Hazni Saleh
haznisaleh@yahoo.co.id
Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Tadulako
Abstract
The aim of this research is to determine and analyze the growth of actual revenues,
effectiveness, activity ratio and contribution of locally generated revenues on each regional
revenues-producing government institution in Palu City. Te research is descriptive and its sample
consist of 13 regional government unit that are selected through census or non-probability
sampling. Tool of analysis used are locally generated revenues growth ratio, locally generated
revenues effectiveness ratio, activity ratio with ratio of harmony and tax and contribution analysis
of taxes and levies. The resultshows that 1) The growth of loccaly generated revenues is generally
fluctuated and there are three local governance unit show negative growth; 2) managerial
effectiveness of locally generated revenues is quite effective, and there are three local governance
unit showed poor and ieffective performance; 3) spending aspect identifies four local governance
units with indirect expenditure greater than direct expenditure; 4) contribution aspect indicates
that the majority of revenues in the local government units has less contribution to the locally
generated revenues, only two institutions perform good criteria.
Keywords: financial performance, local revenue.
Pendapatan asli daerah (PAD) pada Rp. 211.275.634.100,51. Hal ini tentunya tidak
dasarnya merupakan sumber utama pendapatan terlepas dari kerja keras Satuan Kerja Perangkat
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi Daerah (SKPD) yang mengelola sumber-
fiskal karena PAD mencerminkan tingkat sumber penerimaan PAD. Oleh karena itu,
kemandirian daerah. Semakin tinggi PAD maka peran SKPD penghasil PAD sangat besar dalam
menunjukkan kemampuan daerah untuk meningkatkan penerimaan PAD. Salah satu
melaksanakan desentralisasi fiscal dan indikator yang digunakan untuk dapat
ketergantungan terhadap pemerintah pusat mengetahui kinerja keuangan pada SKPD
semakin berkurang. Tetapi pada kenyataannya, pengelola PAD yaitu dengan mengetahui
sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia seberapa besar tingkat pencapaian realisasi
masih bergantung pada dana perimbangan dan penerimaannya dibandingkan dengan target
dana-dana transfer lainnya dari pemerintah yang telah ditetapkan.
pusat. Hal ini tentunya sangat ironis sekali, Penetapan target pendapatan tentunya
dimana di satu sisi semakin banyak daerah yang telah didasarkan pada potensi rill yang ada
menginginkan pemekaran untuk menjadi diwilayah Kota Palu. Oleh karena itu sudah
daerah otonom tetapi disisi lain daerah belum selayaknya SKPD pengelola PAD lebih
mampu mandiri dalam pendapatan daerahnya. memaksimalkan realisasi penerimaan yang
Kota Palu semenjak dibentuk pada tahun menjadi tanggungjawabnya, karena penerimaan
1994 hingga saat ini perkembangan penerimaan PAD itu akan menjadi belanja untuk
dari PAD terlihat cukup menggembirakan. Pada pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah
Tahun Anggaran 2003, PAD Kota Palu sebesar Kota Palu. Apabila penerimaan PAD tidak
Rp. 15.638.395.984,43 dan pada Tahun maksimal tentunya pelaksanaan program dan
Anggaran 2014, PAD Kota Palu telah mencapai kegiatan akan menjadi terhambat dan proses
202
203 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 202-214 ISSN: 2302-2019
pembangunan di Kota Palu juga akan pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode
mengalami hambatan. satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
Sebagaimana halnya dengan pendapatan, pembayarannya kembali oleh pemerintah.
kinerja keuangan SKPD juga dapat dilihat dari Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005,
bagaimana SKPD menyerap anggaran belanja belanja daerah dipergunakan dalam rangka
yang telah diprogramkan. Tingkat penyerapan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
anggaran belanja SKPD akan mempengaruhi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang
tingkat pelaksanaan program dan kegiatan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan
telah ditetapkan. Pada instansi pemerintah, yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
kinerja dianggap baik kinerjanya apabila dapat undangan. Belanja penyelenggaraan urusan
menyerap anggaran yang telah dialokasikan. wajib sebagaimana dimaksud diprioritaskan
Semakin tinggi penyerapan anggaran belanja untuk melindungi dan meningkatkan kualitas
maka semakin baik pula kinerja pengelolaan kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
keuangannya. kewajiban daerah yang diwujudkan dalam
Pendapatan asli daerah adalah bentuk peningkatan pelayanan dasar,
penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, fasilitas umum yang layak serta
hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan mengembangkan sistem jaminan sosial.
