Anda di halaman 1dari 5

Analisa Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Situbondo Periode 2019-2022

1. Latar Belakang:
Presiden Joko Widodo mengeluhkan tidak optimalnya anggaran belanja pemerintah,
baik APBN maupun APBD yang mencapai miliaran rupiah banyak dihabiskan untuk
perjalanan dinas hingga hal-hal yang absurd.

Ekonom INDEF, Abra Talattov menilai strategi alokasi pembelanjaan menjadi


persoalan mendasar yang mengganggu target dan efektivitas kebijakan pemerintah.
Hal ini mencerminkan bermasalahnya sistem kebijakan birokrasi anggaran RI.

(https://www.cnbcindonesia.com/news/20230616132845-8-446575/belanja-negara-
daerah-banyak-yang-mubazir-salah-kelola)

Fungsi APBD adalah sebagai dasar dalam penerapan pendapatan dan belanja daerah
selama periode berlangsung. APBD berfungsi untuk merencanakan sekaligus menjadi
pedoman dalam pengelolaan kegiatan di tahun yang sedang berlangsung
Penilaian kinerja pengelolaan keuangan dilakukan terhadap Anggaran Pendapatan
Belanja dan Daerah (APBD) yang dilakukan pemerintah daerah yang wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai
apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.
Total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah (Pemda)
Kabupaten/Kota di 33 provinsi Indonesia mencapai Rp847,44 triliun pada 2021 (tidak
termasuk DKI Jakarta). Angka tersebut turun 0,77% dari realisasi APBD 2020 yang
berjumlah Rp854,03 triliun.

Adapun total anggaran Pemda Kabupaten/Kota terbesar berasal dari Provinsi Jawa
Timur, dengan nilai total Rp101,65 triliun pada 2021. Rinciannya Rp90,68 triliun
berupa pendapatan, sedangkan Rp10,97 triliun lainnya berasal dari pembiayaan.
Anggaran Pemda Kabupaten/Kota se-Jawa Timur tetap menjadi yang terbesar di skala
nasional, meskipun jumlahnya sudah turun 2,38% dari realisasi tahun 2020.

Kemudian APBD Pemda Kabupaten/Kota se-Jawa Barat menjadi yang terbesar


kedua, dengan nilai total Rp93,95 triliun pada 2021. Rinciannya Rp88,22 triliun dari
pendapatan dan Rp5,74 berasal dari pembiayaan.

Sedangkan APBD Pemda Kabupaten/Kota se-Kalimantan Utara merupakan yang


paling kecil, yakni hanya Rp5,81 triliun pada 2021. Rinciannya Rp5,64 triliun dari
pendapatan dan Rp174,5 miliar berasal dari pembiayaan.

Setelahnya ada APBD Pemda Kabupaten/Kota se-Sulawesi Barat dengan nilai hanya
Rp6,04 triliun pada 2021. Rinciannya Rp5,84 triliun dari pendapatan dan Rp194,44
miliar dari pembiayaan.

Jika dilihat secara nasional, ada 19 provinsi yang APBD Pemda Kabupaten/Kota di
wilayahnya naik pada 2021 dibanding realisasi 2020. Sedangkan di 14 provinsi
lainnya terjadi penurunan.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/06/ini-apbd-pemda-
kabupatenkota-pada-2021-siapa-terbesar
 Penjelasan tiap rasio
a. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana otonomi daerah dalam mengelola keuangan mereka
sendiri, terutama dalam pengumpulan, penggunaan, dan pengelolaan sumber daya
keuangan. Rasio ini menggambarkan sejauh mana keputusan keuangan dapat
diambil di tingkat pemerintah daerah daripada di tingkat pemerintah pusat.
b. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah adalah ukuran yang digunakan untuk
menilai sejauh mana pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk
mendanai pengeluaran mereka sendiri tanpa terlalu bergantung pada dana
atau transfer dari pemerintah pusat atau sumber-sumber eksternal lainnya.
Dalam konteks desentralisasi fiskal, kemandirian keuangan daerah menjadi
penting karena mencerminkan tingkat otonomi keuangan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah.
c. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah ukuran yang digunakan
untuk mengevaluasi sejauh mana pemerintah daerah berhasil dalam
mengumpulkan pendapatan dari sumber-sumber internal seperti pajak,
retribusi, hasil usaha milik daerah, dan sumber-sumber lainnya. Rasio ini
membantu mengukur efisiensi dan efektivitas pemerintah daerah dalam mengelola
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mereka.
d. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah adalah ukuran yang digunakan untuk
mengevaluasi sejauh mana pemerintah daerah berhasil mengelola sumber daya
keuangannya dengan efisien dan efektif. Rasio ini membantu mengukur kinerja
keuangan daerah dalam penggunaan dana publik untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan memastikan bahwa pengeluaran publik tidak terlalu tinggi
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.
e. Dalam analisis APBD dan pengukuran keseimbangan atau kesesuaian anggaran,
digunakan rasio atau metrik lainnya, seperti Rasio Kemandirian Keuangan
Daerah, Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), atau Rasio
Ketergantungan Terhadap Dana Transfer Pusat, tergantung pada fokus penelitian
atau evaluasi.

2. Metode : kuantitatif deskriptif


3. Objek Penelitian : Pemerintah Kabupaten Situbondo
4. - Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian beberapa penelitian terdahulu yang
mengukur kinerja pemerintah daerah menggunakan beberapa rasio diantaranya derajat
desentralisasi , ketergantungan keuangan daerah, dan sebagainya. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objek penelitian yang
digunakan, objek penelitian adalah Pemerintah Kabupaten Situbondo
Tahap Analisa laporan keuangan : menghitung rasio-rasio keuangan dan menganalisis
serta mendeskripsikan hasil penghitungan rasio keuangan
5. Alasan memilih Situbondo (https://jatim.antaranews.com/berita/715338/dprd-
situbondo-evaluasi-kinerja-pemda-karena-serapan-apbd-rendah)
Tujuan dari penelitian ini:
1. Evaluasi Kesehatan Keuangan
Tujuan utama adalah untuk mengevaluasi kesehatan keuangan Pemerintah Kabupaten
Situbondo selama periode 2019-2022. Ini mencakup menilai pendapatan, belanja, dan
investasi pemerintah, serta melihat apakah ada kecenderungan defisit anggaran
(Pengeluaran lebih besar dibandingkan dengan pemasukan) atau surplus (Jumlah sisi
penerimaan melebihi sisi pengeluaran) serta penyebabnya.
2. Analisis Penggunaan Dana
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana dana publik digunakan selama
periode tersebut. Ini termasuk alokasi anggaran untuk berbagai sektor seperti
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan lainnya. Tujuannya adalah untuk
mengevaluasi apakah dana publik digunakan secara efisien dan efektif sesuai dengan
prioritas pembangunan daerah.
3. Keberlanjutan Keuangan
Salah satu tujuan penting adalah untuk menilai keberlanjutan keuangan daerah. Ini
melibatkan penilaian terhadap kinerja pendapatan daerah, potensi pendapatan masa
depan, serta ketergantungan pada sumber pendapatan tertentu. Tujuannya adalah
untuk memastikan bahwa pemerintah daerah memiliki sumber daya yang cukup untuk
menjalankan layanan dan proyek-proyek pembangunan.
4. Transparansi dan Akuntabilitas
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa tingkat transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Ini mencakup penilaian terhadap pelaporan
keuangan dan keterbukaan informasi keuangan kepada masyarakat.
5. Rekomendasi Perbaikan
Berdasarkan temuan analisis kinerja keuangan, penelitian ini juga memiliki tujuan
untuk memberikan rekomendasi perbaikan. Rekomendasi ini dapat mencakup saran-
saran untuk meningkatkan manajemen keuangan, alokasi anggaran, efisiensi
pengeluaran, atau strategi untuk meningkatkan pendapatan daerah.
6. Kontribusi terhadap Kebijakan Publik
Penelitian ini juga dapat berkontribusi pada pengembangan kebijakan publik yang
lebih baik. Dengan memahami kinerja keuangan pemerintah daerah, penelitian ini
dapat membantu pemerintah daerah dalam merencanakan kebijakan yang lebih efektif
dan efisien dalam mendukung pembangunan daerah.
Referensi :
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Hafni (2017) menyimpulkan bahwa adanya
kemandirian keuangan daerah Kabupaten Labuhan Batu Tahun Anggaran 2011-2013 dalam
kategori rendah. Efektivitas keuangan daerah dalam kategori sangat efektif di tahun 2011 -
2012 dan tidak efektif di tahun 2013. Sedangkan efisiensi keuangan daerah berada pada
kategori sangat efisien. Bila dilihat dari rasio belanja aktivitas / kecocokan pada periode
2011- 2012, Kabupaten Labuhan Batu masih memprioritaskan pengeluaran rutin dibanding
belanja modal. Selain pertumbuhan pendapatan daerah cenderung menurun dan negatif di
tahun 2013, Pemkab Labuhan Batu memiliki kesempatan untuk melakukan pinjaman karena
memiliki DSCR di atas 250% setiap tahunnya.
Sumual, Kalangi, & Gerungai, (2017) menyimpulkan bahwa Selama tahun 2013-2016 Kota
Tomohon hanya mendapatkan predikat sebagai Kota yang efektif karena banyak target yang
telah dicapai, tapi untuk pertumbuhan kemandirian dan efesiensi Kota Tomohon belum
memenuhi sesuai standar yang diinginkan.
Dewi, P. K., & Hafni, N. (2017). Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhan Batu Tahun Anggaran 2011–2013.
KITABAH: Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Syariah, 1(1).
Harahap, H. F. (2020). Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(1), 34-38.
Pilat, J. J., & Morasa, J. (2017). Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kota Manado untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Manado
Tahun Anggaran 2011-2015. Accountability, 6(1), 45-56.

Sumual, C. D., Kalangi, L., & Gerungai, N. Y. T. (2017). Analisis Pengukuran Kinerja
Keuangan Pada Pemerintah Kota Tomohon. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern, 12(2).
Kuantitatif
1. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Situbondo jika dilihat dari
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal?
2. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Situbondo jika dilihat dari Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah?
3. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Situbondo jika dilihat dari Rasio
Efektivitas PAD?
4. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Situbondo jika dilihat dari Rasio
Efisiensi Keuangan Daerah?
5. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Situbondo jika dilihat dari Rasio
Keserasian?

2. Hipotesis:
1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat menggambarkan terhadap Kinerja
Keuangan di Situbondo.
2. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dapat menggambarkan Kinerja
Keuangan di Situbondo.
3. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Keuangan Daerah dapat menggambarkan
Kinerja Keuangan di Situbondo.
4. Rasio Keserasian Keuangan Daerah dapat menggambarkan Kinerja
Keuangan di Situbondo.
H0 : Diduga kinerja keuangan pemerintah kabupaten Situbondoh tahun 2019-2022 tidak berjalan
dengan baik berdasarkan rasio derajat desentralisasi, rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio
efisiensi dan rasio keserasian keuangan daerah

H1 : Diduga kinerja keuangan pemerintah kabupaten Situbondoh tahun 2019-2022 berjalan dengan
baik berdasarkan rasio derajat desentralisasi, rasio kemandirian, rasio efektivitas, rasio efisiensi dan
rasio keserasian keuangan daerah

Anda mungkin juga menyukai