PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan adanya tuntutan akan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan
munculnya pengaturan baru dari masyarakat kearah yang lebih baik (new public
management), dengan tiga prinsip utamanya yaitu profesional, transparansi dan
akuntabilitas. Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan penilaian
sampai dimana keberhasilan dan tingkat kemajuan dari sebuah sistema kerja
pemerintahan akan terlihat berhasil atau tidak dan telah sesuai dengan visi dan
misi pemerintah atau belum.
Pengelolaan keuangan negara di Indonesia dari waktu ke waktu
mengalami perubahan dinamis yang mengikuti perkembangan zaman.
Keuangan negara dan daerah yang selanjutnya kita sebut sebagai keuangan
negara, memegang peranan yang sangat vital terhadap jalannya pemerintahan
suatu negara termasuk di Indonesia. Dengan demikian penting artinya bagi
aparat pemerintahan yang menangani pengelolaan keuangan negara untuk
mengerti dan mempelajari aspek-aspek yang terkait pengelolaan keuangan
negara tersebut.
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam pemerintah daerah
diharapkan mampu memberikan motivasi untuk lebih mengembangkan potensi-
potensi yang ada untuk melaksanakan pemerintahan secara terpadu agar setiap
pembangunan yang ada sesuai dengan prioritas dan mampu meningkatkan
kemampuan masyarakat. Dalam Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja
Daerah, Instansi pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, meliputi Kementerian Koordinator/ Kementerian Negara/
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten serta Lembaga-lembaga pemerintahan
yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan Anggaran
1
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan
pemerintah daerah.Dalam rangka pertanggung jawabkan publik, pemerintah
daerah harus melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.
Dalam hal ini kesemua aspek dari struktur otonomi daerah yang harus disusun
harus berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja secara ekonomi, efisiensi
dan dan efektivitas (value for money).
Penyerapan anggaran disini adalah realisasi dari anggaran. Mungkin
secara umum penyerapan anggaran yang dimaksud adalah pencapaian dari
suatu estimasi yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dipandang
pada suatu saat tertentu. Secara lebih mudah rang biasa mengatakan pencairan
anggaran. Oleh karena yang diamati adalah organisasai sektor publik atau
entitas pemerintahan, maka penyerapan anggaran disini dapat diartikan sebagai
pencairan atau realisasi anggaran sesuai yang tercantum dalam Laporan
Realisasai Anggaran (LRA) pada saat tertentu.
2
dari penyerapan penggunaan anggaran pada pembiayaan kegiatan yang ada
dalam periode satu tahun anggaran.
Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan
Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan
antar belanja.Salah satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak
Langsung terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Langsung terhadap Total
Belanja dan Rasio Pegawai terhadap Total Belanja.Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui keseimbangan antarbelanja yang menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jayapura dalam hal ini
telah dan akan berupaya sebaik mungkin untuk menyesuaikan adanya
perubahan-perubahan kondisi dan pengembangan dalam penyusunan anggaran
belanja tetapi tidak dengan mengabaikan pengukuran kinerja anggaran baik
secara mikro dan makro serta pengukuran kinerja anggaran standar
biaya.Karena terdapat beberapa hambatan yang menjadikan sistem dari
penganggaran anggaran belanja sendiri menjadi kurang efektif karena terkadang
yang menjadi acuan penganggaran ada yang belum bisa dikelola pada proses
perencanaan anggaran itu sendiri. Berdasarkan sebagian besar uraian diatas
maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengambil judul: “Analisis
Kinerja Anggaran Belanja Di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten
Jayapura ?
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Analisis Kinerja Anggaran Belanja Di Dinas Perpustakaan Dan
Kearsipan Kabupaten Jayapura.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Untuk mengetahui Analisis Kinerja Anggaran Belanja Di Dinas Perpustakaan
Dan Kearsipan Kabupaten Jayapura.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara:
a) Secara Praktis bagi instansi yaitu :
Dapat memberikan saran dalam menentukan kebijaksanaan yang akan
diambil dalam menentukan anggaran pada tahun yang akan datang dan
3
mampu untuk menganalisis kelayakan suatu penyusunan anggaran yang
telah ditetapkan. Juga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
menentukan kebijakan pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara.
b) Secara Teoritis yaitu :
Dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian dengan topik yang sama serta memberikan referensi bagi
peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai Analisis Kinerja Anggaran Belanja.
c) Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat guna menambah wawasan penulis
tentang kinerja anggaran belanja yang ada pada Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Jayapura.
