Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP

BELANJA MODAL PADA ANGGARAN PEMERINTAH


DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH

Sitina Punggawa1), J.P.Patty2),A.R.Tanihatu3),


1,2,3)
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ambon

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan yang positif dari PAD terhadap
Belanja Modal. Metode yang dipakai adalah Anlisis Regresi Sederhana dan Konsep Elastisitas.
Hasil Analisis menyimpulkan bahwa, ada pengaruh positif antara PAD dengan Belanja Modal, hal ini
dibuktikan dengan koofisien regresi yaitu sebesar 6,89 yang berarti bahwa jika PAD naik sebesar RP 1 maka
Belanja Modal akan naik sebesar Rp 6,89. Demikian pula yang disimpulkan dengan konsep Elastisitas dengan
persentasi sebesar 66,1% dimana jika PAD meningkat sebesar 1% maka akan berpengaruh terhadap Belanja
Modal sebesar 66,1%.

Kata kunci : PAD, Belanja Modal, Regresi Sederhana.

PENDAHULUAN Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2013 tentang


Undang – undang No.32 tahun 2004 Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
mengharuskan kepada pemerintah daerah untuk Belanja Daerah tahun Anggaran 2014. Pemerintah
mengatur dan mengurus daerahnya masing – daerah Kabupaten Maluku Tenagh dalam rangka
masing, kebijakan ini kemudian lebih dikenal meningkatkan pertumbuhan otonomi daerah , maka
dengan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah berbagai sumber/faktor dan sub sektor yang turut
diharapkan semakin meningkatnya pelayanan menunjang pendapatan daerah ditingkatkan.
diberbagai sektor terutama sektor publik. Disadari akibat krisis multidimensional tahun 1997
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka sumber pendapatan asli daerah yang makin merosot
pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu yang diawali dari krisis moneter dan konflik social
membangun daerah secara optimal dan memacu yang terjadi di daerah Maluku pada tahun 1999
pertumbuhan ekonomi serta peningkatan sampai tahun 2004 yang mengakibatkan sumber
kesejahteraan masyarakat. keuangan daerah terbatas. Pelaksanaan
Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah pembangunan di segala bidang yang dilakukan oleh
adalah pemerintah daerah harus menggali potensi - Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang
potensi sumber pendapatan sehingga mampu dibiayai dari dana APBD. Dimana salah satunya
meningkatkan PAD. PAD adalah sumber adalah PAD yang sangant berpengaruh terhadap
penerimaan utama bagi suatu daerah. PAD yang Belanja Modal untuk keperluan rumah tangganya
diperoleh suatu daerah berasal dari pajak daerah, berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah Maluku Tengah. Sumber Pendapatan yang berasal
yang dipisahkan, serta lain-lain PAD yang sah.. dari Pendapatan Asli Daerah lebih penting
Semakin tinggi PAD suatu daerah, maka belanja dibandingkan dengan sumber-sumber diluar
modal yang dilakukan pemerintah daerah juga Pendapatan Asli Daerah, karena Pendapatan Asli
semakin meningkat yang secara otomatis Daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa
meningkatkan infrastruktur, sarana dan prasarana di dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian
daerah. Salah satu belanja yang dilakukan oleh pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan
pemerintah daerah adalah belanja modal. Belanja penggalian dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
modal adalah pengeluaran yang dilakukan untuk diharapkan pemerintah daerah juga mampu
membangun aset tetap. Tujuan membangun aset meningkatkan kemampuannya dalam membiayai
tetap berupa fasilitas, sarana prasarana serta Belanja Modal dalam penyelenggaraan urusan
infrastruktur adalah menyediakan pelayanan publik daerah.
yang memadai sehingga dapat meningkatkan TINJAUAN PUSTAKA
kebutuhan masyarakat di daerahnya. Apabila suatu Pengelola Keuangan Daerah
daerah memiliki sarana prasarana yang memadai Dalam akuntansi pemerintahan, data
dapat membuat investor untuk melakukan investasi akuntansi digunakan untuk memberikan informasi
dan masyarakat dapat melakukan aktivitasnya mengenai transaksi ekonomi dan keuangan
sehari-hari dengan nyaman sehingga tingkat pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif, dan
produktivitas akan semakin meningkat. Agar masyarakat. Karena akuntansi keuangan daerah
pendanaan penyelenggaraan pemerintah dapat menghasilkan informasi bagi pihak intern maupun
terlaksana secara efektif dan efisien serta untuk ekstern pemerintah daerah, sehingga dapat