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
(Mardiasmo, 2004:125). sebagaimana dimaksud diwujudkan melalui
Menurut Halim (2008:96) Pendapatan asli prestasi kerja dalam pencapaian standar
daerah merupakan semua penerimaan daerah pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan
Pendapatan asli daerah yang dipisahkan perundang-undangan.
menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak Kelompok belanja daerah sebagaimana
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi :
sah. 1. Belanja Tidak Langsung, merupakan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2005 belanja yang dianggarkan tidak terkait
menyatakan bahwa pendapatan asli daerah secara langsung dengan pelaksanaan
adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang program dan kegiatan
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai 2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang
dengan peraturan perundang-undangan. dianggarkan terkait secara langsung dengan
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan pelaksanaan program dan kegiatan
daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, Kinerja keuangan pemerintah daerah
hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan adalah kemampuan suatu daerah untuk
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain menggali dan mengelola sumber-sumber
pendapatan asli daerah yang sah, yang keuangan asli daerah dalam memenuhi
bertujuan untuk memberikan keleluasaan kebutuhannya guna mendukung berjalannya
kepada daerah dalam menggali pendanaan sistem pemerintahan, pelayanan kepada
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai masyarakat dan pembangunan daerahnya
perwujudan asas desentralisasi. dengan tidak tergantung sepenuhnya kepada
Berkaitan dengan belanja daerah, pemerintah pusat dan mempunyai keleluasaan
Yuwono dkk, (2005:108) menyatakan bahwa di dalam menggunakan dana-dana untuk
belanja daerah adalah semua pengeluaran kas kepentingan masyarakat daerah dalam batas-
daerah atau kewajiban yang diakui sebagai
Hazni Saleh, Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Penghasil«««««««204
keras dari SKPD untuk memenuhi target yang Kerja dan Sosial disebabkan karena pada Tahun
telah ditetapkan. Selain itu tuntutan pencapaian Anggaran 2013 tidak mengelola PAD.
realisasi pendapatan yang menjadi Meskipun rata-rata pencapaian realisasi
tanggungjawabnya tersebut menentukan pula penerimaan PAD hanya sebesar 87,83%, tetapi
bagaimana kinerja SKPD tersebut. Rasio bila dilihat kecenderungannya menunjukkan
efektifitas menggambarkan kemampuan adanya peningkatan sebagaimana yang
pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD ditunjukkan pada gambar berikut ini:
yang direncanakan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. 140,00
20,00
akan berdampak pada tidak terlaksananya
0,00
program dan kegiatan yang telah direncanakan. 2010 2011 2012 2013 2014
Selama 5 (lima) tahun anggaran, belanja adanya komitmen dari Pemerintah Kota Palu
dalam APBD Kota Palu rata-rata lebih untuk memprioritaskan anggaran yang tersedia
diprioritaskan pada belanja tidak langsung yaitu untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
mencapai 57,20%, sedangkan belanja langsung pelaksanaan program dan kegiatan yang
hanya sebesar 42,80%. Hal ini menunjukkan dilaksanakan oleh SKPD.
bahwa belanja dalam APBD cenderung pada Dari 13 SKPD, terdapat 4 (empat) SKPD
pembiayaan-pembiayaan non program dan yang memiliki belanja tidak langsungnya lebih
kegiatan. Tingginya alokasi belanja tidak tinggi dibandingkan dengan belanja langsung.
