I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, maka pemerintahdaerah diberi kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri
dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Kewenangan yang luas ini juga
pelayanan publik sesuai dengan tujuan dari otonomi daerah tersebut. Setiap daerah
mempunyai kemampuan yang tidak sama didalam memperoleh PAD, sementara itu keuangan
daerah sangat dibutuhkan dalam mendanai kegiatan-kegiatan pemerintah daerah, hal ini
b. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli
pemerintah?
III. Pembahasan
Asli Daerah (PAD) yang merupakan tolak ukur bagi daerah dalam menyelenggarakan
dan mewujudkan otonomi daerah. Pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD
Kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Toba Samosir selama lima tahun
terakhir yaitu periode tahun 2002 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 1.1
dibawah ini :
Tabel 1.1 Kontribusi PAD terhadap APBD Kabupaten Toba Samosir T. A 2002 s/d T. A
2006
periode 2002-2006 cenderung menurun dan kontribusinya terhadap APBD relatif kecil.
daerahnya secara berkesinambungan masih lemah. Bahkan masalah yang sering muncul
pendapatan daerah yang akurat, sehingga belum dapat dipungut secara optimal. Dalam
hal ini penelitian akan meneliti pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Daerah sebagai salah satu kriteria kesiapan pemerintah Kabupaten Toba Samosir di dalam
Daerah yang signifikan di dalam membiayai Belanja Daerahnya yang tercermin pada
kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD daerah yang bersangkutan. Melihat
kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD daerah Kabupaten Toba Samosir,
maka penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap
IV. Penutup
a. Kesimpulan
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
di dalam daerahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah segenap pemasukan atau penerimaan yang masuk ke dalam kas daerah,
diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri, dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipergunakan untuk keperluam daerah. Oleh
karena itu, tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar dapat dipungut seintensif mungkin. (Fauzi dan
Iskandar, 1984:44).
Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut Halim dan Nasir (2006:44),
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan
akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak yang berisis hasil perusahaan milik daerah, Pos
Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pendapatan Asli Daerah
merupakan pendapatan yang diusahakan atau dicari setiap Pemerintah Daerah dengan
diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen yang sangat
diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam rangka otonomi daerah
umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak dan bukan pajak,
misalnya adalah penerimaan pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik
pinjaman yang berasal dari dalam negeri maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar
negeri.
2006 PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
a) Pajak Daerah
iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang yang dapat membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan
pembangunan daerah. Menurut Yani (2008), pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (2002:77) antara lain:
pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengembalian
b) Retribusi Daerah
Retribusi daerah didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang atau badan kepada
Pemerintah Daerah dengan konsekuensi Pemerintah Daerah memberikan jasa pelayanan atau
perijinan tertentu yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi. Menurut Yani
(2008) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembanyaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Daerah kabupaten/kota diberi peluang untuk
selain yang telah ditetapkan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
aspirasi masyarakat.
Menurut Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah menyebutkan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau golongan. Jenis
parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi jasa usaha pasar grosir atau
pertokoan, retribusi jasa usaha tempat khusus parkir, retribusi jasa usaha tempat penginapan /
pesanggrahan / villa, retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga, dan lain-lain.
c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang
dipisahkan
Penerimaan daerah ini berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan. Perusahaan daerah adalah semua perusahaan yang
didirikan dengan modal daerah baik seluruhnya ataupun sebagian. Dengan tujuan dapat
menciptakan lapangan pekerjaan atau mendorong perekonomian daerah dan merupakan cara
yang efisien dalam melanyani masyarakat dan untuk menghasilkan penerimaan daerah.
Dalam Undang-Undang No 33 Tahun 2004 jenis pendapatan ini dirinci menurut objek
Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat.
d) Lain-lain pendapatan asli daerah sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi :
2. Jasa giro
3. Pendapatan Bunga
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan atau pengadaan
b. Saran
Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain-lain PAD yang Sah secara intensif dan
aktif.
V. Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3989/09E01810.pdf?sequence=1
&isAllowed=y
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&biw=1366&bih=654&ei=OPrDXPb1NIyTwgPuyKKoCw&q=pengaruh+pendapatan+a
sli+daerah+terhadap+belanja+modal+pada++pemerinth+sumatera+utara&oq=pengaruh+
pendapatan+asli+daerah+terhadap+belanja+modal+pada++pemerinth+sumatera+utara&g
s_l=psy-ab.3...6417640.6451166..6451834...0.0..1.394.12533.0j13j12j22......0....1..gws-
wiz.s6yPrRc2S18
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Di
OLEH
160501059
EKONOMI PEMBANGUNAN