mencegah tumpang tindih, maka diatur pendanaan digolongkan sebagai akuntansi manajemen dan
penyelenggaran pemerintah yaitu Peraturan Menteri
akuntansi keuangan. Akuntansi pemerintahan tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran
mempunyai beberapa tujuan yaitu : tersebut (Pusdiklat BPKP, 2007).
1. Pertanggungjawaban (accountability and
stewardship) Identifikasi Sumber Pendapatan Daerah
2. Manajerial Menurut kamus ilmiah populer, identifikasi
3. Pengawasan adalah pengenalan atau pembuktian sama, jadi
Basis akuntansi yang diterapkan oleh identifikasi sumber pendapatan asli daerah adalah
pemerintah dalam pembuatan laporan keuangan meneliti, menentukan dan menetapkan mana
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan sesungguhnya yang menjadi sumber pendapatan asli
pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai berikut “ serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan
SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal.
pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, Sumber pendapatan daerah terdiri dari:
utang, dan ekuitas dana berbasis akrual“. Pendapatan Asli Daerah, yaitu:
 Pajak Daerah
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah  Retribusi Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah  Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana Dipisahkan.
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui  Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17
Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Negara). Semua Penerimaan Daerah dan Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009,
Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber
dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah
tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas- yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain
Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat Pendapatan Asli Daerah yang sah.
dalam APBD. Menurut Yusup (2001) pendapatan adalah aliran
APBD merupakan dasar pengelolaan penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari
keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD konsumen sebagai hasil penjualan barang atau
merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan pemberian jasa.
Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka Ikatan Akuntan Indonesia (TAT),
pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran mendefinisikan pendapatan sebagai “arus masuk
tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktiva
bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan normal perusahaan selama satu periode bila arus
dalam APBD. masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun ekuitas,yang tidak berasal dari kontribusi
anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan berakhir penanaman modal”.
tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Menurut Yani (2002), Pendapatan Asli Daerah
Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-
pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan kerangka waktu tersebut. APBD berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu peraturan perundang-undangan.
sistem anggaran yang mengutamakan upaya Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah hak
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
pendapatan yang dianggarkan dalam APBD termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. tersebut (PP RI No. 58 Tahun 2005). Penerimaan
Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah rutin daerah yang berasal dari pungutan (Pajak,
anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan Retribusi) dan Hasil Dari Perusahaan Daerah
belanja, jumlah belanja yang dianggarkan Lainnya Serta Hasil Usaha Daerah Yang Sah, yang
merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. diukur dalam satuan rupiah (Rp) selama lima tahun.
Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah
anggaran belanja yang telah ditetapkan. Pendapatan Pajak Daerah
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan Pengertian pajak daerah hampir tidak ada
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam bedanya dengan pengertian pajak pada umumnya
jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang yaitu iuran wajib yang dilakukan pribadi atau badan
melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas kepada pemerintah daerah tanpa balas jasa langsung
beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang kekayaan daerah serta akan menambah belanja yang
berlaku (Supamoko, 2002). Pajak daerah adalah bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Munir
