22
23
Sudarmanto, SIP, M.Si (2009: 8-9) kinerja dapat dikategorikan dalam dua
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi
dan Brache (1995) (dalam Sudarmanto, 2009: 7-8) mengenai kinerja yang
terbagi akan tiga level dalam menjelaskan secara jelas tentang kinerja
A. Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi menurut Rummler dan Brache (1995) (dalam
Sudarmanto, 2009: 7-8) merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level
atau unit analisis organisasi. Menurut Soleh dan Suripto (2011: 5) kinerja
juga sering dimaknai sebagai prestasi kerja yang dicapai organisasi dalam
suatu periode tertentu. Prestasi kerja dimaksud berkaitan dengan
efektivitas operasional organisasi baik berkenaan dengan aspek manajerial
maupun ekonomis operasional. Melalui informasi kinerja, organisasi dapat
mngetahui secara jujur dan objektif sampai sejauh mana tingkat
keberhasilan atau bahkan kegagalannya dalam menjalankan amanah
rakyat yang diterima. Berdasarkan kedua definisi kinerja diatas, kinerja juga
terdapat dalam organisasi pemerintahan terkhususnya pemerintah daerah.
Pengertian kinerja Pemerintah Daerah dapat didefinisikan sebagai
gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi Daerah yang tertuang dalam Dokumen
Perencanaan Daerah (Tim Studi Pengembangan sistem akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah: 9).
Kinerja organisasi membutuhkan budaya oerganisasi dalam
membentuk perilaku pegawai organisasi maupun instansi. Dimana,
berbagai sikap yang berada di dalam organisasi dapat membentuk perilaku
pegawai sesuai dengan lingkungan tempat para pegawai melaksanakan
pekerjaan. Menurut Robins (2003) (dalam Sudarmanto, 2009: 34) budaya
organisasi terbentuk dari persepsi subjektif anggota organisasi terhadap
nilai-nilai inovasi, toleransi risiko, tekanan pada tim, dan dukungan orang.
Sehingga, budaya organisasi dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja
serta kepuasan karyawan dalam suatu organisasi, sebagaimana dalam
Gambar 2.1 berikut:
26
Gambar 2.1
Budaya Organisasi Berdampak Pada Kinerja
Faktor Tujuan: Kinerja
Tinggi
⚫ Inovasi dan
penempatan resiko Budaya
⚫ Perhatian secara organisasi Kepuasan
jelas
⚫ Orientasi hasil
⚫ Orientasi tim
secara efektif dan efisien. Manajemen juga dikatakan sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi pekerjaan
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi
yang dinyatakan dengan jelas (Stoner dan Freeman, 1992:4). Selain itu,
ada pula pendapat lain mengenai manajeman sebagai suatu proses untuk
membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain. Efisiensi menunjukkan hubungan antara input dan ouput
dengan mencari biaya sumber daya minimum, sedngkan efektif
menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
(Robbins dan Coultar, 1996:6).
Dengan demikian, kinerja organisasi merupakan kebutuhan yang
harus berada didalam organisasi untuk mencapai tujuan oerganisasi
dengan mengikuti segala rancangan yang telah dirangkai serta mampu
membentuk manajemen yang baik dalam hal mengatur kerja sama secara
harmonis dan terintegritasi antara pemimpin dengan bawahannya.
Sehingga, hasil dari kinerja organisasi dapat bermanfaat bagi organisasi
maupun lingkungan disekitarnya. Namun, hasil kinerja organisasi terlebih
dahulu harus melewati tahapan evaluasi kinerja organisasi agar dapat
menghasilkan umpan balik maupun feedback atas proses kinerja
organisasi tersebut.
B. Kinerja Proses
Kinerja proses menurut Rummler dan Brache (1995) (dalam
Sudarmanto, 2009: 7-8) merupakan kinerja pada proses tahapan dalam
menghasilkan produk atau pelayanan. Berdasarkan pengertian kinerja
proses diatas maka, kinerja proses mengandung makna tentang hasil
berupa pelayanan. Dimana, pelayanan dari kinerja proses merupakan hasil
yang di dapatkan melalui berbagai kerangka kegiatan yang telah di atur
sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang memerlukan
waktu secara bertahap dalam mencapai tujuan tersebut.
Sesuai dengan pengertian kinerja proses diatas, menurut Rummler
dan Brache (1995) (dalam Sudarmanto, 2009: 7) kinerja pada level proses
ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen
proses. Dimana, dalam melaksanakan suatu proses perlu diadakannya
pembentukan tujuan yang melatar belakangi proses tersebut dilaksanakan
sehingga menghasilkan hasil yang dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Namun, tujuan diadakannya proses tidak dapat dicapai
jika belum membentuk rancangan yang akan dilakukan dalam
melaksanakan suatu proses. Hal ini dikarenakan, rancangan proses
merupakan hal dasar dari pelaksanaan suatu kegiatan yang akan dilakukan
melalui proses yang panjang maupun proses yang singkat tergantung
dengan kerampungan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Setelah
rancangan proses dibentuk, maka tahapan selanjutnya ialah menerapkan
manajemen proses yang sesuai dengan standar di dalam suatu regulasi
28
penilaian kinerja berfokus sifat (trait), berfokus perilaku dan berfokus hasil.
Selain itu, ukuran dan standar kinerja menurut David Devries dkk., (1981)
ada 4 dimensi yang dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kinerja, yaitu:
kegiatan tersebut.
Chabib Soleh dan Suripto (2011: 7-10) memiliki tingkatan kinerja yang
1. Dimensi keuangan
Dimensi ini meliputi kemampuan Pemerintah Daerah dalam:
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, peningkatan
PDRB, peningkatan pendapatan perkapita, peningkatan PAD dan
mengurangi celah fiskal daerah.
b) Memperbaiki struktur belanja daerah, dalam arti belanja langsung,
khususnya belanja modal secara bertahap persentasenya menjadi
makin besar, sementara belanja tidak langsung, khususnya belanja
peagwai persentasenya semakin kecil. Hal ini penting mengingat,
dewasa ini persentase belanja pegawai pada umumnya masih
sangat besar dibandingkan dengan belanja modal.
2. Dimensi kepuasan masyarakat daerah
36
terhadap kinerja program memang perlu, tetapi yang jauh lebih penting
yang telah lalu. Karena, dampak akan dirasakan baik secara cepat maupun
lambat. Hal ini dapat kita ketahui dengan melakukan survey terhadap
atas kinerja tersebut. Sehingga, dalam hal yang berkaitan dengan kinerja
bagi Pemerintah Daerah dapat diukur sesuia dengan standar yang telah
ukur dalam rangka penilaian suatu organisasi maupun instansi yang telah
instansi.
40
sesuai dengan hasil dari tercapainya suatu target yang dapat direalisasikan
oleh pegawai selama periode waktu yang telah ditetapkan oleh suatu
bidang tersebut maka, kinerja orang tersebut akan rendah. Sama halnya
Brache
1) Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak
Pertambahan Nilai
2) Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contohnya: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,tanpa
memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contohnya: Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya:
Pajak Penghasilan, Pajak Pertamabahan Nilai dan Pajak Penjualan
atau Barang Mewah, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
1. Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan
Bakar Kendaraan Bermotor.
2. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Hiburan.
43
Indonesia terbagi menjadi dua garis besar, yaitu pemerintahan pusat dan
“ Pajak pusat adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui
undang-undang, yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah
pusat dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
pusat dan pembangunan. Sedangkan pajak daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.
pelaksanaannya, yaitu:
yaitu:
apabila salah satu syarat mutlaknya dapat terpenuhi, yaitu objek pajak yang
dapat dirasakan oleh wajib pajak ketika memiliki objek pajak tersebut.
dimana kewajiban membayar pajak dapat terjadi ketika telah sesuai dengan
istilah yang selalu digunakan, yaitu subjek pajak dan wajib pajak. Kedua
istilah ini sering disamakan pengertiannya namun, kedua istilah ini memiliki
Menurut Siahaan (2009: 79) subjek pajak ialah orang pribadi atau
badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Sehingga, siapapun baik orang
secara pribadi maupun badan atau organisasi yang telah memenuhi
syarat secara objektif sesuai dengan peraturan daerah yang mengatur
tentang pajak daerah akan menjadi subjek pajak. Sedangkan, wajib pajak
ialah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan
pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong
pajak tertentu. Dengan demikian, suatu badan maupun orang pribadi
dinyatakan sebagai wajib pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku di
daerah masing-masing.
