Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH KOTA JAMBI

PERIODE 2015 – 2017

SHAVIRA ANDILLA

Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jambi

Email: shavirandilla@yahoo.com

Abstract: Regional autonomy encourages each regional government to have


financial independence and take responsibility for its regional government. The
implementation of regional autonomy must still be monitored. One of them is by
evaluating the performance of local governments. This study aims to provide
empirical evidence of how the performance of the Jambi City Government in the
2015-2017 period. The subjects in this study were the Jambi City Government.
Data analysis method used in this research is descriptive analysis method. In
addition this study also uses quantitative analysis that is used in calculating the
ratios in the Brown Model. The results showed that the performance of the Jambi
City Government was assessed in terms of revenue getting lower scores than other
local governments, while the performance of the Jambi City Government was
judged in terms of spending as good as other local governments.
Keywords: income, expenditure, Brown Model, performance.

Abstak: Otonomi daerah mendorong agar setiap pemerintahan daerah untuk


memiliki kemandirian keuangan dan bertanggung jawab atas pemerintahan
daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah tetap harus diawasi. Salah satunya
melalui penilaian kinerja pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan bukti empiris bagaimana kinerja Pemerintah Kota Jambi periode
2015 - 2017. Subyek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Kota Jambi. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif. Selain itu penelitian ini juga menggunakan analisis kuantitatif yang
digunakan dalam menghitung rasio – rasio dalam Model Brown. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Jambi dinilai dari sisi pendapatan
mendapatkan nilai yang lebih rendah dari pemda lainnya, sedangkan kinerja
Pemerintah Kota Jambi dinilai dari sisi belanja mendapatkan nilai yang sama
baiknya dengan pemda lainnya.

Kata Kunci: pendapatan, belanja, Model Brown, kinerja.


A. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dewasa ini meliputi segala bidang dan tentunya
perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada khususnya
maupun masyarakat pada umumnya, (Prasetyo dan Ngumar 2017). Pemerintah
Daerah dalam menjalankan roda pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat memerlukan dana/pembiayaan yang nantinya akan digunakan untuk
pembangunan yang tertata dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan pimpinan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah (Mea, dkk, 2017).
Kinerja adalah segala gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/ program kebijakan dalam menwujudkan sasaran, tujuan, visi dan
misi organisasi yang tertuang dalam strategis planning. kinerja bisa diketahui
hanya individu maupun kelompok, individu tersebut mempunyai kriteria
keberasilan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja merupakan proses untuk
mengukur kesesuaian realisasi dengan tujuan yang ditetapkan. Analisis kinerja
keuangan bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah,
mengukur potensi mendapatan atau sumber ekonomi, mengetahui kondisi
keuangan, mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya,
dan menyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (Wonda, 2016)
Kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah potensi yang dimiliki oleh
suatu daerah dalam menggali, mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber
keuangan asli daerahnya guna mendukung berjalannya sistem pemerintahan.
Analisis kinerja pemerintah daerah dapat dilihat dari kinerja keuangan suatu
daerah. Salah satu cara untuk menganalisis kinerja keuangan suatu daerah adalah
dengan melakukan analisis rasio keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang telah ditetapkan serta dilaksanakan. Analisis rasio
terhadap realisasi APBD harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pengelolaan keuangan daerah, di samping meningkatkan kuantitas pengelolaan
keuangan daerah, analisis rasio terhadap realisasi APBD juga dapat digunakan
sebagai alat untuk menilai efektivitas otonomi daerah sebab kebijakan ini yang
memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah untuk mengelola keuangan
daerahnya seharusnya bisa meningkatkan kinerja keuangan daerah yang
bersangkutan (Ropa, 2016).
Pemerintah Kota Jambi sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah
pemerintah Kota Jambi berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.
Masyarakat atau penduduk sebagai salah satu sumber daya pembangunan yang
memegang dua peranan penting dalam pembangunan yaitu sebagai objek atau
perilaku sekaligus sebagai objek pembangunan menginginkan adanya keterbukaan
mengenai anggaran keuangan yang ada pada Pemerintah Kota Jambi, sehingga
masyarakat juga dapat memantau kinerja Pemerintah Kota Jambi apakah telah
berjalan dengan baik atau tidak. Peningkatan pendapatan dan belanja ini
menunjukkan bahwa banyak kegiatan atau program yang telah dilakukan
pemerinta Kota Jambi yang merupakan wujud dari realisasi visi, misi dan tujuan
pemerintah. Tercapai atau tidaknya visi, misi dan tujuan tersebut merupakan
gambaran dari kinerja pemerintah itu sendiri, maka dilakukannya penilaian
keuangan pemerintah Kota Jambi apakah sehat atau darurat fiskal.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas
maka masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana kinerja Pemerintah Kota
Jambi periode 2015 - 2017?

Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah: Untuk memberikan bukti empiris kinerja Pemerintah Kota
Jambi periode 2015 – 2017

B. LANDASAN TEORI

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah diselenggarakan


berdasarkan peraturan perundang-undangan mulai dari tingkatan undang-undang
sampai dengan tingkatan peraturan menteri. Undang-undang No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah Pasal 184 (1): “Kepala daerah menyampaikan
rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.”

Evaluasi Pelaksanaan APBD


Evaluasi pelaksanaan APBD merupakan proses untuk mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan APBD. Permendagri No.13 Tahun 2006
pasal 4 ayat 4 dan ayat 5 menjelaskan bahwa efisien merupakan pencapaian
keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu, sedangkan efektivitas
merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan.
Evaluasi kinerja pelaksanaan APBD dilaksanakan dengan cara membandingkan
realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana
dan standar. Ruang lingkup evaluasi kinerja pelaksanaan APBD adalah belanja
dan pendapatan. Evaluasi belanja meliputi belanja langsung dan tidak langsung.
Evaluasi pendapatan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Transfer dan Lain-
lain Pendapatan yang Sah.

Analisis Pendapatan
Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Biasanya selisih
anggaran sudah diinformasikan dalam Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan
oleh pemerintah daerah. Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu
pengguna laporan dalam memahami dan menganalisi kinerja pendapatan.
Pada prinsipnya, anggaran pendapatan merupakan batas minimal jumlah
pendapatan yang ditargetkan harus diperoleh oleh pemerintah daerah. Pemerintah
daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik apabila mampu
memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarakan. Sebaliknya
apabila realisasi pendapatan di bawah jumlah yang dianggarkan, maka hal tersebut
dinilai kurang baik. Apabila target pendapatan dapat tercapai bahkan terlampaui,
maka hal itu tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya demikian.
Tetapi jika target pendapatan tidak tercapai, hal ini butuh penelaahan lebih lanjut
terkait dengan penyebab tidak tercapainya target. Selisih lebih realisasi
pendapatan merupakan selisih yang diharapkan (favourable variance), sedangkan
selisih kurang merupakan selisih yang tidak diharapkan (unfavourable variance)
(Mahmudi, 2010).

Analisis Belanja

Analisis Belanja daerah sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi


apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD secara ekonomis, efisien
dan efektif (value for money). Sejauh mana pemerintah daerah telah melakukan
efisiensi anggaran, menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran
yang tidak tepat sasaran. Dengan digunakannya sistem penganggaran berbasis
kinerja, semangat untuk melakukan efisiensi (penghematan) atas setiap belanja
mutlak harus tertanam dalam jiwa setiap pegawai pemerintah daerah. Pemerintah
tidak perlu lagi berorientasi untuk menghabiskan anggaran yang berakibat terjadi
pemborosan anggaran, tetapi hendaknya berorientasi pada output dan outcome
dari anggaran.
Dalam hal belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja
merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah
daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya
apabila realisasi belanja tidak melebihi dari yang dianggarkan. Analisis varians
merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan
anggaran. Analisis varians cukup sederhana namun dapat memberikan informasi
yang sangat berarti. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan,
pembaca laporan dapat mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran
belanja dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya
atau persentasenya.
Selisih realisasi belanja yang dianggarkan yang cukup signifikan bisa
memberikan dua kemungkinan, pertama hal itu menunjukan adanya efisiensi
anggaran. Kedua justru sebaliknya, jika terjadi selisih kurang maka sangat
mungkin telah terjadi kelemahan dalam perencanaa anggaran sehingga
estimasinya kurang tepat, atau tidak terserapnya anggaran tersebut bisa jadi
disebabkan karena ada program dan kegiatan yang tidak dilaksanakan eksekutif
padahal sudah diamanatkan dalam anggaran. Oleh karena itu, untuk mengetahui
penyebab varians tersebut DPRD perlu melakukan penelusuran dan konfirmasi
langsung dengan pihak eksekutif sehingga bisa menilai apakah selisih tersebut
menunjukan kinerja anggaran yang baik atau hanya karena anggaran yang
ditetapkan kurang efisien.

