Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL

MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH


“Estimasi Pendapata Asli Derah Kabupaten Kupang”

Dosen pengampu : Hapsa Usman, SE., MM

Nama : Engly B. Mangi


Nim : 1923755252
Kelas : VAD4

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


POLITEKNIK NEGRI KUPANG
2020/2021
ABSTRAK

PAD (Pendapatan Asli Daerah) merupakan Pendapatan Asli Daerah yang bersumber

dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan

daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menggali

pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Untuk

meningkatkan PAD dan menunjang kegiatan pemerintahan serta pembangunan nasional

diperlukan anggaran dari pemerintah daerah, salah satunya dari sekto pajak daerah.

Adapun Data yang dibutuhkan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik dan

instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Pendapatan dan Sekretaris Daerah Bagian Anggaran.

Hipotesis penelitian ini antara lain mengukur efisiensi, efektivitas, elastisitas PAD dan matrik

potensi PAD. Penelitian ini juga menganalisis kontribusi PAD terhadap penerimaan Anggaran

Pendapatan dalam keuangan daerah Kabupaten KUPANG dengan melihat seberapa besar

kontribusi PAD terhadap APBD, serta menganalisis prospek penerimaan PAD lima tahun ke

depan.

Pelaksanaan APBD Kabupaten Kupang masih melakukan upaya-upaya dalam

meningkatkan jumlah pendapatan di daerahnya untuk memenuhi pengeluaran operasional dan

untuk menggerakkan pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan publik. Belanja

daerah Kabupaten Kupang masih harus disesuaikan lagi dengan skala prioritas pembangunan

bukan hanya berfokus pada belanja pegawai tetapi seperti pembagunan saran dan prasarana