pungutan daerah menurut peraturan pajak yang (2003) juga menyatakan menyatakan hal senada.
ditetapkan oleh daerah untuk membiayai rumah Bahwa belanja modal memiliki karakteristik spesifik
tangganya sebagai badan hukum publik (Mamesah, menunjukkan adanya berbagai pertimbangan dalam
2002). penegalokasiannya. Pemerolehan aktiva tetap juga
Menurut UU No. 28 Tahun 2009 yang memiliki konsekuensi pada beban operasional dan
merupakan penyempurnaan dari UU No. 12 Tahun pemeliharaan pada masa yang akan datang (Bland &
2008 menjelaskan bahwa pajak daerah yang Nunn, 1992). Halim (2004), alokasi belanja modal
selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib yang didasarkan pada kebutuhan memiliki arti
kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau bahwa tidak semua satuan kerja atau unit organisasi
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- di pemerintahan daerah melaksanakan kegiatan atau
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara proyek pengadaan aset tetap. Sesuai dengan tugas
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing satuan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. kerja, ada satuan kerja yang memberikan pelayanan
Menurut UU No. 28 tahun 2009 Retribusi publik berupa penyediaan sarana dan perasarana
Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi,adalah fisik, seperti fasilitas pendidikan (gedung sekolah,
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau peralatan laboratorium, mobiler), kesehatan (rumah
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan sakit, peralatan kedokteran, mobil ambulans), jalan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk raya, dan jembatan, sementara satuan kerja lain
kepentingan orang pribadi atau Badan. hanya memberikan pelayanan jasa langsung berupa
Menurut Yani (2002) retribusi daerah adalah pelayanan administrasi (catatan sipil, pembuatan
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau kartu identitas kependudukan), pengamanan,
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atas pemberdayaan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan
jasa layanan, pekerjaan, pemakaian barang serta izin pendidikan.
yang diberikan oleh pemerintah. Belanja modal dapat dikategorikan
Menurut Suparmoko (2002) retribusi daerah perbedaan mendasar diantara keduanya. Keduanya
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas relatif independen satu sama lain, termasuk dalam
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus format dokumen anggarannya. Bland & Nunn
disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah (1992) menyatakan bahwa capital budgets are
Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan. project specific, usually providing details on project
Objek retribusi adalah terdiri dari : location and design, funding sources, the time frame
- Jasa Umum for completion, and the percentage of the project
- Jasa Usaha completed to date. Sebaliknya, anggaran operasional
- Perizinan Tertentu mencerminkan bagaimana struktur organisasi
pemerintahan dan membandingkan pengeluaran
Belanja Modal setiap departemen antara tahun berjalan dengan
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja tahun lalu untuk mendapatkan estimasi pengeluaran
modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang untuk tahun yang akan datang. Perbedaan lainnya
manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan adalah banyaknya pihak yang terlibat dalam
menambah aset atau kekayaan daerah dan pembuatan keputusan. Meskipun keduanya
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat melibatkan negosiasi di antara eksekutif, untuk
rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok pengeluaran modal (khususnya untuk infrastruktur),
belanja administrasi umum. Belanja modal mendapat masukan sangat besar dari insinyur,
digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah arsitek, dan perencana. Sumber pendanaan (funding)
daerah seperti peralatan, infrastruktur, dan harta untuk kedua belanja juga berbeda. Belanja modal
tetap lainnya. Cara mendapatkan belanja modal biasanya didasarkan pada one-time sources, seperti
dengan membeli melalui proses lelang atau tender. obligasi dan grants, sementara anggaran operasi
Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah umumnya berasal dari sumber pendapatan yang
sebagai akibat adanya belanja modal merupakan bersifat rutin, seperti pajak (taxes) dan retribusi
syarat utama dalam memberikan pelayanan publik. (service charges). Perbedaan berikutnya adalah
Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah time-frame yang dimasukkan dalam setiap anggaran.
mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran Anggaran operasi biasanya hanya dianggarkan untuk
belanja modal dalam APBD. Setiap tahun diadakan satu tahun anggaran, sementara hampir semua
pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai belanja modal mengandung komitmen adanya
dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik pengeluaran dalam waktu melebihi satu tahun.
yang memberikan dampak jangka panjang secara Perbedaan tersebut memiliki konsekuensi terhadap
financial (Ardhani, 2011). penganggaran di pemerintahan daerah. Beberapa
Menurut Halim (2004), belanja modal peneliti menyatakan bahwa pengalokasian belanja
merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu modal tidak selalu terpisah dengan pengalokasian
tahun anggaran dan akan menambah aset atau belanja operasional.
Keputusan untuk meningkatkan belanja yang memberi manfaat lebih dari satu periode
modal merupakan bagian dari keinginan untuk akuntansi.
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa
publik, yang diikuti dengan peningkatan belanja- sumber pendapatan daerah berupa pendapatan asli
belanja lain, yakni operasional dan belanja modal. daerah (PAD) berpengaruh terhadap belanja daerah
Namun, tidak berarti belanja modal sebagai secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD
penyebab atau predictor bagi kenaikan belanja maksimal hanya sebesar 10% dari total pendapatan
operasional. daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian
Belanja modal memiliki konsekuensi anggaran cukup besar terutama bila dikaitkan
diperolehnya aktiva tetap (fixed asset) pada saat dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004). Studi
belanja tersebut direalisasi sepenuhnya atau output- Abdullah (2004) juga menemukan adanya perbedaan
nya sudah diperoleh. Hal ini bermakna adanya preferensi antara eksekutif dan legislatif dalam
penambahan aktiva tetap yang dimiliki oleh pengalokasian spread PAD ke dalam belanja
pemerintah daerah. Dalam perspektif manajemen sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD
keuangan dan akuntansi, selain diperhitungkan cost mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk pendidikan
untuk penggunaan aktiva tersebut dalam operasional dan kesehatan justru mengalami penurunan.
organisasi dalam bentuk depresiasi, juga harus Darwanto (2007) menyatakan bahwa
diperhitungkan cost untuk pemeliharaan aset Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan
tersebut sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif signifikan terhadap alokasi belanja modal. Temuan
sesuai dengan kegunaannya. ini dapat mengindikasikan bahwa besarnya PAD
menjadi salah satu faktor penentu dalam
Hubungan Antara PAD dengan Belanja Modal. menentukan belanja modal. Setiap penyusunan
Daerah yang ditunjang dengan sarana dan APBD, alokasi belanja modal harus disesuaikan
prasarana memadai akan berpengaruh pada tingkat dengan kebutuhan daerah dengan
produktivitas masyarakatnya dan akan menarik mempertimbangkan PAD yang diterima. Sehingga
investor untuk menanamkan modalnya pada daerah apabila Pemda ingin meningkatkan belanja modal
tersebut yang pada akhirnya akan menambah untuk pelayanan publik dan kesejahteraan
pendapatan asli daerah. Peningkatan PAD masyarakat, maka Pemda harus menggali PAD yang
diharapkan mampu memberikan efek yang sebesar-besarnya.
signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja
modal oleh pemerintah. METODOLOGI PENELITIAN
Peningkatan investasi modal (belanja modal) Regresi merupakan alat ukur yg digunakan
diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar
publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan variabel. Regresi linier adalah regresi yang variabel
tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap bebasnya (variabel X) berpangkat paling tinggi satu.
pembanguna yang tercermin dari adanya Untuk regresi sederhana, yaitu regresi linier yg
peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002). Dengan kata hanya melibatkan dua variabel (variabel X dan Y).
lain, pembangunan berbagai fasilitas sektor publik Dimana :
akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Y = Variabel Terikat (Dependent)
Pelaksanaan desentralisasi membuat pembangunan X = Variabel Bebas (Independent)
menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk a = Intersep / Konstanta
menunjang peningkatan PAD. b = Koefisien Regresi / Slop