D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kinerja Anggaran
Kinerja anggaran diartikan dalam tiga hal : sesuatu yang ingin dicapai,
prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan anggaran dalam pemenuhan
belanja dan realisasinya dalam Pokok–pokok Perencanaan Pembangunan
Daerah. Setidaknya ada unsur dasar dari perencanaan pembangunan
ekonomi daerah yang dapat menjadikan pemakaian anggaran dan belanja
menjadi semakin efektif dan efisien. Pengukuran kinerja keuangan
berdasarkan dari pendapat (Mahmudi, 2010) yang terdiri dari :
1. Analisis Varians Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja.
3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :
a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja.
Untuk menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan
daerahnya dapat menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan, yaitu dengan membandingkan
capaian hasil pada periode saat ini dan pada periode lainnya di tahun
sebelumnya untuk mengetahui kecenderungan yang terjadi.
4
2. Pengertian Anggaran Belanja
Anggaran belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan
untuk membiayai program dan kegiatan selama satu tahun anggaran.(Herry
Kamaroesid:2013). Belanja pada sektor publik umumnya terkait dengan
penganggaran yaitu menunjukkan jumlah uang yang telah dikeluarkan selama
satu tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan disusun untuk
mencerminkan pola-pola kebijakan, prioritas–prioritas dan program–program
pembangunan untuk setiap tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan
disusun atas dasar perkiraan penerimaan negara dan tabungan pemerintah
serta penerimaan pembangunan. (Suparmoko, 2000).
3. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur,
menurut (Hasibuan:2006). Pengaturan dilakukan oleh proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi dari manajemen dalam mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan. Manajemen Keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi/ perusahaan/ instansi
pemerintahan.
4. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah Penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dan sebagainya); Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan; Penyelidikan kimia
dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dan
sebagainya, penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; pemecahan
persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.
Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang
pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam
satuan moneter. Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek
organisasi yang menterjemahkan berbagai program ke dalam rencana
5
keuangan tahunan yang lebih konkret. Usulan anggaran pada umumnya telah
lebih terlebih dahulu di telaah oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa
dijadikan anggaran formal.
Analisis Varians (selisih) anggaran pendapatan.Analisis varians
anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitungselisih antara
realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Dalam analisis selisih
anggaran pendapatan, hal utama yang perlu dilakukan oleh pembaca laporan
adalah:
1. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik
secara nominal maupun persentase.
2. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar
3. Menilai signifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat daritotal
pendapatan
4. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih
antara realisasi belanja dengan anggaran.Analisis varians cukup sederhana
namun dapat memberikan informasi yang sangat berarti. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam analisis varians ini adalah :
1. Apakah selisih tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan berapa tingkat
selisih yang kita ketahui?
2. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak ?
Rasio efektivitas dan efisiensi belanja merupakan perbandingan antara
realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini di
gunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah, berupa angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih
efisien dibandingkan tahun lalu.
5. Pengertian Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas
selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.
Menurut (Halim, 2004) “Kinerja keuangan daerah adalah : Merupakan salah
6
satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam
menjalankan otonomi daerah.
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak
langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi
kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu indikator-
indikatornya sebagai berikut :
a. Sistem perencanaan dan pengendalian
b. Spesifikasi teknis dan standardisasi
c. Kompetensi teknis dan profesionalisme
d. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
e. Mekanisme sumber daya manusia
6. Pengertian Anggaran
Anggaran dianggap sistem yang otonom, karena mempunyai sasaran
dan tahap-tahapan yang kesemuanya memiliki tahapan pertanggung
jawaban. Anggaran adalah rencana manajemen dengan anggapan bahwa
penyusun anggaran akan mengambil langkah-langkah positif untuk
merealisasikan anggaran yang telah disusun.