untuk publik.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber keuangan yang
dimiliki oleh daerah. Pendapatan berasal dari berbagai komponen seperti pajak daerah, retribusi
daerah, laba BUMD dan pendapatan lain-lain yang sah. PAD diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber keuangan yang dapat dihandalkan dalam penyelengaraan otonomi daerah. Dalam
penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah daerah harus benar-benar menggali semaksimal
mungkin potensi-potensi pendapatan di daerahnya. Sehingga, dalam pelaksanaanya tidak
mengalami permasalahan yakni dalam hal pembiayaan. Pendapatan Asli Daerah berasal dari
beberapa hasil penerimaan daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah
termasuk didalamnya pendapatan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah. Hasil penerimaan
ini, daerah memiliki kekuasaan penuh dalam penggunaanya untuk menyelenggarakan pemerintah
dan pembangunan daerah. Pendapatan Asli Daerah berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah
yaitu pajak daerah, retribusi daerah dan laba perusahaan daerah termasuk di dalamnya pendapatan
lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah (Handoko, 2012).
Dalam rangka menganalisis kemampuan keuangan daerah, perlu diperhatikan
ketentuan dasar mengenai sumber-sumber penghasilan dan pembiayaan daerah berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2004 (Dewi,
2002). Pengelolaan keuangan daerah penting dilakukan terutama pada daerah otonom. Kabupaten
Ponorogo sabagai daerah otonom dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal
penggalian dan pengelolaan keuangan daerah. besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat
menetukan tingkat perkembangan otonomi suatu daerah. Salah satu komponen Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang menjadi andalan adalah penerimaan dari retribusi daerah. salah satu jenis
penerimaan daerah yaitu retribusi pasar di Kabupaten Ponorogo.
Menurut Irawan (2014) realisasi penerimaan retribusi pasar dari target yang
ditentukan telah tercapai walaupun prosentase kenaikannya mengalami penurunan, sedangkan
kontribusi Retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ponorogo ditahun
2011-2013 adalah tidak efektif. Hal tersebut belum tentu sama dengan kondisi saat ini, maka
perlu adanya analisis pada tahun-tahun terakir.
Siahaan (2013) Menyatakan Bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebut
retribusi adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus di sediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Hasil penelitian Handoko (2012) memberikan bukti, Perkembangan retribusi
pasar daerah di Kabupaten Pemalang selama periode tahun 2007-2011, yaitu: Realisasi
penerimaan retribusi pasar daerah selalu mencapai target yang ditetapkan, dengan rata-rata
pencapaian sebesar 103,65%. Keberhasilan pencapaian target dipengaruhi oleh dua faktor.
Pertama, faktor internal (dinas) melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan. Kedua,
faktor eksternal disebabkan dari segi masyarakat dan dari segi ekonomi. Efisiensi penerimaan
retribusi pasar daerah dinyatakan berhasil dengan nilai rata-rata sebesar 4,75%. Pencapaian
efisien mengindikasikan adanya keberhasilan kinerja dinas pengelolaan pasar daerah dalam
memungut retribusi. Dimana biaya operasional yang digunakan untuk memungut retribusi tidak
lebih besar 5% dari total penerimaan.
Retribusi pasar daerah sebagai sumber pembiayaan otoda selama periode tahun
2007-2011 kontribusinya masih rendah/kecil sesuai kriteria ukur kontribusi. Rata-rata kontribusi
sebesar 4,48%, kondisi tersebut dikarenakan belum dioptimalkanya sisi penerimaan dari retribusi
pasar daerah. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian Mosal (2013) mengenai kontribusi pajak
parkir di kota Manado tahun 2008-2012 menunjukkan bahwa hasil analisis kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado tahun anggaran 2008-2012 dapat di simpulkan
kontribusinya sangat kurang.
Penelitian Laksmi dan Supadmi (2014) mengenai efektifitas pemungutan retribusi
daerah di Kabupaten Gianyar menunjukkan tingkat efektivitas Pemungutan Pendapatan Asli
Daerah yang diukur dengan rasio efektivitas di Kabupaten Gianyar dari tahun 2009-2013
tergolong sangat efektif. Tingkat kontribusi Pendapatan Asli Daerah pada Pendapatan Daerah dari
tahun 2009 dan 2010 dikategorikan kurang baik, dari tahun 2011-2013 digolongkan 4 katagori
sedang, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan agar tahun berikutnya lebih besar. Hal ini
dikuatkan oleh hasil penelitian Putra Dkk (2014) mengenai efektifitas penerimaan retribusi
daerah Kota Blitar menunjukkan Efektivitas penerimaan retribusi daerah Kota Blitar selama
periode 2008-2012 mengalami kenaikan dan penurunan dengan rata-rata persentase sebesar
97,77%. Pada tahun terakhir (2012) penerimaan retribusi daerah dari jenis retribusi jasa umum
dan retribusi jasa usaha mengalami penurunan persentase efektifitas, sedangkan pada retribusi
perizinan tertentu mengalami kenaikan persentase efektifitas.
Retribusi Pasar Sebagai salah satu sumber pendapatan reribusi daerah, pemerintah
diharapkan dapat menggali potensi retribusi pasar semaksimal mungkin sebagai sumber keuangan
penyelenggaraan pembangunan daerah. Pasar adalah salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk
melakukan kegiatan ekonomi. Dengan adanya pasar akan terjadi suatu perputaran uang yang
menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat di Kabupaten Kupang.
Halim (2009) bahwa efektifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektifitas ini lebih berorientasi kepada
keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila
efisiensi dikaitkan dengan efektifitas maka walaupun terjadi peningakatan efektifitas belum tentu
efisiensi meningkat. Sedangkan menurut Mardiasmo (2011) menjelaskan bahwa efektivitas 5
menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome (hasil) dengan output (target).
Menurut Halim (2004) Kontribusi retribusi adalah seberapa besar pengaruh atau
peran serta penerimaan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), dapat dikatakan
juga kontribusi retribusi daerah adalah seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari
penerimaan retribusi daerah terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui Retribusi Daerah: 1. Intensifikasi Menurut Halim
(2004) Intensifikasi merupakan suatu tindakan atau usaha untuk memperbesar penerimaan dengan
cara melakukan pemungutan yang lebih giat, ketat dan teliti. 2. Ekstensifikasi Menurut Halim
(2004) Ekstensifikasi merupakan usaha untuk menggali sumber pendapatan asli daerah yang baru,
baik yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Kupang Kupang ?
2. Bagaimana Peningkatan dan Penurunan PAD Di Kabupaten Kupang?