Pengaruh PAD Terhadap Belanja Modal. Konsep Elastisitas


Kewenangan pemerintah daerah dalam Elastisitas adalah perbandingan perubahan
pelaksanakan kebijakannya sebagai daerah otonomi proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan
sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah tersebut variabel lainnya. Dengan kata lain, elastisitas
dalam menghasilkan pendapatan daerah. Semakin mengukur seberapa besar kepekaan Belanja Modal
Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk terhadap perubahan PAD. Dengan rumus E =
meningkatkan pelayanan publik dan memajukan (δY/δX)( X / Y ),karena δY/δX adalah besarnya
perekonomian daerah. Salah satu cara untuk perubaha Y akibat perubahan X, maka pada
meningkatkan pelayanan publik dengan melakukan dasarnya sama dengan nilai b, sehingga :
belanja untuk kepentingan investasi yang E=b
direalisasikan melalui belanja modal (Solikin, 2010). Dimana :E = Elastisitas
Menurut Mardiasmo (2002), Pendapatan Asli b = Koofisien Regresi
Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak X = Nilai Rata – Rata X (PAD)
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik Y = Nilai Rata – Rata Y ( Belanja Modal)
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah PEMBAHASAN
yang sah. Belanja Modal adalah pengeluaran Besar pendapatan asli daerah yang diterima,
anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya maka semakin besar pula kewenangan pemerintah
daerah tersebut dalam melaksanakan kebijakan Pengelola Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
otonomi. Pendapatan Asli Daerah adalah sebesar Rp 641.304.260,20 Lain – Lain PAD yang
penerimaan yang diperoleh dari sektor Pajak Daerah, Sah sebesar Rp 8.087.635.641,39.
Retribusi Daerah, Hasil Pengeloalaan Kekayaan Tahun 2010 terdiri dari Pendapatan Pajak
Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah sebesar Rp 3.959.374.757,00 Pendapatan
Asli Daerah yang Sah. Retribusi Daerah sebesar Rp 3.511.685.465,00
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa Pendapatan Hasil Pengelola Kekayaan Daerah yang
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten Dipisahkan sebesar Rp 723.291.881,00 Lain – Lain
Maluku Tengah pada tahun 2009 terdiri dari PAD yang Sah sebesar Rp 4.724.448.523,17. Tahun
Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp 2011 terdiri dari Pendapatan Pajak Daerah sebesar
3.200.860.772,00 Pendapatan Retribusi Daerah Rp 3.486.764.580,00.
sebesar Rp 2.924.776.640,50 Pendapatan Hasil
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2009 – 2013

Tahun
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Pendapatan Asli
14,674,577,314.09 12,918,800,626.17 11,123,580,526.80 12,131,576,687.00 24,373,644,045.81
Daerah (PAD)

Pajak Daerah 3,200,860,772.00 3,959,374,757.00 3,486,764,580.00 3,874,528,105.00 6,437,741,586.00

Retribusi Daerah 2,924,776,640.50 3,511,685,465.00 3,739,160,043.49 3,141,770,054.00 12,050,160,356.97


Hsl.Peng.Kekay.D
aerah yg
Dipisahkan 641,304,260.20 723,291,881.00 726,011,270.00 694,334,329.00 736,957,668.00

Lain - lain PAD


yang 8,087,635,641.39 4,724,448,523.17 3,171,644,633.31 4,420,944,199.00 5,148,784,434.84
Sah
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah 2014