Dengan tujuan alokasi dana yang digunakan untuk membiayai
berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar
dirasakan masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik. (Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005).Berikut dapat dijadikan
bahan penilaian pada kinerja anggaran.Menurut (Mulyadi:2001) ada beberapa
karakteristik anggaran antara lain:
a. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan keuangan
lainnya.
b. Umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun.
c. Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan anggaran.
d. Usulan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
e. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
7
f. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang
penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk
membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat
berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan
datang. Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :
1. Anggaran disusun berdasarkan program
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggung jawaban
yang dibentuk dalam organisasi.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen
penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan
pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil kerja atau
outcome dari pengalokasian biaya yang didasarkan pada kegiatan atau
program kerja yang akan dilaksanakan. Pendapatan adalah semua
penerimaan dalam periode tahun anggaran tertentu, sementara belanja
adalah semua pengeluaran dalam periode tahun anggaran yang sama.
Sedangkan pembiayaan adalah transaksi keuangan dalam bentuk
pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja. Pengembangan indikator
keberhasilan menggunakan kriteria :
a) Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan
sasaran unit kerja, program atau kegiatan.
b) Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.
c) Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,
penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.
8
d) Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan perbedaan
kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.
e) Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat
diverifikasi.
7. Pengertian Belanja
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 14:
Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat
yang penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai
alat untuk membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan
karena dibuat berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi
tahun yang akan datang.
Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani, 2006) :
1. Anggaran disusun berdasarkan program
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggung
jawaban yang dibentuk dalam organisasi.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen
penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi:
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja juga menekankan
pada penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis, efektif dan
efisien. Dengan kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem
penganggaran yang mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan
9
berdasarkan kegiatan atau program kerja dengan hasil kerja. Pendapatan
adalah semua penerimaan dalam periode tahun anggaran tertentu,
sementara belanja adalah semua pengeluaran dalam periode tahun
anggaran yang sama. Sedangkan pembiayaan adalah transaksi keuangan
dalam bentuk pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja.
Pengembangan indikator keberhasilan dapat menggunakan kriteria :
1. Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan
sasaran unit kerja, program atau kegiatan.
2. Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.
3. Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,
penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.
4. Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan
perbedaan kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.
5. Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat
diverifikasi.
Yang menjadi hambatan dapat diketahui dengan melihat :
1. Realisasi penyerapan belanja daerah termasuk belanja modal
dipengaruhi oleh bagaimana pola perencanaan dan penganggaran
di daerah, mekanisme transfer dan pelaksanaan program/kegiatan
di daerah.
2. Dalam proses perencanaan anggaran di daerah, permasalahan
yang sering dihadapi adalah adanya perbedaan program-program
prioritas antara pihak eksekutif dengan DPRD dalam pembahasan
Raperda APBD antara pemerintah daerah dengan legislatif.
3. Realisasi belanja modal di daerah pada akhir tahun anggaran
seringkali masih di bawah target atau lebih rendah dibandingkan
dengan anggarannya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu:
a. Terkadang peraturan daerah mempunyai kecenderungan untuk
melakukan perubahan APBD sekitar bulan Agustus–September
tahun anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun
sebelumnya sehingga dapat mengetahui secara pasti berapa
besarnya SiLPA tahun sebelumnya.
10
b. Adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA dan
penetapan perubahan APBD menjelang akhir tahun anggaran
berjalan mengakibatkan waktu yang tersisa untuk menyesuaikan
belanja dan merealisasikannya terbatas sehingga menyebabkan
rendahnya penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian
kegiatan.
E. Belanja Langsung
Belanja langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.Yang termasuk dalam Belanja Langsung
dalam lingkup dinas perpustakaan dan kearsipan kabupaten Jayapura
adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa belanja modal (belanja
tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja
jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap lainnya).
Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan.Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam
bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan
publik.
F. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2006
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksaan program dan kegiatan.
a. Belanja pegawai;
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah;
e. Belanja bantuan sosial;
f. Belanja bagi hasil;
g. Bantuan keuangan; dan
h. Belanja tidak terduga.
11
Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Artinya, ada atau tidak adanya
kegiatan tidak mempengaruhi pengeluaran atas belanja-belanja tidak
langsung. Belanja tidak langsung seperti ini biasa dikenal dengan “fixed
east” yang jumlahnya relatif tetap dari tahun ketahun terhadap variabilitas
program/kegiatan. Adapun karakteristik belanja tidak langsung antara lain
sebagai berikut :
1. Dianggarkan setiap bulan dalam setahun (bukan untuk setiap
program/kegiatan) oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit untuk diukur atau sulit
dibandingkan secara langsung dengan output program/kegiatan.