C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahu Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kupang.
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana peningkatan dan penurunan PAD di kabupaten
Kupang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. LANDASAN TEORI
A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pengertian PAD
Penerimaan daerah adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan
aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran
bersangkutan. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber penerimaan saerah yang
mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Pedapatan asli daerah adalah pendapatan
yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah
daerah. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh
karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang
diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang dapat
diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan
pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah daerah.
Pendapatan asli daerah hanya merupaka salah satu komponen sumber penerimaan
keuangan negara di samping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan, pinjaman daerah
dan lain-lain penerimaan yang sah juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan
sebagai sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Keseluruhan bagian
penerimaan tersebut setiap tahun tercermin dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Meskipun pendapatan asli daerah tidak seluruhnya dapat membiayai APBD, sebagaimana di
katakana oleh Santoso (1995 : 20) bahwa proporsi PAD terhadap total penerimaan tetap
merupakan indikasi keuangan suatu pemerintahan daerah.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan
secara maksimal, namun tentu saja dalam perundang-undangan yang berlaku khususnya
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan 8 di daerahnya
mealui pendapatan asli daerah. Tuntutan peningkatan pendapatan asli daerah semakin besar
seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah
itu sendiri.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1, pendapatan asli daerah
(PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Suhanda (2007 : 156) pendapatan asli
daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayah
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah.
Menurut Halim (2007 : 96) pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan asli daerah bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan pedapatan lain asli daerah yang sah.
Menurut Nurcholis (2007 : 182) pedapatan asli daerah adalah pendapatan yang
diperoleh dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah dan lain-
lain yang dah.
Menurut Fauzan (2006 : 235) pendapatan asli daerah adalah sebagi sumber
pembiayaan pemerintah daerah, PAD dapat dihasilkan melalui beberapa sumber penerimaan
terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lainlain pendapatan asli daerah yag sah.
Menurut Mardiasmo (2002 : 132) pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang
diperoleh dan penerimaan sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah, hasi pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang disahkan.

b. Sumber-Sumber PAD
Peningkatan PAD mutlak harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar mampu untuk
membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah 9 pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Dalam
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada bab V (lima) nomor 1 (satu) disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah bersumber dari :
1. Pajak Daerah
Menurut UU No 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan UU No 28 Tahun
2009 pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa sebagai berikut :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Peneranagn Jalan
f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Pajak Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan
Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah mempunyai peranan
ganda yaitu :
1. Sebagi sumber pendaatan daerah
2. Sebagai alat pengatur
2. Retribusi Daerah
Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, malelui UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009. Dengan UU
ini dicabut UU Nomor 18 Tahun 1997, sebagaimana sudah diubah dengan UU
Nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan 10 retribusi daerah yang
baru disatu sisi memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber
pendapatan baru, namun disisi lain ada beberapa sumber pedapatan asli daerah
yang harus dihapus karena tidak boleh lagi dipungut oleh daerah, terutama
berasal dari retribusi daerah. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara
keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang
dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu :
a. Retribusi Jasa Umum Pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta data dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Retribusi Jasa Usaha Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribad atau badan.
c. Retribusi Perizinan Tertentu Pungutan daerah sebagai pembayaran atas
pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengklasifikasikan jenis
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup :
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah / BUMD.
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara / BUMN 3.
Bagian laba atas penyertaan modal perusahaan milik swasta maupun kelompok
masyarakat.
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menjelaskan Pendapatan Asli
Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang
tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Pendanaan ini juga merupakan penerimaan daerah yang berasal
dari lain-lain milik pemerintah daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
mengklasifikasikan yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah
meliputi :
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan,
pengadaan barang ataupun jasa oleh pemerintah.

c. Tujuan dan Fungsi PAD


Salah satu pendapatan daerah adalah berasal dari pendapatan asli daerah. Dana-dana
yang bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut merupakan salah satu faktor
penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah untuk membiayai belanja rutin serta
biaya pembangunan daerah, dan juga merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyak-
banyakynya ke kas daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, serta
untuk mengatur dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu
dalam hal ini tidak terlepas dari adanya badan yang menangani atau yang diberi tugas
untuk mengatur hal tersebut (Yovita : 2011).
Sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah di dalam pelaksanaan
otonomi daerah lebih penting dibandingkan dengan sumbersumber diluar pendapatan asli
daerah, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan
inisiatif daerah sedangkan 12 bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih
terikat. Adanya penggalian dan peningkatan pendapatan asli daerah diharapkan
pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan
urusan daerah. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh
daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan
kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari
pemerintah tingkat atas (subsidi). Hal ini berarti usaha peningkatan pendapatan asli
daerah seharusnya dilihat dari perspektif yang lebih luas tidak hanya ditinjau dari segi
daerah masing-masing tetapi dalam kaitannya dengan kesatuan perekonomian Indonesia.
Pedapatan asli daerah itu sendiri dianggap sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan
dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh
daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan pendapatan
tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif. Penelitian ini berusaha untuk
mendapatkan gambaran mengenai kontribusi retribusi daerah dan pajak daerah dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Kupang

B. OBJEK PENELITIAN
Penelitian ini mengambil obyek keuangan dari Dinas Retribusi Daerah dan Dinas Pengelola
Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Pemerintah Kabupaten Kupang.

C. SUMBER DAN JENIS DATA


1. SUMBER DATA
Data ini merupakan data internal yaitu berupa laporan keuangan pemerintah daerah
yang meliputi jumlah penerimaan masing-masing komponen PAD serta laporan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah diperiksa/ diaudit oleh
BPK dan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH)-nya telah dipublikasi.
2. JENIS DATA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa
laporan keuangan pemerintah daerah yang meliputi jumlah penerimaan masing-
masing komponen PAD penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, Pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah serta APBD yang ada di dalam Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) tahun anggaran 2018-2020

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Dokumentasi. Dokumentasi
dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengkopi dokumen yaitu : komponen-
komponen Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Kupang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH DAERAH


1. SEJARAH SINGKAT DINAS PEMDA KOTA KUPANG

Badan Keuangan Daerah Kota Kupang awalnya berdiri dengan nomenklatur Dinas Pendapatan
Daerah Kota Kupang, yang selanjutnya disingkat Dispenda Kota Kupang, merupakan entitas
Koordinator dan Pengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kupang. Dinas ini awalnya
terbentuk berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor KUPD.
7/12/A-101 Tahun 1978. Awalnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang berstatus sebagai
Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang dan dalam tugasnya melakukan
kegiatan penagihan Pendapatan Asli Daerah dan IPEDA pada tahun 1980 s/d 1992 Nama IPEDA
diubah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang saat itu masih bergabung dengan Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Kupang. Selanjutnya status Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota
Administratif Kupang diganti menjadi Cabang Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif
Kupang pada tahun 1983 s/d 1996 yang dalam tugasnya menangani penagihan PAD dan PBB dari
tahun 1992 s/d saat ini. Cabang Dinas diganti nama lagi menjadi Dinas Pendapatan Kota Madya
Kupang pada tahun 1996 s/d 1998 diganti menjadi Dispenda Kota Kupang tahun 1998 s/d 2008
diganti lagi menjadi Dispenkeu Kota Kupang pada tahun 2008 s/d Maret 2014 s/d Desember 2016
menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang dan diganti nama Dispenda menjadi Badan
Keuangan Daerah Kota Kupang yang tetap dalam menangani dana kepengurusan APBD dan
pendapatan Asli Daerah, Keuangan serta Aset lainya.
Sejak pembentukan kota Administratif Kupang menjadi Kotamadya Daerah Tingkat
II Kupang sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 maka dibentuklah Dinas Pendapatan
Daerah Kota Kupang dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I NTT Nomor
20 Tahun 1996. Pada perkembangannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Kota
Kupang Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan
Lembaga Teknik Daerah Kota Kupang, diubah lagi dengan Perda No.06 tahun 2008 tantang
Organisasi dan Tata Laksana Dinas-Dians dan diubah lagi dengan Perda No. 04 tahun 2013
sekaligus memberi Porsi Tanggung Jawab Dalam Pengumutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dan PAD di wilayah Kota Kupang yang bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kupang.
Selanjutnya pada tahun 2013 PBB-P2 dialihkan menjadi Pajak Daerah Kota Kupang
sampai sekarang. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Kupang telah
diubah menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang di Kepalai oleh Jeffry Edward Pelt,
SH dari tanggal 13 maret 2014 sampai tanggal 31 Desember2016berdasarkan Perwali No 07
tahun 2016 Tentang pembentukan Badan Keuangan Daerah, Dispenda diubah menjadi Badan
Keuangan Daerah Kota Kupang (BKD) pada tanggal 09 januari 2017 dengan Nomor: 57 tahun
2017 karna 3 instansi yang dimerjer yaitu, Dispenda, Keuangan dan Aset di Kepalai Oleh Bapak.
Jeffry Edward Pelt, SH dan sedang melaksanakan beberapa kegiatan besar tiap tahun antara lain:
Pekan Pelayanan PBB-P2, Sosialisasi Perda tentang pajak dan retribusi Daerah, Keuangan, PBB
dan BPHTB, Akuntansi dan Aset, dan Komputerisasi Sistim Perpajakan memakai sistem online
dan manual.

2. VISI DAN MISI DINAS PENDAPATAN KABUPATEN KUPANG


A. Visi
“Menjadi koordinator dan pengelola pungutan yang handal dalam menggali dan menetapkan
sumber – sumber pendapatan asli daerah yang meningkat secara signifikan serta mewujudkan
pengelolaan keuangan yang baik, sehingga mampu mendukung penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan beribawa untuk terwujudnya masyarakat kota yang cerdas ,
beradab, bebudaya, sejahtera dan berdaya saing”.

B. Misi
Untuk mewujudakan visi di atas dispenkeu kota kupang merumuskan bebrapa misi antara lain
yaitu :
1. Mengoptimalkan sumber–sumber pendapatan secara intensif, koordinatif dan
berkesinambungan.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur yang memadai. 3. Menigkatkan
kesadaran wajib pajak dan retribusi dari warga masyarakat Kota Kupang. 4. Memberikan
pelayanan prima di bidang perpajakan.
3. TUGAS DAN FUNGSI POKOK KANTOR
Tugas Pokok dan Fungsi Pokok Berdasarkan Keputusan Walikota Kupang Nomor
226/KEP/HK/2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi BADAN keuangan Daerah (BKD) Kota
Kupang yang merupakan penjabaran dari Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 06 Tahun
2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota
Kupang, maka secara jelas digariskan bahwa tugas pokok dan fungsinya adalah:
1. Tugas Pokok
Membantu Walikota Kupang dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah
dibidang pendapatan dan keuangan serta melaksanakan tugas – tugas lain yang
diserahkan oleh Walikota Kupang.
2. Fungsi Kantor
1) Merumuskan Kebijakan Teknis dibidang Pendapatan dan Keuangan Daerah.
2) Pembinaan Terhadap UPTD di Bidang Pendapatan.
3) Pengelolaan Urusan Ketatausahaan Dinas.

Berdasarkan Tugas Pokok dan fungsi tersebut maka Dinas Pendapatan dan Aset Daerah adalah
Instansi yang melaksanakan fungsi sebagai berikut :
1. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan, koordinasi
teknis dan tugas – tugas lainnya yang diserahkan oleh Kepala Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
2. Melakukan pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta
pendapatan lain-lain daerah. 49
3. Membantu melakukan pekerjaan pendataan obyek dan subyek pajak bumi dan bangunan
(PBB) yang dilaksanakan oleh direktorat jenderal pajak/direktorat PBB dalam hal
menyampaikan dan menerima kembali surat pemberitahuan obyek pajak (SPOP) wajib pajak.
4. Melakukan penetapan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah.
5. Membantu melakukan penyampaian surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT), surat
ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak (STP) dan sarana admnistrasi PBB lainnya yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, kepada Wajib Pajak serta membantu
menyampaikan Daftar Himpunan Pokok Pembayaran (DHPP) PBB yang dibuat oleh
Direktorat Jenderal Pajak kepada petugas Pemungut PBB yang ada dibawah pengawasan.
6. Melakukan Pembukuan dan Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran Pajak Daerah,
Retribusi Daerah serta Pendapatan Lain – lain.
7. Melakukan koordinasi dan Pengawasan atas pekerjaan penagihan Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Pendapatan Asli Daerah lainnya, serta penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang
dilimpahkan oleh Menteri Keuangan kepada Daerah.
8. Melakukan Tugas Perencanaan Pengendalian Operasional dibidang Pendataan, Penetapan dan
Penagihan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah.
9. Melakukan Penyuluhan mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah
lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan.
10. Menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) Daerah kota Kupang berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kupang dan Kebijakan Kepala
Daerah.
11. Merumuskan bahan kebijakan dan petunjuk teknis penyelenggaraan keuangan yang meliputi
pengelolaan, pembukuan dan pengawasan, perencanaan dan anggaran, perbendaharaan dan
verifikasi untuk mewujudkan penyelenggaraan keuangan yang baik.
12. Menyiapkan bahan penyusunan LKPJ, LPPD dan Laporan Kinerja Kepala Daerah dibidang
keuangan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk digunakan sebagai bahan
pertanggung jawaban pelaksanaan kinerja
4. SUSUNAN ORGANISASI BADAN KEUANGAN DAERAH (BKD) KOTA KUPANG
Susunan Orgaisasi Badan Keuangan (BKD) Daerah Kota Kupang yang terdiri dari:
a) Kepala Dinas;
b) Sekretariat :
1. Sub bagian Perencanaan, Evaluasi dan pelaporan
2. Sub bagian Umum dan Kepegawaian
3. Sub bagian Keuangan dan Perlengkapan
c) Bidang Pajak Dan Retribusi Daerah
1. Kepala Sub Bidang Pendataan Dan Pendaftaran
2. Kepala Sub BidangPerhitungan Dan Penetapan
3. Kepala Sub Bidang Penagihan ,Monitoring Dan Pelaporan
d) Bidang PBB DAN BPHTB
1. Kepala Sub Bidang Pendataan Dan Pendaftaran
2. Kepala Sub Bidang Pengelolaan Data, Penilaian, Perhitungan
3. Kepala Sub Bidang Penetapan Dokumentasi Dan Pelaporan
e) Bidang Pengawasan Dan Pengendalian
1. Kepala Sub Bidang Pengawasan Dan Verifikasi
2. Kepala Sub Bidang Keberatan Dan Angsuran
3. Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Peraturan Perundang-Undangan
f) Bidang Anggaran
1. Kepala Sub Bidang Penyusunan Anggaran Pendapatan, Belanja Tidak Langsung
Dan Pembiayaan
2. Kepala Sub Bidang Penyusunan Anggaran Belanja Langsung
3. Kepala Sub Bidang Pengelolaan Bantuan Daerah
g) Bidang Perbendaharaan
1. Kepala Sub Bidang Penerimaan
2. Kepala Sub Bidang Pengeluaran Belanja Tidak Langsung
3. Kepala Sub Bidang Belanja Langsung
h) Bidang Akuntansi dan Aset
1. Kepala Sub Bidang Pelaporan Keuangan
2. Kepala Sub Bidang Pencatatan Aset
3. Kepala Sub Bidang Pemanfaatan Aset
i) Kelompok jabatan fungsional
j) UPT

B. HASIL PENELITIAN
Pertama, berdasarkan analisis deskriptif, Kabupaten/Kota di Provinsi yang memiliki PAD
tertinggi adalah Kota Kupang dan yang terendah adalah kabupaten Malaka. Daerah yang
mendapatkan DAU yang tertinggi adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan yang terendah adalah
Kabupaten Malaka. Daerah yang memiliki Belanja Langsung tertinggi adalah Kabupaten Kupang dan
yang terendah adalah Kabupaten Malaka. Kedua, Hasil analisis inferensial, secara parsial PAD
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Langsung pada Pemerintah ssKabupaten/Kota di
Provinsi NTT, dengan nilai signifikan 0,001<0,05 dan DAU berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Belanja Langsung pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, dengan nilai
signifikan 0,000<0,05. Hasil pengujian secara simultan PAD dan DAU berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja Langsung pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, ditunjukan
dengan nilai signifikan 0,000<0,05. Koefisien determinasi adalah 0,391 yang merupakan kontribusi
dari kedua variabel independen yaitu PAD (X1) dan DAU (X2) dapat disimpulkan bahwa
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen masih sangat terbatas.
Sedangkan sisanya 60.9% dijelaskan oleh variabel lain yang terdapat diluar model ini.
Tabel 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN 2017 KABUPATEN
KUPANG
Uraian Jumlah (Rp) Bertambah/Berkurang
RealisasiAnggaran Realisasi (Rp) (%)
Setelah Perubahan
PENDAPATAN 1,208,804,100,729.30 1,141,043,758,854.62 -67,760,341,874.68 94.39
PENDAPATAN ASLI 142,012,329,803.30 119,098,060,635.33 -22,914,269,167.97 83.86
DAERAH
Pendapatan Pajak 14,705,633,554.00 18,846,718,341.00 4,141,084,787.00 128.16
Daerah
Pendapatan Retribusi 14,042,797,532.00 5,797,929,674.00 -8,244,867,858.00 41.29
Daerah
Pendapatan Hasil 15,728,041,344.00 15,728,041,344.00 0.00 100.00
Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan
lain-lain Pendapatan Asli 97,535,857,373.30 78,725,371,276.33 -18,810,486,096.97 80.71
Daerah yang Sah
DANA 908,016,520,000.00 868,290,193,863.00 -39,726,326,137.00 95.62
PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak/Bagi 12,515,433,000.00 9,640,846,684.00 -2,874,586,316.00 77.03
Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum 674,899,674,000.00 674,899,674,000.00 0.00 100.00
Dana Alokasi Khusus 220,601,413,000.00 183,749,673,179.00 -36,851,739,821.00 83.29
LAIN-LAIN 158,775,250,926.00 153,655,504,356.29 -5,119,746,569.71 96.78
PENDAPATAN YANG
SAH
Pendapatan Hibah 0.00 0.00 0.00 0.00
Dana Bagi Hasil Pajak 30,468,370,926.00 25,348,624,356.29 -5,119,746,569.71 83.20
dari Provinsi dan
Pemerintah Daerah
Lainnya
Dana Penyesuaian dan 128,306,880,000.00 128,306,880,000.00 0.00 100.00
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari 0.00 0.00 0.00 0.00
Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya
Pendapatan Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.00
BELANJA 1,308,488,834,696.00 1,220,116,670,345.00 -88,372,164,351.00 93.25
BELANJA TIDAK 677,825,139,777.00 657,419,675,386.00 -20,405,464,391.00 96.99
LANGSUNG
Belanja Pegawai 465,912,167,642.00 453,517,711,251.00 -12,394,456,391.00 97.34
Belanja Hibah 7,788,857,000.00 7,725,257,000.00 -63,600,000.00 99.18
Belanja Bantuan Sosial 645,000,000.00 200,000,000.00 -445,000,000.00 31.01
Belanja Bagi Hasil 560,000,000.00 560,000,000.00 0.00 100.00
Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
Belanja Bantuan 200,419,115,135.00 193,219,115,135.00 -7,200,000,000.00 96.41
Keuangan Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 2,197,592,000.00 -302,408,000.00 87.90
BELANJA 630,663,694,919.00 562,696,994,959.00 -67,966,699,960.00 89.22
LANGSUNG
Belanja Pegawai 44,869,414,500.00 39,639,226,000.00 -5,230,188,500.00 88.34
Belanja Barang dan Jasa 335,288,267,116.00 309,374,853,857.00 -25,913,413,259.00 92.27
Belanja Modal 250,506,013,303.00 213,682,915,102.00 -36,823,098,201.00 85.30
SURPLUS/DEFISIT -99,684,733,966.70 -79,072,911,490.40 20,611,822,476.30 79.32
PEMBIAYAAN 0.00 0.00 0.00 0.00
DAERAH
PENERIMAAN 109,684,733,966.41 111,449,043,423.72 1,764,309,457.31 101.61
PEMBIAYAAN
DAERAH
Sisa Lebih Perhitungan 108,184,733,966.41 110,520,303,533.72 2,335,569,567.31 102.16
Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya
Pencairan Dana 0.00 0.00 0.00 0.00
Cadangan
Penerimaan Piutang 0.00 0.00 0.00 0.00
Daerah
Penerima Kembali 1,500,000,000.00 928,739,890.00 -571,260,110.00 61.92
Penyertaan Modal (
Investasi) Daerah
PENGELUARAN 10,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0.00 100.00
PEMBIAYAAN
DAERAH
Pembentukan Dana 0.00 0.00 0.00 0.00
Cadangan
Penyertaan Modal 10,000,000,000.00 10,000,000,000.00 0.00 100.00
(Investasi) Pemerintah
Daerah
PEMBIAYAAN 99,684,733,966.40 101,449,043,424.00 1,764,309,457.60 101.77
NETTO
SISA LEBIH -0.29 22,376,131,933.30 22,376,131,933.59 -7,715,907,563,206.90
PEMBIAYAAN
ANGGARAN TAHUN
BERKENAAN
Tabel 2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN 2018
Uraian Jumlah (Rp) Bertambah/Berkurang
RealisasiAnggaran Realisasi (Rp) (%)
Setelah Perubahan
PENDAPATAN 1,489,939,589,046.26 1,442,207,545,914.25 -47,732,043,132.01 96.80
PENDAPATAN ASLI 85,244,781,020.12 66,182,995,394.25 -19,061,785,625.87 77.64
DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 17,291,250,000.00 15,639,947,591.00 -1,651,302,409.00 90.45
Pendapatan Retribusi Daerah 11,722,104,665.00 6,806,148,825.00 -4,915,955,840.00 58.06
Pendapatan Hasil Pengelolaan 15,579,962,678.00 15,579,962,678.00 0.00 100.00
Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah 40,651,463,677.12 28,156,936,300.25 -12,494,527,376.87 69.26
yang Sah
DANA PERIMBANGAN 986,201,808,000.00 961,319,841,490.00 -24,881,966,510.00 97.48
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil 12,501,870,000.00 9,531,467,594.00 -2,970,402,406.00 76.24
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum 681,370,762,000.00 681,370,762,000.00 0.00 100.00
Dana Alokasi Khusus 292,329,176,000.00 270,417,611,896.00 -21,911,564,104.00 92.50
LAIN-LAIN PENDAPATAN 418,493,000,026.14 414,704,709,030.00 -3,788,290,996.14 99.09
YANG SAH
Pendapatan Hibah 50,342,000,000.00 49,854,490,000.00 -487,510,000.00 99.03
Dana Bagi Hasil Pajak dari 25,023,079,426.14 22,969,226,607.00 -2,053,852,819.14 91.79
Provinsi dan Pemerintah Daerah
Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi 136,520,446,000.00 136,520,446,000.00 0.00 100.00
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi 206,607,474,600.00 205,360,546,423.00 -1,246,928,177.00 99.40
atau Pemerintah Daerah Lainnya
Pendapatan Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.00
BELANJA 1,530,830,517,063.60 1,277,942,013,191.00 -252,888,503,872.60 83.48
BELANJA TIDAK 728,233,293,831.56 686,925,802,133.00 -41,307,491,698.56 94.33
LANGSUNG
Belanja Pegawai 479,174,006,731.56 450,208,681,417.00 -28,965,325,314.56 93.96
Belanja Hibah 38,036,812,500.00 28,758,567,325.00 -9,278,245,175.00 75.61
Belanja Bantuan Sosial 2,355,000,000.00 2,046,700,072.00 -308,299,928.00 86.91
Belanja Bagi Hasil Kepada 560,000,000.00 551,306,896.00 -8,693,104.00 98.45
Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Desa
Belanja Bantuan Keuangan 206,607,474,600.00 205,360,546,423.00 -1,246,928,177.00 99.40
Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga 1,500,000,000.00 0.00 -1,500,000,000.00 0.00
BELANJA LANGSUNG 802,597,223,232.04 591,016,211,058.00 -211,581,012,174.04 73.64
Belanja Pegawai 459,625,460,000.00 42,292,928,450.00 -417,332,531,550.00 9.20
Belanja Barang dan Jasa 297,009,217,232.04 274,361,641,304.00 -22,647,575,928.04 92.37
Belanja Modal 45,962,546,000.00 274,361,641,304.00 228,399,095,304.00 596.92
SURPLUS/DEFISIT -40,890,928,017.34 164,265,532,723.25 205,156,460,740.59 -401.72
PEMBIAYAAN DAERAH 0.00 0.00 0.00 0.00
PENERIMAAN 24,376,131,933.34 22,898,559,700.34 -1,477,572,233.00 93.94
PEMBIAYAAN DAERAH
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 22,376,131,933.34 22,375,271,350.34 -860,583.00 100.00
Tahun Anggaran Sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan 1,000,000,000.00 261,644,175.00 -738,355,825.00 26.16
Penerimaan Piutang Daerah 1,000,000,000.00 261,644,175.00 -738,355,825.00 26.16
Penerima Kembali Penyertaan 0.00 0.00 0.00 0.00
Modal ( Investasi) Daerah
PENGELUARAN 0.00 0.00 0.00 0.00
PEMBIAYAAN DAERAH
Pembentukan Dana Cadangan 0.00 0.00 0.00 0.00
Penyertaan Modal (Investasi) 0.00 0.00 0.00 0.00
Pemerintah Daerah
PEMBIAYAAN NETTO 24,376,131,933.34 22,898,559,700.34 -1,477,572,233.00 93.94
SISA LEBIH PEMBIAYAAN -16,514,796,084.00 187,164,092,423.59 203,678,888,507.59 -1,133.31
ANGGARAN TAHUN
BERKENAAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan
dana alokasi khusus pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut:
1. Secara simultan, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan
sisa lebih pembiayaan anggaran berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada
Kabupaten dan Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Secara Parsial, Pendapatan asli daerah berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
belanja modal pada Kabupaten dan Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3. Secara Parsial, Dana alokasi umum berpengaruh Negatif tidak signifikan terhadap belanja
modal pada Kabupaten dan Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
4. Secara Parsial, Dana alokasi khusus berpengaruh positif signifikan terhadap belanja
modal pada Kabupaten dan Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
5. Secara Parsial, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap
belanja modal pada Kabupaten dan Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini kepada Pemerintah Daerah,
Dinas Pendapatan Daerah, dan peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini yaitu :
1. Pemerintah Daerah di tiap kota harus terus mengevaluasi dan meningkatkan kinerja
aparat dalam menggali secara lebih intensif penerimaan Pajak Daerah agar penerimaan
Pajak Daerah dapat terus meningkat setiap tahunnya.
2. Pemerintah Daerah di tiap kota harus mampu menggali sumber-sumber penerimaan
daerah dari sektor lain seperti Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan, dan PAD Lain-Lain yang Sah sehingga pemerintah tidak hanya semata-
mata mengandalkan penerimaan dari sektor perpajakan khususnya Pajak Daerah.
3. Penentuan target penerimaan pajak seharusnya menggunakan perhitungan yang matang
agar saat pencapaian realisasi tidak terlalu terpaut jauh dan terkesan sulit untuk mencapai
target tersebut.
4. Dinas Pendapatan Daerah di tiap kota sebaiknya memberikan penyuluhan atau sosialisasi
terhadap Wajib Pajak atau perusahaan tentang pentingnya pembayaran pajak guna
pembangunan daerah dan mencegah kelalaian Wajib Pajak dalam melaporkan pajaknya.
5. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, hendaknya menambah variabel
penelitian, memperpanjang periode pengamatan, dan memperluas lagi ruang lingkup
perbandingannya seperti rincian analisis terhadap jenisjenis Pajak Daerah karena penulis
hanya melakukan analisis terhadap total penerimaan Pajak Daerah saja dan tidak
menjelaskan lebih rinci analisis terhadap jenis-jenis Pajak Daerah.
DAFTAR PUSTAKA

https://kupangkab.go.id/apbd.php?tahun=2018
https://kupangkab.go.id/apbd.php?tahun=2017
http://repository.unwira.ac.id/3070/5/BAB%20IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai