Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak mempunyai peranan penting dalam membiayai keperluan negara

(Vina.dkk, 2010). Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan dan menunjang

pemerintah daerahnya. Pemerintah daerah berhak mengenakan pemungutan pajak

daerah dan retribusi daerah kepada seluruh warga masyarakatnya (Ismail, 2011).

Kebijakan daerah pusat tentang otonomi secara langsung mengharuskan pemerintah

untuk mengatur urusan rumah tangga daerah itu sendiri. Pajak daerah adalah

kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011).

Maka dari hal tersebut pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam

mengambil suatu keputusan yang menyangkut dengan hak-hak rakyatnya, dalam arti

lain pemerintah daerah harus adil melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi

daerah kepada seluruh warga masyarakatnya. Selain itu pemerintah daerah juga

dituntut untuk dapat mengalokasikan hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah

untuk mewujudkan pembangunan dan menunjang keperluan pemerintahan daerah itu

sendiri.Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan

1
Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan

mengoptimalkan semua potensi daerah, yang digali dari dalam wilayah daerah yang

bersumber dari PAD tersebut (Mulyadi, 2011).

Pembangunan di Indonesia mengalami perubahan yang meningkat, baik

dibidang sosial maupun dibidang ekonomi untuk mewujudkan pengembangan

kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin

berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat.

Sebagai implikasi dari perkembangan ini, diharapkan kesempatan kerja akan

bertambah, tingkat pendapatan meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi

semakin tinggi. Pembangunan suatu negara tidak lepas dari campur tangan

pemerintah. Pemerintah daerah berfungsi sebagai eksekutif dan legislatif yang

mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban negara otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat (Halim,2017).

Pembangunan sudah merupakan satu hal umum yang bisa dilihat saat ini

dihampir semua daerah dan kota yang ada di Indonesia. Adanya pembangunan

disetiap lokasi tersebut, masyarakat bisa menikmati kesetaraan dalam aspek sosial

dan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya, konsep

pembangunan yang ideal dari setiap lokasi di Indonesia tentu saja mengharuskan

pihak pemerintah daerah, baik pemerintah daerah tingkat I (satu) dan tingkat II (dua)

untuk menganggarkan sejumlah dana untuk menunjang dan/atau bahkan

meningkatkan standar mutu dari fasilitas-fasilitas umum yang bisa dinikmati oleh

2
3

masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara khusus, dengan

adanya standarisasi pembangunan daerah yang tepat, setiap konsep investasi yang

akan dijalankan di daerah atau kota tertentu bisa lebih bermanfaat untuk pemerintah

dan masyarakat dan biaya yang dibebankan untuk setiap bisnis yang dijalankan bisa

membantu perkembangan lokasi tersebut.

Pentingnya pembangunan di suatu daerah atau kota, termasuk dana yang

berkaitan dengan hal tersebut, maka pihak pemerintah di setiap provinsi, kota,

kabupaten dan kecamatan di Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap

sumber dana yang diperlukanuntukmelancarkan program pembangunan. Pada

dasarnya, ada satu sumber dana yang umumnya menjadi prioritas dalam

pembangunan daerah, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan adanya dana

dari PAD, pihak pemerintah bisa memaksimalkan setiap program yang diperuntukkan

untuk membangun dan memelihara fasilitas umum dan investasi bisnis yang disahkan

oleh pihak pemerintah.

Berkaitan dengan peranan penting dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk

perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi disetiap daerah atau kota di negara ini,

maka ada satu sumber pendapatan khusus yang biasanya mendapat perhatian lebih

dari pihak pemerintah, yaitu pajak daerah. Disemua daerah di Indonesia, baik di

provinsi, kota, kabupaten atau kecamatan, sudah merupakan keharusan bagi setiap

orang untuk membayar pajak, berkaitan dengan penggunaan kendaraan bermotor,

penggunaan lahan untuk memproduksi barang hasil produksi, pemanfaatan lahan


4

untuk tempat tinggal permanen, penjualan barang hasil produksi kepada pihak

konsumen, penggunaan lahan untuk menyediakan jasa tertentu, dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan kegiatan sosial dan ekonomi dari masyarakat. Selanjutnya,

dengan adanya kemajemukan dari kehidupan masyarakat tersebut, maka pastinya

jenis pajak yang harus disetorkan oleh mereka akan menjadi lebih beragam dan hal

tersebut pastinya harus dipertimbangkan oleh pihak yang terkait, berhubungan

dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah melalui pajak yang bisa diterima dan

penggunaannya untuk menunjang pembangunan kedepan.

Pendapatan daerah merupakan sumber penerimaan yang harus dikelola

dengan baik, untuk menunjang di daerah tersebut. Dengan penerapan otonomi daerah

dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia, peletakan titik berat otonomi pada

Kabupaten/Kota sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan

yang antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai

dengan urusan pemerintah yang diserahkan kewenangan memungut dan

mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil

dari sumber-sumber daya nasional yang berada didaerah dan dana perimbangan

lainnya, hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber

pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. Komponen sumber

pendapatan keuangan pemerintah daerah adalah pendapatan asli daerah yang

selanjutnya disebut PAD, yaitu, hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
5

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah (Ifa,

2017).

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat memberikan pengaruh yang signifikan

untuk perkembangan dari setiap kabupaten dan kota yang ada di seluruh wilayah

negara Indonesia. Dengan adanya Pendapatan Asli Daerah yang mencukupi, maka

bisa dipastikan bahwa hampir semua program pembangunan yang dicanangkan di

kabupaten dan atau kota di setiap pelosok Indonesia bisa dilaksanakan sesuai dengan

atau bahkan melebihi target pembangunan yang ada di dalam rancangan pengelolaan

pembangunan di daerah tersebut. Tentu saja, proses pembangungan di daerah

kabupaten dan atau kota tersebut akan membuat masyarakat yang ada bisa merasakan

lebih banyak peningkatan dalam aspek ekonomi dan sosial, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang berasal

dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah pada bab 5 paragraf kedua pasal 157 menjelaskan tentang

Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan (Karim dkk, 2022).

Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang masuk

dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta pelaksanaannya

dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa (Karim dkk, 2022). Iuran tersebut

digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum. untuk

melakukan pembayaran atas kepentingan umum (Mardiasmo, 2016). Unsur ini


6

memberikan pemahaman bahwa masyarakat dituntut untuk membayar pajak secara

sukarela dan penuh kesadaran sebagai warga negara yang baik (Budiman dkk, 2021).

Penerimaan pajak adalah merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara

terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah

serta kondisi masyarakat (Gunawan, 2018).

Menurut Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan No. 16

Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang

terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi dalam pasal 1 angka 26

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

(Yakub dkk, 2022). Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Dari uraian strategi yang telah dilaksanakan di atas penulis akan menganalisa lebih

mendalam, apakah peran dan strategi yang dilaksanakan sudah optimal, maka melalui

penelitian ini penulis memberi judul “Analisis Peranan Dan Strategi Penerimaan

Pajak Daerah Dalam Peningkatan PAD di Provinsi Sulawesi Tenggara”.

1.2 Rumusan masalah


7

1. Bagaimana peran penerimaan pajak daerah dalam meningkatkan pendapatan

asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Bagaimana strategi penerimaan pajak daerah dalam meningkatkan pendapatan

asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran penerimaan pajak daerah dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Untuk mengetahui strategi penerimaan pajak daerah dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang

terkait diantaranya :

1 Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi ruang membelajaran dan dapat membantu

peningkatan pengalaman peneliti dalam yang berkaitan langsung dengan

kondisi sosial yang berhubungan dengan penelitian ini.

2 Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ukuran sejauh mana peran dan

strategi atau cara-cara Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk

menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada periode-periode berikutnya.


8

3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai pelajaran khususnya bagi mahasiswa sebagai dasar perbandingan

dalam rangka melakukan penelitian lebih lanjut pada bidang kajian ini.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengenai bagaimana peran dan strategi

penerimaan pajak daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah di Provinsi

Sulawesi Tenggara.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 kajian Teori

2.1.1 Pendpaatan Asli Daerah

PAD adalah salah satu sumber yang harus selalu dan terus menerus dipacu

pertumbuhannya, karena PAD merupakan indikator penting untuk memenuhi tingkat

kemandirian pemerintah di bidang keuangan. Semakin tinggi peranan PAD terhadap

APBD maka semakin berhasil usaha pemerintah daerah dalam membiayai

penyelanggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

PAD Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Sumber-sumber PAD berasal dari:

a. Pajak Daerah

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2023

tentang pajak daerah dan retribusi, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

9
10

Menurut Adisasmita (2011) pajak merupakan suatu iuran atau kewajiban

menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan) kepada negara dan dapat pula

dikatakan sebagian pemerintah menarik daya beli rakyat untuk negara.

b. Retribusi Daerah

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2023 tentang pajak daerah dan retribusi, Retribusi adalah pungutan Daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.

Menurut Undang-Undang Menurut Adisasmita (2011) bahwa retribusi

adalah pungutan yang dilakukan yang berhubungan dengan jasa fasilitas yang

diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada masyarakat.

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

Hasil perusahaan daerah adalah bagian keuntungan atau laba bersih

perusahaan daerah yang berupa pembangunan daerah dan bagian untuk

anggaran belanja daerah yang disetor kekas daerah, baik bagi perusahaan

daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang

dipisahkan maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri

dari kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan

penjualan saham milik daerah.


11

d. Lain-lain PAD yang sah

Dalam UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah pasal 164 ayat 1, lain-lain

pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain

PAD dan dana perimbangan, yang meliputih ibah, dan darurat, dan lain-lain

pendapatan yang ditetapkan pemerintah. Menurut UU No.33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah selain sumber-sumber pendapatan daerah diatas, penerimaan daerah

dalam pelaksaan desentralisasi juga terdiri dari sumber-sumber pembiayaan

daerah. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya Menurut

Undang-Undang No. 33 tahun 2004 pasal 6 ayat (2) tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, lain-lain PAD

yang sah bersumber dari:

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

2. Jasa giro

3. Pendapatan bunga

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing


12

5. Komisi, potongan, maupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau jasa oleh daerah

2.1.2 Teori Pajak

Beban pajak yang ditimbulkan dapat dianalisis dengan dua cara. Pertama,

mengaitkan program itu dengan beban pengeluaran pemerintah. Pajak yang dipungut

menimbulkan beban kemudian hasil pungutan itu di pakai untuk membiayai program

pengeluaran pemerintah, yang memberi manfaat kepada para pembayar. Dengan

demikian beban ini diimbangi dengan manfaat. Cara ini disebut balance budget

incidence. Cara kedua adalah melihat pengeluaran pemerintah tertentu dibiayai dari

salah satu jenis pajak yaitu akibat pembebanannya bila jenis pajak diganti jenis pajak

yang lain untuk membiayai jumlah pengeluaran yang sama disebut differencial

incidence.

2.1.3 Pengertian pajak

Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat kepada negara yang masuk

dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta pelaksanaannya

dapat dipaksaaan tanpa adanya balas jasa (Karim dkk, 2022). Iuran tersebut

digunakan oleh negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum. Unsur

ini memberikan pemahaman bahwa masyarakat dituntut untuk membayar pajak

secara suka rela dan penuh kesadaran sebagai warga negara yang baik (Budiman dkk,

2021).
13

Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara

terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah

serta kondisi masyarakat (Gunawan, 2018). Karena pemerintah daerah di Indonesia

terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, yang

diberi kewenangan untuk melaksanakan otonomi daerah, pajak daerah di Indonesia

dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Dasar hukum pajak daerah dan retrebusi daerah di atur dalam Undang-Undang

No. 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retrebusi Daerah. Siahaan (2010), dalam

praktik di masyarakat, pungutan pajak daerah sering kali disamakan dengan retribusi

daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya merupakan pembayaran

kepada pemerintah.

2.1.4 Asas Pemungutan pajak

Menurut Adam Smith dalam (Suandy, 2011) asas-asas pemungutan pajak ayng

dikenal dengan nama four cannons atau the four maxims dapat dikelompokan sebagai

berikut:

1. Equality

Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan

kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah

perlindungan pemerintah. Dalam hal Equality ini tidak diperbolehkan suatu negara

mengadakan diskriminasi diantara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama
14

wajib pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda wajib pajak harus

diperlakukan berbeda

2. Certanty

Pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromo

kompromis (not arbitrary). Dalam asas ini kepastian yang diutamakan adalah

mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai

pembayarannya.

3. Convenience of payment

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu

saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang

dikenakan pajak.

4. Economy of collections

pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien) mungkin, jangan

sampai biaya pemungutan pajak lebih besar darinpenerimaan pajak itu sendiri.

Karena tidak ada artinyapemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar

dari pada penerimaan pajak yang akan diperoleh.

2.1.5 Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, dalam buku (Mardiasmo, 2016)

hukum pajak mempunyai kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut :

1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu

lainnya
15

2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut:

a) Hukum Tata Negara

b) Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif)

c) Hukum Pajak

d) Hukum Pidana

Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik.

2.1.6 Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak Formil

Hukum pajak mengatur hubungan pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak

dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak (Mardiasmo, 2016)

yakni:

1. Hukum pajak materil, menurut norma-norma yang menerangkan antar lain

keadaan, perbuatan, peristiwa hukum pajak yang dikenai pajak (ojek pajak),

siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan

(tarif pajak), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan

hubungan hukum antar pemerintah dan wajib pajak.

Contoh : Undang-undang pajak penghasilan

2. Hukum pajak formil, menurut bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum

materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum

ini memuat antara lain:


16

a) Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.

b) Hak-hak fiscus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak

mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

c) Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan pencatatan,

dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan dan banding.

Contoh : Ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

2.1.7 Fungsi Pajak

Pajak memiliki dua fungsi, yaitu sebagai fungsi budget air (dimana pajak

sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya)

dan sebagai fungsi mengatur / regulerend (dimana pajak sebagai alat untuk mengatur

atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi

(Mardiasmo, 2016).

Selain dua fungsi pajak tersebut, pajak juga memiliki fungsi lain (sari, 2013) yaitu:

1. fungsi stabilitas

dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan

yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan.

hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang

masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

2. Fungsi Re-distribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,yang pada akhirnya

akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.


17

3. Fungsi Demokrasi

Pajak yang sudah di pungut oleh negara merupakan wujud sistem gotong

royong. Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada

masyarakat pembayar pajak.

2.1.8 Reformasi Pemungutan Pajak

Siahaan (2010) menjelaskan bahwa latar belakang reformasi pemungutan pajak

daerah dan retribusi dareah di Indonesia dewasa ini tidak terlepas dari pemberlakuan

undang-undang pajak daerah dan retribusi daerah yang baru, yaitu Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 lahir sebagai upaya untuk mengubah sistem perpajakan daerah

dan retribusi daerah yang berlangsung di Indonesia, yang banyak menimbulkan

kendala, baik dalam penetapan maupun pemungutannya.

Adanya ketidak jelasan dalam penerapan objek pajak maupun objek retribusi

serta kemungkinan timbulnya pengenaan berganda telah mengakibatkan proses

pemungutan pajak dan retribusi daerah tidak sesuai lagi dengan perkembangan

kondisi ekonomi dan dinamika masyarakat. Oleh karena itu, lahirnya Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 telah membawa perubahan dalam pemungutan pajak

dan retribusi daerah.

Dalam perkembangan penerapan undang-undang tersebut, pemerintah dan DPR

perlu dilakukan perubahan dan penyempurnaan seiring dengan perkembangan situasi

perekonomian secara makro serta perubahan kondisi sosial politik, yang ditandai
18

dengan semangat otonomi daerah yang semakin besar. Dengan demikian, Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 2000 lahir sebagai penyempurnaan terhadap Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997.

Pemberlakuan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah

pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang

menetapkan dan memungut pajak dan retribusi daerah, tetapi juga berkaitan dengan

masyarakat pada umumnya. Sebagai anggota masyarakat yang menjadi bagian dari

daerah, setiap orang atau badan-badan yang memenuhi ketentuan yang diatur dalam

peraturan pajak daerah maupun yang menikmati jasa yang diberikan oleh pemerintah

daerah harus membayar pajak atau retribusi daerah yang terutang. Hal ini

menunjukkan pada akahirnya proses pemungutan pajak dan retribusi daerah akan

memberikan beban kepada masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami

ketentuan pajak dan retribusi daerah dengan jelas agar mau memenuhi kewajibannya

dengan penuh tanggung jawab.

2.1.9 Timbul dan hapusnya utang pajak

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (Mardiasmo, 2016) :

1. Ajaran Formil

2. utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

Ajaran ini diterapkan pada official assesment system.

3. Ajaran materil
19

4. Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai

pajak karena suatu keadaan dan perbedaan. Ajaran ini diterapkan pada self

assesment system.

Hapusnya utang pajak disebabkan beberapa hal :

1. Pembayaran

2. Kompensasi

3. Kadaluarsa

4. Pembebasan dan Penghapusan

2.1.10 Hambatan Pemungutan Pajak

Hambatan dalam pemungutan pajak dapat dikelompokkan (Mardiasmo, 2016)

menjadi:

1. Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain:

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b) sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat

c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib

pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak bentuknya antara lain :


20

a) Tax Avoidance, Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar

Undang-undang.

b) Tax evaxion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-

undang (menggelapkan pajak).

2.1.11. Retribusi

Siahaan (2010) menyatakan retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk

kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi

penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung,

yaitu hanya membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara. Salah satu

contoh retribusi adalah retribusi pelayanan kesehatan pada rumah sakit yang dikelola

oleh pemerintah. Setiap orang yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah

sakit pemerintah harus membayar retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai

pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah. Akan tetapi,

tidak ada paksaan secara yuridis kepada pasien (anggota masyarakat) untuk

membayar retribusi karena setiap orang bebas untuk memilih pelayanan kesehatan

yang diinginkan.

Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh negara (pemerintah)

berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang

wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas

jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
21

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini menunjukkan

bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang dikenakan berdasarkan undang-undang

yang tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau

membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Dengan demikian, akan terjamin bahwa

kas negara selalu berisi uang pajak. Selain itu, pengenaan pajak berdasarkan undang-

undang akan menjamin adanya keadilan dan kepastian hukum bagi pembayar pajak

sehingga pemerintah tidak dapat sewenang-wenang menetapkan besarnya pajak.

Jenis-Jenis Pajak Daerah

Penelitian ini terkhusus pada peran dan strategi Penerimaan Pajak Daerah

Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 28

tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (Undang-Undang PDRB)

menyebutkan pajak daerah terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

Tabel 2.1 Jenis Pajak Daerah Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Pajak Provinsi Pajak Daerah


pajak kendaraan bermotor Pajak Hotel
bea balik nama kendaraan bermotor Pajak Restoran
pajak bahan bakar kendaraan motor Pajak Hiburan
pajak air permukaan Pajak Reklame
pajak rokok Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan
Bea Perolehan Hak Tanah Dan Bangunan
22

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang berfungsi sebagai bentuk

perbandingan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yang

sudah ada. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan menjadi rujukan

penelitian saya. Berikut disajikan dalam tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu :

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian


Peneliti
1. Sucianti, Analisis Penerimaan Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak
Pahmi, Pajak Daerah dan dan retribusi daerah memiliki kontribusi
Nurdin Retribusi Daerah yang cukup besar terhadap penambahan
pendapatan asli daerah. tingkat efisiensi
Latief, dan terhadap
yang dicapai pada aspek penerimaan pajak
Indah Peningkatan dan retribusi daerah yaitu sudah sangat
Syamsudd Pendapatan Asli efesien berdasarkan kriteria presentase
in Daerah Kabupaten rasio efesiensi. Tingkat efektivitas yang
Enrekang dicapai pada aspek peneriamaan pajak dan
retribusi daerah yaitu sudah evektif
berdasarkan rasio kriteria presenrase rasio
efektivitas.
2. Firlly BC Peran Pajak Daerah Hasil penelitian menunjukan bahwa
Watuna Dalam Menunjang Realisasi Pajak Daerah dalam Menunjang
Pendapatan Asli Pendapatan Asli Daerah di Kota Bitung
Daerah (Pad) Di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Kota Bitung Pajak daerah tersebut seperti pajak hotel,
restoran, hiburan, hiburan, reklame,
23

penerangan jalan, pengambilan bahan


galian golongan C dan mineral bukan
logam dan batuan, bea perolehan atas tanah
dan bangunan, air tanah. Perkembangan
perekonomian Kota Bitung sangat ditopang
oleh pertumbuhan kegiatan ekonomi yang
tersebar secara sektoral dan spatial.
Perluasan kegiatan ekonomi tersebut
membawa dampak pada kenaikan
pendapatan masyarakat sebagai dampak
dari semakin meningkatnya keikut sertaan
masyarakat dalam pemanfaatan
sumberdaya ekonomi yang ada. Hal ini
tentunya akan berdampak pada potensi
yang semakin besar dari jenis-jenis pajak
yang dapat dikumpulkan dari kegiatan
ekonomi daerah. Sebagaimana dijelaskan
di atas era desentralisasi fiskal membawa
dampak pada keterbukaan dan perluasan
kewenangan bagi pemerintah daerah dalam
mengoptimalkan penerimaan daerah.
Dalam hal ini perkembangan dalam PAD
akan mencerminkan kemampuan daerah
dalam mendorong realisasi penerimaan
daerah yang semakin meningkat.
3. Hasanusi Analisis Strategi Hasil penelitian menunjukan bahwa
Peningkatan Berdasarkan penggabungan antara faktor
Pendapatan Asli kekuatan (STRENGHTS (S)), kelemahan
Daerah (PAD) Di
(WEAKNESSES (W)), peluang
Kabupaten Lampung
Barat (OPPORTUNITIES (O) ), dan ancaman
(THREATS (T)) yang dihadapi oleh
organisasi dapat peneliti identifikasi bahwa
isu- isu strategis yang perlu dikembangkan
dan dicermati oleh Pemerintah Kabupaten
Lampung Barat dalam rangka
meningkatkan pajak daerah.
4. Wahyu Analisis Pajak Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
24

Nusantara Daerah Kota Kendari kepastian hukum tidak menjadi faktor yang
Aji mempengaruhi tingkat realisasi pajak
penerangan jalan dan pajak air bawah
tanah, hal ini disebabkan karena pada
badan pengelolah pajak dan retribusi
daerah kota kendari sudah berlandaskan
dan sudah diatur pada Undang-undang No.
28 tahun 2009 dan Perda Perpajakan No.2
Tahun 2011.
5. Muhamma Peranan Penerimaan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
d Raenaldi Pajak Daerah dan kegiatan pemerintahan dan pembangunan
Aditia Retribusi Daerah akan berjalan lancar apabila didukung oleh
Terhadap
tersedianya biaya yang memadai.
Pendapatan Asli
Daerah Kota Kendari Sehubungan dengan hal tersebut,
Pemerintah Kota Kendari menyediakan
biaya dari dua sumber, yaitu
1. pertama bersumber dari PAD
2. bersumber dari dua perimbangan yang
dialokasikan oleh pemerintah pusat
atau pemerintah daerah tingkat 1
3. dari lain-lain pendapatan yang sah

2.3 kerangka pikir penelitian

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

guna membiayai pelaksanaan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan, dan

keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi

daerah. Pajak daerah merupakan salah satu komponen pendapatan asli daerah yang

lebih banyak memberikan peluang bagi daerah untuk dimobilisasi secara maksimal

dibandingkan dengan komponen-komponen penerimaan PAD lainnya.


25

Berdasarkan kajian diatas berikut skema kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut:

Pemerintah Daerah Provinsi


Sulawesi Tenggara

Peranan penerimaan Strategi Penerimaan


pajak pajak

Analisis Deskriptif

Kesimpulan/Saran

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan pada Kantor Badan Pendapatan Daerah Provinsi

Sulawesi Tenggara. Dengan waktu penelitian setelah proposal ini diseminarkan.

Lokasi penelitian ini didasarkan pada ketersediaan data APBD yang secara ekstensif

ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi (Universe) adalah totalitas dari semua objek individu memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yangakan diteliti (bahan penelitian).

Objek atau nilai disebut unit analisis atau elemen populasi. Populasi dalam

penelitian ini yaitu pegawai Kantor Badan Pendapatan Daerah Kota Kendari.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2014). Dengan demikian sampel adalah bagian dari populasi

yang karakteristikya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan

populasinya sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi. Sampel dalam

penelitian ini yaitu beebrapa dari pegawai Kantor Badan Pendapatan Daerah.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling (secara sengaja).

26
27

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik.

Namun, karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka,

maka data kualtitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses

lanjut, dimana caranya dengan mengklasifikasikan dalam bentuk kategori.

Dalam penelitian ini, data kualitatifnya berupa uraian penjelasan dari

variabel yang diteliti. bentuk data primer.

2. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numerik (angka).

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah menjelaskan data-data yang

telah tersedia.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:


1. Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber

primer/langsung hasil wawancara dengan informan berupa peluang,

kekuatan, kelemahan, dan ancaman. Data yang diperoleh dalam penelitian

berupa peranan dan strategi penerimaan pajak daerah dalam peningkatan

PAD di Provinsi Sulawesi Tenggara.


28

2. Data sekunder, merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak

langsung dari sumber utama yaitu kantor Badan Pendapatan Daerah.

Diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Melalui Wawancara; yaitu melakukan wawancara langsung dengan obyek

penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan.

2. Melalui Dokumentasi, yaitu dokumen yang bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya dari seseorang yang telah diprediksikasi.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menurut Moleong (2012) adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menentukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

yang akan diceritakan kepada orang lain.

Alat analisis yang digunakan pada peranan penerimaan pajak daearah dalam

peningkatan PAD dengan menggunakan rumus kontribusi, sebagai berikut :

PAD
¿ X 100
Total APBD
29

Analisis SWOT. Data-data yang diproses melalui pengelompokan data,

klasifikasi menurut urutan permasalahan dan klasifikasi faktor-faktor internal dan

eksternal. Setelah itu melakukan penyusunan strategi dengan menggunakan analisis

Matriks IFES, EFAS dan Matriks SWOT. Semua elemen dalam SWOT akan dijaring

melalui jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Analisis SWOT

digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan suatu strategi. Analisis 31 SWOT

didasarkan pada langka untuk memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses).

Secara sederhana dapat diartikan bahwa analisis SWOT merupakan metode

perencanaan suatu strategi dengan mempertimbangkan sekaligus mengevaluasi 4

komponen utama yaitu :

1. Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relative

terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan. Dari sini kita bisa

melihat seberapa jauh faktor yang menjadi kekuatan berupa sumber daya,

keterampilan menganyam serta keunggulan terhadap pesaing dalam

pengembangan usaha kerajinan nentu yang sedang dikerjakan.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya alam,

keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif

suatu perusahaan. Kelemahan pengembangan usaha kerajinan nentu diakibatkan


30

keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan

kemampuan mengelola usaha nentu dengan baik.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang menguntungkan

dalam lingkungan perusahaan. Dari sini bisa dilihat juga seberapa jauh faktor

yang menjadi peluang untungnya memperoleh laba yang besar dalam

pengembangan usaha kerajinan nentu yang sedang dikerjakan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi atau kecenderuangan utama yang tidak

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Dari sini bisa kita lihat ancaman

pengembangan usaha kerajinan nentu adalah situasi atau kecenderungan utama

yang tidak menguntungkan usaha kerajinan nentu.

Menurut Freddy Rangkuti (2015) matriks SWOT adalah matriks yang

menginteraksikan faktor strategis internal dan eksternal. Matriks ini dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang

dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang

dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat

dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT.

1) Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal

Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)

IFAS digunakan untuk menganalisis lingkungan internal sehingga

menghasilkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi


31

perusahaan. Begitu pula dengan EFAS digunakan untuk menganalisis

lingkungan eksternal sehingga menghasilkan faktor-faktor yang menjadi

peluang dan ancaman bagi perusahaan.

Tabel 3.1 Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor Internal Bobot Rating Skor


Kekuatan
1.
2.
........dst
Kelemahan
1.
2.
........dst
Total
Sumber : Rangkuti (2016)

Tahap-tahap pembobotan faktor-faktor untuk mengembangkan IFAS akan

dijelaskan di bawah ini.

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

pada kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot

tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah
32

rata-rata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan

yang bersangkutan.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4.

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Pada kolom matriks IFAS, diberi rating mulai dari 1 sampai 4 pada setiap

faktor internal untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

menjawab faktor-faktor tersebut, dimana:

Nilai 1 = rendah, respon kurang

Nilai 2 = sedang, respon sama dengan rata-rata

Nilai 3 = tinggi, respon diatas rata-rata

Nilai 4 = sangat tinggi, respon superior

Tabel 3.2 Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)

Faktor Internal Bobot Rating Skor


Kekuatan
1.
2.
........dst
Kelemahan
1.
2.
........dst
Total
Sumber : Rangkuti (2016)
33

Tahap-tahap pembobotan faktor-faktor untuk mengembangkan IFAS akan

dijelaskan di bawah ini.

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

pada kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0

(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh

faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot

tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah

rata-rata), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan

yang bersangkutan.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4.

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Pada kolom matriks IFAS, diberi rating mulai dari 1 sampai 4 pada setiap

faktor internal untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini

menjawab faktor-faktor tersebut, dimana:

Nilai 1 = rendah, respon kurang

Nilai 2 = sedang, respon sama dengan rata-rata

Nilai 3 = tinggi, respon diatas rata-rata


34

Nilai 4 = sangat tinggi, respon superior

2. Matriks SWOT

Analisis ini menggambarkan faktor internal perusahaan (kekuatan,

kelemahan) dapat disesuaikan dengan faktor internal (peluang, ancaman) yang

dimiliki perusahaan. Setelah menganalisis menggunakan matriks IE maka posisi

perusahaan dapat diketahui kemudian dilakukan formulasi alternatif strategi dengan

menggunakan matriks SWOT yang akan menghasilkan empat jenis strategi.

Tabel 3.3 Model Matriks Analis SWOT

Faktor Internal STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)

 Tentukan faktor  Tentukan faktor


kekuatan internal kelemahan Internal
Faktor Eksternal

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

 Tentukan faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan dan
peluang menghindari ancaman
THREATHS (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

 Tentukan faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang


ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti 2016

Hasil dari interaksi faktor strategi internal dan eksternal menghasilkan


alternatif strategi. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang
35

menghasilkan empat strategi sebagai hasil dari analisis matriks SWOT, yaitu
sebagai berikut:
a. Strategi SO, yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi WO, yaitu strategi yang diterpakan untuk mengatasi semua
kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada.
c. Strategi ST, yaitu strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua
kekuatan untuk mengatasi ancaman.
d. Strategi WT, yaitu strategi yang disusun dengan cara meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman.
3.6 Defenisi Operasional

Definisi operasioanl variabel akan menuntut peneliti untuk memenuhi unsur

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Peranan PAD, yaitu kontribusi PAD terhadap APBD Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun 2012-2021 yang dihitung dengan rumus:

PAD
X 100
Total APBD

2. Strategi peningkatan PAD merupakan langkah-langkah yang ditempuh

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara untuk meningkatkan pemungutan PAD.

Strategi dalam penelitian ini diturunkan dari matriks SWOT, atau Kekuatan-

Kelemahan-Peluang-Ancaman.

3. Kekuatan peningkatan PAD adalah

4. Kelemahan peningkatan PAD adalah

5. Peluang peningkatan PAD


36

6. Tantangan peningkatan PAD

DAFTAR PUSTAKA

Agung Ade (2017). Analisis Pengelolaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Darerah Di Kabuipaten Pinrang

Tahun 2013-2016. Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar.

Farid Walid (2022). Analisis Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pada 6 Kabupaten Di Provinsi Sulawesi Barat. Tesis Program Studi

Magister Keuangan Daerah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Hasanauddin.
37

Halim (2017) Tentang Pembangunan Ekonomi

Hasanusi (2015). Analisis Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di

Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Magister Manajemen Universita Jaya

Baya Jakarta, Ekonomi Perusahaan. Vol.1 No.1.

Juwita Sari (2018). Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Dalam Kerangka

Pelaksanaan Pembangunan Daerah Di Kabiupaten Mamuju Provinsi

Sulawesi Barat. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

Mahendra Nizar (2019). Analisis Potensi Pajak Reklame Pada Pendapatan Asli

Daerah Kota Kendari. Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Halu Oleo.

Maulana Yusril (2022). Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Pada

Kantor Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kab. Bulukumba. Skripsi.

Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Mayasari Andi (2019). Pengaruh Penerapan Strategi Pelayanan Terhadap

Pengetahuan Pajak dan Implikasinya Pada Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi.

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

Muhammad Raenaldi Aditia (2022). Peranan Penerimaan Pajak Daerah Dan

Tetribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari. Skripsi


38

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Halu

Oleo.

Novita Sari (2022). Analisis Potensi Pajak Daerah Atas Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah Di Kabupaten Deliserda. Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Nusantara Ayu (2021). Analisis Pajak Daerah Kota Kendari. Skripsi. Jurusan Ilmu

Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Halu Oleo

Pradikta Angga (2013). Strategi Pengembangan Objek Wisata Waduk Gunung Rowo

Indah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Pati. Ekonomics Development Analysis Journal. ISSN 2252-

6765.

Saragih (2019). Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Simalungun. Skripsi. Universitas

Islam Negeri Sumatera Utara

Sucianti & Pahmi (2022). Analisis Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

Terhadap Peningkatan Pendapatn Asli Daerah Kabupaten Enrekang. Jurnal

Of Managemen Universitas Bosowa. Vol.5. ISSN : 2614-851X.

Anda mungkin juga menyukai