Model – Model Analisis Kondisi Keuangan Pemda

Model Brown: Uji 10-poin kondisi keuangan


Brown (1993, 1996). Memperkenalkan 10 rasio kunci untuk mengukur
kondisi keuangan pemda dengan populasi kurang dari 100.000 orang. Kesepuluh
rasio kunci tersebut terdiri dari empat faktor dasar keuangan pemda yang terdiri
dari pendapatan, belanja, posisi operasi, dan struktur utang. Rasio ini ditunjukan
pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1: Model Brown Rasio-Rasio 10-Poin
Faktor-faktor Rasio Interpretasi
keuangan
Pendapatan Total pendapatan / populasi Rasio yang tinggi menunjukan
kemampuan yang lebih besar
untuk memperoleh pendapatan
tambahan *)
Total pendapatan dana umum dari Rasio yang rendah menunjukan
sumber sendiri / total pendapatan pemerintah daerah tidak harus
dana umum bergantung pada transfer
operasi untuk membiayai
operasional pemerintah umum.
Sumber dana umum dari dana Rasio yang rendah menunjukan
lainnya / total sumber dana umum infrastruktur sedang terjaga
dengan baik
Belanja Pengeluaran operasional / Sebuah rasio yang tinggi
pengeluaran total menunjukan pemerintah daerah
mengalami ekuitas positif antar
perioda
Posisi operasional Total pendapatan / pengeluaran Sebuah rasio yang tinggi
total menunjukan adanya sumber
daya yang dapat digunakan
untuk mengatasi kekurangan
sementara pendapatan
Unreserved saldo dana umum / Sebuah rasio yang tinggi
total pendapatan umum menunjukan kas yang cukup
yang dapat digunakan untuk
membayar kewajiban jangka
pendek
Jumlah dana kas umum dan Rasio yang rendah menunjukan
investasi / jumlah kewajiban dana kewajiban jangka pendek
umum
Struktur hutang Jumlah kewajiban dana umum / Rasio yang rendah menunjukan
total pendapatan dana umum kewajiban jangka pendek dapat
dengan mudah dilayani oleh
aliran normal pendapatan
tahunan.
Hutang langsung jangka panjang / Rasio yang rendah menunjukan
populasi pemerintah daerah memiliki
kemampuan untuk membayar
utang umum jangka panjang
Layanan hutang / total pendapatan Rasio yang rendah menunjukan
pemerintah daerah mampu
membayar persyaratan layanan
utang ketika jatuh tempo.
Diadaptasi dari Brown (1993, 1996)
*) pada tahun 1996, Brown merevisi kondisi yang menguntungkan untuk rasio ini
dengan rasio tinggi, dari pada rasio rendah

Untuk mengukur kondisi keuangan pemda, pertama, analisis menghitung


terlebih dahulu 10 rasio keuangan kunci dari semua pemda berdasarkan database
laporan keuangan yang ada. Kedua, membandingkan rasio suatu pemda tertentu
dengan rasio dari pemerintah-pemerintah daerah lainnya. Jika rasio dari pemda
tersebut terletak pada kuartil 1 (25% terburuk dari semua pemda dalam database),
maka akan mendapatkan skor -1. Jika skornya terletak pada kuartil kedua akan
diberi skor 0. Jika terletak pada nilai kuartil ketiga maka akan mendapatkan skor
1, dan jika berada dalam kuartil 4 (25% terbaik dari semua pemda di database)
akan mendapatkan skor 2. Oleh karena itu, jika semua rasio dari suatu pemda
terletak di kuartil 3, maka pemda tersebut akan mendapatkan total skor sebesar 10.
Jika semua rasio berada di kuartil 2, maka pemda akan mendapatkan total skor 0,
dan jika semua rasio berada di kuartil 1, maka aka mendapatkan total skor -10.
Dengan demikian, sistem rating ini hanya memberikan nilai positif jika rasio dari
suatu pemda terletak setidaknya pada kuartil ketiga. Jika rasio dari suatu pemda
terletak pada kuartil 3, hal ini berarti bahwa untuk rasio tersebut, pemda tersebut
memiliki posisi yang lebih baik dibandingkan dengan 50% dari semua pemda
yang ada dalam database (Ritonga, 2014).
Langkah terakhir dalam menilai kondisi keuangan pemda adalah dengan
memberikan skor kondisi keuangan berdasarkan hasil perbandingan pada langkah
dua. Untuk memberikan penilaian yang komprehensif atas kondisi keuangan
pemda, maka skor semua rasio ditambahkan bersama-sama. Pemerintah daerah
dengan total skor 10 atau lebih disimpulkan sebagai salah satu kondisi keuangan
terbaik, total skor 5 sampai 9 disimpulkan sebagai lebih baik daripada kebanyakan
pemda lain, total skor 1 sampai 4 disimpulkan sebagai rata-rata, total skor 0
sampai -4 disimpulkan sebagai lebih buruk daripada kebanyak pemda lain, dan
total skor -5 atau kurang disimpulkan sabagai salah satu kondisi keuangan
terburuk di antara pemda-pemda di database.

C. METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Subjek penelitian
ini adalah Pemerintah Kota Jambi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari BPK RI Perwakilan Jambi. Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Penelitian Deskriptif
merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari
suatu populasi. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis kinerja pemerintah
daerah dengan model Brown yang terdiri dari 10 rasio kunci.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pendapatan

1. Total Pendapatan/Populasi
Rasio pertama dari faktor keuangan adalah rasio perbandingan antara total
pendapatan dengan populasi. Berikut disajikan data total pendapatan dan populasi
pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Data Total Pendapatan/Populasi
Pemerintah Total
Tahun Total Pendapatan % Populasi % %
Daerah Pendapatan/Populasi
2015 1.387.222.252.820,42 576.067 2.408.092

Kota Jambi 2016 1.571.332.218.626,47 13% 583.487 1% 2.693.003 12%

2017 1.500.633.237.946,70 -4% 591.134 1% 2.538.567 -6%


1.486.395.903.131,20 4% 583.563
Rata-rata 1% 2.546.554 3%
Sumber: Data diolah peneliti, 2019
2. Total Pendapatan Dana Umum dari Sumber Sendiri/Total Pendapatan
Dana Umum
Rasio kedua dari faktor keuangan adalah rasio perbandingan antara Total
Pendapatan Dana Umum dari Sumber Sendiri/Total Pendapatan Dana Umum.
Berikut disajikan data total pendapatan dan populasi pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Total Pendapatan Dana Umum dari Sumber Sendiri/Total Pendapatan
Dana Umum
Pemerintah Total Pendapatan dana total pendapatan
Tahun % %
Daerah umum dari sumber sendiri dana umum
2015 263.925.520.119,42 - 1.280.089.142.820,42 -
Kota Jambi 2016 287.525.214.004,49 9% 1.223.767.251.851,47 -4%
2017 397.327.847.289,10 38% 1.310.747.444.342,70 7%
Rata-rata 316.259.527.137,67 24% 1.271.534.613.004,86 1%

Total Pendapatan dana umum dari sumber


%
sendiri/Total pendapatan dana umum
0,206177454 -
0,234950897 14%
0,303130743 29%
0,248086365 21%
Sumber: Data diolah peneliti, 2019

3. Sumber Dana Umum dari Dana Lainnya/Total Sumber Dana Umum


Rasio ketiga dari faktor keuangan adalah rasio perbandingan antara Sumber
Dana Umum dari Dana Lainnya/Total Sumber Dana Umum. Berikut disajikan
data total pendapatan dan populasi pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Sumber Dana Umum dari Dana Lainnya/Total Sumber Dana Umum
sumber
dana umum
Sumber Dana
Total sumber dana dari dana
Tahun Umum dari Dana % % %
umum lainnya/total
lainnya
sumber dana
umum
2015 256.618.892.333,00 1.008.163.622.701,00 0,254540916
2016 66.909.923.835,98 -74% 897.202.241.268,98 -11% 0,074576189 -71%
2017 87.480.495.375,60 31% 910.600.597.053,60 1% 0,219703665 29%
rata-
137.003.103.848,19 -22% 938.655.487.007,86 -5% 0,182940257 -21%
rata
Sumber: Data diolah peneliti, 2019