3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung oleh target kinerja
atau tingkat pencapaian yang diterapkan dari program/kegiatan tertentu.
G. Kerangka Pikir
H. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Objek Penelitian yang menjadi pusat penelitian adalah Analisis Kinerja
Anggaran Belanja pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Sentani. Penelitian dilakukan di kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Jayapura yang beralamt di Jalan Raya Kemiri-Depapre.
2. Jenis dan sumber data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan dua jenis data, yaitu:
1. Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang dapat
berupa angka-angka, dalam hal ini daya yang digunakan adalah data yang
12
berasal dari buku dan lampiran laporan pertanggung jawaban (LKPJ)
periode tahun 2017 sampai dengan 2019.
2. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung atau data yang
bersifat kualitatif, berupa perkembangan perubahan peraturan-peraturan
tentang sistem keuangan yang ada pada instansi yang bersangkutan.
Dalam hal ini berupa dokumen-dokumen anggaran belanja yang ada pada
instansi tempat penulis melakukan penelitian.
3. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh
informasi mengenai gambaran umum serta perkembangan Bappeda
Provinsi Sumatera Utara.
2. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa
dokumen, catatan, transkrip, buku dan sebagainya. Metode ini digunaka
untuk mengumpulkan berbagai informasi khususnya untuk melengkapi data
yang tidak diperoleh dalalm observasi dan wawancara.
4. Metode analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang didasarkan pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yakni
dengan konsep anggaran khususnya analisis belanja. Analisis deskriptif adalah
suatu kegiatan untuk menyusun, mengklasifikasi, mengklasifikasi, menafsirkan
serta menyimpulkan data sehingga memberikan suatu gambaran tentang
masalah yang dihadapi atau yang diteliti. Analisis keuangan pada APBD
dilakukan dengan membandingkan dengan periode sebelumnya sehingga
dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi.
Langkah –langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Menghitung data dengan menggunakan analisis varians belanja, analisis
pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja dan rasio efektivitas dan
13
efesiensi belanja agar dapat diketahui peningkataran efesiensi dari masing-
masing analisis dalam penganggaran belanja
3. Menginterpresesikan data yang telah dihitung dengan menggunakan
analisis untuk menggambarkan suatu masalah yang terjadi pada instansi
tersebut.
4. Menyimpulkan masalah yang terjadi dari hasil perhitugan analisis untuk
mengetahui penyebab terjadinya masalah yang terjadi pada instansi
tersebut.
a. Analisis Varians Belanja
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja
dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan
anggaran belanja yang digunakan selama tahun anggaran tersebut. Analisis
varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi
belanja dengan anggaran. Dalam belanja daerah terdapat ketentuan bahwa
anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh
dilakukan pemerintah daerah.Berdasarkan laporan realisasi anggaran dan
belanja ditinjau dari Analisis Varians bisa ditanyakan dalam bentuk nominalnya
ataupresentasenya.Menurut (Mardiasmo : 2009) Rumus pengukuran
kinerjanya sebagai berikut :
14
c. Analisis Keserasian Belanja
Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan
antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat
distribusi.alokasi dan stabilisasi.Agar fungsi anggaran anggaran tersebut
pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja. Analisis ini antara
lain:
1. Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Merupakan analisis yang membandingkan belanja tidak langsung pada
tiap-tiap fungsi terhadap total belanja dalam APBD. Rumusnya yaitu :
Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung x 100%
Total Belanja
16
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Secara umum, dapat dikatakan bahwa selisih yang cukup signifikan dari
anggaran yang ada sangat dimungkinkan terjadinya kelemahan dalam
perencanaan anggaran sehingga perkiraan dalam penggunaan pembiayaan
yang menjadi prioritas dari instansi kurang tepat atau program yang sudah ada
belum terlaksana dengan maksimal. Dalam hal ini penyerapan anggaran tidak
mencapai efisiensi yang baik. Pada intinya kesemua sisa yang ada tersebut bisa
disalurkan ke pos-pos belanja lainnya yang masih kurang.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Perhitungan dengan menggunakan rumus Pertumbuhan Belanja dengan
berdasarkan tabel 3 maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Tabel Kesimpulan 4.
Analisis Pertumbuhan Belanja
Tahun Anggaran 2016-2019
Uraian 2016-2017 2017-2018 2018-2019
Realisasi Belanja tahun t-1 Rp. 1.999.687.978,- Rp.1.950.922.028,- Rp.1.079.000.000,-
Realisasi belanja tahun t Rp.1.950.922.028,- Rp.1.079.000.000,- Rp. 1.853.265.000,-
Kenaikan/penurunan Rp.48.765.950,- Rp. 871.922.028,- Rp. 774.265.000,-
(%) 2.43% 44.70% 71.75%
Dapat dilihat jika perubahan dan struktur total belanja tidak langsung tidak begitu
banyak mengalami perubahan dan kenaikan. Perubahan rasio terlihat tidak begitu
jauh. Kenaikan yang ada pada Total Belanja Tidak Langsung pertahunnya dapat
dikatakan dari tahun 2016 ke sampai dengan tahun 2019 tidak tetap, selalu ada
perubahan pertahunnya. Begitu juga dengan Total Belanja yang digunakan.
Penurunan Total Belanja yang paling banyak terjadi pada tahun 2018 dimana
Total Belanja tahun 2018 hanya sebesar Rp.1.079.000.000,-sangat berbeda jauh
pada tahun 2016 yang bernilai Rp. 1.999.687.978,-. Pada tahun 2017 juga
Berdasarkan tabel, di tahun 2016 rasio yang ditunjukkan pada hasil analisis
menunjukkan pada angka 66,28% dari total anggaran Rp. 1.999.687.978,- pada
tahun 2017 menunjukkan angka persentase sebesar 62,58% dari total anggaran
22
dalampenggunaan anggarannya Bappeda dalam hal ini dapat dikatakan sudah
cukup baik dalam pembagian pembiayaan kegiatan-kegiatan instansinya.
4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
Presentase kinerja keuangan Kriteria
Lebih dari 100% Sangat efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup efektif
60-80% Kurang efektif
Dibawah 60% Tidak efektif
Tingkat Efektivitas diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran
belanja dengan target anggaran belanja. Rumus pengukuran kinerjanya
menggunakan rumus sebagai berikut :(Mahsun : 2009).
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 tahun1996, kriteria efisiensi
belanja sebagai berikut :
Presentase kinerja keuangan Kriteria
Lebih dari 100% Tidak efisien
90-100% Kurang efisien
80-90% Cukup efisien
60-80% Efisien
Dibawah 60% Sangat efisien
a. Perhitungan Efektivitas
Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efektivitas dengan
berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Tabel kesimpulan 9. Analisis Rasio Efektivitas
Tahun Anggaran Realisai Rasio evektivitas
(%)
2016 Rp. 2.045.692.176,- Rp. 1.999.687.978,- 97,75
2017 Rp.2.035.248.114,- Rp.1.950.922.028,- 95,85
2018 Rp.2.069.176.931,- Rp.1.079.000.000,- 52,15
2019 Rp. 2.060.532.657,- Rp. 1.853.265.000,- 89,94
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa selama periode tahun
anggaran 2016-2019, tingkat efektivitas anggaran yang ada pada instansi di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan terus mengalami fluktuasi. Yang artinya
23
terdapat beberapa kenaikan dan penurunan yang cukup siginifikan, terutama
dalam penganggaran dan perwujudan dari realisasi anggaran itu sendiri.
Banyak hal yang memang menajdi tolak ukurnya untuk penetapan anggaran
jika menilik lebih jauh dari struktur APBD yang ditetapkan pada masa periode
tahun anggaran tersebut.
Di tahun 2016 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 97,75% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.999.687.978,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Di tahun 2017 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 95,85% yang menunjukkan angka kisaran Rp.1.950.922.028,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Mengalami penurunan di tahun 2018 tingkat efektivitas dari anggaran
belanja berada pada persentase 52,15% yang menunjukkan angka kisaran
Rp.1.079.000.000,- pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan tidak
efektif. penurunan terbanyak yang pernah dialami oleh instansi, di tahun ini
dapat penggunaan nggaran dapat dikatakan tidak efektif karena kurang
terserapnya penggunaan anggaran.
Di tahun 2019 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 89,94% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.853.265.000,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan cukup efisien.
Efektivitas yang ditunjukkan berdasarkan perhitungan dan kriteria yang
ditetapkan memiliki tingkat yang berbeda-beda dalam periode tahun-tahunnya.
Kurang dan tidak efektifnya penggunaan anggaran disebabkan oleh realisasi
anggaran yang ditetapkan masih jauh dari target yang ditetapkan. Yang
terendah adalah pada tahun 2018 karena realisasi anggarannya masih terlalu
jauh perbedaannya.
b. Perhitungan Efisiensi
25
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
26
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp.48.765.950,- dengan persentase sebesar
2,43% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2016.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
27
4.Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
a. Perhitungan Efektivitas
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa selama periode tahun
anggaran 2016-2019, tingkat efektivitas anggaran yang ada pada instansi di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan terus mengalami fluktuasi. Yang artinya
terdapat beberapa kenaikan dan penurunan yang cukup siginifikan, terutama
dalam penganggaran dan perwujudan dari realisasi anggaran itu sendiri.
Banyak hal yang memang menajdi tolak ukurnya untuk penetapan anggaran
jika menilik lebih jauh dari struktur APBD yang ditetapkan pada masa periode
tahun anggaran tersebut.
Di tahun 2016 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 97,75% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.999.687.978,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Di tahun 2017 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 95,85% yang menunjukkan angka kisaran Rp.1.950.922.028,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Mengalami penurunan di tahun 2018 tingkat efektivitas dari anggaran
belanja berada pada persentase 52,15% yang menunjukkan angka kisaran
Rp.1.079.000.000,- pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan tidak
efektif. penurunan terbanyak yang pernah dialami oleh instansi, di tahun ini
dapat penggunaan nggaran dapat dikatakan tidak efektif karena kurang
terserapnya penggunaan anggaran.
Di tahun 2019 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 89,94% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.853.265.000,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan cukup efisien.
Efisiensi Belanja
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016 tingkat
efisiensi penggunaan anggaran berada pada persentase 64,79% dengan
28
Pada tahun 2017 tingkat efisiensi menurun jika menilik dari angka
persentase di tahun sebelumnya. Penggunaan anggaran berada pada
persentase 59,98% dengan penggunaan sekitar Rp. 1.220.837.659,- dari total
anggaran yang ada. Penurunan ini dapat dimaknai lebih baik karena dapat
dikatakan jika berdasarkan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-
undangan adalah penggunaan anggaran yang sangat efisien pada tahun ini.
Di tahun 2018 tingkat efisiensi meningkat jika melihat angka
persentase dari tahun sebelumnya. Di tahun ini persentasenya sebesar
33,14% dengan penggunaan anggaran sekitar Rp. 683.821.363,- dari total
anggaran yang ada.
Di tahun 2019 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase
di tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 56,98% dengan
penggunaan anggaran sekitar Rp. 1.174.237.065,- dari total anggaran yang
ada. Penggunaan anggaran di tahun ini masih merupakan anggaran yang bisa
dikatakan sangat efisien dalam penggunaannya.
B. Saran
Saran bagi instansi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan adalah :
1. Dari segi perencanaan penganggaran, diharapkan sisi negatif yang
dimaksudkan dengan adanya penghematan angg aran untuk biaya
pemenuhan pada pembiayaan agar penghematan yang dilakukan dapat
memberikan efek yang lebih baik dalam periode tahun berikutnya. Dalam
analisis ini penghematan perencanaan anggaran harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kebijakan antara realisasi dan anggaran, hendaknya juga
memperhatikan situasi dan kondisi agar anggaran yang ada dan sudah
disusun dapat direalisasikan dengan baik.
2. Dari segi Pertumbuhan belanja berdasarkan periode tersebut memberikan
gambaran bahwa angka persentase yang ditunjukkan dari hasil perhitungan
bisa saja dijadikan acuan untuk penyusunan anggaran agar lebih baik lagi di
periode tahun anggaran selanjutnya.
3. Dari analisis keserasian belanja dapat disarankan, dengan adanya
penggunaan anggaran yang sudah dikatakan sangat baik agar dapatdi
pertahankan agar tetap baik dalam penggunaan dan penyerapan anggaran
belanja yang dilakukan oleh instansi.
29
4. Bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan agar semakin meningkatkan kinerja
dalam pengelola anggaran belanja daerah secara khusus dan APBD secara
umum
DAFTAR PUSTAKA
E-Jurnal Binar Akuntansi Vol. 1 No. 1, September 2012. Diakses tanggal 7 Juni
2020.
30