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu, rakyat harus membayar pajak yang
46
berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk
Wajib Pajak dalam negeri.
b) Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib
Pajak.
c) Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
berikut:
digunakan dalam rangka memungut pajak kepada Wajib Pajak atas objek
pajak yang dimiliki dan dapat dirasakan maupun dinikmati oleh Wajib Pajak.
regulasi yang dapat menegaskan peraturan yang berlaku bagi Wajib Pajak
daerah itu sendiri. Pajak daerah itu sendiri terbagi atas 2 (Dua) bagian
Kota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari
salah satu pajak daerah yang memiliki tarif pajak daerah terbesar ialah tarif
yang berada dalam wilayah tempat Pajak Hiburan itu di pungut. Pajak
a. Tontonan film
b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan atau busana
c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya
d. Pameran
e. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya
f. Sirkus, akrobat, dan sulap
g. Permainan bilyar, golf, dan boling
h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan
i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness
center)
j. Pertandingan olahraga
yang tidak dipungut biaya oleh penyelenggara hiburan tersebut. Tarif Pajak
pengenaan Pajak Hiburan menurut Siahaan (2016: 358) ialah jumlah uang
Dimana, tarif pajak terbesar terdapat tiga jenis dalam Pajak Hiburan, yaitu:
a) Tarif pajak untuk diskotik, bar, dan pub ditetapkan sebesar 30%
b) Tarif pajak untuk karaoke, musik hidup, ruang musik, balai gita,
pendapatan asli daerah. Hal ini dikarenakan, tarif Pajak Hiburan merupakan
tarif pajak tertinggi dalam pendapatan pajak daerah yang merupakan salah
nilai dalam memungut suatu Pajak Hiburan. Menurut Siahaan (2016: 361),
yang telah ditetapkan. Masa pajak merupakan suatu bagian dari bulan
dihitung dalam satu bulan penuh. Menurut Siahaan (2016: 362) pajak yang
terutang merupakan Pajak Hiburan yang harus dibayar oleh wajib pajak
pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak menurut
wajib pajak wajib mengisi formulir dengan jelas dan lengkap. Selanjutnya,
kembali kepada wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak sesuai dengan
54
Wajib pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah setiap awal masa pajak.
dimana Surat Pemberitahuan Pajak Daerah wajib diisi secara jelas, benar,
dan lengkapserta ditanda tangani oleh wajib pajak maupun kuasanya yang
Pajak Daerah wajib disampaikan paling lambat lima belas hari setelah
berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang dapat dijadikan
melunasinya dalam waktu tiga puluh hari paling lambat setelah diterima
Surat Ketetapan Pajak Daerah oleh wajib pajak atau jangka waktu lain
sesuai yang telah ditetapkan oleh bupati / walikota. Apabila jangka waktu
pengelompokkan, yaitu:
1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak yang dapat disebabkan
oleh:
a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami oleh
masyarakat.
c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan
baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
dilakukan oleh Wajib Pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Betuknya antara lain:
a) Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
57
proses pemungutan dan hambatan yang dapat dirasakan oleh Wajib Pajak
istilah pengelolaan berasal dari kata “kelola” (to manage) dan biasanya
baik 14 ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah
1. Menentukan strategi
2. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab
3. Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas, dan
batasan waktu
4. Menenrukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana
5. Menentukan standar kierja yang mencakup efektifitas dan efesiensi
6. Menentukan ukuran untuk dimulai
7. Mengadakan pertemuan
8. Pelaksanaan
9. Mengadaan penilaian
10. Mengadakan review secara berkala
11. Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-ulang
sebagai berikut:
wadah dan sekaligus sistem kerja sama sekelompok orang yang mencapai
Organisasi juga merupakan sistem yang bersifat self renewing system yang
dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas
tersebut sesuai dengan yang tertera di dalam pasal 279. Hal ini
merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah sesuai dengan yang
1. pajak daerah;
63
2. retribusi daerah;
dipisahkan; dan
dalam membayar sesuatu yang telah dikenakan pajak oleh daerah serta
di daerah tersebut. Pajak Daerah terbagi atas dua jenis menurut Pasal 2,
yaitu:
pajak hiburan menurut Pasal 1 Angka 4 ialah “Pajak Hiburan adalah pajak
Pajak Hiburan memiliki objek pajak, subyek pajak serta wajib pajak.
