Anda di halaman 1dari 10

MATERI MAJEMEN KEUANGAN DAERAH

“FAKTOR KURANGNYA PENDAPATAN DAN STRATEGI


PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH”

Di Sususn Oleh :
Evi Tamala (21402070)
Ahlal Badran Arkaan (22402083)
“FAKTOR KURANGNYA PENDAPATAN DAN STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN
DAERAH”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelsaksanaan
roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi yang nyata, luas dan
bertanggung jawab. Peranan pendapatan asli daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu
tolak ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah dalam arti semakin besar suatu daerah
memperoleh dan menghimpun Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka akan semakin besar pula
tersedia jumlah keuangan daerah yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggarakan
otonomi daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat
kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu
daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap
pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber-sumber
penerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 33 tahun 2004 pasal 1 ayat 18 dijelaskan bahwa, “Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal keberhasilan
dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Hal ini karena PAD menentukan kapasitas
pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, yaitu melaksanakan
pelayanan publik (public service function), dan melaksanakan pembangunan (development
function). Dalam mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah melalui Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diberikan kewenangan antara lain
untuk menetapkan pajak dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, diskresi untuk menetapkan tarif yang sesuai dengan kemampuannya dan sumber lain
yang sah. Namun, dalam pelaksanaannya, pemerintah daerah harus memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan dan keadilan, melibatkan peran serta masyarakat, dan akuntabilitas
dengan memperhatikan potensi daerah.
Pendapatan daerah merupakan sumber penerimaan yang harus dikelola dengan baik,
untuk menunjang pembangunan didaerah tersebut. Dengan penerapan otonomi daerah dalam
sistem pemerintahan daerah di Indonesia, peletakan titik berat otonomi pada Kabupaten/Kota
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan
berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memberikan
kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. tujuan pokok pembangunan ekonomi
menurut Jhingan (1992) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk
meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal
juga diperlukan untuk mendirikan berbagai fasilitas infrastruktur seperti sekolah, rumah sakit,
jalan raya, jalan kereta api, dan sebagainya.
B. Permasalahan
1. Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)?
2. Apa permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)?
3. Bagaimana upaya untuk mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)


1. Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah
“Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri
oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba
dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah.”
2. Menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah
“Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil distribusi
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.”
3. Menurut Mamesa (1995:30)
“Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah
sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam
rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya
guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas
(subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah seharusnya dilihat
dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan segi daerah masing-masing tetapi
daham kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu
sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri
khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan
hal yang dikehendaki setiap daerah.”
4. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
“PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah, retribusi daerah,
hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah”
B. Faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)
 Menurut Nafsi Hartoyo (2017)
Pertama, kurangnya kepekaan daerah dalam menemukan keunggulan budaya dan
potensi asli daerah. Kedua, kepatuhan dan kesadaran wajib pajak atau retribusi yang
relatif rendah. Ketiga, lemahnya sistem hukum dan administrasi pendapatan daerah.
Keempat, kelemahan kualitas SDM aparatur. Kelima, kekhawatiran birokrasi akan
kegagalan dalam menjalankan programnya. Keenam, ketidakoptimisan akan hasil yang
mungkin dicapai. Ketujuh, sering kali pengeluaran biaya yang digunakan untuk
menjalankan program dinaikkan (mark up) sejak awal pada setiap anggarannya. Padahal
jika sejak awal penganggaran biaya program diefektifkan sehemat mungkin, maka sisa
yang ada dapat digunakan untuk menjalankan program lainnya dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik.
 Berbeda dengan catatan penyebab di atas, menurut Jaya (1996)
Mengungkapkan penyebab utama rendahnya PAD adalah sebagai berikut.
1. Kurang berperannya Perusahaan Daerah sebagai sumber pendapatan daerah.
2. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, karena semua jenis pajak
utama yang paling produktif baik pajak langsung maupun tidak langsung ditarik
oleh pusat.
3. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa
diandalkan sebagai sumber penerimaan.
4. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabila daerah mempunyai sumber
keuangan yang tinggi akan mendorong terjadinya disintegrasi dan separatisme.
5. Kelemahan dalam pemberian subsidi pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
yang memberikan kewenangan yang lebih kecil kepada pemerintah daerah untuk
merencanakan pembangunan di daerahnya.
 Menurut Widayat Wahyu (1994)
Paling tidak terdapat 7 penyebabnya. Pertama, banyak sumber pendapatan di
kabupaten/kota yang besar, tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya, pajak
kendaraan bermotor (PKB), dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Kedua, Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan keuntungan kepada Pemerintah
Daerah. Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi dan
pungutan lainnya. Keempat, adanya kebocoran-kebocoran. Kelima, biaya pungut yang
masih tinggi. Keenam, banyak Peraturan Daerah yang perlu disesuaikan dan
disempurnakan. Ketujuh, kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih
rendah.
C. Permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif masih
sama. Meskipun pada tatanan otonomi daerah yang berlaku saat ini telah sesuai dengan UU No.
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah. Namun, dalam permasalahan peningkatan PAD masih ditemukan
permasalahan yang sama.
Rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan provinsi hanya mampu mencapai
37,8% dari total pendapatan daerah masing-masing. Belum ada daerah yang persentase PAD
terhadap pendapatan daerahnya mencapai 70%. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar
daerah belum memperlihatkan kemandiriannya dan masih sangat tergantung pada bantuan dari
pusat untuk membiayai segala kewajiban terkait dengan pembangunan dan pemerintahan
daerahnya masing-masing.