Belanja
1. Pengeluaran Operasional/Pengeluaran Total
Rasio keempat dari faktor keuangan adalah rasio perbandingan antara
Pengeluaran Operasional/Pengeluaran Total. Berikut disajikan data total
pendapatan dan populasi pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4
Pengeluaran Operasional/Pengeluaran Total
Pengeluaran
Pemerintah Pengeluaran Operasional/
Tahun % Pengeluaran Total % %
Daerah Operasional Pengeluaran
Total
2015 1.039.930.202.333,00 1.425.607.446.320,80 0,729464626
Kota Jambi 2016 1.100.135.850.737,50 6% 1.525.413.835.576,45 7% 0,721204846 -1%
2017 1.074.300.999.132,30 -2% 1.495.010.546.734,80 -2% 0,718590917 0%
Rata-rata 1.071.455.684.067,60 2% 1.482.010.609.544,02 3% 0,723086796 -1%
Sumber: Data diolah peneliti, 2019

Pembahasan

Kinerja Pemerintah Daerah Kota Jambi


Kinerja pemerintah daerah Kota Jambi dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan Model Brown 4 poin. Penelitian ini membatasi pada kinerja
keuangan terkait pendapatan dan belanja Kota Jambi. Pengukuran dengan
menggunakan Model Brown 4 poin memerlukan data rasio keuangan dari
pemerintah daerah lainnya di Provinsi Jambi. Penelitian ini hanya berfokus pada
pengukuran kinerja Pemerintah Daerah Kota Jambi saja, namun memerlukan data
pemda lainnya.
Tabel 5
Kuartil Rasio Model Brown 10-poin
Keterangan Q1 Q2 Q3 Q4
Rasio 1 988,163 1.976.325 2.964.488 3.952.651
Rasio 2 0,0235 0,0471 0,0706 0,0942
Rasio 3 0,0483 0,0966 0,1450 0,1933
Rasio 4 0,1821 0,3641 0,5462 0,7282
Sumber: Data diolah peneliti, 2019

Tabel 5 di atas menunjukkan data kuartil 1, 2, 3, 4 dari 4 rasio keuangan


dalam Model Brown. Penelitian ini membatasi penilaian kinerja keuangan
Pemerintah Daerah Kota Jambi pada pendapatan (rasio 1, rasio 2, dan rasio 3) dan
belanja (rasio 4), sehingga hanya ada 4 rasio yang dibahas dalam penelitian ini.
Kinerja Keuangan – Pendapatan Pemerintah Daerah Kota Jambi
Berikut disajikan data rasio keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi selama
tahun 2015 – 2017 dan skor menurut model Brown pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6
Total Penilaian Kondisi Keuangan Pemerintah Daerah menurut Model
Brown Berdasarkan Pendapatan
Pemerintah Pendapatan
Daerah Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3
2015 1 2 2

2016 1 2 0

2017 1 2 0

Jumlah 3 6 2

Rata-rata 3,7

Sumber: Data diolah peneliti, 2019

Rasio 1 yaitu Total pendapatan/populasi. Pemerintah Daerah Kota Jambi


pada tahun 2015 - 2017 yaitu mendapatkan skor 1. Rasio 2 yaitu total pendapatan
dana umum dari sumber sendiri/total pendapatan dana umum. Kondisi keuangan
Pemerintah Daerah Kota Jambi pada tahun 2015 - 2017 yaitu mendapatkan skor 2.
Rasio 3 Sumber Dana Umum dari Dana Lainnya/Total Sumber Dana Umum.
Kondisi keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi tahun 2015 mendapatkan skor
2, tetapi terjadi penurunan kondisi keuangan pada tahun 2016 - 2017 yaitu
mendapatkan skor 0.
Tabel 6 diatas menunjukan bahwa kinerja keuangan dari sisi pendapatan
Kota Jambi mendapatkan nilai rata rata 3,7 menurut model Brown menandakan
bahwa kondisi keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi apabila dibandingkan
dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi maka dapat dinyatakan bahwa Kota
Jambi berada pada peringkat paling bawah dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota lain di Provinsi Jambi.
Berikut disajikan data rasio keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi selama tahun 2015 – 2017 dan skor menurut model Brown pada
tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7
Total Penilaian Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi menurut Model Brown Berdasarkan Belanja
Pendapatan
Rata-rata
Pendapatan
No Pemerintah Daerah Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3
1 Kota Jambi 3 6 2 3,7

2 Kabupaten Bungo 6 6 6 6,0

3 Kabupaten Sarolangun 6 6 6 6,0

4 Kabupaten Kerinci 6 6 6 6,0

5 Kabupaten Batanghari 6 6 5 5,7

6 Kabupaten Tanjabbar 6 6 4 5,33

7 Kabupaten Tebo 3 6 5 4,7

8 Kabupaten Merangin 6 5 6 5,7

9 Kabupaten Muaro Jambi 3 3 6 4,0

10 Kota Sungai Penuh 6 3 5 4,7

11 Kabupaten Tanjabtim 6 4 4 4,7

Sumber: Data diolah peneliti, 2019


Tabel 7 diatas menunjukan bahwa rata-rata pendapatan berkisar antara 3,7 - 6.
Pemerintah Daerah yang mendapatkan nilai rata-rata 6 yaitu Kabupaten Bungo,
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Kerinci. Pemerintah Daerah yang
mendapatkan nilai rata-rata 5,7 yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten
Merangin. Pemerintah Daerah yang mendapatkan nilai rata-rata 5,33 yaitu
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pemerintah Daerah yang mendapatkan nilai
rata-rata 4,7 yaitu Kabupaten Tebo, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Pemerintah Daerah yang mendapatkan nilai rata-rata 4,0 yaitu,
Kabupaten Muaro Jambi dan Pemerintah Daerah yang mendapatkan nilai rata-rata
3,7 yaitu Kota Jambi.
Pemerintah Daerah Kota Jambi terus berupaya untuk meningkatkan
kemandirian daerah dan tidak bergantung pada pendapatan transfer dari
pemerintah pusat. Pemerintah Daerah Kota Jambi perlu memikirkan strategi untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya agar dapat memiliki kemandirian
keuangan. Salah satu cara peningkatan PAD yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kota Jambi adalah dengan memaksimalkan setiap potensi penerimaan
PAD. Pajak daerah terdiri dari 12 jenis pajak. Pertumbuhan penerimaan pajak dari
keduabelas jenis pajak ini sejak tahun 2015 hingga 2017 sangat signifikan.
Ada empat pajak yang menjadi penyumbang PAD terbesar bagi Pemerintah
Daerah Kota Jambi, yaitu Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp 55.675.117.054 atau
setara 33%, BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) sebesar Rp
44.082.518.458 atau setara 26%, Pajak Restoran sebesar Rp 21.119.051.886 atau
setara 12%, dan Pajak Bumi dan Bangunan sebesar Rp 19.929.324.154 atau setara
12%.
Pajak Bumi dan Bangunan Kota Jambi menghadapi masalah tersendiri,
dimana Pemerintah Daerah Kota Jambi pada tahun 2015 menargetkan anggaran
penerimaan pajak daerah yang berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan mencapai
Rp 50.000.000.000 namun yang berhasil direalisasi hanya Rp 19.628.912.994 atau
setara 39%. Begitu juga dengan tahun 2016 anggarannya Rp 30.000.000.000
dengan realisasi sebesar Rp 18.179.644.803, sudah mengalami peningkatan
menjadi 61% meskipun dengan penerimaan yang lebih rendah dari tahun
sebelumnya, dan tahun 2017 mengalami peningkatan 65% dengan anggaran
sebesar Rp 34.000.000.000 realisasinya sebesar Rp 21.979.414.665. Hal ini
menunjukan bahwa kesadaran masyarakat membayar pajak bumi dan bangunan
masih rendah.

Kinerja Keuangan – Belanja Pemerintah Daerah Kota Jambi


Berikut disajikan data rasio keuangan Pemerintah Daerah Kota Jambi selama
tahun 2015 – 2017 dan skor menurut model Brown pada tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8
Total Penilaian Kondisi Keuangan Pemerintah Daerah menurut Model
Brown Berdasarkan Belanja
2015 2016 2017 Jumlah

Rasio 4 2 2 2 6

Sumber: Data diolah peneliti, 2019


Rasio 4 pengeluaran operasional/pengeluaran total kondisi keuangan
pemerintah daerah Kota Jambi pada tahun 2015 - 2017 yaitu mendapatkan skor 2.
Tabel 8 menunjukan kinerja keuangan dari sisi belanja Kota Jambi mendapatkan
skor 6 yang menurut model Brown mendandakan bahwa kondisi keuangan
Pemerintah Daerah Kota Jambi sama baiknya dengan pemda lainnya.
Berikut disajikan data rasio keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Jambi selama tahun 2015 – 2017 dan skor menurut model Brown pada tabel 9
dibawah ini:
Tabel 9
Total Penilaian Kondisi Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Jambi menurut Model Brown Berdasarkan Belanja
Belanja Rasio 4
Rata-rata
No Pemerintah Daerah Skor
nilai
1 Kota Jambi 0,723 6
2 Kabupaten Bungo 0,852 6
3 Kabupaten Sarolangun 0,669 6
4 Kabupaten Kerinci 0,771 6
5 Kabupaten Batanghari 0,809 6
6 Kabupaten Tanjabbar 0,701 6
7 Kabupaten Tebo 0,714 6
8 Kabupaten Merangin 0,719 6
9 Kabupaten Muaro Jambi 0,678 6
10 Kota Sungai Penuh 0,708 6
11 Kabupaten Tanjabtim 0,667 6
Sumber: Data diolah peneliti, 2019

Tabel 9 diatas menunjukan bahwa rata-rata belanja mendapatkan skor 6.


Perbandingan rasio belanja operasional/total belanja pemerintah daerah dalam
nilai desimal menunjukkan bahwa rata-rata rasio belanja operasional/total
belanja adalah 0,728. Ritonga (2014) menjelaskan bahwa rasio yang rendah
menunjukkan infrastruktur sedang terjaga dengan baik. Rasio Kabupaten
Bungo 0,852 menjadi yang terbesar, sementara yang terkecil yaitu Kabupaten
Tanjabtim yaitu 0,667. Rasio belanja operasional/total belanja Pemerintah
Kota Jambi sebesar 0,723. Hal ini menunjukkan bahwa anggaran belanja
untuk menjaga infrastruktur di Kota Jambi lebih baik dari rata-rata pemerintah
kota dan kabupaten lain di Provinsi Jambi. Perbaikan kondisi keuangan
Pemerintah Daerah Kota Jambi selain disebabkan dari peningkatan
pendapatan, juga disebabkan dari adanya penghematan belanja baik belanja
operasi maupun belanja modal. Pemerintah Daerah Kota Jambi mampu
menghemat anggaran belanja. Hal ini terlihat dari persentase realisasi jumlah
belanja Pemerintah Daerah Kota Jambi pada tahun 2015 sebesar 88,9%, pada
tahun 2016 persentase belanja 89,4%, pada tahun 2017 persentase belanja
89,5%. Penghematan anggaran belanja yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah Kota Jambi selama 2015 hingga 2017 telah menghemat anggaran
belanja hingga Rp 534.158.796.472,95 dari anggaran Rp 4.980.190.625.105
menjadi Rp 4.446.031.828.632,05.
Tabel 10
Total Penilaian Kondisi Keuangan Pemerintah Daerah menurut
Model Brown
Keterangan 2015 2016 2017

Jumlah 7 5 5

Rata-rata skor
seluruh Kota &
7,5 6,7 7,2
Kabupaten di
Provinsi Jambi
Sumber: Data diolah peneliti, 2019

Berdasarkan tabel 10 diatas rata-rata skor seluruh Kota & Kabupaten di


Provinsi Jambi pada tahun 2015 yaitu 7,5. Total skor yang diperoleh
pemerintah daerah Kota Jambi pada tahun 2015 yaitu 7, nilai ini menandakan
bahwa kinerja keuangan pemerintah Kota Jambi di Model Brown pada tahun
2015 mendapatkan kategori “lebih buruk daripada kebanyakan pemda lain”.
Rata-rata skor seluruh Kota & Kabupaten di Provinsi Jambi pada tahun
2016 yaitu 6,7. Total skor yang diperoleh pemerintah daerah Kota Jambi pada
tahun 2016 yaitu 5, nilai ini menandakan bahwa kinerja keuangan pemerintah
Kota Jambi di Model Brown pada tahun 2016 mendapatkan kategori “lebih
buruk daripada kebanyakan pemda lain”.
Rata-rata skor seluruh Kota & Kabupaten di Provinsi Jambi pada tahun
2017 yaitu 7,2. Total skor yang diperoleh pemerintah daerah Kota Jambi pada
tahun 2017 yaitu 5, nilai ini menandakan bahwa kinerja keuangan pemerintah
Kota Jambi di Model Brown pada tahun 2017 mendapatkan kategori “lebih
buruk dari kebanyakan pemda lain”.
Keseluruhan kinerja keuangan pemerintah daerah Kota jambi selama 2015
- 2017 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kinerja keuangan. Hal ini
menandakan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah Kota Jambi lebih
buruk dari kebanyakan pemda, pada tahun 2015 skor perolehan pemerintah
daerah Kota Jambi yaitu 7. Namun pada tahun 2016 – 2017 terjadi penurunan
skor menjadi 5.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis tentang kinerja pemerintah Kota Jambi, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kinerja Pemerintah Daerah Kota Jambi pada tahun 2015 – 2017 ditinjau dari
sisi pendapatan memperoleh skor 3,7 yang berarti memiliki kinerja yang
lebih rendah dari pemda lainnya.
2. Kinerja Pemerintah Daerah Kota Jambi pada tahun 2015 – 2017 ditinjau dari
sisi belanja memperoleh skor 6 yang berarti lebih baik dari pemda lainnya.
Dari kesimpulan penelitian maka penulis mencoba memberikan masukan atau
pertimbangan berupa saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah Kota Jambi, diharapkan dapat memperbaiki kinerja
pemerintah daerahnya, dan dapat menggali potensi baru Pendapatan Asli
Daerah agar terjadi peningkatan kinerja di masa yang akan datang.
2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengukur kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten lain yang ada di Provinsi Jambi dan provinsi lainnya
sebagai perbandingan. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat menggunakan
model pengukuran kinerja lainnya yang dapat mengukur kinerja pemerintah
daerah dengan lebih detail yang mencakup kinerja keuangan dan kinerja non
keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Indriantoro, Nur., dan Supomo, Bambang. 2018. Metodologi Penelitian Bisnis


untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: ANDI
Jambikota. 2019. Gambaran Umum Kondisi Daerah. http://data.jambikota.go.id/
dataset/d4b576e9-4858-4c6c-a5a4-ab6da3e42981/resource/4cb5ce9e-eeaa-
4b64-9ed7-5afa1bf0d0e3/download/2.-bab-2-kondisi-umum-kota.pdf.
Diakses Pada Tanggal 20 Juli 2019.
Jambikota. 2019. Kecamatan dan Kelurahan Kota Jambi. https://jambikota.go.id/
new/kecamatan-dan-kelurahan-kota-jambi/ Diakses Pada Tanggal 20 Juli
2019.
Khairudin dan Aminah. 2017. Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Pesawaran Tahun 2010-2014. ISSN 2087-2054 Vol.8
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan
Maizunati, Nur Afiyah. 2017. Analisis Kondisi Keuangan Pemerintah Daerah
Kota Magelang dalam Klaster Kota Di Jawa – Bali. Vol.2
Manoppo, Memey, dkk. 2017. Analisis Efektivitas Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
(Tahun Anggaran 2014-2015). ISSN 2303-1174 Vol. 5
Mea, Frangky Martinus, dkk. 2017. Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Minahasa. ISSN 1907-4298,
Vol. 13
Nelwan, Mosses dan Iis Siti Aisah. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Tahun Anggaran 2011-2015 Di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa
Barat. ISSN 0216-4019 Vol.43
Pandjaitan, Marina F, dkk. 2018. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Pemerintah
Kota Manado Tahun 2011-2016. ISSN 2303-1174 Vol.6
Pangkey, Aldy H. R, dkk. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Minahasa Selatan Tahun Anggaran 2011-2015. ISSN 2303-
1174 Vol.5
Panjaitan, Lisda Peronika dan Sahara. 2017. Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Batam. Vol.6
Poyoh, Christin Marciah, dkk. 2017. Analisis Kinerja Pendapatan dan Belanja
Badan Keuangan Daerah Kota Tomohon. ISSN 2303-1174 Vol.5
Rahmawati, Ni Ketut Erna dan I Wayan Putra. 2016. Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Tahun Anggaran 2010 – 2012. ISSN
2302-8556 Vol.15
Rahmayati, Anim. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2011-2013. ISSN: 2503-3565
Vol.1
Ritonga, Irwan Taufiq. 2014. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Yogyakarta: Lembaga Kajian Manajemen Pemerintahan Daerah, Pustaka
Pelajar.
Rohmayana. 2018. Jelang Akhir Tahun, BPPRD Kota Jambi Berburu Target
Pajak. https://jambi.tribunnews.com/2018/09/08/jelang-akhir-tahun-bpprd-
kota-jambi-berburu-target-pajak. Diakses Pada Tanggal 29 Juli 2019.
Ropa, Mega Oktavia. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten
Minahasa Selatan. ISSN 2303-1174 Vol. IV
Sekaran, Uma. 2015. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: ALFABETA
Wonda, Welio. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dalam masa
Otonomi Daerah Kabupaten Nabire Provinsi Papua. ISSN : 2303-1174
Vol. I

Anda mungkin juga menyukai