Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan yang berdaulat, dimana

Indonesia merupakan negara yang memiliki Ideologi Pancasila sebagai

pedoman dalam menegakkan aturan dalam kehidupan Rakyat Indonesia.

Regulasi yang digunakan tentu saja merupakan regulasi yang sesuai

dengan Ideologi Pancasila, sehingga regulasi tersebut tidak akan

membentuk sifat diskriminasi terhadap para pelaku kejahatan. Karena

segala aturan yang dilandasi dengan hukum berlaku bagi semua Rakyat

Indonesia, baik kaya maupun miskin serta pejabat maupun rakyat biasa.

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

Tenggara serta merupakan negara yang dilintasi garis khatulistiwa.

Indonesia memiliki penduduk yang sangat banyak, hingga Indonesia

menempati urutan keempat di dunia dengan populasi penduduk terbesar

kurang lebih 270.054.853 jiwa pada tahun 2018. Dikarenakan penduduk

yang sangat banyak tentu saja kebudayaan dari berbagai suku maupun

ras di Indonesia sangatlah beragam, hal inilah yang menyebabkan

timbulnya slogan Indonesia yaitu

1
2

“Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti walaupun berbeda-beda tetapi

tetap satu tujuan”.

Indonesia menerapkan pemerintahan berbentuk republik, dimana

presiden sebagai pemimpin negara yang pemilihannya dilakukan secara

langsung oleh rakyat melalui pemilu yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Presiden dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh kementrian serta

jajarannya, sehingga dalam memutuskan suatu kesepakatan diperlukan

musyawarah untuk memutuskannya. Di dalam Pemerintahan Indonesia

terdapat banyak bidang dengan tupoksi masing-masing dalam

menjalankan tugasnya untuk menciptakan Indonesia menjadi negara

yanag maju dan sejahtera, hal ini dilakukan semata-mata agar Rakyat

Indonesia dapat menjalani kehidupan yang layak serta nyaman.

Sesuai dengan regulasi tersebut, maka pemerintah daerah

membuat regulasi mengenai daerah mereka masing-masing. Sehingga,

regulasi yang dibuat pemerintah daerah tersebut dijadikan pedoman dalam

melaksanakan berbagai macam kegiatan yang berlokasi di daerah

tersebut. Karena pemerintah daerah diberikan wewenang masing-masing

dalam mengelola daerahnya, maka dalam penerapan peraturan

perundang-undangnya mengenai otonomi daerah pemerintah daerah

dapat memacu perkembangan kreatifitas masyarakat di daerah tersebut


3

dalam hal mengelola potensi dan sumber daya yang ada di daerah

masing-masing. Hal inilah yang menyebabkan penerimaan di daerah

tersebut dapat meningkat, serta peran masyarakatnya dapat terlihat nyata

dalam meningkatkan ekonomi sesuai dengan otonomi daerahnya.

Dalam otonomi daerah, terdapat berbagai macam sumber

pendapatan asli daerah yang telah diatur dalam peraturan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Karena dalam melaksanakan otonomi daerah memerlukan pembiayaan,

pendapatan asli daerahpun sangat diperlukan untuk menunjang

terlaksananya otonomi di daerah.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pasal 285, jenis sumber pendapatan asli daerah

meliputi:

1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Salah satu sumber pendapatan asli daerah yaitu pajak daerah yang

merupakan pendapatan asli daerah yang dikelola sendiri oleh pemerintah

daerah dalam menjalankan berbagai kegiatan di pemerintahan daerah

yang membutuhkan pembiayaan dalam pelaksanaannya.


4

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 2 ayat 2

tentang Pajak dan Retribusi Daerah , pajak daerah pada Kabupaten/Kota

terbagi atas beberapa jenis, seperti;

1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) Pajak penerangan jalan
6) Pajak mineral bukan logam dan batuan
7) Pajak parkir
8) Pajak air tanah
9) Pajak sarang burung wallet
10) Pajak bumi dan bangunan pedesaandan perkotaan
11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang didalamnya berisikan tentang

sumber pendapatan asli daerah seperti pajak, Pemerintah Daerah Kota

Makassar membuat Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2010 tentang pajak

daerah Kota Makassar. Hal ini dilakukan Pemerintah Daerah Kota

Makassar untuk membuat pedoman dalam mengelola Pajak Daerah Kota

Makassar sesuai dengan otonomi daerahnya. Di dalam Peraturan Daerah

Kota Makassar nomor 3 tahun 2010, terdapat berbagai jenis pajak salah

satunya ialah pajak hiburan.