Penyebab Pertama, umumnya pemerintah daerah belum mampu mengidentifikasi potensi


sumber pendapatannya. Kedua, sebagian besar daerah masih belum dapat mengoptimalkan
penerimaan pajak daerah, retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil kekayaan daerah
yang dipisahkan sesuai UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah. Ketiga, daerah masih menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD sebagai akibat dari
ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan penerimaan. pajak daerah dan retribusi
daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28 Tahun 2009. Daerah melihat banyak jenis dan objek
pajak serta retribusi yang masih dapat diterapkan, tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang.

Keempat, daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak yang besar masih diatur
oleh pusat yaitu Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak rokok. Kelima, adalah
kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas. Disadari bahwa
dengan sistem yang masih belum sepenuhnya terintegrasi, jumlah SDM untuk dapat melakukan
pemungutan pajak dan retribusi masih sangat kurang. Pemahaman SDM terkait dengan pajak dan
retribusi daerah menjadi penting karena SDM di lapangan harus dapat memberi penjelasan yang
mudah dimengerti masyarakat. Pemahaman SDM menjadi tombak untuk membangun kesadaran
pentingnya membayar pajak dan retribusi dari masyarakat guna menunjang peningkatan kualitas
dan kuantitas SDM, membangun sistem administrasi yang baik dan upaya melakukan
pengawasan yang efektif tidak terlepas dari ketersediaan anggaran yang dimiliki daerah. Saat ini
dengan melihat kemampuan daerah melalui gambaran PAD, nampaknya untuk pembiayaan
seluruh kegiatan untuk meningkatkan PAD masih akan terkendala. Daerah arus melakukan
pemilihan prioritas kegiatan yang akan dibiayai lebih awal. Sebagaimana disebut sebelumnya
bahwa dengan system administrasi pendapatan PAD yang saat ini dimiliki sebagian besar daerah,
akan sulit untuk meningkatkan pendapatan pajak dan retribusi daerah. Sistem administrasi yang
manual dan tidak terintegrasi akan cenderung menimbulkan kebocoran pendapatan daerah. Tetapi
ada beberapa daerah juga yang sudah bagus dan sudah mulai menerapkan sistem online yaitu
dengan alat yang disediakan pemerintah daerah yang ditempatkan di restoran-restoran besar dan
terhubung dengan pusat data di Pemda. maka aktivitas transaksi restoran dapat dipantau secara
real time (langsung). Namun diakui, upaya peningkatan pajak melalui sistem ini memang
membutuhkan investasi pemerintah daerah yang besar.

Keenam, lemahnya pengawasan atas pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah. Belum efektifnya pengawasan ini juga terjadi pada pengawasan kinerja pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Penyebab rendahnya rasio pajak Indonesia dikarenakan tingkat kepatuhan masyarakat


membayar pajak masih rendah. Tidak hanya itu, sebagian masyarakat yang masih menganggap
membayar pajak merupakan bentuk penjajahan dan bukan suatu kewajiban.

D. Upaya mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan yang berasal dari
pajak daerah dan retribusi daerah, yaitu menyempurnakan dan mengoptimalkan penerimaan dari
pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan pajak daerah dan retribusi
daerah yang baru. Untuk menempuh kedua cara itu, pemerintah daerah dapat menyempurnakan
perda yang mengatur pajak daerah dan retribusi daerah yang telah ada serta membuat perda baru
untuk menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru.
Karena pajak daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
berdasarakan peraturan perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan.

Respon yang mungkin diberikan :

1. Menyusun perda baru untuk merespon perubahan ketentuan penarikan jenis pajak daerah
maupun retribusi daerah.
2. Menyusun perda baru untuk merespon dimungkinkannya penarikan jenis pajak daerah
maupun retribusi daerah.
3. Menyusun perda baru untuk merespon perubahan ketentuan yang disusun oleh pemerintah
daerah dengan dilahirkannya perda baru yang memayungi pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah.

Adapun dua cara lainnya untuk mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sehingga maksimal yaitu dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Salah satu wujud nyata
dari kegiatan intensifikasi ini untuk retribusi yaitu menghitung potensi seakurat mungkin, maka
target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan
penggalian sumber-sumber objek pajak ataupun dengan menjaring wajib pajak baru

Beberapa strategi perlu dilakukan, meliputi antara lain:

1. Melakukan pendataan ulang terhadap wajib pajak, dalam rangka meningkatkan


pendapatan pajak daerah;
2. Menjalin kerjasama dengan pihak swasta/LSM dalam pengelolaan maupun pemungutan
pajak daerah;
3. Melakukan pembenahan manajemen pengelolaan pajak daerah;
4. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat. Memberikan bantuan ekonomi usaha
masyarakat. Membangun akses jalan terutama bagi daerah yang tertinggal agar dapat
dengan mudah mendapatkan akses ekonomi. Memperbaiki dan meningkatkan berbagai
fasilitas umum seperti kesehatan dan juga pendidikan

Untuk mengatasi rendahnya tingkat pendapatan penduduk, pemerintah telah melakukan


beberapa langkah, seperti: Memberikan subsidi keluarga miskin melalui berbagai program
sosial, Memberi keringanan biaya pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat kurang
mampu, Meningkatkan standar upah buruh atau upah minimum kota, Memberikan modal
atau pinjaman lunak dan pelatihan kepada para pengusaha mikro dan pengusaha kecil agar
dapat bertahan atau dapat lebih berkembang, Melaksanakan pembangunan sarana dan
prasarana sosial, misalnya penyediaan air bersih, WC umum, perbaikan lingkungan, ataupun
sarana sanitasi lainnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen sumber pendapatan daerah
bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena
kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi
daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat
kemandirian suatu daerah. Semakin besar penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu
daerah maka semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap
pemerintah pusat.
Peranan pemerintah sangat diperlukan dalam pengelolaan keuangan daerah agar setiap
daerah tersebut lebih bisa mengendalikan pengeluaran dan pemasukan yang diterima dari daerah
tersebut.
Pemerintah perlu melakukan identifikasi permasalahan, kelemahan, kekuatan, peluang dan
tantangan dalam sisem dan prosedur penerimaan pajak daerah. Hal ini menjadi penting sebagai
pondasi awal dalam membuat perencanaan program peningkatan pendapatan asli daerah,
khususnya dari pajak daerah.
REFERENSI PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_Asli_Daerah
http://muchtareffendiharahap.blogspot.com/2017/02/masalah-pendapatan-daerah-dki-jakarta.html?
m=1
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-74.pdf
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/881/mod_resource/content/2/Metode%20Peningkatan%20PAD
%2020160903.pdf

Anda mungkin juga menyukai