Pendapatan Retribusi Daerah sebesar Rp 2 2010 12,918,800,626.17 11.96


3.739.160.043,49 Pendapatan Hasil Pengelola
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 3 2011 11,123,580,526.80 13.89
Rp726.011.270,00 Lain – Lain PAD yang Sah
sebesar Rp 3.171.644.633,31. Tahun 2012 terdiri 4 2012 12,131,576,687.00 9.06
dari Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp
3.874.528.105,00 Pendapatan Retribusi Daerah 5 2013 24,373,644,045.81 100.91
sebesar Rp 3.141.770.054,00 Pendapatan Hasil Sumber : Dinas Pendapatan Daerah 2014
Pengelola Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
sebesar Rp 694.334.329,00 Lain – Lain PAD yang Realisasi PAD Kabupaten Maluku Tengah
Sah sebesar Rp 4,420,944,199.00. Tahun 2013 tahun 2009 sebesar Rp 14.674.577.314,09. Tahun
terdiri dari Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp 2010 berkurang sebesar 11,96% menjadi Rp
6.437.741.586,00 Pendapatan Retribusi Daerah 12.918.800.626,17. Tahun 2010 PAD kembali
sebesar Rp 12.050.160.356,97 Pendapatan Hasil mengalami penurunan angka realisasi sebesar
Pengelola Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 13,89% menjadi Rp 11.123.580.526,80. Ternyata di
sebesar Rp 736.957.668,00 Lain – Lain PAD yang tahun 2011 realisasi PAD mengalami peningkatan
Sah sebesar Rp 5.148.784.434,84 Adapun Realisasi sebesar 9,06% yaitu menjadi Rp 12.131.576.687.
pendapatan Kabupaten Maluku Tengah tahun 2009 Tahun 2013 kini kembali mengalami peningktan
sampai 2013. realisasi PAD sebesar 100,91% menjadi
24.373.644.045,81.
Realisasi Pendapatan Kabupaten Maluku
Tengah tahun 2009 Sampai 2013 Belanja Modal Maluku Tengah
No Tahu PAD ( Rp ) Pertumb Belanja modal merupakan belanja yang
n uhan dialokasikan atau digunakan untuk membiayai
(%) kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak
1 2009 14,674,577,314.09 - secara langsung dinikmati oleh masyarakat, akan
menjelaskan belanja modal. Realisasi Belanja Modal pada gambar di bawah ini Maka Nilai a dan b
Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 2009 diperoleh sebagai berikut :
senilaiRp 201.845.674.288. Tahun 2010 persentasi Nilai a = 53.580950.204,12
Belanja Modal menurun 34,41% yakni Nilai b = 6,885813279 dibulatkan menjadi = 6,89
132.409.262.162,55. Tahun 2011 kembali menurun Dengan demikian dapat dilihat : Y = a + bX , adalah
2,25% menjadi 129.429.943.042,83. Tahun 2012 :
juga kembali menurun dengan persen 15,01% y'= 53.580.950.204,12 + 6,89 (X)
menjadi 109.991.061.577. Namun tahun 2013 Setelah menemukan nilai koofisien regresi, maka
ternyata Belanja Modal akhirnya naik sebesar dapat kita kembangkan lebih lanjut dengan
92,92% menjadi Rp 212.194.690.338,60 Dalam menggunkan konsep Elastisitas . Dengan persamaan
realisasinya Belanja Modal oleh pemerintah :b ( X / Y ) Dari persamaan pada persamaan diatas
Kabupaten Maluku Tengah tidak semata – mata di diketahui :
ambil dari PAD saja, melainkan sebagian b = 6,89
anggaranya dipenuhi oleh Pendapatan Transfer dan X 15.044.435.839,97
Lain – Lain Pendapatan Daerah yang Sah. Untuk Y 157.174.126.281,80
lebih jelasnya Realisasi Belanja Modal dapat dilihat Sehingga nilai Elastisitasnya adalah :
E = 6,89 x 0,096 = 66,144%
Realisasi Belanja Modal
Tahun 2009-2013
THN PAD (X) Belanja Modal (Y) X2 X.Y
(Jutaan Rp) (Jutaan Rp)

2009 14,674,577,314.09 201,845,674,288.00 215,343,219,347,205. 2,961,999,952,853,880.

2010 12,918,800,626.17 132,409,262,162.55 166,895,409,618,730. 1,710,568,858,936,260.

2011 11,123,580,526.80 129,429,943,042.83 123,734,043,736,204. 1,439,724,394,016,060.

2012 12,131,576,687.00 109,991,061,577.00 147,175,152,912,562. 1,334,364,998,405,910.

2013 24,373,644,045.81 212,194,690,338.60 594,074,524,071,849. 5,171,957,850,723,920.


12,618,616,054,936,000
1,247,222,349,686,550
Ʃ 75,222,179,199.87 785,870,631,408.98
.

Hasil Analisis 66,1% hal ini dapat diartikan bahwa apabila PAD
Dari hasil perhitungan dapat diketahui naik sebesar 1% maka Belanja Modal akan
pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah dengan meningkat sebesar 66,1%. Sedangkan sisanya
Belanja Modal Kabupaten Maluku Tengah adalah sebesar 33,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain
Y´ = 53.580.950.204,12 + 6,89 (X), ditunjukkan yang tidak dimasukkan dalam model analisis
oleh koefisien regresi sebesar 6,89. Angka ini penelitian ini Dengan demikian dapat disimpulkan
menunjukkan bahwa pengaruh antara kedua variabel bahwa Pendapatan Asli Daerah atau PAD
tersebut sangat kuat dan bersifat positif artinya memberikan kontribusi terhadap Belanja Modal
apabila PAD yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tengah.
Maluku Tengah mengalami peningkatan sebesar Rp
1 maka belanja modal Pemerintah Daerah Maluku PENUTUP
Tengah akan meningkat sebesar Rp 6,89 pula, Kesimpulan
demikian sebaliknya jika PAD yang diperoleh 1. Pengaruh variabel PAD dengan variabel Belanja
Pemerintah Daerah Maluku Tengah mengalami Modal Kabupaten Maluku Tengah adalah Y´ =
penurunan sebesar Rp 1 maka Belanja Modal 53.580.950.204,12 + 6,89 (X), ditunjukkan oleh
Pemerintah Daerah Maluku Tengah akan menurun koefisien regresi sebesar Rp 6.89. Angka ini
sebesar Rp 6,89. Nilai intersep (a) yaitu Rp menunjukkan bahwa pengaruh antara kedua
53.580.950.204,12 menunjukan titik potong pada variabel tersebut sangat kuat dan bersifat positif
sumbu Y pada saat X sama dengan nol, apabila PAD artinya apabila PAD yang diperoleh Pemerintah
nol maka kebutuhan Belanja Modal tetap ada untuk Daerah Kabupaten Maluku Tengah mengalami
memenuhi kebutuhan belanja daerah ( dalam hal ini peningkatan sebesar Rp 1, maka Belanja Modal
Belanja Modal )sebesar Rp 53.580.950.204,12. Kabupaten Maluku Tengah akan meningkat
Sedangkan nilai Elastisitas yang menunjukan sebesar Rp 6,89 pula, demikian sebaliknya jika
besarnya perubahan variabel Y akibat dari PAD yang diperoleh Pemerintah Daerah
perubahan variabel X adalah senilai 0,661 atau Kabupaten Maluku Tengah mengalami
penurunan maka Belanja Modal di Kabupaten 2. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah
Maluku Tengah akan menurun pula. diharapkan dapat menggunakan PAD dengan
2. Pendapatan Asli Daerah memberikan kontribusi sebaik mungkin untuk alokasi Belanja Modal
yang cukup besar terhadap Belanja Modal karena PAD masih banyak digunakan untuk
Kabupaten Maluku Tengah dengan nilai alokasi belanja lainnya yang kurang
Elastisitas sebesar 0,661 atau 66,1%. memberikan manfaat. Belanja modal yang
dilakukan harus dapat memberikan pelayanan
Saran yang maksimal kepada publik dan mampu
1. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah memberikan income bagi daerah.
diharapkan dapat lebih mengembangkan potensi 3. Penelitian ini bisa dijadikan dalam dasar untuk
sumber-sumber pendapatan daerah sehingga bagi penulis lainya untuk dapat lebih
dapat meningkatkan penerimaan PAD. dikembangkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincoln. (2005). Ekonomi Daerah. Edisi Kedua, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.


Bastian, Indra. (2006). Akuntansi Sektor Publik dan Implementasinya di Indonesia. Erlangga, Jakarta.
Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua, PT. Indeks,Jakarta.
Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Sektor Publik –Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Pertama, Salemba
Empat, Yogyakarta.
Jusup, Haryono. (2001). Dasar-dasar Akuntansi. Edisi Kelima, STIE YPKN, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat. (2004). Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perekonomiam, Strategi dan
Peluang. Erlangga, Jakarta.
Mardiasmo. (2002). Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta.
Mangkoesoebroto, Guritno. (1993). Ekonomi Publik. Edisi 3, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Musgrave, Richard A. dan Musgrave Peggy B. (1991). Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Edisi
kelima, Erlangga, Jakarta.
Purwanto, Suharyadi. (2004). Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Salemba Empat, Jakarta.
Samudera. (2003). Otonomi Keuangan Daerah Tingkat II, Prima No.4, LP3ES, Jakarta.
Suparmoko, M. (2002), Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Andi, Yogyakarta
Suyudi, Arief. (2007). Akuntnasi Sektor Publik. Edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Yani, Ahmad. (2002). Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. PT. Rajagrafindo, Jakarta
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Direktorat Jendral Otonomi Daerah,
Jakarta.
Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Direktorat Jendral
OtonomiDaerah,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai