Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan adanya tuntutan akan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan
munculnya pengaturan baru dari masyarakat kearah yang lebih baik (new public
management), dengan tiga prinsip utamanya yaitu profesional, transparansi dan
akuntabilitas. Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah merupakan alat
manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan penilaian
sampai dimana keberhasilan dan tingkat kemajuan dari sebuah sistema kerja
pemerintahan akan terlihat berhasil atau tidak dan telah sesuai dengan visi dan
misi pemerintah atau belum.
Pengelolaan keuangan negara di Indonesia dari waktu ke waktu
mengalami perubahan dinamis yang mengikuti perkembangan zaman.
Keuangan negara dan daerah yang selanjutnya kita sebut sebagai keuangan
negara, memegang peranan yang sangat vital terhadap jalannya pemerintahan
suatu negara termasuk di Indonesia. Dengan demikian penting artinya bagi
aparat pemerintahan yang menangani pengelolaan keuangan negara untuk
mengerti dan mempelajari aspek-aspek yang terkait pengelolaan keuangan
negara tersebut.
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan
menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam pemerintah daerah
diharapkan mampu memberikan motivasi untuk lebih mengembangkan potensi-
potensi yang ada untuk melaksanakan pemerintahan secara terpadu agar setiap
pembangunan yang ada sesuai dengan prioritas dan mampu meningkatkan
kemampuan masyarakat. Dalam Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja
Daerah, Instansi pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, meliputi Kementerian Koordinator/ Kementerian Negara/
Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten serta Lembaga-lembaga pemerintahan
yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan Anggaran
1
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan
pemerintah daerah.Dalam rangka pertanggung jawabkan publik, pemerintah
daerah harus melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.
Dalam hal ini kesemua aspek dari struktur otonomi daerah yang harus disusun
harus berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja secara ekonomi, efisiensi
dan dan efektivitas (value for money).
Penyerapan anggaran disini adalah realisasi dari anggaran. Mungkin
secara umum penyerapan anggaran yang dimaksud adalah pencapaian dari
suatu estimasi yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dipandang
pada suatu saat tertentu. Secara lebih mudah rang biasa mengatakan pencairan
anggaran. Oleh karena yang diamati adalah organisasai sektor publik atau
entitas pemerintahan, maka penyerapan anggaran disini dapat diartikan sebagai
pencairan atau realisasi anggaran sesuai yang tercantum dalam Laporan
Realisasai Anggaran (LRA) pada saat tertentu.

Tabel 1.Data Ringkasan Anggaran Dinas Perpustakaan dan Kearsipan


Tahun 2016, 2017, 2018, 2019
No Tahun Jenis Anggaran
Rencana Anggaran Relialisasi Anggaran
1. 2016 Rp. 2.045.692.176,- Rp. 1.999.687.978,-
2. 2017 Rp.2.035.248.114,- Rp.1.950.922.028,-
3. 2018 Rp.2.069.176.931,- Rp.1.079.000.000,-
4. 2019 Rp. 2.060.532.657,- Rp. 1.853.265.000,-
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dalam tiap tahun penggunaan
anggaran pasa instansi khususnya di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Jayapura pada Tahun 2016, 2017, 2018, 2019 selalu mengalami
pasang surut atau dapat dikatakan tidak tetap. Selalu ada perubahan yang
menarik ketika kita melakukan analisis. Dalam hal ini perubahan dan
pertumbuhan dari penggunaan anggaran merupakan salah satu aspek penting
dalam penilaian kinerja yang ada pada instansi.Dari pertumbuhan penggunaan
anggaran dan realisasi dapat menjelaskan sejauh mana efektivitas dan efisiensi

2
dari penyerapan penggunaan anggaran pada pembiayaan kegiatan yang ada
dalam periode satu tahun anggaran.
Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan
Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan
antar belanja.Salah satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak
Langsung terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Langsung terhadap Total
Belanja dan Rasio Pegawai terhadap Total Belanja.Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui keseimbangan antarbelanja yang menggambarkan bagaimana
pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jayapura dalam hal ini
telah dan akan berupaya sebaik mungkin untuk menyesuaikan adanya
perubahan-perubahan kondisi dan pengembangan dalam penyusunan anggaran
belanja tetapi tidak dengan mengabaikan pengukuran kinerja anggaran baik
secara mikro dan makro serta pengukuran kinerja anggaran standar
biaya.Karena terdapat beberapa hambatan yang menjadikan sistem dari
penganggaran anggaran belanja sendiri menjadi kurang efektif karena terkadang
yang menjadi acuan penganggaran ada yang belum bisa dikelola pada proses
perencanaan anggaran itu sendiri. Berdasarkan sebagian besar uraian diatas
maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengambil judul: “Analisis
Kinerja Anggaran Belanja Di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten
Jayapura ?
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Analisis Kinerja Anggaran Belanja Di Dinas Perpustakaan Dan
Kearsipan Kabupaten Jayapura.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Untuk mengetahui Analisis Kinerja Anggaran Belanja Di Dinas Perpustakaan
Dan Kearsipan Kabupaten Jayapura.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara:
a) Secara Praktis bagi instansi yaitu :
Dapat memberikan saran dalam menentukan kebijaksanaan yang akan
diambil dalam menentukan anggaran pada tahun yang akan datang dan
3
mampu untuk menganalisis kelayakan suatu penyusunan anggaran yang
telah ditetapkan. Juga dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
menentukan kebijakan pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara.
b) Secara Teoritis yaitu :
Dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian dengan topik yang sama serta memberikan referensi bagi
peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai Analisis Kinerja Anggaran Belanja.
c) Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat guna menambah wawasan penulis
tentang kinerja anggaran belanja yang ada pada Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Jayapura.
D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kinerja Anggaran
Kinerja anggaran diartikan dalam tiga hal : sesuatu yang ingin dicapai,
prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan anggaran dalam pemenuhan
belanja dan realisasinya dalam Pokok–pokok Perencanaan Pembangunan
Daerah. Setidaknya ada unsur dasar dari perencanaan pembangunan
ekonomi daerah yang dapat menjadikan pemakaian anggaran dan belanja
menjadi semakin efektif dan efisien. Pengukuran kinerja keuangan
berdasarkan dari pendapat (Mahmudi, 2010) yang terdiri dari :
1. Analisis Varians Belanja
2. Analisis Pertumbuhan Belanja.
3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :
a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja.
Untuk menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan
daerahnya dapat menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD
yang telah ditetapkan dan dilaksanakan, yaitu dengan membandingkan
capaian hasil pada periode saat ini dan pada periode lainnya di tahun
sebelumnya untuk mengetahui kecenderungan yang terjadi.

4
2. Pengertian Anggaran Belanja
Anggaran belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan
untuk membiayai program dan kegiatan selama satu tahun anggaran.(Herry
Kamaroesid:2013). Belanja pada sektor publik umumnya terkait dengan
penganggaran yaitu menunjukkan jumlah uang yang telah dikeluarkan selama
satu tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan disusun untuk
mencerminkan pola-pola kebijakan, prioritas–prioritas dan program–program
pembangunan untuk setiap tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan
disusun atas dasar perkiraan penerimaan negara dan tabungan pemerintah
serta penerimaan pembangunan. (Suparmoko, 2000).
3. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur,
menurut (Hasibuan:2006). Pengaturan dilakukan oleh proses dan diatur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi dari manajemen dalam mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang
diinginkan. Manajemen Keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan,
penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi/ perusahaan/ instansi
pemerintahan.
4. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah Penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dan sebagainya); Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan; Penyelidikan kimia
dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dan
sebagainya, penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; pemecahan
persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.
Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang
pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam
satuan moneter. Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek
organisasi yang menterjemahkan berbagai program ke dalam rencana
5
keuangan tahunan yang lebih konkret. Usulan anggaran pada umumnya telah
lebih terlebih dahulu di telaah oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa
dijadikan anggaran formal.
Analisis Varians (selisih) anggaran pendapatan.Analisis varians
anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitungselisih antara
realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Dalam analisis selisih
anggaran pendapatan, hal utama yang perlu dilakukan oleh pembaca laporan
adalah:
1. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik
secara nominal maupun persentase.
2. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar
3. Menilai signifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat daritotal
pendapatan
4. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih
antara realisasi belanja dengan anggaran.Analisis varians cukup sederhana
namun dapat memberikan informasi yang sangat berarti. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam analisis varians ini adalah :
1. Apakah selisih tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan berapa tingkat
selisih yang kita ketahui?
2. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak ?
Rasio efektivitas dan efisiensi belanja merupakan perbandingan antara
realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini di
gunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah, berupa angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.
Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih
efisien dibandingkan tahun lalu.
5. Pengertian Kinerja
Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas
selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.
Menurut (Halim, 2004) “Kinerja keuangan daerah adalah : Merupakan salah

6
satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam
menjalankan otonomi daerah.
Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak
langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi
kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu indikator-
indikatornya sebagai berikut :
a. Sistem perencanaan dan pengendalian
b. Spesifikasi teknis dan standardisasi
c. Kompetensi teknis dan profesionalisme
d. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
e. Mekanisme sumber daya manusia
6. Pengertian Anggaran
Anggaran dianggap sistem yang otonom, karena mempunyai sasaran
dan tahap-tahapan yang kesemuanya memiliki tahapan pertanggung
jawaban. Anggaran adalah rencana manajemen dengan anggapan bahwa
penyusun anggaran akan mengambil langkah-langkah positif untuk
merealisasikan anggaran yang telah disusun.
Dengan tujuan alokasi dana yang digunakan untuk membiayai
berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar
dirasakan masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan
publik. (Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005).Berikut dapat dijadikan
bahan penilaian pada kinerja anggaran.Menurut (Mulyadi:2001) ada beberapa
karakteristik anggaran antara lain:
a. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan keuangan
lainnya.
b. Umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun.
c. Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan anggaran.
d. Usulan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusunan anggaran.
e. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.

7
f. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan
anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang
penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk
membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat
berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan
datang. Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :
1. Anggaran disusun berdasarkan program
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggung jawaban
yang dibentuk dalam organisasi.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen
penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan
pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil kerja atau
outcome dari pengalokasian biaya yang didasarkan pada kegiatan atau
program kerja yang akan dilaksanakan. Pendapatan adalah semua
penerimaan dalam periode tahun anggaran tertentu, sementara belanja
adalah semua pengeluaran dalam periode tahun anggaran yang sama.
Sedangkan pembiayaan adalah transaksi keuangan dalam bentuk
pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja. Pengembangan indikator
keberhasilan menggunakan kriteria :
a) Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan
sasaran unit kerja, program atau kegiatan.
b) Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.
c) Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,
penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.

