmantu cahyonowati 2016). Selain itu Kepatuhan
Pajak juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
dalam melaksanakan hak perpajakannya.Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang telah
memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Kriteria tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan
Indikator kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan pajak yang cocok di aplikasikan di Indonesia
a. Kepatuhan dalam mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Wajib pajak wajib untuk
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukanwajib pajak,
dan dapat melalui e-register (media elektronik atau online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
b. Kepatuhan dalam penyampaian surat pemberitahuan pajak (SPT). SPT berfungsi sebagai
sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang. SPT juga berfungsi untuk melaporkan pembayaran dan pelunasan
pajak, baik yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak maupun melalui mekanisme pemotongan dan
pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, serta melaporkan harta dan kewajiban wajib pajak.
c. Kepatuhan dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak dengan benar. Menghitung
pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun
pajak, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak, sedangkan
memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi
dalam tahun berjalan yang atau disebut dengan kredit pajak (prepayment). Selisih antara pajak yang
terutang dengan kredit pajak dapat berupa kurang bayar, lebih bayar atau nihil.
Pemahaman tentang perpajakan merupakan proses dimana wajib pajak mengetahui tentang
perpajakan dan mengimplementasikan pengetahuan tersebut dengan membayar pajak. Sebagian wajib
pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu wajib pajak juga dapat
memperoleh informasi pajak melalui media informasi baik cetak maupun elektronik, konsultan pajak,
Tingkat pemahaman adalah suatu proses peningkatan pengetahuan secara insentif yang
dilakukan seseorang individu sejauh mana individu tersebut dapat mengerti dengan benar akan suatu
materi yang ingin diketahui. Pemahaman wajib pajak adalah pandangan wajib pajak terhadap
pengetahuan perpajakan yang wajib pajak miliki. Wajib pajak yang paham akan perpajakan atau
peraturan pajak tentu akan semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi pajak, jika wajib pajak
paham terhadap sanksi pajak maka mereka akan semakin meningkatkan kepatuhan pajak.
peraturan dan isi peraturan (objek dan subjek yang dikenai peraturan).
asessment system yaitu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepercayaan dan tanggung jawab
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri
c. Mengetahui dan memahami fungsi perpajakan di Indonesia. Pajak memiliki dua fungi yaitu
fungsi budgetair dan fungsi mengatur. Fungsi budgetair merupakan pajak sember dana pemerintah
untuk membiayai segala pengeluarannya. Fungsi mengatur merupakan pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam hal soial dan ekonomi.
Menurut (Rachman & Ngadiman, 2020) kesadaran menjadi perilaku wajib pajak atas suatu objek
yang melibatkan pandangan dan perasaan serta keinginan untuk berperan sesuai dengan objek.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak
menggambarkan perilaku wajib pajak berupa pandangan maupun perasaan yang terkait dengan
pengetahuan, keyakinan,dan penalaran melalui keinginan untuk bertindak sesuai dengan peraturan
yang ditentukan oleh sistem perpajakan tersebut. Tingkat kesadaran perpajakan menunjukkan
seberapa besar tingkat pemahaman seseorang tentang arti, fungsi dan peranan pajak. Semakin tinggi
tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik
Menurut (Hartini, 2018) dapat diuraikan menjadi beberapa bentuk kesadaran membayar pajak
negara. Dengan memahami hal ini, wajib pajak berkenan untuk membayarkan pajaknya karena sadar
pajak dapat merugikan negara. Wajib pajak yang berkenan untuk membayarkan pajaknya karena
sudah menyadari bahwa menunda pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak akan
mengakibatkan sumber daya financial yang semakin berkurang dan terhambatnya pembangunan
negara
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh
Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan
barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jasa
Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Yang kemudian dia atur
dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan retribusi
daerah
a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan
b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan daerah yang
akan digunakan untuk pembangunan daerah yaitu bersumber dari PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman
PAD menurut Halim (2002), adalah penerimaan yang diperoleh daerah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. PAD merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka sumber pendapatan daerah yang
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak berdasarkan beberapa teori (Mardiasmo, 2004)
Teori asuransi yaitu negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak rakyatnya, oleh
karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena
Teori kepentingan adalah pembagian pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya
perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin
tinggi pajak yang harus dibayar. Teori daya pikul yaitu beban pajak untuk semua orang harus sama
beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk
mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu. Unsur obyektif, dengan melihat besarnya
penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, Unsur subyektif, dengan memperhatikan
Sistem Self Assesment adalah sutuatu sistem yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
kepada wajib pajak untuk menghitung dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Selain itu Wajib Pajak diwajibkan pula melaporkan secara
teratur jumlah pajak yang terutang dan telah di bayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perpajakan. Pembayaran pajak selama tahun berjalan pada dasarnya merupakan angsuran pajak untuk
meringankan beban Wajib Pajak pada akhir tahun Pajak. Hakikat Self Assesment System adalah
penetapan sendiri besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pada sistem ini, masarakat Wajib
Pajak diberikan kepercayaan dan tanggugn jawab yang lebih besar untuk melaksanakan
Dalam sistem Self Assesment, administrasi perpajakan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas
pembinaan, pengawasan dan penerapan sanksi terhadap penundaan pemenuhan kewajiban perpajakan
berdasarakn ketentuan yang digariskan dalam peraturan perpajakan. Fungsi pengawasan memegang
peranan sangat penting dalam sistem Self Assesment, karena tanpa pengawasan dalam kondisi tingkat
kepatuhan Wajib Pajak masih rendah, mengakibatkan sistem tersebut tidak akan berjalan dengan baik,
sehingga Wajib Pajak pun akan melaksanakan kewajiban pejaknya dengan tidak benar dan pada
Menurut Early Sunandy (2002:95), Dalam rangka melaksanakan Self Assesment sistem ini
diperlukan prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan sitem
pemungutan ini yaitu: Kesadaran Wajib Pajak (Tax consciousnessi) artinya wajib pajak mau dengan
sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri menghitung, membayar dan
melaporkan jumlah pajak terutangnya. Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan
kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan karena fiskus
memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan diri menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, Kemauan membayar pajak dari wajib pajak (Tax
Mindedness) artinya wajib pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakanny, namun
juga dalam dirinya terdapat hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutang,
Kedisiplinan wajib pajak (Tax Disicipline) artinya wajib pajak dalam melakukan kewajiban
perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
Muhammad PENGARUH INDEPENDEN Metode penelitian dalam Setelah pengolahan atas data
Iqbal, S.E., PENERIMAAN : Pajak Hotel yang digunakan dalam dalam penelitian ini selesai
M.M. PAJAK DAERAH (X1) Pajak penelitian ini adalah metode dilakukan, kemudian dilakukan
Widhi DAN RETRIBUSI Daerah penelitian studi kasus pula pengujian hipotesis.
Sunardika, DAERAH Restribusi dengan menggunakan Sebelum masuk kedalam tahap
S.Ak. TERHADAP Daerah metode penelitian deskriptif uji hipotesis, sebelumnya
PENDAPATAN ( PDRD ) ( X2) dengan pendekatan dilakukan uji asumsi klasik, dari
ASLI DAERAH kuantitatif, karena penelitian uji asumsi klasik ini diketahui
KABUPATEN Dependen: ini menekankan pada data- data terdistribusi secara normal,
BANDUNG data numerik (angka). bebas dari
(Studi Kasus Pada Pendapatan Asli Penulis menggunakan multikolinearitas,autokorelasi,
Badan Keuangan Daerah (PAD) metode tersebut, karena dan heterokedastisitas.
Daerah Kabupaten (Y) penelitian ini ditujukan Perkembangan Penerimaan
Bandung ) untuk Pajak Daerah Kabupaten
menggambar pengaruh Bandung Peiode 2009 – 2015
penerimaan Pajak Daerah Jika dilihat dilihat dari segi
dan Retribusi Daerah realisasi, Penerimaan Pajak
terhadap tingkat Daerah Kabupaten Bandung
Pendapatan Asli Daerah dalam periode 2009 -2015 setiap
(PAD),dimana ketiga data tahunnya terus mengalami
tersebut merupakan data peningkatan dengan rata – rata
kuantitatif. peningkatan sebesar Rp.
Data yang digunakan dalam 193.948.627.953,14 dengan
penelitian ini merupakan realisasi terkecil sebesar Rp.
data primer, yaitu data yang 47.951.110.528,00 yang terjadi
diperoleh secara langsung pada tahun 2009 dan capaian
dari lembaga yang diteliti realisasi terbesar terjadi pada
berupa laporan realisasi tahun 2015 dengan jumlah
pendapatan daerah yang sebesar Rp.
kemudian teliti kembali 340.007.248.935,00.Peningkatan
sesuai dengan kebutuhan dalam realisasi penerimaan
dalam penulisan penelitian pajak daerah ini disebabkan oleh
ini. naiknya pos pos pajak daerah
yang menjadi sumber dari
penerimaan pajak daerah itu
sendiri yaitu antara lain pajak
hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan dan genset,
pajak pengambilan bahan galian
C, pajak parkir, pajak
pengambilan air baah tanah, bea
perolehan hak atas tanah dan
bangunan dan pajak
bumi dan bangunan perdesaan
perkotaan.
Sutianingsih, Analisis Pengaruh INDEPENDEN Jenis penelitian adalah Tingkat Pertumbuhan Retribusi
Shinta Eka Retribusi Daerah : Pajak Hotel deskriptif karena Daerah dan PAD
Kartika dan Terhadap (X1) PDRD memberikan gambaran Tingkat pertumbuhan retribusi
Widowati Pendapatan Asli (X2) tingkat pertumbuhan daerah mengalami pertumbuhan
Daerah Kabupaten retribusi daerah dan PAD, yang negatif dari tahun 2017
Lombok Utara DEPENDEN : tingkat efektivitas sampai dengan tahun 2019.
Pendapatan Asli pemungutan retribusi Tahun 2013 dijadikan sebagai
Daerah (PAD) daerah, kontribusi retribusi tahun dasar
(Y) daerah terhadap PAD dan dalam menentukan tingkat
prediksi penerimaan pertumbuhan retribusi daerah
retribusi daerah dan PAD di tahun 2014.
Kabupaten Lombok Utara. Pada tahun 2013 jumlah
Teknik pengumpulan data realisasi retribusi daerah sebesar
menggunakan dokumentasi Rp7.739.619.801, sedangkan
berupa catatan jumlah target pada tahun 2014 realisasi
dan realisasi retribusi daerah retribusi daerah sebesar
dan PAD pada Laporan Rp13.641.497.678. Artinya pada
Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2014
Kabupaten Lombok Utara mengalami pertumbuhan yang
tahun 2014-2019 yang positif (kenaikan) sebesar 76,3
diperoleh dari Badan persen dari tahun 2013.
Pendapatan Daerah Hal yang sama terjadi pada
Kabupaten Lombok Utara. tahun 2015, jumlah realisasi
Variabel penelitian adalah retribusi daerah sebesar
retribusi daerah dan Rp23.461.718.564, artinya pada
Pendapatan Asli Daerah tahun 2015 mengalami kenaikan
(PAD). sebesar 72 persen dari realisasi
Retribusi daerah merupakan retribusi daerah tahun 2014.
pungutan sebagai Sementara itu, dari tahun 2016
pembayaran atas jasa umum, sampai dengan
jasa usaha atau pemberian tahun 2019, realiasi retribusi
izin tertentu yang khusus daerah mengalami pertumbuhan
disediakan oleh Pemerintah yang negatif (penurunan)
Daerah untuk kepentingan masing-masing sebesar 56,4
pribadi maupun badan (UU persen pada tahun 2016, 9
No. 28 Tahun 2009). persen tahun 2017, 4,7 persen
Jumlah retribusi daerah tahun 2018 dan penurunan
yang dimaksud dalam tertinggi pada tahun 2019
penelitian ini adalah sebesar 55,3 persen.
realisasi retribusi daerah Berdasarkan catatan atas laporan
pada Laporan Realisasi keuangan tahun 2016,
Anggaran (LRA). penurunan retribusi daerah tahun
PAD merupakan 2016 disebabkan oleh penurunan
pendapatan yang diperoleh retribusi dari pelayanan
daerah yang dipungut kesehatan di puskesmas,
berdasarkan Peraturan retribusi pemanfaatan ruang
Daerah yang bersumber dari untuk menara telekomunikasi,
pajak daerah, retribusi retribusi
daerah, hasil pengelolaan kendaraan bermotor, retribusi
kekayaan Daerah yang penyediaan fasilitas pasar grosir,
dipisahkan, dan lain-lain retribusi pelayanan tempat
PAD yang sah. khusus parkir, dan retribusi
Jumlah PAD yang dimaksud pemberian izin untuk
dalam penelitian ini adalah mendirikan suatu bangunan.
realisasi PAD pada Laporan Sedangkan penurunan retribusi
Realisasi Anggaran (LRA). daerah tahun 2017 disebabkan
Teknik analisis data yang oleh penurunan retribusi dari
digunakan adalah dengan pelayanan kesehatan di
menggunakan analisis puskesmas, retribusi fasilitas
deskriptif lainnya di lingkungan terminal,
retribusi pelayanan tempat
khusus parkir, retribusi
pelayanan pemeriksaan
kesehatan hewan sesudah
dipotong, retribusi pelayanan
jasa ke pelabuhan, retribusi
tempat rekreasi, retribusi
pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan, dan
retribusi pemberian izin untuk
melakukan penjualan minuman
beralkohol.
Rinto Kontribusi Pajak Independen: Penelitian ini dilakukan di Kota Palangka Raya secara
Alexandro Hotel terhadap Pajak Hotel (X) Badan Pengelola Pajak Dan geografis terletak pada 113o
, Tonich Uda, Pendapatan Asli Dependen: Retribusi Daerah (BPPRD) 30`- 114o 07` Bujur Timur dan
Fendy Daerah Kota PAD (Y) Kota Palangka Raya yang 1o 35`-2 o
Hariatama, Palangka Raya terletak di jalan Yos Sudarso 24` Lintang Selatan, dengan luas
Yurdi No. 02 Palangka Raya. wilayah 2.853.52 Km2 (267.851
Penelitian ini menggunakan Ha) dengan Topografi terdiri
pendekatan penelitian dari tanah
campuran (mixed method) datar dan berbukit dengan
yang menggabungkan antara kemiringan kurang dari 40%.
pendekatan kuantitatif dan Secara administrasi, Kota
kualitatif. Penelitian metode Palangka Raya
campuran merupakan berbatasan dengan Kabupaten
pendekatan penelitian yang Gunung Mas, Kabupaten Pulang
mengombinasikan atau Pisau dan Kabupaten Katingan.
mengasosiasikan bentuk Wilayah Kota Palangka Raya
kualitatif dan bentuk terdiri dari 5 (lima) Kecamatan
kuantitatif (Creswell W. yaitu Kecamatan Pahandut,
John, 2013). Mixed method Kecamatan Sabangau,
merupakan metode Kecamatan Jekan Raya,
penelitian yang memadukan Kecamatan Bukit batu dan
pendekatan kuantitatif dan Kecamatan Rakumpit dengan
kualitatif dalam tahapan luas masingmasing wilayah
proses penelitian dan 199,37 Km2 , 641,51 Km2 ,
metodologi penelitian, 387,53 Km2 , 603,16 Km2 dan
sehingga dengan 1.101,95 Km2. Kondisi iklim di
menggunakan Mixed Kota Palangka Raya sepanjang
method dapat tahun 2017 temperatur Rata-rata
menghasilkan fakta yang di Kota Palangka Raya adalah
komperhensif dalam 27,28oC, temperatur minimum
meneliti masalah penelitian 27,00oC terjadi pada bulan Juli
karena dalam penelitian ini dan maksimum 28,10oC pada
peneliti mempunyai bulan September.
kebebasan untuk
menggunakan semua alat
pengumpulan data sesuai
dengan jenis data yang
dibutuhkan. Populasi adalah
generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan
kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono,
2018).
REZI Potensi Pajak Independen: Jenis Penelitian Potensi pajak hotel juga dapat
WULANDARI Hotel Terhadap Pajak Hotel (X) Metode penelitian yang akan diartikan sebagai kekuatan
Pendapatan Asli dipakai yaitu metode sebenarnya dari pajak hotel
Daerah (PAD) Dependen: PAD penelitian deskriptif dengan tersebut. Perhitungan potensi
Kabupaten Tanah (Y) pendekatan kuantitatif. sangat membantu dalam
Datar Penelitian deskriptif mengefektifkan dan
kuantitatif adalah salah satu mengoptimalisasikan pajak
jenis penelitian yang daerah. Karena jika pemungutan
bertujuan mendeskripsikan pajak hotel diawali dengan
secara perhitungan potensi yang
sistematis, faktual, dan sebenarnya maka sebuah
akurat mengenai fakta dan kabupaten dapat mengetahui
sifat populasi tertentu, atau seberapa besar jumlah yang
mencoba menggambarkan seharusnya bisa dipungut dari
fenomena secara detail pajak hotel tersebut setiap
Tempat Dan Waktu tahunya, tidak hanya
Penelitian Penelitian ini berdasarkan target tahun-tahun
dilakukan di Dinas sebelumnya. Sedangkan
Pendapatan Pengelolaan efektifitas digunakan untuk
Keuangan Dan Aset mengukur hubungan antara hasil
Kabupaten Tanah Datar pungutan suatu pajak dengan
yang bertempat di tujuan yang tujuan yang dimiliki
Pagaruyung . oleh suatu daerah.
Adapun waktu penelitian
dimulai dari bulan Januari
sampai Februari 2017.
Pajak Hotel
PAD
Retribusi Daerah
Penerimaan pajak hotel dari tahun ketahun tergolong dalam kriteria sangat Sangat Efektif,
efektif dan tidak efektif hal tersebut dibuktikan dengan penerimaan Pajak hotel ada yang melebihi
target dan ada yang tak dapat melebihi target sesuai yang ditentukan pemerintah setiap tahunnya.
Tahun 2017 dan 2019 peneriman Pajak daerah dari pajak hotel tidak efektif karena kriteria dibawa
60% yakni pada tahun 2017 Kriteria yang di peroleh adalah hanya 29% dan Tahun 2019 hanya 27%
artinya Realisasi yang diperoleh dari penerimaan pajak rendah atau tak mencapai target yang di
inginkan.
H1:Pajak Hotel berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar
Naik turunnya realisasi penerimaan retribusi daerah ini sendiri disebabkan oleh adanya
penghapusan atau penambahan sumber sumber dari retribusi daerah itu sendiri dimana hal tersebut
akan menyebabkan perubahan atas nilai atau pencapaian dari suber retribusi daerah seperti retribusi
jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu yang akan mempengarui nilai dari
H2: Retribusi berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Kepulauan Tanimbar
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten kepulauan tanimbar ( kota Saumlaki)
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pajak Hotel Dan Restribusi Daerah yang tercatat di
Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten kepulauan Tanimbar.
Menurut Edy (2016:66) populasi merupakan sekelompok orang atau sesuatu yang memiliki
karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini menggunakan
enam tahun terakhir dari tahun 2015- 2020 adalah sebagian dari populasi. Sampel yang diambil
sebagai sumber data yaitu data kuantitatif Raealisasi penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pendapatan
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38) adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh
Variabel Defenisi
yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiono, 2015).
Variabel dalam penelitian ini yaitu pajak hotel (X1) dan retribusi daerah (X2).
Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen
peneliti utama dan data kuantitafif berupa angka-angka. Sedangkan instrumen penelitian yang
digunakan adalah peneliti, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Analisis data yang digunakan
yaitu analisis deskriptif, analisis afektivitas. Sesuai dengan hal tersebut maka dalam pelaksanaan
penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian sebagai berikut: Di ukur dengan perhtungan Rasio
Efektivitas PAD dan Efektifitas Pajak Daerah dengan kriteria sebagai berikut.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dilapangan dalam penelitian
ini adalah : Wawanncara, Metode, Dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik analisis data Kuantitatif secara sederhana sering dikatakan sebagai penelitian ini
Teknik analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif,
dengan menggunakan teknik analisis regresi Linear sederhana dengan menggunakan SPSS 24.0
teknik perhitungnan analisis yang digunakanuntuk mengetahui besarnya rasio efektivitas Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang kemudian dapat untuk menghitung tingkat Efektivitas Pajak Hotel terhadap
Pendapatan Asli Daerah(PAD) selama tahun 2015-2020. Analisis Efektifitas pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten kepulauan Tanimbar selama 6 tahun terakhir
3.4.2 Variabel
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) (Y)
Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat ) . Dalam penelitian ini yang menjadi
Teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan data kuantitatif adalah dengan kuesioner dan
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Menurut Supomo (2002:91), model regresi linier berganda digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
interval atau rasio dalam suatu persamaan linier . Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas
Menurut Sugiyono (2017: 130) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama , akan menghasilkan data yang sama .
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data
pada sebuah kelompok data atau variabel , apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah
tidak.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah terdapat korelasi yang tinggi atau
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas menurut Imam Ghozali (2016:134) bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain.
independen. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui arah dan seberapa besar
Y = a + bx1 +bX2 +e
Dimana :
a : konstanta
b : kofisien regresi
X1 : pajak Hotel
X2 : Retribusi Daerah
e : Eror
DAFTAR PUSTAKA