Objek Pajak Hiburan seperti yang terdapat di dalam Pasal 42 Ayat (1) ialah
Hiburan menurut Pasal 43 Ayat (2) ialah orang pribadi atau badan yang
menikmati Hiburan, sedangkan wajib pajak menurut Pasal 43 Ayat (3) ialah
(1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima
ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan
(1) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh
lima persen).
(2) Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan,
diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan
66
mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar
75% (tujuh puluh lima persen).
(3) Khusus Hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak
Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
(4) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Pasal 96
(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
(2) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan
surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
(3) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan
penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(4) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berupa karcis dan nota perhitungan.
(5) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar
dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/atauSKPDKBT.
Pasal 97
(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak,
Kepala Daerah dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal:
(1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak ataukurang dibayar;
(2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka
waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
(3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkanpenambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama
24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
67
Pasal 98
Pasal 99
(1) Tata cara penerbitan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan,
SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96
ayat (3) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan penyampaian
SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, SPTPD, SKPDKB, dan
SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (3) dan ayat (5)
diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
cara pembayaran dan penagihan pajak pada Pasal 101 dan Pasal 102,
yaitu:
Pasal 101
setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggalditerimanya SPPT oleh Wajib Pajak.
(2) SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan
dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama
1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib
Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan
dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran,
tempatpembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur
dengan PeraturanKepala Daerah.
Pasal 102
persil atau bagian persil baik terbuka maupun tertutup yang digunakan
(1) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen).
(2) Khusus untuk Hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan,
diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan
mandi uap/spa, sebesar 75% (tujuh puluh lima persen).
(3) Khusus Hiburan kesenian rakyat/tradisional sebesar 10% (sepuluh
persen).
Pasal 82
1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
2) Jenis pajak yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah
adalah:
a. Pajak Reklame;
b. Pajak Air Tanah;
c. PBB Perdesaan dan Perkotaan;
3) Jenis pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak adalah :
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Penerangan Jalan;
71
Pasal 83
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
merupakan peraturan yang dibuat untuk merevisi beberapa pasal yang ada
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Landasan Yuridis
Landasan Yuridis Pusat:
Pemda:
1. UU No. 23 Tahun 1. Perda Kota
2014 Kinerja Badan Pendapatan Makassar No. 3
2. UU No. 28 Tahun Dearah Dalam Pengelolaan Tahun 2010
2. Perda Kota
2009 Pajak Hiburan Di Kota
Makassar No. 2
Makassar Provinsi Sulawesi Tahun 2010
Selatan 3. Perwali Kota
Makassar No. 110
Tahun 2014
i. P
Faktor Pendukung: Faktor Penghambat: e
KINERJA
1. TeknologiInforma 1. Dari Individu: r
Rummler dan Brache, 1995
si Canggih • Kebiasaan Lalai
1. Kinerja organisasi w
2. Sarana Prasarana Pegawai dan
2. Kinerja proses a
Umum Tersedia Masyarakat
3. Kinerja l
3. Jarak Badan • Ketidaktahuan
individu/pekerjaan
Strategis Masyarakat i
Terhadap Wajib
Pajak Hiburan K
Upaya Mengatasi Faktor 2. DariOrganisasi: o
Penghambat: • Tingginya Penarikan
t
Tarif Pajak Hiburan
Menghadapi Faktor Terhadap Pajak a
Penghambat Hiburan
• Pemasangan Alat M
Wajib Pajak Belum a
Mencapai Target k
• Kurangnya a
Sinergitas Antara
s
Badan Pendapatan
s
Daerah dengan
Layanan Perizinan a
Izin Usaha Hiburan r
N
Sumber: Metodologi Penelitian Pemerintahan Tahun 2016 o
.
1
1
0
T
a
h
u
n