Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RETRIBUSI DAERAH


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN
TANIMBAR KOTA SAUMLAKI

Oleh :

Jayaranny Elizabeth Ranbalak


2019-30-130

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

kewenagan telah diserahkan kepada daerah menjadi pendapatan asli daerah (PAD) dan bukan

merupakan penerimaan Negara bukan pajak lagi. Perubahan tersebut dimaksudkan guna

meningkatkan Pembangunan ekonomi diarahkan pada upaya untuk mewujudkan perekonomian

negara yang mandiri dan andal untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh wilayah negara Indonesia

secara adil dan merata, dengan demikian pertumbuhan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan

pendapatan bangsa Indonesia, dimana sedang mengalami krisis ekonomi sedangkan roda

pemerintahan dan pembangunan tidak mungkin dapat digerakkan tanpa dukungan dana terutama

berasal dari pendapatan dalam negeri.

Setiap daerah otonom dalam hal ini provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia, memiliki sumber daya

alam dan potensi ekonomi yang bervariasi, sehingga jika dimanfaatkan dengan optimal maka akan

memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan pendapataan asli daerah, yang pada

gilirannya akan memberikan manfaat bagi pembangunan daerah. Komponen PAD yang memiliki

prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (perda), yang wewenang

pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintahan dan pembangunan di daerah. (Elvi dkk, 2015)

Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil

penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran negara sekaligus membiayai keperluan belanja

negara (belanja rutin dan belanja pembangunan). Untuk itu, negara memerlukan dana yang cukup

besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung terus – menerus dan

berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan

negara) dan fungsi regulerend (mengatur). Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

Sedangkan fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang

keuangan menurut Mardiasmo (2016:4).

Dalam rangka upaya peningkatan penerimaan pajak, pemerintah melakukan perubahan

mendasar dengan dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan merubah sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia yaitu digunakannya self

assessment system yang menggantikan official assessment system. Kedua sistem ini memiliki

perbedaan dalam mekanisme dan sudut pandang terhadap wajib pajak.

Pada official assessment system, petugas pajak berkewajiban menetapkan berapa besar sesungguhnya

pajak yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan pada self assessment system, wajib pajak

berkewajiban, menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang

terutang.

Hal ini dapat digunakan untuk mengukur perilaku wajib pajak, yaitu seberapa besar tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) secara benar dan tepat, semakin tinggi tingkat kebenaran dalam

menghitung,ketepatan menyetor serta menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar dan

tepat, maka diharapkan semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan

memenuhi kewajibannya. Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar pajak

dalam peran sertanya menanggung pembiayaan negara, dituntut kesadaran warga negara untuk

memenuhi kewajiban kenegaraannya.

Salah satu jenis pajak kabupaten/kota adalah pajak hotel. Menurut peraturan daerah kota Ambon

No.1 Tahun 2012 tentang pajak Hotel pasal 1 ayat (6) mengatakan bahwa pajak Hotel adalah pajak

atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel. Dalam pasal 1 ayat (7) Mengatakan bahwa yang termasuk

pajak Hotel, yang dipungut bayaran mencakup juga motel, lossmen, gubuk pariwisata,wisma

pariwisata, pasanggrahan,rumah penginapan dan sejenisnya.


Penerimaan pajak daerah merupakan salah satu sumber dana pemerintah daerah. Penyelenggaraan

pemerintahan, pelayanan umum dan pembangunan nasional banyak didanai oleh sektor pajak. Hampir

seluruh wilayah di Indonesia menggali potensi pendapatan daerahnya melalui pajak daerah.

Menurut Mardiasmo (2018) adalah penerimaan yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-

lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang

diperoleh dari potensi daerah baik dari sektor pajak, retribusi atau hasil daerah yang sah yang

digunakan untuk pendanaan dan pembangunan daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 Tentang Pemerintahan Daerah, sumber perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas:

pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan dan PAD lain yang sah.

Pemerintah memberlakukan Otonomi Daerah (Otoda) sebagai wujud perhatiannya dalam hal

pajak pada tahun 2001 dan berlaku efektif mulai Januari 2002. Otonomi daerah memberikan

wewenang bagi setiap daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Selain itu diterbitkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar pemerintah daerah mengurus dan mengatur rumah

tangga pemerintahannya sendiri.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaraa

pemerintaan dan pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat mengambil suatu keputusan yang

menyangkut hak-hak rakyatnya, dalam arti lain pemerintah daerah harus adil melakukan pemungutan

pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh warga masyarakatnya. Akan semakin meningkat,

peningkatan peranan ini dilandasi dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi

daerahnya sendiri termasuk dalam pengelolaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, sedangkan

salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam otonomi daerah adalah melalui pajak daerah dan

retribusi daerah.
Propinsi Maluku yakni Kabupaten kepulauan Tanimbar dalam mengatur otonomi daerahnya

maka perlu Pendapatan Asli daerah dalam hal ini Pajak. Hal ini diperkuat lagi dengan Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah di Kabupaten Kepulauan

Tanimbar diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah yang

dituangkan ke dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar No.02 Tahun 2011.

Berdasarkan UU tersebut pemungutan pajak menerapkan selft assessment system sehingga kesadaran

wajib pajak merupakan faktor yang sangat menentukan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan

hak dan kewajibannya di bidang perpajakan.

Pemberlakuan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Otonomi Daerah dan

Pemerintahaan Daerah Sebagaimana telah diperbarui pada perubahan kedua dengan Undang Undang

Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Otonomi daerah dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang

seluasluasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah

dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara bahwa pajak daerah dan restribusi

daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan

pemerintahan daerah.

Upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan

perluasan objek pajak bahwa kebijakan pajak daerah dan restribusi daerah dilaksanakan berdasarkan

prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan

memperhatikan potensi daerah bahwa UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Restribusi daerah sebagaimana telah ditetapkan perlu disesuaikan dengan kebijakan otonomi

daerah. Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan

yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan

bahwa pengembangan otonomi pada daerah Kabupaten dan Kota diselenggarakan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta

memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah
Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Artinya, pelimpahan

tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan dan sumberdaya nasional.

Data Realisasi Pajak Hotel Di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Tahun 2015 – 2020

TAHUN PAJAK HOTEL (Rupiah) PAJAK HOTEL (Rupiah)

TARGET REALISASI
2015 95.400.000 89.380.400
2016 120.000.000 131.774.040
2017 500.000.000 144.526.517
2018 1.000.000.000 194.361.876
2019 827.823.036 222.872.460
2020 905.383.000,0 813.083.212,0
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten KepulauanTanimbar 2020

Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa penerimaan PAD kabupaten kepulauan tanimbar yaitu

dari pajak Hotel dari tahun 2015-2020 setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan di iringi dengan

peninggkatan wajib pajak namun dalam memberikan kontribusi pajak hotel tidak sesuai dengan target

yang di inginkan sehingga Dinas Pendapatan kabupaten kepulauan Tanimbar masih perlu lagi

meningkatkan efektifitas melakukan pengawasan dan Pengontrolan wajib pajak dalam melakukan

pembayaran wajib pajak agar sesuai dengan target yang di inginkan.

Realisasi target penerimaan daerah yang ditetapkan pemerintah daerah akan menjadi tolak ukur

kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan, sehingga semakin besar kontribusi

penarimaa pajak Hotel maka akan semakin bagus pula penerimaannya bagi pajak daerah dan

pendapatan asli daerha apabila penerimaan daerah lainya lebih kecil dari penerimaan PAD maka

daerah tersebut dapat dikatakan sebagai daerah yang mandiri dengan tidak bergantung pada bantuan

pemerintah pusat. Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita lihat hubungan antara penghasilan

daerah semakin meningkan setiap tahun, dan jumlah unit hotel semakin meningkat, namun target yang
telah di tetapkan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar masih saja belum maksimal sesuai

realisasi yang di diharapkan ole pemeritah daerah (naik-turun).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian ( Muhammad Iqbal, Widhi Sunardika 2018)

pengaruh penerimaan pajak hotel dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota bandung.

Perbedaan penelitian ini dan penelitian Muhamad Iqbal dan Widhi sunardika (2018) antara lain:

Sampel yang digunakan peneliti sebelumya berjumlah 7 data yang berupa data rekapitulasi sedangkan

dalam penelitian ini berjumlah <7. Lokasi penelitian yang digunakan sebelumnya adalah kota

bandung sedangkan lokasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten kepulauan tanimbar.

Berdasarkan uraian diatas maka penliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR KOTA

SAUMLAKI

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang fenomena yang dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang

ada dalam usulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pajak hotel berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di kabupaten

Kepulauan Tanimbar Kota Saumlaki ?

2. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Kepulauan

Tanimbar Kota Saumlaki ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pajak hotel mempengaruhi tingkat pendapatan asli daerah ( PAD )

di Kabupaten Kepulauan Tanimbar Kota Saumlaki


2. Untuk mengetahui apakah pajak retribusi berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Kepulauan

Tanimbar Kota Saumlaki

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh khususnya

dibidang perpajakan, serta penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam

melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik untuk meningkatkan pelayanan.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan wawasan untuk para pembaca.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menyangkut langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan penelitian.

Penulisan proposal skripsi ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pendahuluan, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup dengan penjelasan sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penulisan dan kerangka penelitian.


BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang jenis penelitian yang dilakukan, objek penelitian yang diteliti, metode

pengambilan sampel yang digunakan, jenis dan sumber data penelitian yang digunakan, metode

pengumpulan data yang dilakukan, dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IV: HASIL DARI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, analisis hasil penelitian, distribusi

variable penelitian, serta pengaruh penerimaan pajak hotel dan retribusi daerah terhadap pendapatan

asli daerah di kabupaten kepulauan tanimbar .

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Mardiasmo (2018:3) pajak adalah: “Pajak adalah

iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Menurut Rochmat di atas menunjukkan bahwa pajak tidak mengenal

adanya kontraprestasi individual yang terkait dengan pembayaran pajak yang dilakukan oleh

pembayar pajak. itu, juga menonjolkan adanya fungsi budgeter dari pajak, yakni memasukkan

uang ke dalam kas negara. Sementara pajak sebenarnya masih mempunyai fungsi yang lain yang

juga sangat penting, yaitu fungsi mengatur Kemudian dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor

6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) menyebutkan bahwa: Pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat (UU KUP, 2009). Bersifat

memaksa artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan cara kekerasan, seperti

dengan diterbitkannya surat paksa dan dilakukan penyitaan atas barang milik wajib pajak, serta dapat

dilakukan penyanderaan. Tentunya sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang

berlaku.

2.1.2 Penerimaan daerah melalui Pajak


Pendapatan daerah yang akan digunakan untuk pembangunan daerah yaitu bersumber dari PAD,

Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Lain-Lain Pendapatan yang sah. PAD Menurut Mardiasmo

(2018) adalah penerimaan yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan

milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah. PAD merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal dari sumbersumber di

wilayahnya sendiri berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka sumber pendapatan daerah

yang terdiri dari:Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Lain-lain Usaha

Yang Sah

2.1.3 Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah seperti provinsi dan kabupaten/kota dan

hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah dipungut berdasarkan UU

Nomor 28 Tahun 2009, atas perubahan UU Nomor 34 Tahun 2000 yang sebelumnya adalah UU

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-jenis Pajak

Daerah, yaitu: Pajak Provinsi terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermoto, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan Pajak Rokok. Jenis

Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,

Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah,

Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan.


Berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah untuk mengenakan

suatu jenis pajak maka pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan tentang

pajak daerah. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan

pengenaan dan pemungutan pajak daerah yang bersangkutan.

Pemungutan pajak daerah di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan

kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Pajak daerah adalah kontribusi

Wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (UU Nomor 28 tahun

2009 pasal 1 ayat 1)

2.1.4 Pajak Hotel

Peraturan Daerah KKT No.02 .Thn 2011 bagian ke 1 pasal 3 ; Objek Pajak Hotel adalah

Pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai

pelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan termasuk fasilitas

olahraga dan hiburan, Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah fasilitas telepon,

faksinile, teleks, internet, fotokopy,pelayana cuci,seterika,transportasi dan fasilitas sejenis lainnya

yang disediakan atau di kelolah hotel, Tidak termasuk objek pajak hotel sebagaimana dimaksud

pada ayat 1: Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh pemerintah, Jasa sewa

apartemen,kodominium,dan sejenis, Jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kegiatan

keagamaan, Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuan dan panti

sosial, Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggaraka hotel yang dapat

dimanfaatkan oleh umum.

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Pengertian hotel adalah

fasilitas penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubug wisata, wisma pariwisata, pesanggrahan,

rumah penginapan dan sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10.

Obyek pajak hotel merupakan setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran atau yang

seharusnya dibayar di hotel, yang meliputi antara lain: Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal
jangka pendek, Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka

pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, Fasilitas olahraga dan hiburan

yang disajikan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum, Jasa persewaan

ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. Dasar pengenaan pajak hotel berupa jumlah

pembayaran atau pembayaran yang seharusnya dilakukan kepada hotel. Besarnya tarif pajak hotel

ditetapkan sebesar 10 persen dari jumlah pembayaran tersebut.

2.2 Kajian Teori

2.2.1. Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) dikemukakan oleh Ajzen (1991) dijelaskan terkait

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak seorang wajib pajak dapat dilihat pada

sisi psikologis. Secara umum teori ini menggambarkan bahwa perilaku yang dilakukan setiap individu

muncul karena adanya keinginan untuk melakukan tindakan tersebut. Hal ini berasumsikan bahwa

manusia seringkali bertindak atau berperilaku sesuai dengan apa yang mereka pahami.

Pada Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku wajib pajak yang tidak patuh

(non compliance) akan berdampak pada variabel yang berkaitan dengan sikap, norma subyektif, serta

kontrol perilaku yang dipersepsikan sering digunakan sebagai spekulasi terhadap niat perilaku dengan

tingkat ketepatan yang tinggi. Niat untuk berperilaku dalam teori ini dijelaskan dalam tiga hal

diantaranya: pertama behavioral belief (keyakinan perilaku) merupakan keyakinan terhadap hasil dari

suatu perilaku, kedua normatif belief (keyakinan normatif) merupakan perilaku yang dipengaruhi oleh

lingkungan individu, ketiga control belief (keyakinan kontrol) merupakan sikap yang berhubungan

dengan perilaku dapat diartikan bahwa keyakinan ataupun pemahaman setiap wajib pajak berdasarkan

mekanisme pembayaran pajak serta manfaat yang akan dirasakan memiliki anggapan wajib pajak

terhadap perubahan dari penyederhanaan tarif pajak tersebut. Pengawasan perilaku dengan

dikenakannya sanksi pajak bagi setiap wajib pajak yang melanggar aturan perpajakan. Hal ini yang

menyebabkan munculnya niat wajib pajak untuk berlaku patuh dan taat (Ajzen, 1991).

Dalam Theory of Planned Behavior juga memberikan kesan yang terbentuk dalam mindset

individu akan mempengaruhi niat atau keyakinan pada diri individu tersebut sebelum melakukan
sesuatu. Keyakinan terhadap hasil diperoleh dari perilakunya kemudian berdampak pada apakah dia

akan memenuhi kewajiban perpajakannya atau tidak. Wajib pajak yang sadar pentingnya membayar

pajak terhadap penyelenggaraan negara, tentu saja akan memenuhi kewajiban pajaknya (behavioral

beliefs). Dengan memenuhi kewajiban perpajakan, wajib pajak menginginkan adanya timbal balik

atau keyakinan tentang akan terpenuhinyaharapan normatif dari orang lain maupun lingkungan sekitar

yang memotivasi untuk tetap berperilaku patuh terhadap pajak (Nugraheni & Purwanto, 2015).

2.2.1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Teori kepatuhan (compliance theory) dicetuskan oleh Stanley Milgram (1963). Pada teori ini

dijelaskan mengenai suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah atau aturan yang telah

ditetapkan. Adapun dua perspektif dalam literasi sosiologi mengenai kepatuhan terhadap hukum, yaitu

instrumental dan normatif.

Perspektif instrumental berasumsi bahwa individu secara menyeluruh didorong oleh kepentingan

pribadi dan persepsi terhadap perubahan-perubahan yang dikaitkan dengan perilaku.

Perspektif normatif dihubungkan dengan anggapan orang yang menjadi moral dan berlawanan atas

kepentingan pribadi. Seorang individu yang cenderung mematuhi hukum dianggap sesuai dan

konsisten dengan norma-norma internal yang sudah diterapkan.

Menurut teori kepatuhan (compliance theory), hal yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak

dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu norma internal yang didukung oleh tingkat pemahaman

peraturan pajak dan kesadaran wajib pajak. Faktor lain yang ikut berpengaruh yaitu komitmen

normatif dengan moralitas personal (normative commitment through morality) dan komitmen

normatif dengan legitimasi (normative commitment through legitimaty) dimana wajib pajak yang

telah mematuhi hukum ada karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu kewajiban serta terdapat

hak otoritas pajak yang bersifat memaksa dalam hal pemungutan pajak. Faktor-faktor tersebut yang

akan mempengaruhi sosialisasi perpajakan dan tarif pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak

dengan transaksi e-commerce.

2.2.2 Teori Atribusi


Teori ini menyajikan sebuah framework yang memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman

mengenai bagaimana setiap individu menilai perilakunya sendiri maupun perilaku orang lain. Teori

atribusi ini dinyatakan bahwa individu dapat mencari penjelasan yang berhubungan dengan peristiwa

yang terjalin baik pada mereka maupun orang-orang di sekitarnya (Schisler, D. L., & Galbreath,

2015). Teori ini ditemukakan oleh Fritz Heider pada tahun 1958. Setiap individuialah seorang

ilmuwan yang berupaya untuk memahami dan mengerti perilaku orang lain yang menggunakan

pengumpulan informasi sehingga dapat diperoleh penjelasan yang konsisten mengenai sebab-akibat

perilaku dari orang lain tersebut (Sukarma, D. A., & Wirama, 2016).

Teori ini dipergunakan sebagai penjelasan bagaimana cara melakukan penilaian terhadap perilaku

seseorang, baik dari faktor lingkungan maupun faktor dalam diri seorang individu tersebut. Perilaku

yang disebabkan oleh faktor internal merupakan perilaku yang dapat diandalkan berada di bawah

kendali pribadi itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan oleh faktor eksternal merupakan

perilaku yang dipengaruhi dari luar, yaitu perilaku seseorang dapat dilihat sebagai akibat dari tuntutan

situasi maupun lingkungan.

Dalam teori atribusi dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak internal maupun pihak eksternal

ikut berkontribusi dalam melaksanakan kepatuhan wajib pajak. Perilaku Keinginan dan kemauan

untuk berpikir maju yang termasuk dalam faktor internal, sehingga individu-individu akan sadar dan

termotivasi untuk melaksanakan kepatuhan wajib pajak dan dapat merasakan manfaatnya di masa

mendatang. Pihak eskternal juga memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan ataupun

dorongan terhadap pihak internal, agar kepatuhan wajib pajak tersebut bisa terwujud dalam tujuan

yang sama.

Teori atribusi dapat dikelompokkan menjadi dua hal yang dapat diputarbalikan melalui artian

dalam atribusi itu sendiri. Pertama, kesalahan dalam atribusi yang mendasar adalah kecenderungan

untuk mengabaikan pengaruh faktor- faktor eksternal dibanding dengan faktor internalnya. Kedua,

prasangka dari seseorang cenderung menggabungkan kesuksesan akibat dari faktor-faktor internal,

sedangkan kegagalannya dihubungkan dengan faktor-faktor eksternal. Teori atribusi berhubungan

dengan sikap wajib pajak, kesadaran wajib pajak merupakan pengaruh internal dari seseorang yang

membuat seseorang mengambil keputusan. Sikap wajib pajak yang sadar akan kewajiban perpajakan
dan penerapan self assessment system serta mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

membayar pajak. Dengan kata lain, sikap wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak

sangat bergantung dari pelaku atau keputusan wajib pajak.

2.3 Kepatuhan Pajak

2.3.1 Pengertian Kepatuhan Pajak

Kepatuhan Pajak ( tax Compliance) didefinisikan sebagai suatu perilaku dimana wajib pajak

( WP) memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.

Terdapat 2 macam Kepatuhan yakni Kepatuhan formal dan dan Kepatuhan materil, Kepatuhan formal

adalah suatu perilaku dimana wajib pajak berupaya memenuhi kewajiban perpajakan secara formal

formal sesuai dengan ketentuan formal dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan materil adalah

suatu perilaku dimana wajib pajak secara substansif memenuhi semua ketentuan materil perpajakan

sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan ( nurmantu cahyonowati 2016). Selain itu Kepatuhan

Pajak juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban

dalam melaksanakan hak perpajakannya.Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang telah

memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007

tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Kriteria tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan

Kelebihan Pembayaran Pajak.

2.3.2Indikator Kepatuhan Pajak

Indikator kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan pajak yang cocok di aplikasikan di Indonesia

antara lain adalah:

a. Kepatuhan dalam mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Wajib pajak wajib untuk

mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan

Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukanwajib pajak,

dan dapat melalui e-register (media elektronik atau online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP).
b. Kepatuhan dalam penyampaian surat pemberitahuan pajak (SPT). SPT berfungsi sebagai

sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah

pajak yang sebenarnya terutang. SPT juga berfungsi untuk melaporkan pembayaran dan pelunasan

pajak, baik yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak maupun melalui mekanisme pemotongan dan

pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, serta melaporkan harta dan kewajiban wajib pajak.

c. Kepatuhan dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak dengan benar. Menghitung

pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun

pajak, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak, sedangkan

memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi

dalam tahun berjalan yang atau disebut dengan kredit pajak (prepayment). Selisih antara pajak yang

terutang dengan kredit pajak dapat berupa kurang bayar, lebih bayar atau nihil.

2.4 Kajian Variabel Penelitian

2.4.1 Pemahaman Wajib Pajak

Pemahaman tentang perpajakan merupakan proses dimana wajib pajak mengetahui tentang

perpajakan dan mengimplementasikan pengetahuan tersebut dengan membayar pajak. Sebagian wajib

pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu wajib pajak juga dapat

memperoleh informasi pajak melalui media informasi baik cetak maupun elektronik, konsultan pajak,

seminar, dan pelatihan pajak.

Tingkat pemahaman adalah suatu proses peningkatan pengetahuan secara insentif yang

dilakukan seseorang individu sejauh mana individu tersebut dapat mengerti dengan benar akan suatu

materi yang ingin diketahui. Pemahaman wajib pajak adalah pandangan wajib pajak terhadap

pengetahuan perpajakan yang wajib pajak miliki. Wajib pajak yang paham akan perpajakan atau

peraturan pajak tentu akan semakin paham pula wajib pajak terhadap sanksi pajak, jika wajib pajak

paham terhadap sanksi pajak maka mereka akan semakin meningkatkan kepatuhan pajak.

Indikator pemahaman wajib pajak terhadap peraturan pajak diantaranya yaitu:


a. Memahami perihal ketentuan umum PP No. 23 Tahun 2018, yaitu memahami pemberlakuan

peraturan dan isi peraturan (objek dan subjek yang dikenai peraturan).

b. Mengetahui sistem perpajakan di Indonesia. Indonesia menerapkan Sistem Perpajakan self

asessment system yaitu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepercayaan dan tanggung jawab

kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Mengetahui dan memahami fungsi perpajakan di Indonesia. Pajak memiliki dua fungi yaitu

fungsi budgetair dan fungsi mengatur. Fungsi budgetair merupakan pajak sember dana pemerintah

untuk membiayai segala pengeluarannya. Fungsi mengatur merupakan pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam hal soial dan ekonomi.

2.4.2Kesadaran Wajib Pajak

Menurut (Rachman & Ngadiman, 2020) kesadaran menjadi perilaku wajib pajak atas suatu objek

yang melibatkan pandangan dan perasaan serta keinginan untuk berperan sesuai dengan objek.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak

menggambarkan perilaku wajib pajak berupa pandangan maupun perasaan yang terkait dengan

pengetahuan, keyakinan,dan penalaran melalui keinginan untuk bertindak sesuai dengan peraturan

yang ditentukan oleh sistem perpajakan tersebut. Tingkat kesadaran perpajakan menunjukkan

seberapa besar tingkat pemahaman seseorang tentang arti, fungsi dan peranan pajak. Semakin tinggi

tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan.

Menurut (Hartini, 2018) dapat diuraikan menjadi beberapa bentuk kesadaran membayar pajak

yang memotivasi wajib pajak untuk membayar pajak, sebagai berikut :

a. Kesadaran bahwa pajak menjadi bentuk keikutsertaan dalam menunjang pembangunan

negara. Dengan memahami hal ini, wajib pajak berkenan untuk membayarkan pajaknya karena sadar

tidak dirugikan dari pemungutan pajak tersebut.


b. Kesadaran untuk berspekulasi bahwa menunda pembayaran pajak dan pengurangan beban

pajak dapat merugikan negara. Wajib pajak yang berkenan untuk membayarkan pajaknya karena

sudah menyadari bahwa menunda pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak akan

mengakibatkan sumber daya financial yang semakin berkurang dan terhambatnya pembangunan

negara

2.4.3 Restribusi Daerah

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan

barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jasa

Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan

dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Yang kemudian dia atur

dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan retribusi

daerah

a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

2.4. 5 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan daerah yang
akan digunakan untuk pembangunan daerah yaitu bersumber dari PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman

Daerah dan Lain-Lain Pendapatan yang sah.

PAD menurut Halim (2002), adalah penerimaan yang diperoleh daerah yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. PAD merupakan suatu penerimaan daerah yang berasal

dari sumber-sumber di wilayahnya sendiri berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Menurut

UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka sumber pendapatan daerah yang

terdiri dari:Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Hasil Perusahaan Milik Daerah, Lain-lain Usaha Yang Sah

2.4.6 Teori pemungutan Pajak

Negara mempunyai hak untuk memungut pajak berdasarkan beberapa teori (Mardiasmo, 2004)

Teori asuransi yaitu negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak rakyatnya, oleh

karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena

memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

Teori kepentingan adalah pembagian pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya

perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara, makin

tinggi pajak yang harus dibayar. Teori daya pikul yaitu beban pajak untuk semua orang harus sama

beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk

mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu. Unsur obyektif, dengan melihat besarnya

penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, Unsur subyektif, dengan memperhatikan

besarnya kebutuhan materiil yang harus dipenuhi.

2.4.7 Bagaimana Cara Sistem Pemungutan pajak

Sistem Self Assesment adalah sutuatu sistem yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab

kepada wajib pajak untuk menghitung dan membayar sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai

dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Selain itu Wajib Pajak diwajibkan pula melaporkan secara

teratur jumlah pajak yang terutang dan telah di bayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perpajakan. Pembayaran pajak selama tahun berjalan pada dasarnya merupakan angsuran pajak untuk

meringankan beban Wajib Pajak pada akhir tahun Pajak. Hakikat Self Assesment System adalah

penetapan sendiri besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pada sistem ini, masarakat Wajib

Pajak diberikan kepercayaan dan tanggugn jawab yang lebih besar untuk melaksanakan

kewajibannya, yaitu menghitung, membayar dan melaporkan.

Dalam sistem Self Assesment, administrasi perpajakan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas

pembinaan, pengawasan dan penerapan sanksi terhadap penundaan pemenuhan kewajiban perpajakan

berdasarakn ketentuan yang digariskan dalam peraturan perpajakan. Fungsi pengawasan memegang

peranan sangat penting dalam sistem Self Assesment, karena tanpa pengawasan dalam kondisi tingkat

kepatuhan Wajib Pajak masih rendah, mengakibatkan sistem tersebut tidak akan berjalan dengan baik,

sehingga Wajib Pajak pun akan melaksanakan kewajiban pejaknya dengan tidak benar dan pada

akhirnya penerimaan dari sektor pajak tidak akan tercapai.

Menurut Early Sunandy (2002:95), Dalam rangka melaksanakan Self Assesment sistem ini

diperlukan prasyarat yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan dari pelaksanaan sitem

pemungutan ini yaitu: Kesadaran Wajib Pajak (Tax consciousnessi) artinya wajib pajak mau dengan

sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri menghitung, membayar dan

melaporkan jumlah pajak terutangnya. Kejujuran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak melakukan

kewajibannya dengan sebenar-benarnya tanpa adanya manipulasi, hal ini dibutuhkan karena fiskus

memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk mendaftarkan diri menghitung, membayar dan

melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang, Kemauan membayar pajak dari wajib pajak (Tax

Mindedness) artinya wajib pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakanny, namun

juga dalam dirinya terdapat hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutang,

Kedisiplinan wajib pajak (Tax Disicipline) artinya wajib pajak dalam melakukan kewajiban

perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

2.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga penulis

dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.

Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Variabel Metodologi Penelitian Hasil Penelitian


Penulis Penelitian
Krispina ANALISIS INDEPENDEN Jenis penelitian yang Jumlah Pajak Hotel yang ada di
Fenanlampir, EFEKTIVITAS : Pajak Hotel digunakan Kabupaten Kepulauan Tanimbar
SE.,M.Si PAJAK HOTEL (X1) adalah penelitian kuantitatif. Untuk mendukung pariwisata
TERHADAP Pajak Daerah Objek Penelitian di lakukan pada Kabupaten kepulauan
PENERIMAAN (X2) Restribusi di Dinas Pendapatan Dearah tanimbar maka perlu di sediakan
PENDAPATAN Daerah (X3) Kabupaten fasilitas hotel yang memadai
ASLI DAERAH Kepuluan Tanimbar yang dengan jumlah hotel yang perlu
(PAD) DI Dependen: merupakan pelaksana di perhatikan adapun jumlah
KABUPATEN otonomi daerah dalam hotel yang ada di kabupaten
KEPULAUAN Pendapatan Asli bidang pemungutan pajak kepulauan Tanimbar adalah
TANIMBAR Daerah (PAD) daerah. sebagai perikut:
(Studi Pada Dinas (Y) Margono (2004:118) Jumlah Wajib Pajak Hotel
Pendapatan Populasi adalah seluruh data di Kabupaten Kepulauan
Daerah) yang menjadi perhatian Tanimbar
dalam suatu lingkup dan Letak Hotel ( kecamatan
waktu yang kita tentukan. Tanimbar Selatan →10)
Riduwan ( 2007 : 56 ) ( Selaru →3)
sampel adalah sebagian dari ( Kecamatan tanimbar Utara
populasi. →3)
Dalam penelitian ini TOTAL 16
menggunakan lima tahun
terakhir dari tahun 2015-
2019 adalah sebagian dari
populasi.
Sampel yang diambil
sebagai sumber data yaitu
data kuantitatif Raealisasi
penerimaan Pajak Hotel
Pada Dinas Pendapatan
daerah Kabupaten
Kepuluan Tanimbar Tahun
2015-2019.
Sumber PebeSugiyono
(2019 :296) juga
mengungkapkan sumber
data dengan menggunakan
dua sumber, yaitu: Data
Primer dan Data Sekunder
diaman sumber data Primer
yang langsung memberikan
data kepada pengumpul
data.
Sumber data sekunder data
yang tidak langsung
memberikan data kepada
pengumpul data yang
digunakan sebagai
pelengkap dari pendukung
data primer.
Yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah
Peneliti itu sendiri
(Sugiyono, 2019).
Dalam penelitian kualitatif
tidak ada pilihan lain dari
pada menjadikan manusia
sebagai
instrumen peneliti utama
dan data kuantitafif berupa
angka-angka.
Sedangkan instrumen
penelitian yang digunakan
adalah peneliti, catatan
lapangan, dan pedoman
wawancara.
Analisis data yang
digunakan yaitu analisis
deskriptif, analisis
afektivitas.
Sesuai dengan hal tersebut
maka dalam pelaksanaan
penelitian ini, peneliti
menetapkan fokus penelitian
sebagai berikut: Di ikur
denganpemenuhan
kewajiban perpajakan dan
atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan
ketentuan undang-
undang perpajakan.
Pemeriksaan pajak (John,
2007) adalah mencakup
kegiatan mencari,
mengumpulkan dan
mengolah
data dan atau keterangan
lain yang berasal dari
pembukuan wajib pajak
maupun dari maupun dari
sumber-sumber lainnya
yang dapat digunakan
untuk menentukan
kewajiban perpajakan wajib
pajak sebenarnya.
Definisi lain dari
pemeriksaan pajak
(Sumarso, 2007)
serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh kantor pajak
terhadap wajib pajak untuk
mencari dan mengumpulkan
data atau keterangan lainnya
guna penetapan besarnya
pajak yang terhutang.

Muhammad PENGARUH INDEPENDEN Metode penelitian dalam Setelah pengolahan atas data
Iqbal, S.E., PENERIMAAN : Pajak Hotel yang digunakan dalam dalam penelitian ini selesai
M.M. PAJAK DAERAH (X1) Pajak penelitian ini adalah metode dilakukan, kemudian dilakukan
Widhi DAN RETRIBUSI Daerah penelitian studi kasus pula pengujian hipotesis.
Sunardika, DAERAH Restribusi dengan menggunakan Sebelum masuk kedalam tahap
S.Ak. TERHADAP Daerah metode penelitian deskriptif uji hipotesis, sebelumnya
PENDAPATAN ( PDRD ) ( X2) dengan pendekatan dilakukan uji asumsi klasik, dari
ASLI DAERAH kuantitatif, karena penelitian uji asumsi klasik ini diketahui
KABUPATEN Dependen: ini menekankan pada data- data terdistribusi secara normal,
BANDUNG data numerik (angka). bebas dari
(Studi Kasus Pada Pendapatan Asli Penulis menggunakan multikolinearitas,autokorelasi,
Badan Keuangan Daerah (PAD) metode tersebut, karena dan heterokedastisitas.
Daerah Kabupaten (Y) penelitian ini ditujukan Perkembangan Penerimaan
Bandung ) untuk Pajak Daerah Kabupaten
menggambar pengaruh Bandung Peiode 2009 – 2015
penerimaan Pajak Daerah Jika dilihat dilihat dari segi
dan Retribusi Daerah realisasi, Penerimaan Pajak
terhadap tingkat Daerah Kabupaten Bandung
Pendapatan Asli Daerah dalam periode 2009 -2015 setiap
(PAD),dimana ketiga data tahunnya terus mengalami
tersebut merupakan data peningkatan dengan rata – rata
kuantitatif. peningkatan sebesar Rp.
Data yang digunakan dalam 193.948.627.953,14 dengan
penelitian ini merupakan realisasi terkecil sebesar Rp.
data primer, yaitu data yang 47.951.110.528,00 yang terjadi
diperoleh secara langsung pada tahun 2009 dan capaian
dari lembaga yang diteliti realisasi terbesar terjadi pada
berupa laporan realisasi tahun 2015 dengan jumlah
pendapatan daerah yang sebesar Rp.
kemudian teliti kembali 340.007.248.935,00.Peningkatan
sesuai dengan kebutuhan dalam realisasi penerimaan
dalam penulisan penelitian pajak daerah ini disebabkan oleh
ini. naiknya pos pos pajak daerah
yang menjadi sumber dari
penerimaan pajak daerah itu
sendiri yaitu antara lain pajak
hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan dan genset,
pajak pengambilan bahan galian
C, pajak parkir, pajak
pengambilan air baah tanah, bea
perolehan hak atas tanah dan
bangunan dan pajak
bumi dan bangunan perdesaan
perkotaan.

Sutianingsih, Analisis Pengaruh INDEPENDEN Jenis penelitian adalah Tingkat Pertumbuhan Retribusi
Shinta Eka Retribusi Daerah : Pajak Hotel deskriptif karena Daerah dan PAD
Kartika dan Terhadap (X1) PDRD memberikan gambaran Tingkat pertumbuhan retribusi
Widowati Pendapatan Asli (X2) tingkat pertumbuhan daerah mengalami pertumbuhan
Daerah Kabupaten retribusi daerah dan PAD, yang negatif dari tahun 2017
Lombok Utara DEPENDEN : tingkat efektivitas sampai dengan tahun 2019.
Pendapatan Asli pemungutan retribusi Tahun 2013 dijadikan sebagai
Daerah (PAD) daerah, kontribusi retribusi tahun dasar
(Y) daerah terhadap PAD dan dalam menentukan tingkat
prediksi penerimaan pertumbuhan retribusi daerah
retribusi daerah dan PAD di tahun 2014.
Kabupaten Lombok Utara. Pada tahun 2013 jumlah
Teknik pengumpulan data realisasi retribusi daerah sebesar
menggunakan dokumentasi Rp7.739.619.801, sedangkan
berupa catatan jumlah target pada tahun 2014 realisasi
dan realisasi retribusi daerah retribusi daerah sebesar
dan PAD pada Laporan Rp13.641.497.678. Artinya pada
Realisasi Anggaran (LRA) tahun 2014
Kabupaten Lombok Utara mengalami pertumbuhan yang
tahun 2014-2019 yang positif (kenaikan) sebesar 76,3
diperoleh dari Badan persen dari tahun 2013.
Pendapatan Daerah Hal yang sama terjadi pada
Kabupaten Lombok Utara. tahun 2015, jumlah realisasi
Variabel penelitian adalah retribusi daerah sebesar
retribusi daerah dan Rp23.461.718.564, artinya pada
Pendapatan Asli Daerah tahun 2015 mengalami kenaikan
(PAD). sebesar 72 persen dari realisasi
Retribusi daerah merupakan retribusi daerah tahun 2014.
pungutan sebagai Sementara itu, dari tahun 2016
pembayaran atas jasa umum, sampai dengan
jasa usaha atau pemberian tahun 2019, realiasi retribusi
izin tertentu yang khusus daerah mengalami pertumbuhan
disediakan oleh Pemerintah yang negatif (penurunan)
Daerah untuk kepentingan masing-masing sebesar 56,4
pribadi maupun badan (UU persen pada tahun 2016, 9
No. 28 Tahun 2009). persen tahun 2017, 4,7 persen
Jumlah retribusi daerah tahun 2018 dan penurunan
yang dimaksud dalam tertinggi pada tahun 2019
penelitian ini adalah sebesar 55,3 persen.
realisasi retribusi daerah Berdasarkan catatan atas laporan
pada Laporan Realisasi keuangan tahun 2016,
Anggaran (LRA). penurunan retribusi daerah tahun
PAD merupakan 2016 disebabkan oleh penurunan
pendapatan yang diperoleh retribusi dari pelayanan
daerah yang dipungut kesehatan di puskesmas,
berdasarkan Peraturan retribusi pemanfaatan ruang
Daerah yang bersumber dari untuk menara telekomunikasi,
pajak daerah, retribusi retribusi
daerah, hasil pengelolaan kendaraan bermotor, retribusi
kekayaan Daerah yang penyediaan fasilitas pasar grosir,
dipisahkan, dan lain-lain retribusi pelayanan tempat
PAD yang sah. khusus parkir, dan retribusi
Jumlah PAD yang dimaksud pemberian izin untuk
dalam penelitian ini adalah mendirikan suatu bangunan.
realisasi PAD pada Laporan Sedangkan penurunan retribusi
Realisasi Anggaran (LRA). daerah tahun 2017 disebabkan
Teknik analisis data yang oleh penurunan retribusi dari
digunakan adalah dengan pelayanan kesehatan di
menggunakan analisis puskesmas, retribusi fasilitas
deskriptif lainnya di lingkungan terminal,
retribusi pelayanan tempat
khusus parkir, retribusi
pelayanan pemeriksaan
kesehatan hewan sesudah
dipotong, retribusi pelayanan
jasa ke pelabuhan, retribusi
tempat rekreasi, retribusi
pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan, dan
retribusi pemberian izin untuk
melakukan penjualan minuman
beralkohol.

Rinto Kontribusi Pajak Independen: Penelitian ini dilakukan di Kota Palangka Raya secara
Alexandro Hotel terhadap Pajak Hotel (X) Badan Pengelola Pajak Dan geografis terletak pada 113o
, Tonich Uda, Pendapatan Asli Dependen: Retribusi Daerah (BPPRD) 30`- 114o 07` Bujur Timur dan
Fendy Daerah Kota PAD (Y) Kota Palangka Raya yang 1o 35`-2 o
Hariatama, Palangka Raya terletak di jalan Yos Sudarso 24` Lintang Selatan, dengan luas
Yurdi No. 02 Palangka Raya. wilayah 2.853.52 Km2 (267.851
Penelitian ini menggunakan Ha) dengan Topografi terdiri
pendekatan penelitian dari tanah
campuran (mixed method) datar dan berbukit dengan
yang menggabungkan antara kemiringan kurang dari 40%.
pendekatan kuantitatif dan Secara administrasi, Kota
kualitatif. Penelitian metode Palangka Raya
campuran merupakan berbatasan dengan Kabupaten
pendekatan penelitian yang Gunung Mas, Kabupaten Pulang
mengombinasikan atau Pisau dan Kabupaten Katingan.
mengasosiasikan bentuk Wilayah Kota Palangka Raya
kualitatif dan bentuk terdiri dari 5 (lima) Kecamatan
kuantitatif (Creswell W. yaitu Kecamatan Pahandut,
John, 2013). Mixed method Kecamatan Sabangau,
merupakan metode Kecamatan Jekan Raya,
penelitian yang memadukan Kecamatan Bukit batu dan
pendekatan kuantitatif dan Kecamatan Rakumpit dengan
kualitatif dalam tahapan luas masingmasing wilayah
proses penelitian dan 199,37 Km2 , 641,51 Km2 ,
metodologi penelitian, 387,53 Km2 , 603,16 Km2 dan
sehingga dengan 1.101,95 Km2. Kondisi iklim di
menggunakan Mixed Kota Palangka Raya sepanjang
method dapat tahun 2017 temperatur Rata-rata
menghasilkan fakta yang di Kota Palangka Raya adalah
komperhensif dalam 27,28oC, temperatur minimum
meneliti masalah penelitian 27,00oC terjadi pada bulan Juli
karena dalam penelitian ini dan maksimum 28,10oC pada
peneliti mempunyai bulan September.
kebebasan untuk
menggunakan semua alat
pengumpulan data sesuai
dengan jenis data yang
dibutuhkan. Populasi adalah
generalisasi yang terdiri
atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan
kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono,
2018).

REZI Potensi Pajak Independen: Jenis Penelitian Potensi pajak hotel juga dapat
WULANDARI Hotel Terhadap Pajak Hotel (X) Metode penelitian yang akan diartikan sebagai kekuatan
Pendapatan Asli dipakai yaitu metode sebenarnya dari pajak hotel
Daerah (PAD) Dependen: PAD penelitian deskriptif dengan tersebut. Perhitungan potensi
Kabupaten Tanah (Y) pendekatan kuantitatif. sangat membantu dalam
Datar Penelitian deskriptif mengefektifkan dan
kuantitatif adalah salah satu mengoptimalisasikan pajak
jenis penelitian yang daerah. Karena jika pemungutan
bertujuan mendeskripsikan pajak hotel diawali dengan
secara perhitungan potensi yang
sistematis, faktual, dan sebenarnya maka sebuah
akurat mengenai fakta dan kabupaten dapat mengetahui
sifat populasi tertentu, atau seberapa besar jumlah yang
mencoba menggambarkan seharusnya bisa dipungut dari
fenomena secara detail pajak hotel tersebut setiap
Tempat Dan Waktu tahunya, tidak hanya
Penelitian Penelitian ini berdasarkan target tahun-tahun
dilakukan di Dinas sebelumnya. Sedangkan
Pendapatan Pengelolaan efektifitas digunakan untuk
Keuangan Dan Aset mengukur hubungan antara hasil
Kabupaten Tanah Datar pungutan suatu pajak dengan
yang bertempat di tujuan yang tujuan yang dimiliki
Pagaruyung . oleh suatu daerah.
Adapun waktu penelitian
dimulai dari bulan Januari
sampai Februari 2017.

2.6 Model Penelitian

Pajak Hotel
PAD

Retribusi Daerah

2.7 Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Pengaruh Pajak Hotel

Penerimaan pajak hotel dari tahun ketahun tergolong dalam kriteria sangat Sangat Efektif,

efektif dan tidak efektif hal tersebut dibuktikan dengan penerimaan Pajak hotel ada yang melebihi

target dan ada yang tak dapat melebihi target sesuai yang ditentukan pemerintah setiap tahunnya.

Tahun 2017 dan 2019 peneriman Pajak daerah dari pajak hotel tidak efektif karena kriteria dibawa

60% yakni pada tahun 2017 Kriteria yang di peroleh adalah hanya 29% dan Tahun 2019 hanya 27%

artinya Realisasi yang diperoleh dari penerimaan pajak rendah atau tak mencapai target yang di

inginkan.

H1:Pajak Hotel berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar

2.7.2 Retribusi Daerah

Naik turunnya realisasi penerimaan retribusi daerah ini sendiri disebabkan oleh adanya

penghapusan atau penambahan sumber sumber dari retribusi daerah itu sendiri dimana hal tersebut
akan menyebabkan perubahan atas nilai atau pencapaian dari suber retribusi daerah seperti retribusi

jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu yang akan mempengarui nilai dari

retribusi daerah tersebut.

H2: Retribusi berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Kepulauan Tanimbar

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten kepulauan tanimbar ( kota Saumlaki)

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pajak Hotel Dan Restribusi Daerah yang tercatat di

Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten kepulauan Tanimbar.
Menurut Edy (2016:66) populasi merupakan sekelompok orang atau sesuatu yang memiliki

karakteristik tertentu yang ingin diteliti oleh peneliti. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah

Laporan Realisasi PAD pada Kabupaten Kepulauan Tanimbar ( kota Saumlaki)

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini menggunakan

enam tahun terakhir dari tahun 2015- 2020 adalah sebagian dari populasi. Sampel yang diambil

sebagai sumber data yaitu data kuantitatif Raealisasi penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pendapatan

daerah Kabupaten Kepuluan Tanimbar Tahun 2015-2020.

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38) adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel Defenisi

Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu

pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-

Pendapatan Asli Daerah (Y) undangan.

Pendapatan daerah yang akan

digunakan untuk pembangunan daerah

yaitu bersumber dari PAD, Dana

Perimbangan, Pinjaman Daerah dan

Lain-Lain Pendapatan yang sah. PAD

Menurut Mardiasmo (2018) adalah


penerimaan yang bersumber dari sektor

pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah.

Pengaruh penerimaan pajak hotel dan retribusi

daerah terhadap pendapatan asli daerah dan

Pemahaman tentang perpajakan merupakan

Pajak Hotel (X1) proses dimana wajib pajak mengetahui tentang

perpajakan dan mengimplementasikan

pengetahuan tersebut dengan membayar pajak.

Pajak Daerah adalah pajak yang

dipungut oleh daerah seperti provinsi

dan kabupaten/kota dan hasilnya

digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah. Pajak daerah dipungut

Retribusi Daerah (X2) berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009,

atas perubahan UU Nomor 34

Tahun 2000 yang sebelumnya adalah

UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

3.4.2 Pengukuran variabel


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial

yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiono, 2015).

Variabel dalam penelitian ini yaitu pajak hotel (X1) dan retribusi daerah (X2).