Menurut Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010


pasal 1 nomor 11, 12 dan 13 berisikan tentang Pajak hiburan merupakan
5

pajak atas penyelenggaraan hiburan, dimana hiburan yang dimaksud ialah


semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut biaya serta tempat hiburan yang digunakan
sebagai tempat terselenggaranya suatu hiburan. Pajak hiburan di Kota
Makassar merupakan pajak yang dapat berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar. Dimana, Kota Makassar memiliki
potensi yang sangat besar dalam berbagai aspek hiburan. Namun,
pendapatan pajak hiburan di Kota Makassar merupakan pendapatan yang
tidak terlalu besar diterima oleh daerah. Kota Makassar menerima
pendapatan pajak hiburan yang tidak sesuai dengan aspek hiburan yang
berada di Kota Makassar. Rendahnya pendapatan pajak hiburan dapat
juga diketahui melalui berita yang ada di koran SINDONEWS.COM,Rabu
(12/09/2018), yaitu:

“Kabid Pajak Hotel, Hiburan, Air Bawah Tanah, dan BPJ Bapenda
Makassar, Husni Mubarak mengatakan bahwa dibandingkan tahun lalu
realisasi pajak hiburan sudah mengalami surplus hingga Rp 5 miliar.
"Target kita tahun ini Rp 70 miliar, dan kami sudah capai Rp 30 miliar
atau sudah sekitar 40%. Angka ini ada kenaikan di tahun yang sama
sekitar Rp 5 miliar," akunya,
Meski mengalami surplus hingga mencapai Rp 5 miliar, namun diakui
Husni pendapatan pajak hiburan mengalami penurunan. Penyebabnya,
adanya perubahan tarif pajak. Misalnya, kata Husni pajak klub malam
yang sebelumnya 75% turun menjadi 50%.”

Salah satu aspek hiburan merupakan tempat hiburan malam serta

tempat karaoke yang sangat terkenal di Kota Makassar. Tempat hiburan

tersebut sangat terkenal dikarenakan Kota Makassar merupakan salah

satu kota metropilitan yang memiliki berbagai macam budaya yang

mengandung nilai keindahan dan ekonomis dalam pertunjukannya serta

penduduk dan pendatang dari berbagai macam negara. Sehingga potensi

ekonomi besar di Kota Makassar sesuai dengan daerah kota yang


6

memiliki banyak kegiatan perindustrian serta kepadatan penduduk yang

hampir sama dengan kepadatan penduduk di Ibukota Jakarta. Namun,

realisasi terhadap pajak hiburan di Kota Makassar tidak pernah mencapai

target yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah Kota Makassar,

seperti yang terdapat di dalam tabel berikut:

Tabel 1.1
Data Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Di Kota Makassar
Tahun 2014-2018

TAHUN TARGET(Rp) REALISASI(Rp) PERSEN(%)


1 2 3 4
2014 23.694.999.996 13.198.100.158 55,70%
2015 30.709.075.000 20,679,379,946 67,34%
2016 61.207.201.000 27,233,725,456 44.49%
2017 61,000,000,000 31,602,486,375 51.81%
2018 70,000,000,000 30,105,328,882 40,00%
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar Tahun 2018

Sesuai dengan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa realisasi tentang pajak

hiburan tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan oleh pemerintah

daerah. Dimana, kita dapat melihat bahwa pada tahun 2017 target yang

sebelumnya berjumlah 61.207.201.000 pada tahun 2016 diturunkan sesuai

dengan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2017 yang berjumlah

61.000.000.000. Namun, realisasi pajak hiburan tetap saja tidak dapat

mencapai target yang telah ditentukan.