langsung secara umum dipengaruhi oleh jumlah SKPD tersebut adalah Dinas Kesehatan, Dinas
pegawai negeri sipil (PNS), karena sebagian Perhubungan, Komunikasi dan Informatika,
besar belanja tidak langsung dialokasikan untuk Dinas Tenaga Kerja dan Sosial serta DPPKAD.
pemenuhan pembiayaan gaji dan tunjangan Pada kasus komposisi belanja pada DPPKAD,
pegawai. belanja tidak langsung yang lebih tinggi
Sudah sewajarnya apabila Pemerintah disebabkan karena seluruh komponen belanja
Kota Palu lebih memprioritaskan anggarannya Pemerintah Kota Palu yang menyangkut
untuk dialokasikan pada belanja langsung pengeluaran belanja tidak langsung dilekatkan
karena menyangkut keterlaksananya program di belanja DPPKAD seperti belanja hibah,
dan kegiatan stategis yang menyangkut belanja bantuan sosial, belanja bantuan
kepentingan masyarakat Kota Palu. keuangan dan belanja tidak terduga.
Selanjutnya dilihat dari komposisi dari
tahun ketahun menunjukkan bahwa belanja Kontribusi Sumber-sumber PAD Terhadap
tidak langsung kecenderungannya semakin PAD
menurun, sedangkan belanja langsung Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU
menunjukan kecenderungan yang semakin No. 33 Tahun 2004 bahwa untuk mewujudkan
meningkat yang secara jelas dapat dilihat pada asas desentralisasi dalam pelaksanaan otonomi
gambar berikut ini: daerah, pemerintah daerah diberikan
keleluasaan untuk menggali pendanaan yang
70.00 bersumber dari potensi daerah masing-masing
60.00 (PAD). Dengan penjelasan tersebut maka dapat
50.00 diartikan bahwa dalam pelaksanaan otonomi
40.00 daerah, peran PAD merupakan sebagai sumber
30.00
utama dalam pengelolaan keuangan di daerah.
20.00
Sementara dana perimbangan selain
10.00
-
dimaksudkan untuk membantu daerah dalam
2010 2011 2012 2013 2014 mendanai kewenangannya, juga bertujuan
untuk mengurangi ketimpangan sumber
Belanja Tidak Langsung
pendanaan pemerintahan antara pusat dan
Belanja Langsung daerah serta untuk mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antar-daerah. Oleh
Gambar 3. Komposisi Belanja Dalam APBD karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
Kota Palu Tahun Anggaran 2010- pembiayaan di daerah, pemerintah daerah
2014 (dalam Persen) didorong untuk terus mengoptimalkan sumber-
sumber di daerah yang dapat menjadi
Gambar 3 memperlihatkan kondisi penerimaan PAD. Disamping itu peran SKPD
dimana pada Tahun Anggaran 2014 komposisi penghasil PAD juga dituntut untuk dapat
belanja dalam APBD Kota Palu kearah titik merealisasikan target penerimaan yang telah
yang sama. Hal ini tentunya menandakan ditetapkan dan menjadi tanggungjawabnya.
209 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 202-214 ISSN: 2302-2019
saja. Kondisi ini harus menjadi perhatian dari tarif pajak dan retribusi daerah sesuai dengan
Pemerintah Kota Palu karena dengan perkembangan perekonomian di daerah.
menetapkan target tanpa adanya data potensi
riil akan menyebabkan kesulitan dalam Efektifitas Dalam Pengelolaan Pendapatan
merealisasikan PADnya. Asli Daerah Di Masing-masing SKPD
Sudah selayaknya SKPD penghasil PAD Penghasil PAD
menyusun tren potensi penerimaan sebelum Sebagaimana yang telah dijelaskan
target ditetapkan agar dapat dilihat seberapa sebelumnya bahwa pencapaian realisasi
besar pertumbuhan yang ingin dicapai dan penerimaan PAD akan mempengaruhi
kemampuan untuk merealisasikan dengan kemampuan pembiayaan pelaksanaan
melihat kondisi perekonomian di masyarakat. penyelenggaraan pemerintahan terutama yang
Hal inilah yang terjadi pada SKPD penghasil menyangkut program dan kegiatan. Tingkat
PAD dilingkungan Pemerintah Kota Palu yang pencapaian efektifitas PAD yang rendah akan
belum dapat mempertahankan pertumbuhan berdampak pada tidak terlaksananya program
yang stabil karena dalam 5 (lima) Tahun kegiatan yang telah direncanakan dan bila PAD
Anggaran kecenderungannya justru ini digunakan untuk belanja modal tentunya
berfluktuatif. Kondisi ini diperparah dengan akan menjadi beban Pemerintah Kota Palu di
tingkat penerimaan retribusi daerah yang yang tahun anggaran berikutnya berupa hutang
cenderung semakin menurun. Tentunya ini kepada pihak ketiga.
sangat kontradiktif, dimana retribusi daerah Hasil penelitian memperihatkan bahwa
menjadi salah satu sumber utama penerimaan pencapaian efektifitas penerimaan PAD masih
PAD Kota Palu. tergolong cukup efektif, sementara dari 13
Penjelasan UU No. 28 Tahun 2009 SKPD penghasil terdapat 3 (tiga) SKPD yang
menyatakan bahwa dengan diberlakukannya masuk dalam kategori tidak efektif yaitu Dinas
Undang-Undang tersebut, kemampuan daerah Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tenaga
untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya Kerja dan Sosial serta Dinas Kebudayaan dan
semakin besar karena daerah dapat dengan Pariwisata. Banyak hal yang mempengaruhi
mudah menyesuaikan pendapatannya sejalan ketidakefektifan penerimaan PAD. Salah satu
dengan adanya peningkatan basis pajak daerah penyebabnya adalah adanya perubahan aturan
dan diskresi dalam penetapan tarif. Di pihak yang menyangkut pungutan PAD. Hal ini yang
lain, dengan tidak memberikan kewenangan terjadi pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial
kepada daerah untuk menetapkan jenis pajak Kota Palu dan Dinas Kebudayaan dan
dan retribusi baru akan memberikan kepastian Pariwisata Kota Palu. Sedangkan pada Dinas
bagi masyarakat dan dunia usaha yang pada Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan disebabkan karena pencapaian yang sangat
kesadaran masyarakat dalam memenuhi rendah sementara target yang ditetapkan relatif
kewajiban perpajakannya. sangat tinggi.
Dengan penjelasan UU tersebut dapat Dalam menetapkan target penerimaan
diartikan bahwa pada dasarnya pemerintah seharusnya SKPD dapat mempertimbangkan
pusat tidak melarang pemerintah daerah untuk pula tingkat pencapaian realisasi penerimaan
menggali potensi-potensi baru yang ada tetapi tahun sebelumnya. Dengan
dengan tetap memperhatikan ketentuan yang mempertimbangankan tingkat pencapaian
telah ditetapkan. Oleh karena itu upaya yang penerimaan tersebut dapat diprediksi berapa
dapat dilakukan oleh pemerintah daera adalah kemampuan yang akan diperoleh di tahun yang
dengan mengkaji kembali potensi-potensi yang akan datang. Kasus pada Dinas Kebersihan dan
ada didaerahnya dan menyesuaikan kembali Pertamanan Kota Palu realisasi penerimaan
Tahun Anggaran 2013 hanya sebesar 52,92%
211 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 202-214 ISSN: 2302-2019
dari target yang ditetapkan sementara target mengingat porsi pegawai di pemerintah daerah
penerimaan pada Tahun Anggaran 2014 di pacu pada umumnya cukup besar.
dengan menaikkan sebesar 29,35% dari target Untuk mengatasi hal tersebut, selayaknya
Tahun Anggaran 2014. Kondisi ini tentunya pemerintah daerah dapat mengkaji kembali
akan membuat kendala dalam merealisasikan kebutuhan pegawai agar nantinya tidak menjadi
penerimaannya, karena target Tahun Anggaran beban dalam APBD. Dengan besarnya
yang lalu saja kesulitan untuk direalisasikan anggaran yang terserap untuk menutupi
apalagi ditambah dengan menaikkan target kebutuhan belanja tidak langsung maka dengan
yang belum tentu dapat direalisasikan. Oleh sendirinya anggaran belanja untuk
karena itu data potensi riil penerimaan PAD melaksanakan program dan kegiatan akan
menjadi sangat penting dimiliki oleh setiap berkurang. Konsekuensinya adalah
SKPD penghasil PAD karena menjadi dasar terhambatnya pelaksanaan pembangunan dan
dalam penentuan target penerimaan yang riil pelayanan publik di daerah.
pula. Pada Pemerintah Kota Palu, terlihat
Kenyataan yang terjadi adalah dalam bahwa selama 5 (lima) tahun anggaran belanja
penentuan target penerimaan PAD sering kali tidak langsung diupayakan untuk tidak terus
hanya untuk memenuhi menutupi plafon mengalami kenaikan dan mendorong pada
anggaran belanja. Artinya adalah bila dalam belanja langsung yang lebih tinggi. Dari 13
APBD tejadi defisit anggaran yang disebabkan SKPD penghasil PAD, masih terdapat 4
oleh belanja yang lebih tinggi dibandingkan (empat) SKPD yang alokasi belanja tidak
dengan pendapatan meskipun telah ditutupi langsungnya lebih tinggi dibandingkan dengan
oleh sisa lebih pembiayaan (SiLPA) maka belanja langsung yaitu Dinas Kesehatan, Dinas
untuk menutupinya adalah dengan menaikkan Perhubungan, Komunikasi dan Informatika,
target penerimaan. Cara seperti ini sangat Dinas Tenaga Kerja dan Sosial serta DPPKAD.
beresiko dalam pelaksanaannya, karena apabila Kasus pada Dinas Kesehatan Kota Palu
target penerimaan tidak dapat direalisasikan memang tidak dapat dipungkiri karena Dinas
maka dengan sendirinya anggaran belanja juga Kesehatan Kota Palu menangani pula 12
tidak dapat direalisasikan dan pada akhirnya puskesmas sehingga jumlah pegawainya juga
progran dan kegiatan yang telah direncanakan relatif cukup banyak. Demikian pula halnya
akan terbengkalai. dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika, pegawai yang dimiliki juga relatif
Rasio Aktivitas Di Masing-masing SKPD cukup banyak terutama pegawai dilapangan
Penghasil PAD seperti di terminal dan pelabuhan. Sementara
Penentuan besaran ideal antara belanja pada DPPKAD, belanja tidak langsungnya
tidak langsung maupun belanja langsung pada tinggi disebabkan karena menanggung jenis
dasarnya belum ada ketentuan yang belanja lainnya yang termasuk dalam kelompok
mengaturnya tetapi setidak-tidaknya belanja tidak langsung seperti belanja hibah,
pemerintah daerah lebih besar memanfaatkan belanja bantuan sosial, belanja bantuan
anggaran yang tersedia untuk memenuhi keuangan dan belanja tidak terduga.
anggaran belanja yang berkaitan langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan Kontribusi Penerimaan di SKPD Penghasil
terutama yang menyangkut pelayanan publik. PAD Terhadap Penerimaan PAD Kota Palu
Jangan sampai anggaran yang tersedia sebagian Pada awal pembahasan telah disampaikan
besar terserap untuk memenuhi kebutuhan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah
belanja-belanja rutin (gaji dan tunjangan merupakan sumber utama penerimaan PAD
pegawai). Namun hal ini sulit diterapkan karena Kota Palu. Oleh karena itu pemerintah daerah
diberikan keleluasaan untuk menggali sumber-
Hazni Saleh, Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Penghasil«««««««212
sumber pendanaan yang berasal dari potensi besar peluangnya untuk dapat dijadikan sebagai
daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah sumber penerimaan PAD Kota Palu.
sebagai perwujudan asas desentralisasi, Dengan begitu pesatnya pembangunan,
sementara dana perimbangan hanya sebagai tentunya membawa dampak pada iklim
dana untuk membantu daerah untuk mendanai investasi di Kota Palu yang semakin besar
kewenangannya. Dengan demikian dapat sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat juga
diartikan bahwa dalam konteks akan meningkat. Kondisi ini seharusnya dapat
penyelenggaraan otonomi daerah sudah diraih Pemerintah Kota Palu untuk menggali
selayaknya daerah tidak bergantung lagi pada potensi-potensi yang ada. Peran SKPD
dana dari pemerintah pusat tetapi lebih penghasil sebagai leading sector dalam
mengutamakan pada dana yang berasal dari mencapai penerimaan PAD sangat besar
potensi daerahnya. Tetapi pada pelaksanaannya artinya. Oleh karena itu SKPD penghasil
sebagian besar daerah masih bergantung pada seharusnya dapat menginventarisir potensi-
pendanaan dari pusat karena mengingat potensi PAD yang menjadi tanggungjawabnya
keterbatasan potensi di daerah. Untuk daerah dengan tetap alam peraturan perundang-
yang telah maju, untuk mendorong penerimaan undangan. Kelemahan yang ada adalah SKPD
PAD tidak menjadi persoalan. Berbeda halnya seringkali tidak memiliki data wajib pajak dan
dengan daerah-daerah yang masih dalam taraf wajib retribusi yang valid. Hal inilah yang
perkembangan tentunya menjadi kesulitan seringkali terjadi sehingga kontribusi
untuk mencari / menggali sumber-sumber penerimaan pajak dan retribusi daerah masih
penerimaan PAD. Hal ini sebagaimana yang sangat kurang peranannya dalam mendorong
dijelaskan dalam UU No. 28/2009 yaitu hasil penerimaan PAD.
penerimaan pajak dan retribusi diakui belum Kondisi ini tergambar pada 13 SKPD
memadai dan memiliki peranan yang relatif penghasil PAD Kota Palu, dimana sebagian
kecil terhadap APBD khususnya bagi daerah besar SKPD penghasil PAD kontribusinya
kabupaten dan kota. Sebagian besar terhadap PAD masih dalam kriteria sangat
pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari kurang. Hanya 2 (dua) SKPD yang mampu
pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari dalam kriteria baik yaitu RSU Anutapura dan
pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan DPPKAD. Penerimaan pada RSU Anutapura
menutup seluruh kebutuhan pengeluaran merupakan penerimaan yang berasal dari jasa
Daerah. pelayanan kesehatan dan karena sebagai BLUD
Demikian pula halnya pada Pemerintah maka penerimaan tersebut dengan sendirinya
Kota Palu dimana kontribusi penerimaan pajak menjadi belanja RSU Anutapura sehingga tidak
daerah dan retribusi daerah relatif tergolong dapat dipergunakan oleh SKPD lainnya.
masih rendah karena masih dibawah 40% dari Sementara pada DPPKAD terlihat bahwa
penerimaan PAD meskipun dalam kriteria yang pencapaian realisasi penerimaan dari pajak
ditetapkan termasuk cukup baik. Hal ini daerah dari Tahun Anggaran 2011 hingga 2014
tentunya harus menjadi perhatian dan kerja diatas 100%. Hal ini tentunya menunjukkan
keras dari Pemerintah Kota Palu untuk terus bahwa potensi PAD yang berasal dari pajak
mengupayakan peningkatan penerimaan pajak daerah untuk meningkatkan kontribusinya
dan retribusi daerah dengan kepada PAD masih sangat besar bila SKPD
mengintensifikasikan potensi-potensi daerah yang terkait dapat menginventarisir potensi-
yang belum tergali. Sebagai suatu ibukota potensi yang ada sehingga dalam menetapkan
Provinsi Sulawesi Tengah, Kota Palu target penerimaannya sudah berdasarkan
merupakan pusat dari jasa, perdagangan dan potensi riil yang ada dan memprediksi
industri di Sulawesi Tengah sehingga sangat perkembangan perekonomian Kota Palu di
tahun yang akan datang. Dengan demikian
213 e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6, Juni 2016 hlm 202-214 ISSN: 2302-2019
dapat dikatakan bahwa peran data potensi pajak hanya 2 (dua) SKPD dengan kriteria baik
dan retribusi merupakan salah satu faktor yang yaitu RSUD Anutapura dan DPPKAD.
penting agar penerimaan PAD dapat lebih
optimal. Rekomendasi
1. Hendaknya SKPD penghasil PAD dapat
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI melakukan inventarisasi potensi-potensi
penerimaannya untuk kemudian dilakukan
Kesimpulan
perhitungan tren penerimaan tahun yang
Berdasarkan hasil penelitian dan
akan datang sehingga dapat diperhitungkan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
berapa perkiraan penerimaannya. Disamping
diambil kesimpulan sebagai berikut :
itu dengan data potensi yang valid akan
1. Pada aspek pertumbuhan realisasi
mempermudah dalam penetapan target
penerimaan sumber-sumber pendapatan asli
penerimaan dapat lebih riil dan tidak
daerah di masing-masing SKPD Penghasil
kesulitan dalam merealisasikannya.
PAD Di Lingkungan Pemerintah Kota Palu
2. Untuk memenuhi tuntutan untuk
menunjukkan pertumbuhan fluktuatif dan
memprioritasan belanja langsung memang
terdapat 4 (empat) SKPD dengan rata-rata
tidak mudah tetapi setidak-tidaknya SKPD
pertumbuhan negatif yaitu Dinas
dapat mamanfatkan alokasi anggaran belanja
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas
untuk membiayai belanja pelayanan publik.
Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Kebudayaan
Hendaknya Pemerintah Kota Palu
dan Pariwisata serta Dinas Perindagkop dan
mengoptimalkan sumber - sumber
UKM, sedangkan Dinas Kesehatan
penerimaan PAD yang dapat digali sesuai
merupakan dinas dengan pertumbuhan
UU No. 28/2009 dan mengkaji kembali
penerimaan yang paling tinggi.
besaran tarif pajak dan retribusi daerah
2. Pada aspek efektifitas pengelolaan PAD
sesuai dengan kondisi perekonomian di Kota
menunjukkan rata-rata cukup efektif. Dari
Palu.
13 SKPD penghasil, hanya 3 (tiga) SKPD
yang sangat efektif dalam merealisasikan
penerimaannya yaitu Dinas Pekerjaan UCAPAN TERIMA KASIH
Umum, Dinas Penataan Ruang dan Penulis akui bahwa dalam pelaksanaan
Perumahan serta DPPKAD. Sedangkan 3 penelitian ini, penulis telah banyak mendapat
(tiga) SKPD yang kinerjanya kurang baik bantuan, petunjuk dan arahan yang konstruktif
dengan pencapaian realisasi penerimaan dari berbagai pihak terutama kepada Ketua Tim
tidak efektif yaitu Dinas Kebersihan dan Pembimbing Prof. Dr. H. Andi Mattulada
Pertamanan, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Amir,S.E, M.Si dan Anggota Tim Pembimbing
serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dr. Abdul Kahar, S.E., M.Si., Ak. Semoga
3. Pada aspek belanja menunjukkan bahwa penelitian ini dapat menjadi sumbangan yang
masih terdapat 4 (empat) SKPD yang bermanfaat dan mendorong lahirnya karya
belanja tidak langsungnya lebih besar ilmiah yang lebih baik dikemudian hari.
dibandingkan dengan belanja langsung yaitu
Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, DAFTAR RUJUKAN
Komunikasi dan Informatika, Dinas Tenaga Halim, Abdul. 2008. Manajemen Keuangan
Kerja dan Sosial serta DPPKAD. Daerah, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba
4. Pada aspek kontribusi penerimaan di SKPD Empat.
Penghasil PAD terhadap penerimaan PAD
Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik.
Kota Palu menunjukkan bahwa sebagian Edisi II, Yogyakarta: Andi Offset.
besar penerimaan di SKPD penghasil masih
sangat kurang kontribusinya terhadap PAD,
Hazni Saleh, Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Penghasil«««««««214