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen

peneliti utama dan data kuantitafif berupa angka-angka. Sedangkan instrumen penelitian yang

digunakan adalah peneliti, catatan lapangan, dan pedoman wawancara. Analisis data yang digunakan

yaitu analisis deskriptif, analisis afektivitas. Sesuai dengan hal tersebut maka dalam pelaksanaan

penelitian ini, peneliti menetapkan fokus penelitian sebagai berikut: Di ukur dengan perhtungan Rasio

Efektivitas PAD dan Efektifitas Pajak Daerah dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 2 Kriteria Efektivitas

Sumber: Supriadi (2015:45

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data dilapangan dalam penelitian

ini adalah : Wawanncara, Metode, Dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik analisis data Kuantitatif secara sederhana sering dikatakan sebagai penelitian ini

dilakukan dengan mengumpulkan data berupa angka.

Teknik analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif,

dengan menggunakan teknik analisis regresi Linear sederhana dengan menggunakan SPSS 24.0

teknik perhitungnan analisis yang digunakanuntuk mengetahui besarnya rasio efektivitas Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang kemudian dapat untuk menghitung tingkat Efektivitas Pajak Hotel terhadap

Pendapatan Asli Daerah(PAD) selama tahun 2015-2020. Analisis Efektifitas pada Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten kepulauan Tanimbar selama 6 tahun terakhir

yaitu tahun 2015, 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020

3.4.2 Variabel

1. Variabel Terikat atau Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya

variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Pendapatan Asli Daerah

(PAD) (Y)

2. Variabel Bebas atau Variabel Independen

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat ) . Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen adalah pajak hotel (X1), retribusi daerah (X2)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan data kuantitatif adalah dengan kuesioner dan

strategi penelitian yang digunakan yaitu dengan survei.

3.6 Teknik Analsis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda. Menurut Supomo (2002:91), model regresi linier berganda digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
interval atau rasio dalam suatu persamaan linier . Pengujian hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan analisis regresi linier berganda dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang

digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas

digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017: 130) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil

pengukuran dengan menggunakan objek yang sama , akan menghasilkan data yang sama .

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data

pada sebuah kelompok data atau variabel , apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah

tidak.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah terdapat korelasi yang tinggi atau

sempurna antara variabel bebas atau tidak dalam model regresi .

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menurut Imam Ghozali (2016:134) bertujuan untuk menguji apakah di

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain.

3.6.5 Analisis Regresi Linear sederhana


Regresi linear sederhana merupakan model regresi yang melibatkan lebih dari satu variabel

independen. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui arah dan seberapa besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018).

Rumus Regresi linear Sederhana

Y = a + bx1 +bX2 +e

Dimana :

Y :Penerimaan PAD (Pajak Hotel)

a : konstanta

b : kofisien regresi

X1 : pajak Hotel

X2 : Retribusi Daerah

e : Eror

DAFTAR PUSTAKA

Adriani,P.J.A (2005) Ilmu hukum pajak.Jakarta.Gramedia


Alim Setiadi (2005) Perencanaan pajak penghasilan. Jokjakarta
Direktorat Jendral Pajak. (2001). Undang-Undang Pajak Tahun 2000. Jakarta: Salemba Empat. (2004)
Gunadi. 2004. Reformasi Administrasi Perpajakan dalam Rangka Kontribusi Menuju Good
Governance, Pidato Pengukuhan Guru besar Perpajakan, FISIP, Universitas Indonesia,
Jakarta.Gunadi. 2005. Akuntansi pajak. Jakarata : salemba 4Halim, Abdul. 2002. Akuntansi
Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Mariot P Sihaan , 2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah -Ed. 1-Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Mardiasmo. (2004). Perpajakan.Yogyakarta: Andi.Mahmudi. (2007). Analisis Laporan
Keuangan Daerah. Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Persada Manawi Hadari (2012) Metode penelitian bidang sosial Jogjakarta. Martono,nanang (2010)
Metode penelitian kuantitatif, Jakarta :
PT.Raya Gravindo persadaRadianto,Wirawan. (2010). Memahami Pajak pada Penghasilan
sehari.Jakarta ;Grana Ilmu Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Rustiyaningsih, Sri. 2011. JurnalFaktor-faktor yang Mempengaruhi KepatuhanWajib Pajak. Dalam
Widya Warta, 35(2): h:44-54
Soaindi,Ealy (2005) Tentang Hukum Pajak Edisi. 5. Jakarta : Salemba 4
Soemarso (2010) Tentang Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung; PT. Refika Aditama
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Peraturan Daerah KKT Nomor. 02 Tahun 2011 Tentang Pajak-Pajak Daerah Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia 74/PMK.2012 Tentang tata cara penetapan pencabutan
penentuan wajib pajak dengan kriteria tertentu.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesi Nomor:131/PMK.01/2006 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Departemen Keungan .
Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 Tentang : Organisasi Dan
Data Kerja instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak Peraturan Mentri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 199/PMK.03/2007 Tentang : Tata Cara Pemeriksaan Pajak Undang-Undang
No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tautan.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 Tentang pajak daerah dan Retribusi daerah
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Perintah Daerah Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
Tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintanh pusat dan daerah.
Abuyamin Oyok. 2012. Perpajakan Pusat dan Daerah. Bandung. Humaniora.
Adisasmita Rahardjo. 2014. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Agoes Sukrisno. Trisnawati Estralita. 2013. Akuntansi Perpajakan,Jakarta. Salemba
Empat.
Arikunto, Suharimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rosda.
Fahmi Irham. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung. Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivate dengan Program SPSS 21. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Halim Abdul, Kusufi Syam. 2012 Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Salemba Empat.
Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Bumi Aksara.
L. M. Samryn. 2012. Pengantar Akuntansi : mudah membuat jurnal dengan pendekatan
siklus transaksi. Jakarta. Rajawali Pers.
Nazir, Mochammad. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. 2010. Bandung. Penerbit Erlangga.
Murhadi R Werner. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Evaluasi Saham.
Jakarta. Salemba Empat.
Kasmir. 2013. analisis laporan keuangan. Jakarta. Rajawali pers.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sofyan. 2011, Teori Akuntansi. Jakarta. Rajawali Pers.
Wasistiono Sadu. 2012, Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah. Bandung. Fokus Media.
UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
Perda No. 1 Tahun 2011 Kabupaten Bandung tentang Pajak Daerah.
Perda No. 6 Tahun 2016 Kabupaten Bandung, tentang Pajak Daerah.
Asteria Beta. 2015. Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. STIE Widya Wihaha
Hendaris Budi R. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Kota/Kabupaten di Wilayah Jawa Barat.
Prpgram Studi Akuntansi Universitas Achmad Yani.
MS. Zahari M. 2016. Pengaruh Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Saro Langun. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Batangan.
Mustika Ayu Winda. 2014. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Pemerintah Kota Surabaya. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STSIESIA) Surabaya.
Saifi Muhadan. Suhandak. Vamia Agustin Vadia. 2014. Pengaruh Pajak Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Batu Tahun 2010 –
2012). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
Setiadi Tri Henri, Mayowan Yuniadi, Mafaza Wildah. 2016. Kontribusi Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dalam Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Pacitan. Program Studi Perpajakan Jurusan
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai