Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Fakultas Hukum, Maret 202, hlm 1-65

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS


PARKIR DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH KABUPATEN SIKKA, DITINJAU DARI PERATURAN
DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA

Raymond Leonard Muloko, 1602010100


Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana (UNDANA)-Kupang

ABSTRAK

Raymond Leonard Muloko: Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Tempat Khusus


Parkir Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sikka Ditinjau Dari
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha. Dibimbing oleh
Rafael R. Tupen, selaku Pembimbing I, Hernimus Ratu Udju, selaku
Pembimbing II.
Sejak awal terbentuknya Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan.
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar Tahun 1945,
maka daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk melaksanakan
pemerintahan. Setiap daerah yang disebut daerah otonomi diberi wewenang oleh
pemerintah pusat untuk mengatur dan mengelola daerahnya secara mandiri.
Efektivitas pengelolaan retribusi tempat khusus parkir tidak terlepas dari
peranan pemerintah daerah sebagai penyusun kebijakan. Hal ini dikarenakan
kontribusi penerimaan retribusi tempat khusus parkir cukup penting untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) di Kabupaten Sikka setiap tahunnya. Kewajiban
Pemerintah Daerah adalah untuk menjamin terselenggaranya pelayanan publik.
Sementara itu, pengelolaan retribusi tempat khusus parkir yang baik oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah,
karena peningkatan Pendapatan Asli Daerah mutlak harus dilakukan oleh
Pemerintah Daerah. Mengingat pentingnya pemungutan retribusi untuk
meningkatkan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah maka di perlukan kajian
untuk sistem pemungutan retribusi tempat khusus parkir di Kabupaten Sikka.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Sejauh manakah Pelaksanaan
pemungutan Retribusi Tempat khusus Parkir untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah di Kabupaten Sikka ditinjau dari PERDA Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Retribusi? (2) Apa saja faktor penghambat pelaksanaan pemungutan untuk
meningkatkan pendapatan pemungutan Retribusi Tempat Khusus Parkir di Kabupaten
Sikka ditinjau dari PERDA Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi?
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang mana datanya diperoleh
secara langsung di lokasi penelitian. Lokasi penelitian tersebut adalah Badan
Pendapatan Daerah Kabupaten Sikka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)
Pelaksanaan pemungutan retribusi tempat khusus parkir di Kabupaten Sikka adalah:
Tata cara pemungutan retribusi parkir, Pelaksanaan program kerja di bidang

1
perparkiran dan Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan Retribusi Parkir. (2)
Faktor penghambat pemungutan retribusi tempat khusus parkir meliputi: Petugas
Pemungutan yaitu, Kualitas dan Jumlah Kesadarannya serta Kesadaran hukum
masyarakat dan Sarana Prasarana.
Saran yang penulis sampaikan yaitu Perlu adanya peningkatan kinerja dari
petugas pemungut retribusi parkir dalam menjalankan tugasnya serta perlu adanya
sosialisasi secara berkala dari pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan
kepada masyarakat, agar masyarakat dapat menyadari akan pentingnya pungutan
retribusi daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah serta pembangunan
daerah.

Kata Kunci: Pemungutan, Retribusi, Khusus Parkir.

ABSTRACT

Raymond Leonard Muloko: Implementation of Collection of Charges for Special


Parking Places in the Context of Increasing Local Revenue for Sikka Regency in
View of Regional Regulation Number 12 of 2011 Concerning Business Service
Charges supervised by Rafael R. Tupen, as Advisor I, and Hernimus Ratu Udju,
as Advisor II.
Since its inception, the Republic of Indonesia has been a unitary state. As
specified in Article 1 paragraph I of the 1945 Constitution, the regions are an
integral part of the implementing government. Each area, called an autonomous
region, is given authority by the central government to regulate and manage the
area independently.
The effectiveness of the management of fees for special parking areas is
inseparable from the role of local governments as policymakers. This is because
the contribution of receiving special parking area fees is quite important to
increasing the regional original revenue (PAD) and the regional expenditure
budget (APBD) in Sikka Regency every year. The obligation of the regional
government is to ensure the implementation of public services. Meanwhile, good
management of special parking area fees by the regency or municipal government
will be able to increase regional original revenue, because an increase in regional
original revenue absolutely must be carried out by the regional government. Given
the importance of collecting fees to increase the amount of regional original
revenue, a study is needed for the system for collecting fees for special parking lots
in Sikka Regency. The formulation of the problems in this study is: (1) To what
extent is the implementation of collecting special parking area fees to increase local
revenue in Sikka Regency in terms of Regional Regulation Number 12 of 2011
concerning retribution? (2) What are the inhibiting factors for the implementation
of collection to increase revenue collection for parking special place retribution in
Sikka Regency in terms of Regional Regulation Number 12 of 2011 concerning
retribution?
This research is an empirical one in which the data is obtained directly at
the research location. The research location is the Regional Revenue Agency of
Sikka Regency. The results of this study indicate that: (1) The implementation of the

2
collection of fees for special parking places in Sikka Regency includes procedures
for collecting parking fees, the implementation of work programs in the parking
sector, and the implementation of management and monitoring of parking
retribution. (2) The inhibiting factors for the collection of retribution for special
parking places include: collection officers, namely, quality and amount of
awareness, as well as community legal awareness and infrastructure facilities.
The suggestions that the author conveys are that there is a need to increase
the performance of parking restitution collectors in carrying out their duties and
that there is a need for regular socialization from the government, in this case the
Department of Transportation, to the community so that people can realize the
importance of collecting regional fees in increasing local revenue and development.
area.

Keywords: Collection, Retribution, and Special Parking.

3
Jurnal Fakultas Hukum, Maret 2023, hlm, 1-65

A. LATAR BELAKANG daerah yang belum terlaksana


MASALAH secara optimal, meningkatkan
Sejak awal pendapatan daerah, dan
terbentuknya Republik melaksanakan pembangunan
Indonesia adalah Negara bagi kesejahteraan masyarakat.
Kesatuan. Sebagaimana Salah satu sumber
ditentukan dalam Pasal 1 ayat pendapatan yang dimiliki oleh
(1) Undang-undang Dasar suatu daerah adalah
Tahun 1945, maka daerah Pendapatan Asli Daerah
merupakan bagian yang tak (PAD). PAD bersumber dari
terpisahkan untuk berbagai macam pendapatan
melaksanakan pemerintahan.
yang dimiliki oleh daerah
Setiap daerah yang disebut
tersebut, diantaranya: pajak
daerah otonomi diberi
wewenang oleh pemerintah daerah, retribusi daerah, hasil
pusat untuk mengatur dan pengelolaan kekayaan-
mengelola daerahnya secara kekayaan daerah yang
mandiri. Dalam melaksanakan dipisahkan, dan pendapatan
berbagai macam pembangunan asli daerah lain-lain yang sah.
sarana dan prasarana serta
pelaksanaan pemerintahan Sumber Pendapatan Asli
yang semuanya ditujukan Daerah di antaranya adalah
untuk kesejahteraan rakyat pajak daerah dan retribusi
daerahnya, pemerintah daerah daerah dimana daerah diberi
memerlukan dana yang cukup kewenangan untuk
untuk melaksanakan semua melaksanakan pemungutan
kebijakan. Tanpa dana yang berbagai jenis pajak daerah dan
mencukupi, akan sangat sulit retribusi daerah yang berkaitan
bagi suatu daerah untuk dengan berbagai aspek
mengembangkan daerahnya kehidupan masyarakat. Hal ini
sendiri karena pemerintah digunakan untuk meningkatkan
daerah tidak dapat
pendapatan daerah dalam
melaksanakan seluruhnya
upaya pemenuhan kebutuhan
kebijakan yang sudah dibuat.
Semakin beragam potensi yang daerah. Retribusi Daerah selain
ada pada suatu daerah, sebagai salah satu sumber
seharusnya makin tinggi pula penerimaan bagi pemerintah
pendapatan yang dimilki daerah juga merupakan faktor
daerah tersebut. Pendapatan yang dominan peranannya dan
yang tinggi akan menjadi kontribusinya untuk
penunjang yang penting bagi menunjang pemerintah daerah.
daerah untuk semakin
mengembangkan potensi

4
Salah satu dari retribusi pelayanan kepada masyarakat,
tersebut adalah retribusi parkir. serta pemanfaatan sumber daya
Meskipun bukan penerimaan yang dimiliki Pemerintah
retribusi yang utama, namun Daerah. Daerah yang maju
retribusi pelayanan parkir adalah daerah yang memiliki
Kabupaten Sikka memiliki PAD yang tinggi, karena
peranan yang cukup penting, dengan tingginya PAD yang
yakni sebagai salah satu diterima suatu daerah maka
penyumbang dalam tingkat ketergantungan
penerimaan retribusi daerah Pemerintah Daerah terhadap
pada khususnya dan Pemerintah Pusat dalam hal
Pendapatan Asli Daerah pada pendanaan akan semakin
umumnya. Salah satu sumber berkurang.
Pendapatan Asli Daerah yang Otonomi daerah merupakan
potensial adalah dari sektor sebuah awal dalam hal
jasa perparkiran, sumber- peningkatan kualitas kehidupan
sumber keuangan atau sumber- masyarakat sekaligus ditujukan
sumber pendapatan asli daerah untuk peningkatan
seperti yang tertuang dalam kemakmuran dan kesejahteraan
Undang-Undang Nomor 22 masyarakat. Otonomi Daerah
Tahun 2014 tentang menurut Undang-Undang
Pemerintahan Daerah Prinsip Republik Indonesia Nomor 23
otonomi daerah menggunakan Tahun 2014 tentang
Otonomi seluas luasnya dalam Pemerintahan Daerah adalah
arti daerah diberikan kewenangan daerah otonom
kewenangan mengurus dan untuk mengatur dan mengurus
mengatur semua urusan kepentingan masyarakatnya
pemerintah diluar yang menurut prakarsa sendiri
menjadi urusan yang berdasarkan aspirasi
ditetapkan dalam undang- masyarakat sesuai dengan
undang ini. Menurut Badrudin, perundang-undangan sehingga
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah harus
merupakan sumber pendapatan mampu melaksanakan berbagai
daerah yang dapat dijadikan kewenangan yang selama ini
sebagai salah satu tolak ukur dilaksanakan oleh Pemerintah
kinerja perekonomian suatu Pusat.
daerah yang bertujuan untuk Upaya penyelenggaraan
memberikan kelulusan pada Pemerintahan di Daerah dan
daerah dalam menggali peningkatan pelayanan kepada
pendanaan dalam pelaksanaan masyarakat serta melaksanakan
otonomidaerah sebagai pembangunan daerah, maka
perwujudan asas disentralisasi. daerah membutuhkan sumber-
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sumber kebijakan yang cukup
yang diperoleh Pemerintah
memadai sesuai dengan batas-
Daerah atas pelaksanaan
kegiatan pemerintah dan batas peraturan perundang-

5
undangan. Dalam kaitannya perbelanjaan, sampai
dengan otonomi daerah, pariwisata, tetapi di Kabupaten
dipandang mampu menjadi Sikka terdapat kendala dalam
motor penggerak sekaligus pengelolaan retribusi tempat
sebagai pendorong peningkatan khusus parkir yang notabene
dan kesejahteraan masyarakat. menjadi salah satu penunjang
Pendapatan Asli Daerah yang
Dalam Undang-Undang Nomor
bersumber dari masyarakat.
28 Tahun 2009 tentang pajak Efektivitas pengelolaan
daerah dan retribusi daerah. retribusi tempat khusus parkir
Salah satu sumber tidak terlepas dari peranan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah daerah sebagai
yang dapat terus digali dan penyusun kebijakan. Hal ini
dioptimalkan potensinya dikarenakan kontribusi
adalah retribusi daerah. Hal ini penerimaan retribusi tempat
penting, mengingat retribusi khusus parkir cukup penting
daerah sebagaimana halnya untuk meningkatkan
pajak daerah merupakan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah yang terhadap Anggaran Pendapatan
diharapkan menjadi salah satu Belanja Daerah (APBD) di
sumber pembiayaan Kabupaten Sikka setiap
penyelenggaraan pemerintahan tahunnya. Kewajiban
dan pembangunan daerah, Pemerintah Daerah adalah
untuk meningkatkan dan untuk menjamin
memeratakan kesejahteraan terselenggaranya pelayanan
masyarakat. Retribusi parkir publik. Sementara itu,
merupakan salah satu jenis pengelolaan retribusi tempat
retribusi yang memberikan khusus parkir yang baik oleh
kontribusi cukup besar Pemerintah Kabupaten/Kota
terhadap peningkatan akan dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah,
(PAD). Retribusi parkir karena peningkatan Pendapatan
merupakan salah satu sumber Asli Daerah mutlak harus
penerimaan yang perlu dilakukan oleh Pemerintah
dikembangkan daerah dalam Daerah.
peningkatan Pendapatan Asli Mengingat pentingnya
Daerah, dikenakan kepada pemungutan retribusi untuk
masyarakat yang menikmati meningkatkan jumlah
secara langsung fasilitas yang penerimaan Pendapatan Asli
disediakan oleh pemerintah. Daerah maka di perlukan
Kabupaten Sikka merupakan kajian untuk sistem
daerah yang terusmengalami pemungutan retribusi tempat
pertumbuhan dilihat dari khusus parkir di Kabupaten
semakin banyaknya tempat- Sikka. Berdasarkan latar
tempat makan/restaurant, cafe- belakang masalah di atas, maka
cafe, pertokoan, pusat penulis ingin melakukan

6
penelitian dengan judul pemungutan Retribusi Parkir
“PELAKSANAAN di Kabupaten Sikka.
PEMUNGUTAN b. Untuk mengetahui dan
RETRIBUSI TEMPAT mendeskripsikan faktor
KHUSUS PARKIR DALAM penghambat pelaksanaan
RANGKA PENINGKATAN pemungutan untuk
PENDAPATAN ASLI meningkatkan pendapatan
DAERAH KABUPATEN pemungutan Retribusi
SIKKA DITINJAU DARI Tempat Khusus Parkir di
PERATURAN DAERAH Kabupaten Sikka.
NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG RETRIBUSI
JASA USAHA.”
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat
B. RUMUSAN MASALAH yang akan didapatkan dari
Berdasarkan uraian pelaksanaan penelitian ini
Latar Belakang di atas maka adalah:
masalah yang akan dikaji a. Manfaat Teoretis
adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dapat
a. Sejauh manakah memberikan
Pelaksanaan pemungutan sumbangsih
Retribusi Tempat khusus pemikiran bagi
Parkir untuk meningkatkan pengembangan ilmu
pendapatan asli daerah di pengetahuan
Kabupaten Sikka ditinjau terkhususnya di
dari PERDA Nomor 12 bidang Hukum Tata
Tahun 2011 tentang Negara
Retribusi? 2. Sebagai bahan
b. Apa saja faktor penghambat penambah butir-butir
pelaksanaan pemungutan pemikiran yang akan
untuk meningkatkan menjadi acuan bagi
pendapatan pemungutan telaah retribusi
Retribusi Tempat Khusus tempat khusus parkir
Parkir di Kabupaten Sikka serta menjadi
ditinjau dari PERDA Nomor perbandingan bagi
12 Tahun 2011 tentang peneliti lanjutan.
Retribusi? b. Manfaat Praktis
1. Sebagai salah satu
C. TUJUAN PENELITIAN bahan masukan bagi
Berdasarkan uraian di Pemerintah Daerah
atas maka yang menjadi tujuan Kabupaten Siikka
pada penelitian ini adalah untuk lebih
sebagai berikut: mengawasi
a. Untuk mengetahui dan Pemungutan
menganalisis pelaksanaan

7
Retribusi Tempat dengan mengambil lokasi
Khusus Parkir. di Badan Pendapatan
2. Sebagai bahan Daerah Kabupaten Sikka.
informasi dan 2. Jenis Penelitian
masukan bagi Jenis penelitian yang
masyarakat agar diambil dalam penelitian
dapat mengetahui ini adalah jenis penelitian
sistem pemungutan Yuridis Empiris, yaitu
Retribusi Parkir di penelitian yang mengkaji
Kabupaten Sikka. hukum dalam realitas atau
3. Sebagai masukan kenyataan di dalam
dan referensi bagi masyarakat.
kalangan Akademisi
yang melakukan
penelitian yang sama 3. Aspek Penelitian
yang berkaitan 1. Pelaksanaan
dengan pemungutan retribusi
permasalahan tempat khusus parkir
Retribusi. di Kabupaten Sikka:
a. Tata cara
pemungutan
E. METODE PENELITIAN retribusi parkir
b. Pelaksanaan
Metode memegang program kerja
peran penting dalam di bidang
mencapai suatu tujuan, perparkiran
termasuk juga metode dalam c. Pelaksanaan
suatu penelitian. Metode pengelolaan
penelitian yang di maksud dan
adalah cara-cara pemantauan
melaksanakan penelitian Retribusi
yaitu meliputinkegiatan- Parkir
kegiatan mencari, mencatat, 2. Faktor penghambat
merumuskan, menganalisis pemungutan retribusi
samapi menyusun hasil tempat khusus parkir
penelitian berdasarkan fakta- meliputi:
fakta atau gejala-gejala secara a. Petugas
ilmiah. Dalam menyusun Pemungutan
proposal ini, penulis 1) Kualitas
menggunakan penelitian dan
sebagai berikut: Jumlah
1. Lokasi Penelitian 2) Kesadaran
Guna memperoleh nya
data yang diperlukan, b. Kesadaran
maka calon penelitian hukum
mengambil penelitian masyarakat

8
c. Sarana permasalahan yang
Prasarana diteliti. Sumber
4. Jenis dan Sumber Data bahan hukum
a. Data Primer sekunder dalam
Data primer penelitian ini adalah
dalam penelitian Undang-Undang
hukum adalah data Dasar Tahun 1945,
yang diperoleh Undang-Undang
terutama dalam Nomor 32 Tahun
hasil penelitian 2004 Tentang
empiris, yaitu Pemerintahan
penelitian yang Daerah, Undang-
dilakukan langsung Undang Nomor 28
di dalam masyrakat Tahun 2009
dan turun langsung Tentang Pajak
di lapangan baik itu Daerah dan
melalui wawancara, Retribusi Daerah,
obsevarsi dan studi Peraturan Daerah
dokumen. Sumber Nomor 12 Tahun
hukum primer 2011 Tentang
dalam penelitian ini Retribusi Jasa
adalah laporan Usaha, Pasal 16
tahunan Badan Peraturan Daerah
Pendapatan Daerah Nomor 12 Tahun
Kabupaten Sikka 2011 Tentang
dan para pihak yang Retribusi Tempat
terkait. Khusus Parkir, Pasal
b. Data Sekunder 1 Undang-Undang
Data Nomor 18 Tahun
sekunder merupakan 1997 Tentang
keterangan atau Pemungutan.
fakta yang tidak 5. Metode Pendekatan
diperoleh secara a. Pendekatan
langsung dari Konseptual
lapangan, melainkan Pendekatan ini
diperoleh dari beranjak dari
berbagai buku, pandangan-pandangan
dokumen, arsip, dan doktrin-doktrin
peraturan yang berkembang di
perundang- dalam ilmu hukum.
undangan, hasil Pendekatan ini
penelitian ilmiah menjadi sangat
dan bahan-bahan penting sebab
kepustakaan lainnya pemahaman terhadap
yang berkaitan pandangan atau
dengan doktrin yang

9
berkembang dalam dan berkompeten
ilmu hukum dapat terhadap masalah
menjadi pijakan untuk yang dihadapi dan
membangun diharapkan agar
argumentasi hukum responden yang
ketika menyelesaikan dipilih dapat mewakili
isu hukum yang responden.
dihadapi. c. Responden
b. Pendekatan sosio Responden dalam
legal penelitian ini
Berdasarkan berjumlah 13 Orang.
permasalahan yang 7. Teknik Pengumpulan
diteliti oleh peneliti, Data
maka pendekatan Teknik pengumpulan
penelitian yang data yang digunakan
digunakan adalah dalam penelitian ini
metode pendekatan adalah:
sosiologis atau socio- a. Observasi
legal research, yaitu Observasi
pendekatan penelitian yaitu studi yang
yang mengkaji dilaksanakan secara
persepsi dan perilaku sistematis, terarah,
hukum orang dan terencana pada
(manusia dan badan tujuan tertentu dengan
hukum) yang terjadi di mengamati dan
lapangan. mencatat fenomena-
6. Populasi, Sampel, dan fenomena yang terjadi
Responden dalam suatu
a. Populasi organisasi dengan
Yang menjadi mengacu pada syarat-
populasi dalam syarat dan aturan
penelitian ini yaitu penelitian ilmiah.
Badan Pendapatan Dalam suatu karya
Daerah Kabupaten ilmiah, penjelasan
Sikka. yang diutarakan harus
b. Sampel tepat, akurat, dan
Pengambilan sampel teliti, tidak boleh
dilakukan dengam dibuat-buat sesuai
menggunakan teknik keinginan hati
purposive sampling, penulis.
yaitu memilih secara b. Tempat dan Waktu
sengaja dengan Penelitian
pertimbangan bahwa Guna
responden yang memperoleh data dan
dipilih dianggap informasi yang
banyak mengetahui dibutuhkan maka

10
penelitian dilakukan menguraikan data
di Badan Pendapatan yang diperoleh
Daerah Kabupaten dengan memberikan
Sikka dan Dinas penafsiran yang logis
Perhubungan dan benar sesuai
Kabupaten Sikka. dengan fakta yang ada
c. Wawancara dan atau serta kaidah
Wawancara hukum yang terkait
yaitu teknik dengan permasalahan
pengumpulan data dalam penelitian ini.
yang dilakukan oleh
peneliti dengan
melakukan Tanya TINJAUAN PUSTAKA
jawab terhadap
informan terkait
gunamendapatkan 1. OTONOMI DAERAH
informasi yang akurat a. Pengertian
dan up to date Otonomi Daerah
terhadap masalah Pengertian
yang diteliti. dari otonomi daerah
8. Teknik Pengolahan secara harfiah adalah
Data dan Analisis Data berasal dari kata
a. Teknik Pengolahan “Otonomi dan
Data daerah”. Dalam
Metode pengolahan bahasa Yunani,
data yang digunakan dalam “otonomi” berasal
penelitian ini adalah dari kata “autos”
pengolahan data kualitatif yang berarti “sendiri”
yang diperoleh melalui dan “nomos” yang
wawancara mendalam, dan berarti aturan dan
observasi dilakukan dengan undang-undang”.
metode analisis. Aktivitas Dengan demikian
dalam pengolahan data yaitu otonomi dapat
data condensation diartikan sebagai
(kondensasi data), data kewenangan untuk
display (penyajian data), dan mengatur dan
conclusion mengurus sendiri
drawing/verification atau kewenangan
(penarikan kesimpulan). untuk membuat
b. Teknik Analisis Data aturan guna untuk
Semua data mengurus rumah
yang diolah kemudian tangga sendiri.
dianalisis secara Sedangkan daerah
yuridis, deskriptif, dan adalah kesatuan
kualitatif yaitu dengan masyarakat hukum
cara menjelaskan atau

11
yang mempunyai berdasarkan Undang-
batas-batas wilayah. undang Nomor 9
Menurut pakar Tahun 2015 juncto
Sugeng Istianto, (jo) Undang-undang
otonomi daerah adalah Nomor 23 Tahun
wewenang untuk 2014, tentang
mengatur dan pemerintahan daerah
mengurus rumah adalah hak,
tangga daerah. wewenang, dan
Menurut Mariun, kewajiban daerah
Otonomi daerah otonom untuk
adalah kebebasan mengatur serta
yang dimiliki oleh mengurus sendiri
pemerintahan daerah urusan pemerintahan
yang memungkinkan dan kepentingan
mereka untuk masyarakat setempat
membuat inisiatif sesuai dengan
sendiri dalam rangka peraturan perundang-
mengelola dan undangan.
mengoptimalkan Dengan
sumber daya yang demikian otonomi
dimiliki oleh daerah dapat dipahami
daerahnya sendiri. sebagai wewenang
Otonomi daerah atau kekuasaan pada
merupakan kebebasan suatu wilayah atau
untuk dapat berbuat
daerah yang mengatur
sesuai dengan
dan mengelola untuk
kebutuhan masyarakat
setempat. Sedangkan kepentingan wilayah
Philip Malwood atau daerah
mengartikan Otonomi masyarakat itu sendiri.
daerah adalah suatu Pengertian lebih luas
pemerintah daerah dapat dipahami
yang memiliki sebagai wewenang
kewenangan sendiri di atau kekuasaan pada
mana keberadaannya suatu wilayah atau
terpisah dengan daerah yang mengatur
otoritas yang dan mengelola untuk
diserahkan oleh kepentingan wilayah
pemerintah guna
atau daerah
mengalokasikan
sumber material yang masyarakat itu sendiri
bersifat substansial mulai dari ekonomi,
mengenai fungsi yang politik, dan
berbeda. Pengertian pengaturan
otonomi daerah perimbangan

12
keuangan termasuk Desentralisasi, Asas
pengaturan sosial, Dekontrasi, dan Tugas
budaya, dan ideologi Pembantuan. Berikut ini
yang sesuai dengan penjelasan pengertian
tradisi adat istiadat Asas Otonomi Daerah
daerah lingkungannya. Menurut Hanif
Dalam era Nurcholis, desentralisasi
reformasi pemerintah adalah penyerahan
telah mengeluarkan wewenang politik dan
dua kebijakan tentang administrasi dari puncak
otonomi daerah. hirarki organisasi
Pertama adalah (pemerintah pusat)
Undang-Undang kepada jenjang organisasi
Nomor 22 Tahun 1999 di bawahnya (pemerintah
tentang Pemerintahan daerah), diartikan sebagai
Daerah dan Undang- penyerahan urusan dari
Undang Nomor 25 pemerintah pusat kepada
Tahun 1999 tentang daerah menjadi urusan
Perimbangan rumah tangganya.
Keuangan antara Penyerahan ini bertujuan
Pemerintah Pusat dan untuk mencegah
Daerah. Kedua adalah pemusatan kekuasaan,
Undang-Undang keuangan serta sebagai
Nomor 32 Tahun 2004 pendemokratisasian
tentang Pemerintahan pemerintahan, untuk
Daerah dan Undang- mengikutsertakan rakyat
Undang Nomor 33 bertanggung jawab
Tahun 2004 tentang terhadap
Perimbangan penyelenggaraan
Keuangan antara pemerintahan di daerah.
Pemerintah Pusat dan
2. PEMERINTAH
Daerah. Undang-
DAERAH
Undang yang disebut a. Pengertian
kedua ini merupakan Pemerintah Daerah
revisi atas Undang- Republik
Undang yang disebut Indonesia adalah
pertama. sebuah negara yang
diprolamasikan pada
b. Asas Otonomi tanggal 17 Agustus
Daerah Tahun 1945. Negara
Dalam menyelenggaraka ini lahir dari
n urusan pemerintahan perjuangan bangsa
dengan Asas Indonesia yang

13
bertekad mendirikan tertinggi negara
negara kesatuan. antaralain lembaga
Wilayahnya legislatif, lembaga
mencakup Sabang eksekutif, lembaga
sampai Merauke, yudikatif, dan
yang sebelumnya di lembaga pemeriksa
kuasai oleh Belanda. keuangan.Lembaga
Melalui pejuangan legislatif terdiri dari
revolusioner atas Dewan
berdirilah negara Perwakilan Rakyat
merdeka yang dan Dewan
bernama Republik Perwakilan Daerah
Indonesia. Sebagai yang gabungan
sebuah negara, keudanya
Republik Indonesia membentuk MPR.
memiliki Undang- Namun, mengingat
Undang Dasar 1945. wilayah negara
Berdasarkan Indonesia sangat
Undang-Undang besar dengan rentang
Dasar 1945 kerangka geografi yang luas
kenegaraan dan dan kondisi sosoal
sistem pemerintahan budaya yang
Republik Indonesia beragam, Undang-
diatur Dalam Undang Dasar 1945
Undang-Undang kemudian mengatur
Dasar 1945 perlunya
menegaskan bahwa pemerintahan daerah.
negara Indonesia Pasal 18 Undang-
adalah negara Undang Dasar 1945
kesatuan yang menegaskan bahwa
berbentuk republik. negara Indonesia
Ditegaskan pula dibagi dalam daerah
Indonesia adalah (provinsi) dan daerah
negara hukum yang kecil (kabupaten/kota
berkedaulatan rakyat. dan desa) yang
Dengan demikian, bersifat otonom,
negara Indonesia dengan
adalah negara mempertimbangkan
konsitusi, asal-usul daerah yang
bersendikan bersangkutan sebagai
demokrasi, dan keistimewaan.
berbentuk republik Dengan
kesatuan. Untuk demikian, dalam
menyelenggarakan sistem pemerintahan
negara Indonesia, Negara Republik
dibentuk lembaga Indonesia adanya

14
pemerintahan daerah pengertian
merupakan ketentuan pemerintah arti luas
konsitusi yang harus adalah mencakup
di wujudkan. aparatur negara yang
Pemerintah daerah meliputi semua
juga memiliki organ-organ, badan-
pengertian badan atau lembaga-
pemerintahan juga lembaga, alat
antara lain pengertian perlengkapan negara
pemerintah adalah yang melaksanakan
sistem untuk berbagai kegiatan
menjalankan untuk mencapai
wewenang dan tujuan negara.
kekuasaan dalam Pemerintahan
mengatur kehidupan dalam arti sempit
sosial, ekonomi dan adalah semua
politik, satu negara aktivitas, fungsi,
atau bagian- tugas dan kewajiban
bagiannya. yang dijalankan oleh
Pengertian lembaga untuk
pemerintah sendIri mencapai tujuan
adalah sekelompok negara. Pemerintah
orang yang secara dalam arti luas
bersama-sama adalah semua
memikul tanggung aktivitas yang
jawab terbatas, untuk terorganisasi yang
menggunakan bersumber pada
kekuasaan. kedaulatan dan
Pemerintahan kemerdekaan,
dalam arti luas berlandaskan pada
adalah semua dasar negara, rakyat,
mencakup aparatur atau penduduk dan
negara yang meliputi wilayah negara itu
semua organ-organ, demi tercapainya
badan atau lembaga, tujuan negara.
alat kelengkapan Pemerintahan juga
negara yang dapat didefinisikan
menjalankan dari segi struktural
berbagai aktivitas fungsional sebagai
untuk mencapai sebuah sistem
tujuan negara. struktur dan
Lembaga negara organisasi dari
yang dimaksud berbagai dari
adalah lembaga berbagai macam
eksekutif, legislatif, fungsi yang
dan yudikatif, dilaksanakan atas

15
dasar-dasar tertentu undang lainya yang
untuk mencapai mengatur tentang
tujuan negara. pemerintahan
b. Asas daerah, antara lain
Penyelenggaraan Undang-Undang
Pemerintah Daerah Nomor 1 Tahun
di Indonesia 1945, Undang-
Undang-Undang Undang Nomor 22
Nomor 28 Tahun Tahun 1984,
1999 tentang Undang-Undang
Penyelenggaraan Nomor 1 Tahun
Negara yang bersih 1957, Undang-
dan bebas dari Undang Nomor 18
korupsi, kolusi, dan Tahun 1965,
nepotisme, telah Undang-Undang
menetapkan Nomor 5 Tahun
beberapa asas 1974, dan terakhir
penyelenggaraan Undang-Undang
negara yang bersih Nomor 32 Tahun
tersebut. Asas umum 2004. Secara
penyelenggaraan subtansial undang-
negara berdasarkan undang tersebut
Undang-Undang mengatur tentang
Nomor 28 Tahun bentuk susunan
1999, meliputi asas penyelenggaraan
kepastian hukum, pemerintah daerah
asas tertib secara normative
penyelenggaran undang-undang
negara, asas tersebut telah
keterbukaan, asas mampu mengikuti
proporsionalitas, dan perkembangan
asas akuntabilitas. perubahan
kepemerintahan
c. Pemerintah Daerah daerah sesuai
di Indonesia zamannya. Secara
Pembentukan empiris undang-
pemerintah sesuai undang tersebut
dengan amanat Pasal dalam
18 Undang-Undang penyelenggaraan
Dasar Negara pemerintahan daerah
Republik Indonesia sebelum
Tahun 1945, telah diberlakukanya
melahirkan berbagai Undang-Undang
prodak udang- Nomor 22 Tahun
undang dan 1999, yakni Undang-
peraturan undang- Undang Nomor 5

16
Tahun 1974 dan tertentu yang khusus
Undang-Undang disediakan dan atau
sebelumnya diberikan oleh
memberikan pemerintah daerah
implementasi untuk kepentingan
terhadap kedudukan orang pribadi atau
dan peran formal badan.
kekuasaan eksekutif b. Ciri-Ciri Retribusi
lebih dominan dari Daerah
kekuasasan legislatif Ada beberapa
daerah. Dalam ciri yang melekat
Undang-Undang pada Retribusi
Nomor 5 Tahun Daerah yang saat ini
1974 dan Undang- dipungut di
Undang sebelumnya Indonesia, sebagai
memiliki berikut:
kewenangan yang 1. Retribusi
lebih besar dari pada merupakan
kedudukan DPRD pungutan yang
sebagai pelaksanaan dipungut
kekuasaasn legislatif. berdasarkan
Secara ekstrem dapat peraturan
dikatakan bahwa perundang-
kepala daerah tidak undangan.
dapat diberhentikan 2. Hasil
langsung penerimaan
oleh DPRD. Kepala retribusi masuk
Daerah tidak ke kas
bertanggung jawab pemerintah
sepenuhnya kepada daerah.
DPRD dan lama 3. Pihak yang
pelaksanaannya membayar
tugasnya hanya retribusi daerah
memberikan mendapatkan
pertanggungjawaban imbalan/balas
jasa secara
3. RETRIBUSI DAERAH langsung dari
a. Pengertian pemerintah
Retribusi daerah atas
Daerah pembayaran
Menurut Marihot P. yang
Siahaan, Retribusi dilakukannya.
Daerah adalah 4. Retribusi
pungutan daerah terutang apabila
sebagai pembayaran ada jasa yang
atas pemberian izin diselenggaraka

17
n oleh 2. Retribusi Jasa
pemerintah Usaha
daerah yang Retribusi
dinikmati oleh jasa usaha
orang atau yaitu retribusi
badan. atau jasa yang
5. Sanksi yang di disediakan
kenakan pada oleh
retribusi adalah pemerintah
sanksi secara daerah dengan
ekonomis, yaitu menganut
jika tidak prinsip
membayar komersial
retribusi, tidak karena pada
akan dasarnya
memperoleh disediakan
jasa yang oleh sektor
diselenggaraka swasta.
n oleh Pelayanan
pemerintah yang
daerah. disediakan
c. Jenis-Jenis oleh
Retribusi Daerah pemerintah
Penggolongan daerah dengan
jenis retribusi daerah menganut
berdasarkan Undang- prinsip
Undang Nomor 28 komersial
tahun 2009 dibagi meliputi
menjadi tiga yakni: pelayanan
1. Retribusi Jasa dengan
Umum menggunakan/
Retribusi memanfaatkan
jasa umum yaitu kekayaan
retribusi yang daerah yang
disediakan atau belum
diberikan oleh dimanfaatkan
pemerintah secara optimal
daerah untuk dan pelayanan
tujuan oleh
kepentingan dan pemerintah
kemanfaatan daerah
umum serta dapat sepanjang
dinikmati oleh belum di
orang pribadi atau sediakan
badan. secara

18
memadai oleh Retribusi Daerah
pihak swasta. merupakan salah
3. Retribusi sumber dari
Perizinan Pendapatan Asli
Tertentu Daerah (PAD) yang
Retribusi termasuk dalam
perizinan tertentu Anggaran
yaitu retribusi Pendapatan dan
atas kegiatan Belanja Daerah
tertentu (APBD).
pemerintah 4. Pengatur Kegiatan
daerah dalam Ekonomi Daerah
rangka pemberian Retribusi Daerah
izin kepada orang nantinya akan
pribadi atau digunakan sebagai
badan yang pengatur kegiatan
dimaksudkan ekonomi daerah.
untuk pembinaan,
pengaturan, 5. Stabilitas Ekonomi
pengendalian, dan Daerah
pengawas atau Suatu daerah akan
kegiatan menghadapi berbagai
pemanfaatan masalah dalam bidang
ruang, ekonomi, misalnya
penggunaan inflasi pengganguran,
sumber daya kesenjangan ekonomi,
alam, barang, dll. Dalam mengatasi
prasarana, sarana, masalah ini, retribusi
atau fasilitas daerah merupakan
tertentu guna modal penting untuk
melindungi membuat solusi seprti
kepentingan menciptakan lapangan
umum dan kerja, dan mengontrol
menjaga harga pasar.
kelestarian 2. Pemerataan dan
lingkungan. Pembangunan
d. Fungsi Pendapatan
Retribusi Daerah Masyarakat
Retribusi Apabila
memiliki fungsi yang beberapa fungsi
sangat penting sebelumnya teratasi
terhadap Pendapatan dengan baik, maka
Asli Daerah (PAD). pemerataan
1. Sumber pembangunan
Pendapatan terhadap pendapatan
Daerah masyarakat juga

19
dapat tercapai Retribusi Tempat Khusus
sehingga masalah Parkir di Kabupaten Sikka
seperti kesenjangan
sosial dan
pengangguran dapat Pada dasarnya retribusi
lebih terkontrol. merupakan salah satu bentuk
pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau
6. PEMUNGUTAN
pemberian izin tertentu yang
RETRIBUSI
khusus disediakan atau
a. Pengertian
diberikan oleh Pemerintah
Pemungutan
Daerah untuk kepentingan
Retribusi
Secara etimologi orang pribadi atau badan.
pemungutan berasal
dari kata Pungut yang PENUTUP
berarti menarik atau
mengambil. A. Kesimpulan
7. RETRIBUSI TEMPAT Berdasarkan data dan
KHUSUS PARKIR hasil penelitian yang telah
a. Pengertian Parkir dilakukan maka dapat
Pengertian parkir disimpulkan sebagai berikut:
menurut Kamus Besar 1. Pelaksanaan pemungutan
Bahasa Indonesia Retribusi Tempat Khusus
bahwa parkir adalah parkir di Kabupaten Sikka,
menghentikan atau jika dilihat dari penerimaan
menaruh (kendaraan mengalami fase naik turun
bermotor) untuk terhadap terget yang
beberapa saat ditempat ditentukan dalam
yang sudah disediakan. beberapatahun terakhir. Hal
tersebut disebabkan oleh
HASIL DAN adanya oknum yang tidak
PEMBAHASAN bertanggung jawab dengan
sengaja menjalankan tugas
A. Pelaksanaan Pemungutan sebagai petugas pemungut
Retribusi Tempat Khusus pajak retribusi parkir di
Parkir di Kabupaten Sikka Kabupaten Sikka, serta
kurang adanya pengawasan
1. Tata Cara Pemungutan lebih dari pihak pemerintah
Retribusi daerah.
Retribusi merupakan sumber 2. Faktor Penghambat dalam
penerimaan yang sudah Meningkatkan Pendapatan
umum bagi semua bentuk Dalam Pemungutan
pemerintah daerah. Retribusi Tempat Khusus
Parkir di Kabupaten Sikka
B. Faktor Penghambat ialah, ketersediaan fasilitas
Pelaksanaan Pemungutan sudah cukup memadai

20
namun kurangnya kesadaran pendapatan asli daerah
baik dari pihak masyarakat serta pembangunan
maupun pihak petugas dalam daerah.
melakukan pemungutan
retribusi parkir, serta kinerja
petugas pemungut retribusi DAFTAR PUSTAKA
parkir yang masih lalai
dalam melaksanakan Buku:
tugasnya, menyebabkan Amirudin dan Asikin, A. (2004).
peningkatkan Pendapatan Pengantar Metode Penelitian
Dalam Pemungutan Hukum, Jakarta: PT. Raja
Retribusi Tempat Khusus GrafindoPersada, hlm.133.
Parkir di Kabupaten Sikka
belum begitu efektif. Budiono. (2001). Perpajakan
Indonesia. Jakarta: Diadit
B. Saran Media.Grafika, Jakarta,
Setelah penulis 2018,hlm.14.
melakukan penelitian
mengenai Pelaksanaan Darwin, Pajak Daerah dan Retribusi
Pemungutan Retribusi Daerah, (Jakarta: Mitra
Tempat Khusus Parkir Dalam Wacana Media, 2010).
Rangka Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah Djafar Saidi, Pembaruan Hukum
Kabupaten Sikka Ditinjau Pajak , (Jakarta: PT. Raja
Dari Peraturan Daerah Nomor Grafindo Persada, 2007).
12 Tahun 2011 Tentang
Retribusi Jasa Usaha, maka Gadjong, A. S. A, Pemerintahan
peneliti mengemukakan Daerah Kajian Politik dan
beberapa saran sebagai Hukum, Bogor: Ghalia
berikut: Indonesia, 2007, hal 77-78.
1. Perlu adanya
peningkatan kinerja dari Haris, S. Membangun Format Baru
petugas pemungut Otonomi Daerah, Jakarta:
retribusi parkir dalam LIPI Press dan Obor,
menjalankan tugasnya. 2006,hal 161.
2. Perlu adanya sosialisasi
secara berkala dari Imam Soebechi, Judicial Review
pihak pemerintah dalam Perda Pajak dan Retribusi
hal ini Dinas Daerah, (Bandung Sinar
Perhubungan kepada Grafika, 2012).
masyarakat, agar
masyarakat dapat Indroharto. (1994). Asas-Asas
menyadari akan Umum Pemerintahan Yang
pentingnya pungutan Baik. Dalam P. E. Lotulung,
retribusi daerah dalam Himpunan Makalah Asas-
meningkatkan Asas Umum Pemerintahan

21
Yang Baik (hal. 65). Waluyo, Perpajakan Indonesia,
Bandung: Citra Aditya (Jakarta: Selemba Empat, 2007).
Bakti.Jakarta, 2007. hlm. 10.
Jurnal:
Kantaprawira, R. (1998). Hukum dan Media publications 42388-ID-
Kekuasaan. Yogyakarta: implementasi-kebijakan-
Universitas Islam Indonesia. retribusi-parkir-terhadap-
pad-pdf.
Nurcholis, H. (2005). Teori dan Nasir, M. S. (2019). Analisis
Praktek Pemberitahuan dan Sumber-Sumber Pendapatan
Otonomi Daerah. Jakarta: Asli Daerah Setelah Satu
PT.Grasindo.Obor, 2006. Dekade Otonomi Daerah.
hlm. 161. Jurnal Dinamika Ekonomi
Putri, M. E. (2015). Hukum Pajak Pembangunan, 2(1), 30-45.
dan Retribusi Daerah. Semarang: Usniversitas
Bandar Lampung: Anugrah Diponegoro.
Utama Raharja.

Rahayu, S. A. Pengantar Perundang-Undangan:


Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Dasar Negara
Kajian Teori, Hukum dan Republik Indonesia Tahun
Aplikasinya, Jakarta: Sinar 1945.
Grafika, 2018,hal 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Siahaan, M. P. (2010). Pajak Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun
dan Retribusi Daerah. 2009 Tentang Pajak Daerah
Jakarta: PT. Grasindo dan Retribusi Daerah.
Persada.
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
Soekanto dalam Nurhidayat 2006, 2011 Tentang Retribusi Jasa
Tingkat Kesadaran Hukum. Usaha.
Internet :
Suharizal, Muslim chaniago, Hukum http://sistempemerintahan-
Pemerintahan Daerah indonesia.blogspot.com/2013/0
Setelah Perubahan UUD 4/definisi-pemerintahan.html.
1945, Thafa Media:
Yogyakarta,2017, hlm.52. http://davidjuniarto.mywablog.com/a
sas-teritorial-asas-kebangsaan-
dan-asas.xhtml.
Sunarno, S. (2012). Hukum
Pemerintahan Indonesia. Jakarta: http://muzayyinahns.blogspot.com/2
Sinar Grafika. 012/11/pengertian-efektivitas-
dan-efisensi.html
Sutedi, A. (2008). Hukum Pajak Dari
Retribusi Daerah. Bogor: Ghalia http://dansite.wordpress.com/2009/0
Indonesia. 3/28/pengertian-efisiensi.

22
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerint
ahan-Daerah-di-Indonesia.
http://www.galeripustaka.com/2013/
05/pengertian-cara-dan-jenis-
parkir.html.
https://ardra.biz/topik/pengertian-
smiths-canon/. (diakses pada
tanggal 15 Desember 2022,
pukul 23:20).

https://eprints.umm.ac.id/42920/3/B
AB%2011. (diakses pada
tanggal 15 Desember 2022,
pukul 04:21).
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/han
dle.sequence. (diakses pada
tanggal 15 Desember 2022,
pukul 03:15).

https://jurnal.hukumonline.com/penu
lis/5cb49b9301fb73000e1c75
78/agussalim-andi-gadjong.
(Diakses pada tanggal 15
Desember 2022, pukul 01:29).

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/ga
luhjustisi/article/download/238/241.(
diakses pada tanggal 15
Desember 2022, pukul 00:45).

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/g
aluhjustisi/article/download/2
38/241. (diakses pada tanggal
15 Desember 2022, pukul
00:45).

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/g
aluhjustisi/article/download/2
38/241. (diakses pada tanggal
15 Desember 2022, pukul
00:45).

23

Anda mungkin juga menyukai