8
d) Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan perbedaan
kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.
e) Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat
diverifikasi.
7. Pengertian Belanja
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 14:
Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat
yang penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai
alat untuk membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan
karena dibuat berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi
tahun yang akan datang.
Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani, 2006) :
1. Anggaran disusun berdasarkan program
2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggung
jawaban yang dibentuk dalam organisasi.
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen
penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi:
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja juga menekankan
pada penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis, efektif dan
efisien. Dengan kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem
penganggaran yang mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan
9
berdasarkan kegiatan atau program kerja dengan hasil kerja. Pendapatan
adalah semua penerimaan dalam periode tahun anggaran tertentu,
sementara belanja adalah semua pengeluaran dalam periode tahun
anggaran yang sama. Sedangkan pembiayaan adalah transaksi keuangan
dalam bentuk pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja.
Pengembangan indikator keberhasilan dapat menggunakan kriteria :
1. Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan
sasaran unit kerja, program atau kegiatan.
2. Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.
3. Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,
penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.
4. Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan
perbedaan kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.
5. Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat
diverifikasi.
Yang menjadi hambatan dapat diketahui dengan melihat :
1. Realisasi penyerapan belanja daerah termasuk belanja modal
dipengaruhi oleh bagaimana pola perencanaan dan penganggaran
di daerah, mekanisme transfer dan pelaksanaan program/kegiatan
di daerah.
2. Dalam proses perencanaan anggaran di daerah, permasalahan
yang sering dihadapi adalah adanya perbedaan program-program
prioritas antara pihak eksekutif dengan DPRD dalam pembahasan
Raperda APBD antara pemerintah daerah dengan legislatif.
3. Realisasi belanja modal di daerah pada akhir tahun anggaran
seringkali masih di bawah target atau lebih rendah dibandingkan
dengan anggarannya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu:
a. Terkadang peraturan daerah mempunyai kecenderungan untuk
melakukan perubahan APBD sekitar bulan Agustus–September
tahun anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun
sebelumnya sehingga dapat mengetahui secara pasti berapa
besarnya SiLPA tahun sebelumnya.
10
b. Adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA dan
penetapan perubahan APBD menjelang akhir tahun anggaran
berjalan mengakibatkan waktu yang tersisa untuk menyesuaikan
belanja dan merealisasikannya terbatas sehingga menyebabkan
rendahnya penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian
kegiatan.
E. Belanja Langsung
Belanja langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.Yang termasuk dalam Belanja Langsung
dalam lingkup dinas perpustakaan dan kearsipan kabupaten Jayapura
adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa belanja modal (belanja
tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja
jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap lainnya).
Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan.Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam
bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan
publik.
F. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2006
merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksaan program dan kegiatan.
a. Belanja pegawai;
b. Belanja bunga
c. Belanja subsidi
d. Belanja hibah;
e. Belanja bantuan sosial;
f. Belanja bagi hasil;
g. Bantuan keuangan; dan
h. Belanja tidak terduga.
11
Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Artinya, ada atau tidak adanya
kegiatan tidak mempengaruhi pengeluaran atas belanja-belanja tidak
langsung. Belanja tidak langsung seperti ini biasa dikenal dengan “fixed
east” yang jumlahnya relatif tetap dari tahun ketahun terhadap variabilitas
program/kegiatan. Adapun karakteristik belanja tidak langsung antara lain
sebagai berikut :
1. Dianggarkan setiap bulan dalam setahun (bukan untuk setiap
program/kegiatan) oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD).
2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit untuk diukur atau sulit
dibandingkan secara langsung dengan output program/kegiatan.
3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung oleh target kinerja
atau tingkat pencapaian yang diterapkan dari program/kegiatan tertentu.

G. Kerangka Pikir

Analisisis kinerja Dinas Perpustakaan dan


Anggaran Belanja Kearsipan Kabupaten
Jayapura

H. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Objek Penelitian yang menjadi pusat penelitian adalah Analisis Kinerja
Anggaran Belanja pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Sentani. Penelitian dilakukan di kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Jayapura yang beralamt di Jalan Raya Kemiri-Depapre.
2. Jenis dan sumber data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan dua jenis data, yaitu:
1. Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang dapat
berupa angka-angka, dalam hal ini daya yang digunakan adalah data yang

12
berasal dari buku dan lampiran laporan pertanggung jawaban (LKPJ)
periode tahun 2017 sampai dengan 2019.
2. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung atau data yang
bersifat kualitatif, berupa perkembangan perubahan peraturan-peraturan
tentang sistem keuangan yang ada pada instansi yang bersangkutan.
Dalam hal ini berupa dokumen-dokumen anggaran belanja yang ada pada
instansi tempat penulis melakukan penelitian.
3. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh
informasi mengenai gambaran umum serta perkembangan Bappeda
Provinsi Sumatera Utara.
2. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa
dokumen, catatan, transkrip, buku dan sebagainya. Metode ini digunaka
untuk mengumpulkan berbagai informasi khususnya untuk melengkapi data
yang tidak diperoleh dalalm observasi dan wawancara.
4. Metode analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif yang didasarkan pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yakni
dengan konsep anggaran khususnya analisis belanja. Analisis deskriptif adalah
suatu kegiatan untuk menyusun, mengklasifikasi, mengklasifikasi, menafsirkan
serta menyimpulkan data sehingga memberikan suatu gambaran tentang
masalah yang dihadapi atau yang diteliti. Analisis keuangan pada APBD
dilakukan dengan membandingkan dengan periode sebelumnya sehingga
dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi.
Langkah –langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Menghitung data dengan menggunakan analisis varians belanja, analisis
pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja dan rasio efektivitas dan

13
efesiensi belanja agar dapat diketahui peningkataran efesiensi dari masing-
masing analisis dalam penganggaran belanja
3. Menginterpresesikan data yang telah dihitung dengan menggunakan
analisis untuk menggambarkan suatu masalah yang terjadi pada instansi
tersebut.
4. Menyimpulkan masalah yang terjadi dari hasil perhitugan analisis untuk
mengetahui penyebab terjadinya masalah yang terjadi pada instansi
tersebut.
a. Analisis Varians Belanja
Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja
dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan
anggaran belanja yang digunakan selama tahun anggaran tersebut. Analisis
varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi
belanja dengan anggaran. Dalam belanja daerah terdapat ketentuan bahwa
anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh
dilakukan pemerintah daerah.Berdasarkan laporan realisasi anggaran dan
belanja ditinjau dari Analisis Varians bisa ditanyakan dalam bentuk nominalnya
ataupresentasenya.Menurut (Mardiasmo : 2009) Rumus pengukuran
kinerjanya sebagai berikut :

Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

b. Analisis Pertumbuhan Belanja


Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pertumbuhan realisasi anggaran belanja yang signifikan selama periode
penggunaan anggaran dari tahun ke tahun bersifat positif atau negatif dalam
pengertian sudah efisien atau belum serapan dalam penggunaan anggaran
yang ada pada instansi untuk membiayai semua kegiatan-kegiatannya. Rumus
pengukuran kinerjanya sebagai berikut :

Pertumbuhan Belanja Thnt= Belanja Thnt Belanja Thnt-1 100%


Realisasi Belanja Thnt-1

14
c. Analisis Keserasian Belanja
Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan
antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat
distribusi.alokasi dan stabilisasi.Agar fungsi anggaran anggaran tersebut
pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja. Analisis ini antara
lain:
1. Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Merupakan analisis yang membandingkan belanja tidak langsung pada
tiap-tiap fungsi terhadap total belanja dalam APBD. Rumusnya yaitu :
Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung x 100%
Total Belanja

2. Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja


Merupakan perbandingan antara total belanja langsung dengan total
belanja yang ada pada realisasi yang sebenarnya. Menginformasikan
mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja operasi.
Merupakan belanja yang manfaatnya habis di konsumsi dalam satu tahun
anggaran, sehingga belanja operasi sifatnya jangka pendek dan dalam hal
tertentu sifatnya rutin dan berulang. Rumusnya yaitu :
Rasio Belanja= Total Belanja Langsung x 100%
Total Belanja

a. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja


Merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.
Digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio ini tidak bersifat absolut, tetapi
relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita
hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif
lebih efisien dibandingkan tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah
melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari
100%.Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya
pemborosan anggaran. Rumus pengukuran kinerjanya menggunakan rumus
sebagai berikut :
15
Rumus Pengukuran Efektivitas :
Rasio =Realisasi Anggaran Belanja 100%
Anggaran Belanja

Rumus Pengukuran Efisiensi :

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100% Realisasi


Anggaran Belanja

16
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jayapura


Penelitian ini dilakukan di Kantor dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Jayapura. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jayapura
sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (PD) pada tahun 2018 ini
menyusun Rencana Kerja Perubahan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Jayapura.
Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten
Jayapura Tahun 2016-2019 dan Renstra Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Jayapura Tahun 2016-2019 untuk memecahkan masalah
yang ada dan berdasarkan usulan program dan kegiatan yang berasal dari
masyarakat. Oleh karena itu secara substansial tujuan, sasaran, dan program
yang terkait dengan urusan perencanaan harus terakomodasi dan mewarnai
seluruh substansi dokumen Renja Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Jayapura. Selain itu, dalam proses penyusunannya, juga harus
mempertimbangkan keintegrasian, keselarasan, dan sinergitas dengan berbagai
dokumen perencanaan pembangunan lainnya.
b. Maksud dan tujuan
Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah dokumen
perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk 1 tahun yang
ditetapkan dalam RENSTRA PD 5 Tahun dengan maksud memberikan arah
sekaligus untuk menyediakan acuan kesesuaian program dan kegiatan yang
sangat strategis di PD. Adapun m a k s u d d a n tujuan penyusunan Renja
Perubahan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Jayapura Tahun
2019 adalah:
1. Sebagai optimalisasi pelaksanaan pembangunan baik dari aspek
penganggaran, maupun kinerja program dan kegiatan
2. Sebagai bahan evaluasi dan pengendalian dalam pelaksanaan
program dan kegiatan tahun 2019
3. Sebagai bahan evaluasi dan pengendalian dalam pelaksanaan
program dan kegiatan tahun 2017
17
4. Sebagai bahan evaluasi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada
tahun-tahun yang akan datang.
c.Tujuan dan Sasaran Renja Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Jayapura
Berisikan perumusan tujuan dan sasaran didasarkan atas rumusan isu-
isu penting penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas Perpustakaan
dan kearsipan Kabupaten Jayapura Tahun 2017 yang dikaitkan dengan sasaran
target kinerja Renstra PD.
d.Program dan Kegiatan,
Berisikan penjelasan mengenai : factor-faktor yang menjadi bahan
pertimbangan terhadap rumusan program dan kegiatan, rekapitulasi
program dan kegiatan serta penjelasan jika rumusan program dan kegiatan
tidak sesuai dengan rancangan awal RKPD, baik jenis program/kegiatan, pagu
indikatif, maupun kombinasi keduanya.
e. Penilaian Kinerja Berdasarkan Penggunaan Analisis Varians Belanja
1. Analisis Varians Belanja
Tabel 2
Rekapitulasi Anggaran Belanja Dinas Perpustakaan dan kearsipan
Periode Tahun 2016-2019
Tahun Anggaran Realisasi Belanja tidak Belanja langsung
langsung
2016 Rp. 2.045.692.176,- Rp. 1.999.687.978,- Rp.674.261.826,- Rp. 1.325.426.152,-
2017 Rp.2.035.248.114,- Rp.1.950.922.028,- Rp.730.084.369,- Rp. 1.220.837.659,-
2018 Rp.2.069.176.931,- Rp.1.079.000.000,- Rp.395.178.364,- Rp. 683.821.363,-
2019 Rp. 2.060.532.657,- Rp. 1.853.265.000,- Rp.679.027.935,- Rp. 1.174.237.065,-
Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Varians Belanja dengan
berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Tabel 3. Tabel Analisis Varians Belanja Tahun Anggaran 2016-2019
Tahun Realisasi Anggaran Selisih Perbandingan (%)
2016 Rp. 1.999.687.978,- Rp. 2.045.692.176,- Rp. 46.004.198,- 97,76%
2017 Rp.1.950.922.028,- Rp.2.035.248.114,- Rp. 84.326.086,- 95.86 %
2018 Rp.1.079.000.000,- Rp.2.069.176.931,- Rp. 1.961.276.931,- 52.15%
2019 Rp. 1.853.265.000,- Rp. 2.060.532.657,- Rp. 207.267.657,- 89.94%
Di Tahun 2016 penyerapan penggunaan anggaran yang tersirat pada tabel
varians belanja diatas adalah sekitar Rp. 46.004.198,- atau sekitar 97,76% yang
18
menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh
instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan selama satu
periode tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini menyisakan
perbandingan persentase sekitar 2,24% dari penyerapan anggaran yang ada
dalam realisasi anggaran belanja pada instansi.
Di Tahun 2017 penyerapan penggunaan anggaran yang tersirat pada tabel
varians belanja diatas adalah sekitar Rp.84.326.086,- atau sekitar 95,86% yang
menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh
instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan selama satu
periode tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini menyisakan
perbandingan persentase sekitar 4,14% dari penyerapan anggaran yang ada
dalam realisasi anggaran belanja pada instansi.
Di Tahun 2018 berdasarkan tabel varians belanja diatas penyerapan
penggunaan anggaran belanja berada pada posisi penggunaan sekitar Rp.
1.961.276.931,- atau sekitar 52,15% yang juga menunjukkan bahwa tidak
semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh instansi terserap sepenuhnya
pada pembiayaan yang berjalan selama satu periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Terdapat selisih perbandingan persentasenya sebesar 47.15%
dari total realisasi anggaran yang ada di tahun 2018.
Di Tahun 2019 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians
belanja adalah sekitar Rp. 207.267.657,- atau sekitar 89,94%. Dalam hal ini ada
pengurangan tingkat selisih sekitar 10.06% dari realisasi anggaran yang
ditetapkan pada tahun anggaran 2019. Terlihat kenaikan penggunaan anggaran
dari tahun sebelumnya jika memperhatikan pada tahun sebelumnya.
Melihat dari semua perubahan dari tahun ke tahun dapat dikatakan
penyerapan penggunaan anggaran dapat dikatakan efisisien walaupun
sebenarnya tidak cukup memuaskan jika melihat dari segi keuangannya yang
mengalami penurunan penggunaan sepenuhnya anggaran untuk keperluan
pembiayaan kegiatan yang dilakukan oleh instansi, namun demikian pada
dasarnya kinerja anggaran yang ada dapat dikatakan baik, karena adanya
penghematan anggaran. Pembiayaan dari penggunaan anggaran yang lebih
akan menjadi SiLPA dalam pembiayaan di tahun berikutnya.

19
Secara umum, dapat dikatakan bahwa selisih yang cukup signifikan dari
anggaran yang ada sangat dimungkinkan terjadinya kelemahan dalam
perencanaan anggaran sehingga perkiraan dalam penggunaan pembiayaan
yang menjadi prioritas dari instansi kurang tepat atau program yang sudah ada
belum terlaksana dengan maksimal. Dalam hal ini penyerapan anggaran tidak
mencapai efisiensi yang baik. Pada intinya kesemua sisa yang ada tersebut bisa
disalurkan ke pos-pos belanja lainnya yang masih kurang.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Perhitungan dengan menggunakan rumus Pertumbuhan Belanja dengan
berdasarkan tabel 3 maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Tabel Kesimpulan 4.
Analisis Pertumbuhan Belanja
Tahun Anggaran 2016-2019
Uraian 2016-2017 2017-2018 2018-2019
Realisasi Belanja tahun t-1 Rp. 1.999.687.978,- Rp.1.950.922.028,- Rp.1.079.000.000,-
Realisasi belanja tahun t Rp.1.950.922.028,- Rp.1.079.000.000,- Rp. 1.853.265.000,-
Kenaikan/penurunan Rp.48.765.950,- Rp. 871.922.028,- Rp. 774.265.000,-
(%) 2.43% 44.70% 71.75%

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja


mengalami penurunan sebesar Rp.48.765.950,- dengan persentase sebesar
2,43% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2016.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja

mengalami penurunan sebesar Rp. 871.922.028,- dengan persentase sebesar


44.70% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2017.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp. 774.265.000,- dengan persentase sebesar
71,75% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2019.
3. Analisis Keserasian Belanja
Perhitungan dengan mnggunakan rumus Analisis Belanja Tidak Langsung
terhadap Total Belanja berdasarkan tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai
berikut :
Tabel Kesimpulan 5.
Analisis Belanja Belanja Tidak
Langsung terhadap Total Belanja Tahun Anggaran 2016-2019
Tahun anggaran Total belanja tidak Total belanja Rasio (%)
langsung
2016 Rp.674.261.826,- Rp. 1.999.687.978,- 33,72%
20
2017 Rp.730.084.369,- Rp.1.950.922.028,- 37,42%

2018 Rp.395.178.364,- Rp.1.079.000.000,- 36.62%

2019 Rp.679.027.935,- Rp. 1.853.265.000,- 36,64%

Dapat dilihat jika perubahan dan struktur total belanja tidak langsung tidak begitu
banyak mengalami perubahan dan kenaikan. Perubahan rasio terlihat tidak begitu
jauh. Kenaikan yang ada pada Total Belanja Tidak Langsung pertahunnya dapat
dikatakan dari tahun 2016 ke sampai dengan tahun 2019 tidak tetap, selalu ada
perubahan pertahunnya. Begitu juga dengan Total Belanja yang digunakan.
Penurunan Total Belanja yang paling banyak terjadi pada tahun 2018 dimana
Total Belanja tahun 2018 hanya sebesar Rp.1.079.000.000,-sangat berbeda jauh

pada tahun 2016 yang bernilai Rp. 1.999.687.978,-. Pada tahun 2017 juga

mengalami penurunan sebesar Rp.1.950.922.028,- dan pada tahun berikutnya


2019 terjadi kenaikan sebesar Rp. 1.853.265.000,-.
1) Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
Tabel Kesimpulan 6. Analisis Belanja Langsung terhadap
Total Belanja Tahun Anggaran 2016-2019
Tahun anggaran Total belanja Total belanja Rasio (%)
langsung
2016 Rp. 1.325.426.152,- Rp. 1.999.687.978,- 66,28%
2017 Rp. 1.220.837.659,- Rp.1.950.922.028,- 62,58%
2018 Rp. 683.821.363,- Rp.1.079.000.000,- 63,38%
2019 Rp. 1.174.237.065,- Rp. 1.853.265.000,- 63,36%

Berdasarkan tabel, di tahun 2016 rasio yang ditunjukkan pada hasil analisis
menunjukkan pada angka 66,28% dari total anggaran Rp. 1.999.687.978,- pada
tahun 2017 menunjukkan angka persentase sebesar 62,58% dari total anggaran

Rp.1.950.922.028,- pada tahun 2018 menunjukkan angka persentase sebesar

3,38% dari total anggaran Rp.1.079.000.000,- pada tahun 2019 menunjukkan


angka persentase sebesar 63,36% dari total anggaran Rp. 1.853.265.000,-.
Tabel Kesimpulan 7. Rasio Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tahun Anggaran
2016-2019
Tahun anggaran Rasio belanja Rasio belanja Total (%)
tidak langsung langsung
2016 33,72% 66,28% 100
21
2017 37,42% 62,58% 100
2018 36.62% 63,38% 100
2019 36,64% 63,36% 100
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2016 sampai dengan
2019 penggunaan anggaran terfokus pada belanja langsung. Belanja langsung ini
terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang
terdiri dari komponen (belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja
gedung dan bangunan, belanja untuk jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja
asset tetap lainnya) yang kesemuanya diatur dan dilaksanakan berdasarkan
aturan dan pedoman ketetapan dari pemerintahan yang berlaku.
Di tahun 2016 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja langsung
sekitar 66,28% atau sekitar Rp. 1.325.426.152,- dengan total persentase untuk
belanja tidak langsung sebesar 33,72% atau sekitar Rp.674.261.826,- dari total
anggaran belanja dalam APBD.
Di tahun 2017 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja langsung
sekitar 62,58% atau sekitar Rp. 1.220.837.659,- dengan total persentase untuk
belanja tidak langsung sebesar 37,42% atau sekitar Rp.730.084.369,- dari total
anggaran belanja dalam APBD.
Di tahun 2018 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja langsung
sekitar 63,38% atau sekitar Rp. 683.821.363,- dengan total persentase untuk
belanja tidak langsung sebesar 36,62% atau sekitar Rp.395.178.364,- dari total
anggaran belanja dalam APBD.
Di tahun 2019 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja langsung
sekitar 63,36% atau sekitar Rp. 1.174.237.065,- dengan total persentase untuk
belanja tidak langsung sebesar 36,64% atau sekitar Rp.679.027.935,- dari total
anggaran belanja dalam APBD.
Untuk penggunaan pada pembiayaan belanja tidak langsung sudah menjadi
urusan tetap yang harus disegerakan untuk pembiayaan selama periode
anggaran pertahunnya karena belanja ini tidak berhubungan langsung dengan
kegiatan belanja langsung. Berdasarkan analisis menunjukkan persentase belanja
langsung lebih tinggi dari persentase belanja tidak langsung, berarti

22
dalampenggunaan anggarannya Bappeda dalam hal ini dapat dikatakan sudah
cukup baik dalam pembagian pembiayaan kegiatan-kegiatan instansinya.
4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
Presentase kinerja keuangan Kriteria
Lebih dari 100% Sangat efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup efektif
60-80% Kurang efektif
Dibawah 60% Tidak efektif
Tingkat Efektivitas diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran
belanja dengan target anggaran belanja. Rumus pengukuran kinerjanya
menggunakan rumus sebagai berikut :(Mahsun : 2009).

Rasio =Realisasi Anggaran Belanja 100%


Anggaran Belanja

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 tahun1996, kriteria efisiensi
belanja sebagai berikut :
Presentase kinerja keuangan Kriteria
Lebih dari 100% Tidak efisien
90-100% Kurang efisien
80-90% Cukup efisien
60-80% Efisien
Dibawah 60% Sangat efisien
a. Perhitungan Efektivitas
Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efektivitas dengan
berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :
Tabel kesimpulan 9. Analisis Rasio Efektivitas
Tahun Anggaran Realisai Rasio evektivitas
(%)
2016 Rp. 2.045.692.176,- Rp. 1.999.687.978,- 97,75
2017 Rp.2.035.248.114,- Rp.1.950.922.028,- 95,85
2018 Rp.2.069.176.931,- Rp.1.079.000.000,- 52,15
2019 Rp. 2.060.532.657,- Rp. 1.853.265.000,- 89,94
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa selama periode tahun
anggaran 2016-2019, tingkat efektivitas anggaran yang ada pada instansi di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan terus mengalami fluktuasi. Yang artinya

23
terdapat beberapa kenaikan dan penurunan yang cukup siginifikan, terutama
dalam penganggaran dan perwujudan dari realisasi anggaran itu sendiri.
Banyak hal yang memang menajdi tolak ukurnya untuk penetapan anggaran
jika menilik lebih jauh dari struktur APBD yang ditetapkan pada masa periode
tahun anggaran tersebut.
Di tahun 2016 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 97,75% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.999.687.978,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Di tahun 2017 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 95,85% yang menunjukkan angka kisaran Rp.1.950.922.028,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Mengalami penurunan di tahun 2018 tingkat efektivitas dari anggaran
belanja berada pada persentase 52,15% yang menunjukkan angka kisaran
Rp.1.079.000.000,- pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan tidak
efektif. penurunan terbanyak yang pernah dialami oleh instansi, di tahun ini
dapat penggunaan nggaran dapat dikatakan tidak efektif karena kurang
terserapnya penggunaan anggaran.
Di tahun 2019 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 89,94% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.853.265.000,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan cukup efisien.
Efektivitas yang ditunjukkan berdasarkan perhitungan dan kriteria yang
ditetapkan memiliki tingkat yang berbeda-beda dalam periode tahun-tahunnya.
Kurang dan tidak efektifnya penggunaan anggaran disebabkan oleh realisasi
anggaran yang ditetapkan masih jauh dari target yang ditetapkan. Yang
terendah adalah pada tahun 2018 karena realisasi anggarannya masih terlalu
jauh perbedaannya.
b. Perhitungan Efisiensi

Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efisiensi


dengan berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai
berikut:
Tabel Kesimpulan 10 Analisis Rasio Efisiensi
Tahun Anggaran Belanja langsung Rasio efisiensi
(%)
2016 Rp. 2.045.692.176,- Rp. 1.325.426.152,- 64,79
24
2017 Rp.2.035.248.114,- Rp. 1.220.837.659,- 59,98
2018 Rp.2.069.176.931,- Rp. 683.821.363,- 33,14
2019 Rp. 2.060.532.657,- Rp. 1.174.237.065,- 56,98
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016 tingkat
efisiensi penggunaan anggaran berada pada persentase 64,79% dengan

penggunaan anggaran sekitar Rp. 1.325.426.152,- dari total anggaran yang


ada. Dapat dikatakan jika penggunaan anggaran pada tahun 2016 efisien.
Pada tahun 2017 tingkat efisiensi menurun jika menilik dari angka
persentase di tahun sebelumnya. Penggunaan anggaran berada pada
persentase 59,98% dengan penggunaan sekitar Rp. 1.220.837.659,- dari total
anggaran yang ada. Penurunan ini dapat dimaknai lebih baik karena dapat
dikatakan jika berdasarkan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-
undangan adalah penggunaan anggaran yang sangat efisien pada tahun ini.
Di tahun 2018 tingkat efisiensi meningkat jika melihat angka
persentase dari tahun sebelumnya. Di tahun ini persentasenya sebesar
33,14% dengan penggunaan anggaran sekitar Rp. 683.821.363,- dari total
anggaran yang ada.
Di tahun 2019 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase
di tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 56,98% dengan
penggunaan anggaran sekitar Rp. 1.174.237.065,- dari total anggaran yang
ada. Penggunaan anggaran di tahun ini masih merupakan anggaran yang bisa
dikatakan sangat efisien dalam penggunaannya.

25
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Analisis Varians Belanja


Di Tahun 2016 penyerapan penggunaan anggaran yang tersirat pada
tabel varians belanja diatas adalah sekitar Rp. 46.004.198,- atau sekitar 97,76%
yang menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan
oleh instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan selama
satu periode tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini menyisakan
perbandingan persentase sekitar 2,24% dari penyerapan anggaran yang ada
dalam realisasi anggaran belanja pada instansi.
Di Tahun 2017 penyerapan penggunaan anggaran yang tersirat pada
tabel varians belanja diatas adalah sekitar Rp.84.326.086,- atau sekitar
95,86% yang menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang
dilakukan oleh instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan
selama satu periode tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini
menyisakan perbandingan persentase sekitar 4,14% dari penyerapan
anggaran yang ada dalam realisasi anggaran belanja pada instansi.
Di Tahun 2018 berdasarkan tabel varians belanja diatas penyerapan
penggunaan anggaran belanja berada pada posisi penggunaan sekitar Rp.
1.961.276.931,- atau sekitar 52,15% yang juga menunjukkan bahwa tidak
semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh instansi terserap
sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan selama satu periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Terdapat selisih perbandingan persentasenya
sebesar 47.15% dari total realisasi anggaran yang ada di tahun 2018.
Di Tahun 2019 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians
belanja adalah sekitar Rp. 207.267.657,- atau sekitar 89,94%. Dalam hal ini ada
pengurangan tingkat selisih sekitar 10.06% dari realisasi anggaran yang
ditetapkan pada tahun anggaran 2019. Terlihat kenaikan penggunaan
anggaran dari tahun sebelumnya jika memperhatikan pada tahun
sebelumnya.

26
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp.48.765.950,- dengan persentase sebesar
2,43% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2016.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja

mengalami penurunan sebesar Rp. 871.922.028,- dengan persentase sebesar


44.70% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2017.
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja
mengalami penurunan sebesar Rp. 774.265.000,- dengan persentase sebesar
71,75% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2019.
3. Analisis Keserasian Belanja
a. Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Dapat dilihat jika perubahan dan struktur total belanja tidak langsung
tidak begitu banyak mengalami perubahan dan kenaikan. Perubahan rasio
terlihat tidak begitu jauh. Kenaikan yang ada pada Total Belanja Tidak
Langsung pertahunnya dapat dikatakan dari tahun 2016 ke sampai dengan
tahun 2019 tidak tetap, selalu ada perubahan pertahunnya. Begitu juga
dengan Total Belanja yang digunakan. Penurunan Total Belanja yang paling
banyak terjadi pada tahun 2018 dimana Total Belanja tahun 2018 hanya
sebesar Rp.1.079.000.000,-sangat berbeda jauh pada tahun 2016 yang bernilai

Rp. 1.999.687.978,-. Pada tahun 2017 juga mengalami penurunan sebesar

Rp.1.950.922.028,- dan pada tahun berikutnya 2019 terjadi kenaikan sebesar


Rp. 1.853.265.000,-.
b. Rasio Belanja Langsung
Berdasarkan tabel, di tahun 2016 rasio yang ditunjukkan pada hasil analisis
menunjukkan pada angka 66,28% dari total anggaran Rp. 1.999.687.978,-
pada tahun 2017 menunjukkan angka persentase sebesar 62,58% dari total

anggaran Rp.1.950.922.028,- pada tahun 2018 menunjukkan angka

persentase sebesar 3,38% dari total anggaran Rp.1.079.000.000,- pada tahun


2019 menunjukkan angka persentase sebesar 63,36% dari total anggaran Rp.
1.853.265.000,.

27
4.Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja
a. Perhitungan Efektivitas
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa selama periode tahun
anggaran 2016-2019, tingkat efektivitas anggaran yang ada pada instansi di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan terus mengalami fluktuasi. Yang artinya
terdapat beberapa kenaikan dan penurunan yang cukup siginifikan, terutama
dalam penganggaran dan perwujudan dari realisasi anggaran itu sendiri.
Banyak hal yang memang menajdi tolak ukurnya untuk penetapan anggaran
jika menilik lebih jauh dari struktur APBD yang ditetapkan pada masa periode
tahun anggaran tersebut.
Di tahun 2016 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 97,75% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.999.687.978,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Di tahun 2017 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 95,85% yang menunjukkan angka kisaran Rp.1.950.922.028,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan efektif.
Mengalami penurunan di tahun 2018 tingkat efektivitas dari anggaran
belanja berada pada persentase 52,15% yang menunjukkan angka kisaran
Rp.1.079.000.000,- pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan tidak
efektif. penurunan terbanyak yang pernah dialami oleh instansi, di tahun ini
dapat penggunaan nggaran dapat dikatakan tidak efektif karena kurang
terserapnya penggunaan anggaran.
Di tahun 2019 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada
persentase 89,94% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 1.853.265.000,-
pada tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan cukup efisien.
Efisiensi Belanja
Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016 tingkat
efisiensi penggunaan anggaran berada pada persentase 64,79% dengan

penggunaan anggaran sekitar Rp. 1.325.426.152,- dari total anggaran yang


ada. Dapat dikatakan jika penggunaan anggaran pada tahun 2016 efisien.

28
Pada tahun 2017 tingkat efisiensi menurun jika menilik dari angka
persentase di tahun sebelumnya. Penggunaan anggaran berada pada
persentase 59,98% dengan penggunaan sekitar Rp. 1.220.837.659,- dari total
anggaran yang ada. Penurunan ini dapat dimaknai lebih baik karena dapat
dikatakan jika berdasarkan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-
undangan adalah penggunaan anggaran yang sangat efisien pada tahun ini.
Di tahun 2018 tingkat efisiensi meningkat jika melihat angka
persentase dari tahun sebelumnya. Di tahun ini persentasenya sebesar
33,14% dengan penggunaan anggaran sekitar Rp. 683.821.363,- dari total
anggaran yang ada.
Di tahun 2019 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase
di tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 56,98% dengan
penggunaan anggaran sekitar Rp. 1.174.237.065,- dari total anggaran yang
ada. Penggunaan anggaran di tahun ini masih merupakan anggaran yang bisa
dikatakan sangat efisien dalam penggunaannya.
B. Saran
Saran bagi instansi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan adalah :
1. Dari segi perencanaan penganggaran, diharapkan sisi negatif yang
dimaksudkan dengan adanya penghematan angg aran untuk biaya
pemenuhan pada pembiayaan agar penghematan yang dilakukan dapat
memberikan efek yang lebih baik dalam periode tahun berikutnya. Dalam
analisis ini penghematan perencanaan anggaran harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kebijakan antara realisasi dan anggaran, hendaknya juga
memperhatikan situasi dan kondisi agar anggaran yang ada dan sudah
disusun dapat direalisasikan dengan baik.
2. Dari segi Pertumbuhan belanja berdasarkan periode tersebut memberikan
gambaran bahwa angka persentase yang ditunjukkan dari hasil perhitungan
bisa saja dijadikan acuan untuk penyusunan anggaran agar lebih baik lagi di
periode tahun anggaran selanjutnya.
3. Dari analisis keserasian belanja dapat disarankan, dengan adanya
penggunaan anggaran yang sudah dikatakan sangat baik agar dapatdi
pertahankan agar tetap baik dalam penggunaan dan penyerapan anggaran
belanja yang dilakukan oleh instansi.
29
4. Bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan agar semakin meningkatkan kinerja
dalam pengelola anggaran belanja daerah secara khusus dan APBD secara
umum
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Anggaran (Oktober:2013). Ketentuan Pasal 36 Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Halim, Abdul dan Ibnu Mujid. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan
Keuangan Pemerintahan Pusat- Daerah, Peluang dan Tantangan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Daerah. Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta
Kamaroesid, Herry.2013. Sistem Administrasi Anggaran Negara Mitra Wacana
Media.UPMI. Medan
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UUP STIM YKPN. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Andi Yogyakarta.
Pedoman Peraturan Perundang-undangan tentang Keuangan Daerah
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005
Safrida dan Sasongko Catur. 2010. Anggaran. Salemba Empat. Jakarta.
Sunardiana.2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengauhi Efektifitas
Pelaksanaan Anggaran.Tesiswindhianto,Wahyu.2011 Good Governance
Dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. Tesis
Tim Redaksi Cv. Tamita Utama, 2011. Standar Akuntansi Pemerintah Tahun 2010.
Jakarta.
Yamin Sofyan Dkk, 2011, Regresi Dan Korelasi Dalam Genggaman Anda, Edisi
Pertama, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Centre For Development Of Accountancy And Finance
Http://Www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/WeContentList.Asp?Contentid=633.
Diakses tanggal 7 Juni 2020.

E-Jurnal Binar Akuntansi Vol. 1 No. 1, September 2012. Diakses tanggal 7 Juni
2020.

30

Anda mungkin juga menyukai