7

Hal ini dikarenakan, banyaknya faktor yang sangat berhubungan

dengan sistem kinerja pegawai pemerintah yang memiliki tupoksi

mengelola pajak dan retribusi daerah dimana, Badan Pendapatan

Daerahlah yang memiliki tupoksi tersebut. Rendahnya kinerja pegawai

dapat diketahui melalui berita dari INIKITA.COM,Senin (15/04/2019) yaitu:

“Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pajak dan retribusi
daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah,”
jelas Kafrawi. Secara umum kata Kafrawi, upaya yang perlu dilakukan
pemerintah dalam mengoptimalkan pemungutan pajak, yakni
memperbesar basis penerimaan tindakan. Itu dilakukan untuk memperluas
basis penerimaan dari objek pajak potensial. “Cara lain dengan
memperkuat proses pemungutan. Upaya yang dilakukan dalam proses
pemungutan salah satunya dengan meningkatkan pengawasan,” lanjutnya
“Kota Makassar kata dia merupakan pusat perekonomian di Indonesia
Timur, sehingga sudah sepatutnya mengandalkan pajak hiburan sebagai
salah satu sumber pajak daerah yang potensial.”

Adapun faktor lain yang mendukung untuk meningkatkan maupun

menurunkan tercapainya realisasi tersebut merupakan masyarakat yang

kurang sadar akan kewajiban untuk menyetorkan pajak maupun dalam

melunasi segala utang pajak yang seharusnya telah dibayar serta

kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pajak hiburan. Kurangnya

pengetahuan masyarakat juga dapat dilihat melalui berita dari

MAKASSARMETRO.COM,Kamis (26/07/2018) yaitu:

“Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Makassar bertindak sebagai


narasumber dalam Sosialisasi Kesadaran Pajak yang digelar Pemerintah
Kecamatan Ujung Tanah, Dalam kesempatan itu, Kasubid Pajak Hotel dan
Air Bawah Tanah Bapenda Makassar, Hariman menekankan betapa
pentingnya pajak bagi pembangunan. “Tadi kita berikan pemahaman
kepada masyarakat kalau belanja makanan, menginap di hotel, atau parkir
8

harus minta karcis atau struknya. Supaya kita tahu, kalau uang pajak dari
masyarakat langsung masuk ke kas daerah,” ungkap Hariman.Diketahui,
Bapenda Makassar mengelola pajak seperti pajak restoran, pajak hotel,
pajak hiburan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak reklame,
pajak penerangan jalan, pajak air tanah, pajak parkir, pajak bumi dan
bangunan (PBB), pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
(BPHTB) dan pajak sarang burung walet. Selain itu, Hariman juga
mengingatkan warga Ujung Tanah agar menunaikan pajak bumi dan
bangunan (PBB) tepat waktu dan tepat jumlah. Pasalnya, SPPT PBB
sudah disebar di seluruh kecamatan termasuk Ujung Tanah. “Harapannya
kita agar masyarakat sadar betapa pentingnya pajak untuk kepentingan
masyarakat dan pembangunan daerah. Khusus, pajak PBB saya minta
masyarakat bayar tepat waktu,” ucapnya. Jika tidak tepat waktu maka akan
dikenakan denda administrasi 2 % sebagaimana yang diamanahkan
regulasi tentang pajak di Kota Makassar.”

Selain rendahnya pengetahuan masyarakat, kesadaran para

pengusaha hiburan sangat penting dalam melaksanakan wajib pajak.

Kurangnya kesadaran pengusaha hiburan dapat dilihat melaui berita dari

MAKASSARKOTA.COM,Rabu (14/08/2019), yaitu:

“Masih adanya pihak yang tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan


kewajibannya membayar pajak usaha dipastikan akan mendapat surat
teguran yang segera ditindak lanjuti.
Hal ini terungkap dalam Sosialisasi Kepatuhan Pajak Daerah yang
diadakan di hotel Singgasana, Rabu (14/8/2019). Sosialisasi ini membahas
apa saja yang menjadi hak dan kewajiban Pemkot Makassar dan
pengusaha di bidang perpajakan.”
Hal inilah yang mungkin menjadi faktor penghambat dalam

mencapai target dalam merealisasikan pajak hiburan di Kota Makassar.

Namun, tingginya tarif pajak hiburan juga dapat menyebabkan para

pengusaha hiburan memilih untuk menutup usahanya sehingga,

pendapatan pajak hiburan tidak dapat mencapat target yang telah


9

ditetapkan. Hal ini dapat diketahui melalui berita dari SINDONEWS,Kamis

(09/05/2019), yaitu:

“Selain itu, tingginya penarikan pajak hiburan juga menjadi salah satu
alasan banyaknya pengusaha hiburan yang gulung tikar.
"Tarif pajak hiburan tahun ini tidak ada naik, malah terjadi penurunan dan
ada juga tetap (tarif pajaknya). Setelah ada perubahan, kita sosialisasi dan
setelah itu kita akan terapkan semuanya," katanya.
Untuk mengejar target pajak hiburan, pihaknya akan memanggil
pengusaha hiburan yang dinilai kerap menunggak pajak.
"Kami tidak terlalu banyak (wajib pajak hiburan) bahkan tahun ini hanya
hitungan jari. Tidak sampai 20 wajib pajak baru. Alasannya, mungkin
pengaruh faktor ekonomi, takut membuka usaha misalnya usaha pijak
yang pajaknya tinggi pasti takut karena tidak ada investasi," tambahnya.

Adapun aspek yang mempengaruhi kinerja pegawai Badan

Pendapatan Daerah Kota Makassar, salah satunya merupakan aspek

tentang kompetensi yang melatar belakangi pendidikan pegawai di

Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar, seperti yang yang terdapat di

tabel berikut:

Tabel 1.2
Data Komposisi Pegawai Badan Pendapatan Daerah
Kota Makassar Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

STRATA BANYAKNYA
NO DISIPLIN ILMU
PENDIDIKAN (ORANG)
1 2 3 4

1 Pemerintahan Sarjana 2

2 Pemerintahan Magister 2

3 Hukum Sarjana 2

4 Ekonomi Sarjana 5

5 Ekonomi Magister 4
10

1 2 3 4

6 Sosial Magister 2
7 Administrasi Negara Magister 1
8 Teknik Sarjana 3
9 Teknik Magister 1

10 Pendidikan Magister 1

11 Sains Magister 1
Jumlah
24
Sumber: BKD Kota Makassar, Tahun 209

Sesuai dengan data tabel diatas, faktor yang mempengaruhi

realisasi pajak hiburan yang tidak dapat mencapai target dikarenakan latar

belakang pendidikan pegawai yang berada di Badan Pendapatan Daerah

Kota Makassar masih belum dapat memberikan dukungan dalam sumber

daya aparatur yang sesuai dengan standar sebagai pegawai di Badan

Pendapatan Daerah. Dimana, para pegawai yang berlatar belakang

pendidikan ekonomi maupun keuangan negara atau daerah haruslah

lebihaten/Kota banyak daripada latar belakang pendidikan yang lain.

Sehingga, pegawai dapat menyelesaikan tugasnya tanpa adanya

kesusahan dalam hal menjalankan tugasnya yang berhubungan dengan

keuangan seperti pajak dan retribusi yang ada di daerah Kota Makassar.

Tidak hanya latar belakang pendidikan, sinergitas antara Bapenda

dengan layanan perizinan harus terjalin baik dalam rangka mensinkronkan

jenis pajak dengan surat izin usaha hiburan yang diberikan oleh Direktur
11

Jenderal Pajak. Namun, yang terjadi di Kota Makassar merupakan

kebalikan, yaitu kurangnya sinergitas antara Bapenda dengan layanan

perizinan. Hal ini dapat diketahui melalui berita dari SULSELSATU.COM,

Jum’at (15/06/2019)yaitu:

“Kepala Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah, Ibrahim Akkas menyebut,


kendati realisasi pajak I yang meliputi pajak restoran, burung walet,
hiburan mengalami peningkatan sebesar Rp 100 miliar, namun realisasi
pajak hiburan tahun 2017 lalu tidak mencapai target.
Seperti diketahui, realisasi pajak hiburan tahun 2017 hanya 60 persen
dari angka Rp 61 miliar yang ditargetkan. Hal ini, kata Ibrahim, menjadi
cambuk bagi pihaknya untuk memperketat pengawasan terhadap pelaku
industri hiburan.
“Kendalanya kita selama ini ada ketidaksinkronan antara jenis pajak
dengan izin yang dikeluarkan. Faktanya banyak izinnya restoran tapi
beraktifitas hiburan juga,” ucap Ibrahim

Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar telah membuat Rapat

Koordinasi Khusus Badan Pendapatan Daerah Tahun 2018 yang di

dalamnya terkandung tujuan dari Badan Pendapatan Daerah Kota

Makassar yaitu, sebagai berikut:

1. Mewujudkan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah yang optimal


berbasis Informasi Teknologi secara terpadu dan terintegrasi
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan memiliki
kompetensi dalam bidangnya
3. Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan
keuangan daerah

Hubungan antara Tugas Pokok Fungsi Badan Pendapatan Daerah

dengan tujuan Badan Pendapatan Daerah yang terdapat di dalam Rapat

Koordinasi Khusus Badan Pendapatan Daerah Tahun 2019 sangatlah erat


12

kaitannya. Hal ini dibuktikan melalui kesimpulan antara tupoksi Badan

Pendapatan Daerah dengan tujuan Badan pendapatan Daerah yang

mengandung makna dalam hal mengelola Pendapatan Asli Daerah

dengan menggunakan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan

yang mendukung terwujudnya tujuan dari Rapat Koordinasi Khusus

tersebut. Salah satu tujuan Badan Pendapatan Daerah berupa merupakan

mewujudkan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah yang optimal berbasis

Informasi Teknologi secara terpadu dan terintegrasi, contohnya

pemasangan alat rekam terhadap wajib pajak di berbagai tempat usaha.

Namun, realisasi dari pemasangan alat itu belum mencapai target yang

telah ditentukan. Masalah ini dapat diketahui melalui berita dari

PORTALMAKASSAR.COM,Selasa (21/05/2019), yaitu:

“ Guna meningkatkan pendapatan daerah di tahun 2019, Pemerintah Kota


Makassar, melalui Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Makassar,
terus mengoptimalkan alat perekam pajak di berbagai tempat usaha.
Kepala Bapenda Kota Makassar, Irwan Adnan menargetkan pihaknya
memasang 500 alat perekam pada bulan Mei ini. 500 alat perekam
tersebut mencakup empat sektor, yakni Pajak Hotel, Restoran, Parkir dan
Hiburan.
“Sekarang kami menjalankan program online sistem untuk pajak Hotel,
Hiburan, Restoran dan Parkir. Kita pasang alat perekam di empat objek
pajak ini,” kata Irwan Adnan
Meski begitu, realisasi pemasangan hingga memasuki pertengahan Mei
baru terealisasi sebanyak 140 unit. Berbagai kendala yang dihadapi, mulai
dari SDM hingga wajib pajak itu sendiri.
Pasalnya, kata Irwan, beberapa wajib pajak di empat sektor itu masih
menolak pemasangan alat perekam pajak.”
13

Sehingga, menurut peneliti faktor yang menghambat tercapainya

target pajak hiburan di Kota Makassar tentu masih banyak faktor-faktor

yang lain baik yang terdapat di dalam proses wajib pajak maupun faktor

yang terdapat di dalam lingkungan kinerja pemerintah di Badan

Pendapatan Daerah kota Makassar dalam hal mengelola pajak hiburan di

Kota Makassar.

Dengan penjelasan permasalahan diatas, maka peneliti merasa

terdorong dalam melakukan penelitian dengan fokus : “KINERJA BADAN

PENDAPATAN DAERAH DALAM PENGELOLAAN PAJAK HIBURAN DI

KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN”

1.2 Ruang Lingkup, Fokus dan Lokasi Magang

1.2.1 Ruang Lingkup

Berdasarkan gambaran mengenai latar belakang di atas, ruang

lingkup yang meliputi permasalahan yang terkandung di dalam latar

belakang merupakan permasalahan mengenai kinerja Badan Pendapatan

Daerah dalam pengelolaan pajak hiburan yang merupakan salah satu

sumber pendapatan asli daerah Kota Makassar.

Dimana, ruang lingkup yang meliputinya ialah sebagai berikut:

1. Rendahnya pendapatan pajak hiburan di Kota Makassar

2. Tidak tercapainya realisasi terhadap target yang telah ditetapkan


14

3. Rendahnya wawasan masyarakat Kota Makassar mengenai wajib


pajak terhadap pajak hiburan

4. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan yang menjadi dukungan


dalam pelaksanaan tupoksi pegawai Badan Pendapatan Daerah

5. Rendahnya kesadaran pengusaha hiburan dalam melaksanakan wajib


pajak

6. Tingginya penarikan tarif pajak hiburan yang membuat pengusaha


hiburan menutup usahanya

7. Kurangnya sinergitas antara Badan Pendapatan Daerah dengan


layanan perizinan izin usaha dalam rangka mensinkronkan jenis pajak
dengan surat izin usaha hiburan

8. Belum tercapainya target dalam memasang alat rekam terhadap wajib

pajak di berbagai tempat usaha

1.2.2 Fokus Magang

Berdasarkan latar belakang yang telah diidentifikasi

permasalahannya di dalam ruang lingkup, maka peniliti memfokuskan

penelitian ini dengan membatasi permasalahan apa yang akan di bahas

lebih lanjut. Sehingga, peniliti memilih untuk membahas tentang pajak

hiburan Kota Makassar secara lebih spesifik mengenai pajak hiburan yang

diterima dari pajak hiburan karaoke yang memiliki tarif pajak hiburan

sebesar 75%(tujuh puluh lima persen). Tarif pajak hiburan tentang hiburan

karaoke terletak pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang

Pajak Daerah Kota Makassar pasal 21 ayat 1.


15

Peniliti memilih pajak hiburan mengenai hiburan karaoke yang

memiliki tarif pajak terbesar di Makassar sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Kota Makassar. Serta peniliti memilih pajak hiburan karaoke di

Kota Makassar dikarenakan hiburan karaoke memiliki lebih banyak

peminat yang menyebabkan banyaknya pendatang serta penduduk lokal

yang ingin menikmati hiburan karaoke di Kota Makassar.

Sehingga, dalam pengelolaan pendapatan pajak hiburan tersebut tentu

saja merupakan Tugas Pokok Fungsi dari Badan Pendapatan Daerah yang

melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan standar kinerja yang telah

ditetapkan. Namun, pendapatan pajak hiburan tidak dapat mencapai target

dalam perealisasiannya. Serta banyaknya faktor yang menghambat

pemasukan pajak hiburan, dimana salah satu faktor yang mempengaruhi

kinerja pegawai Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar.

Hal inilah yang menyebabkan peniliti terdorong dalam meniliti lebih

dalam tentang kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam pengelolaan

pajak hiburan di Kota Makassar yang lebih spesifik mengenai hiburan

karaoke. Sesuai dengan fokus magang diatas, maka peniliti merumuskan

masalah yang terdapat di latar belakang dengan membentuk beberapa

masalah sebagai berikut:


16

1. Bagaimanakah kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam pengelolaan

pajak hiburan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan?

2. Apa sajakah faktor-faktor pendukung dan penghambat kinerja Badan

Pendapatan Daerah dalam pengelolaan pajak hiburan di Kota

Makassar Provinsi Sulawesi Selatan?

3. Bagaimanakah upaya-upaya mengatasi faktor-faktor penghambat

kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam pengelolaan pajak hiburan di

Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan?

1.2.3 Lokasi Magang

Berdasarkan dengan fokus magang diatas, peniliti memilih lokasi

tempat peniliti melaksanakan penilitian di Badan Pendapatan Daerah Kota

Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak di Jalan Urip Sumoharjo

No.8, Karampuang, Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

dengan nomor kode pos 90233. kontak yang dapat dihubungi berbentuk 2

(Dua) macam yang pertama email yaitu @bapendamakassar.info, yang

kedua berbentuk nomor telephone yaitu (0411) 453101. Badan ini mulai

beroperasi pada hari senin sampai dengan hari jum’at mulai pukul 09.00

sampai dengan pukul 17.00, pada hari sabtu dan minggu pelayanan ini

tutup dikarenakan hari sabtu dan minggu merupakan hari libur nasional

bagi para Aparatur Sipil Negara di Indonesia.


17

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Berdasarkan fokus magang yang diatas, permasalahan yang ada

di latar belakang menghasilkan rumusan masalah yang mengandung

maksud dalam mencapai tujuan dari penilitian ini. Sehingga, maksud dari

penelitian ini dapat diketahui tentang kinerja Badan Pendapatan Daerah

dalam pengelolaan pajak hiburan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan.

1.3.2 Tujuan

Penelitian ini memiliki maksud serta tujuan dalam pelaksanaannya,

sehingga dalam mencapai tujuan penelitian diperlukan maksud yang

digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan tersebut terbentuk

sesuai dengan permasalahan yang ada untuk memecahkan permasalahan

mengenai kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam pajak hiburan di Kota

Makassar yang memerlukan penilitian lebih mendalam mengenai faktor

dalam pengelolaan pendapatan pajak hiburan yang tidak dapat mencapai

target dalam realisasi. Tujuan dari penilitian ini dibentuk dalam beberapa

bentuk sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja Badan Pendapatan Daerah

dalam pengelolaan pajak hiburan Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan
18

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan

penghambat kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam pengelolaan

pajak hiburan Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan

3. Untuk Mengetahui dan menganalisis upaya-upaya mengatasi

faktor-faktor penghambat kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam

pengelolaan pajak hiburan Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan

1.4 Kegunaan

Berdasarkan dengan maksud dan tujuan diatas, maka hasil dari

penelitian ini merupakan suatu kegunaan yang dapat diterapkan oleh

seluruh obyek yang berada di dalam ruang lingkup permasalahan yang

ada. Sehingga, hasil dari penelitian dapat dibentuk bebarapa macam

kegunaan untuk berbagai obyek yang terkait di dalam permasalahan

sesuai dengan tupoksi dari berbagai obyek tersebut. Pembagian

keguanaan bagi setiap obyek tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Praja

Hasil penelitian ini sangatlah berguna bagi praja Institut

Pemerintahan Dalam Negeri, hal ini dikarenakan hasil penelitian ini

merupakan ilmu yang akan digunakan oleh praja setelah lulus dan sedang

menjalankan tugas sebagai Aparatur Sipil Negara. Sehingga, praja dapat

menerapkan hasil penelitian ini sebagai ilmu yang digunakan dalam

menjalankan tupoksi sebagai Aparatur Sipil Negara terutama Badan


19

Pendapatan Daerah dengan benar serta selaras dengan regulasi yang

telah ditetapkan di daerah masing-masing. Ilmu yang dihasilkan dari

penelitian ini merupakan ilmu yang dapat digunakan hingga regulasi

tentang pengelolaan pajak hiburan telah terganti dengan regulasi baru

yang merombak seluruh isi tentang pengelolaan pendapatan pajak hiburan,

sehingga praja dapat menggunakannya kapanpun dalam melaksanakan

tupoksi yang telah diatur di dalam regulasi tentang tupoksi Aparatur Sipil

Negara di Badan Pendapatan Daerah di Kota Makassar.

1.4.2 Bagi Lembaga Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Penilitian ini menghasilkan ilmu yang dapat diterapkan di dalam

kampus, dengan cara menjadikan ilmu ini sebagai materi di bidang

pengajaran maupun dalam bidang pelatihan khususnya bagi prodi

keuangan daerah. Hal ini dikarenakan, ilmu yang dihasilkan dari penelitian

ini merupakan ilmu tentang kinerja Badan Pendapatan Daerah dalam

mengelola pendapatan pajak hiburan yang berada di daerah. Sehingga,

ilmu ini dapat digunakan lembaga sebagai ilmu yang dapat diajarkan

sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan agar ilmu ini dapat

diterapkan oleh praja yang akan lulus nantinya. Karena pengajaran berupa

teori yang diberikan oleh lembaga terhadap proses pengelolaan pajak di

daerah hanya terpaku pada regulasi yang ada, sehingga suatu

pengalaman di lapangan sangatlah penting dalam membentuk karakter

para kader pamong praja yang nantinya akan terjun langsung di lapangan

menghadapi masyarakat serta memiliki Tugas Pokok Fungsi dalam


20

mengelola pemerintahan salah satunya dalam mengelola pendapatan

pajak hiburan di daerah dengan meningkatkan kualitas kinerja para kader

pamong praja ketika telah lulus dari lembaga IPDN.

1.4.3 Bagi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya bagi Badan Pendapatan

Daerah Kota Makassar yang merupakan lokasi peniliti melaksanakan

penelitian terhadap kinerja Badan Pendapatan Daerah terhadap

pengelolaan pajak hiburan di Kota Makassar sehingga, menghasilkan

suatu kesimpulan berupa pengalaman yang digunakan dalam

mengimplementasikan suatu teori maupun regulasi mengenai pengelolaan

pendapatan pajak hiburan dengan meningkatkan kualitas kinerja bagi

Aparatur Sipil Negara yang memiliki tupoksi dalam pengelolaan

pendapatan pajak hiburan di dalam Badan Pendapatan Daerah Kota

Makassar. Hal ini dikarenakan, hasil dari penelitian sangatlah berguna

dalam menunjang peningkatan pendapatan pajak hiburan di Kota

Makassar sehingga dapat mencapai target dalam perealisasiannya.

Sehingga, tujuan dari Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar

dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang berada di dalam Rapat

Koordinasi Khusus Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar nomor 3


21

yaitu Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan

keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai