Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED BUDGETING PADA ANGGARAN

OPERASIONAL KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA BOGOR

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RIZAL TUA H.PURBA

NPM : 150120072

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN

FAKULTAS EKONOMI

(2018-2019)
DAFTAR ISI

BAB. 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ……………………………………………………………………


1.2.Perumusan Masalah ……………………………………………………………….
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………………………....

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anggaran ………………………………………………………………………….

2.1.1. Definisi Anggaran…………………………………………………………..

2.1.2. Fungsi Anggaran………………………………………………...………….

2.1.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran …………………………………….............

2.1.4. Karakteristik Anggaran………….…………………………….....………..

2.1.5. Prosedur Penyusunan Anggaran….………………………………………..

2.1.6. Metode Pembuatan Anggaran….………………………………………….

2.1.7. Proses Pengendalian Anggaran …………………………………………..

2.1.8. Konsep Anggaran Berdasarkan Aktivitas ………………………………..

2.2.Anggaran Sektor Publik ………………………………………………………..

2.2.1. Pengertian Sektor Publik ………………………………………………….

2.2.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik ……………………………………….

2.2.3. Fungsi Anggaran Sektor Publik ……………………………………………

2.2.4. Tujuan Anggaran Sektor Publik ……………………………………………

2.2.5. Prinsip Anggaran Sektor Publik …………………………………………....

2.2.6. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik ……………………………………….

2.3.Hasil Penelitian Tedahulu ………………………………………………………...

BAB .III. METODE PENELITIAN

3.1.Kerangka Pemikiran Penelitian …………………………………………………..


3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………………..

3.3.Metode Penelitian ………………………………………………………………...

3.3.1.Metode Pengumpulan Data …………………………………………………

3.3.2.Pengelolaan dan Analisis Data ………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………...


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan
nasional. Perubahan dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan
secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui
kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu
paket undang-undang yaitu Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.

Tujuan pemberian otonomi daerah pada hakekatnya ditujukan untuk memberikan


kekuasaan dan kesempatan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertanggungjawab mulai dari perencanaan, pengawasan, dan evaluasi. Pada dasarnya
terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (1)
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2)
Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3)
Memberdayagunakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan.

Penggunaan anggaran dalam pembangunan diharapkan memberikan manfaat tidak saja


untuk meningkatkan pendapatan, namun juga diharapkan dapat memberikan ruang gerak
ekonomi yang telah kondusif dan menyentuh akar masalah yang faktual dalam masyarakat.
Pengelolaan (manajemen) keuangan daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu manajemen
penerimaan daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Kedua komponen tersebut akan sangat
menentukan kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.
Perubahan tersebut antara lain adalah perlunya dilakukan budgeting reform atau reformasi
anggaran.

Menurut Mardiasmo (2009), Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari
traditional budget ke performance budget. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama
yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut 2 adalah: (a) Anggaran
tradisional atau anggaran konvensional dan (b) Pendekatan baru yang sering dikenal dengan
pendekatan New Public Management. New Public Manajemen adalah anggaran yang
berorientasi pada kinerja, salah satunya adalah Planning Programming and Budgeting System
(PPBS).
Akuntansi manajemen sektor publik sangat erat dengan proses pemilihan program,
penentuan biaya, dan manfaat program serta penganggaran. Anggaran publik merupakan alat
perencanaan sekaligus alat pengendalian pemerintah. Anggaran sebagai alat perencanaan
mengindikasikan target yang harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan anggaran sebagai alat
pengendalian mengindikasikan alokasi sumber dana publik yang disetujui legislatif untuk
dibelanjakan. Melalui data rekening belanja yang terdapat dalam anggaran belanja
lembaga/organisasi, akan dilihat apakah anggaran yang telah dibuat, dapat berperan sebagai
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintah.

1.2. Perumusan Masalah

Dinas Pendidikan Kota Bogor sebagai lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan
bagi masyarakat, setidaknya mempunyai strategi yang dapat dikembangkan agar pelayanan yang
dilakukan menjadi efisien dan efektif, terutama didalam masalah pengelolaan anggaran. Dinas
Pendidikan Kota Bogor masih menggunakan penganggaran dengan metode
konvensional/tradisional sehingga sering terjadi selisih antara anggaran dengan realisasinya.
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber dana keuangan (2 tahun) yakni tahun 2009
dan 2010. Data anggaran dan realisasi pada tahun 2009 akan digunakan sebagai dasar dalam
penyusunan anggaran dengan menggunakan metode Activity Based Budgeting (ABB) dengan
mempertimbangkan activity driver, sumberdaya yang dibutuhkan, biaya yang dikeluarkan
dengan mempertimbangkan tingkat inflasi dan depresiasi dari penyusutan investasi. Hasil
perolehan anggaran yang telah disusun dengan metode ABB nantinya akan dibandingkan dengan
data anggaran dan realisasi tahun 2010 yang masih berdasarkan perhitungan konvensional. Oleh
karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat efisiensi pengalokasian dana terhadap berbagai
aktivitas dalam perencanaan anggaran Dinas Pendidikan Kota Bogor dengan menggunakan
metode ABB.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka tujuan dari pelaksanaan
penelitian ini adalah:

1. Mengetahui prosedur penyusunan anggaran operasional pada Dinas Pendidikan Kota Bogor.

2. Menganalisis perbedaan antara anggaran yang disusun secara konvensional dengan anggaran
yang disusun dengan metode ABB pada Dinas Pendidikan Kota Bogor.

3. Menganalisis penyimpangan selisih antara anggaran yang disusun secara konvensional dengan
anggaran yang disusun dengan metode ABB pada Dinas Pendidikan Kota Bogor.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Bogor Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang
bermanfaat bagi Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk dapat mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang mungkin terjadi dalam proses penyusunan anggaran selama ini. Selain itu, untuk
mengadakan perbaikan yang diperlukan agar terjadi keseimbangan antara anggaran dan
realisasinya terhadap kegiatan yang ada di Dinas Pendidikan Kota Bogor. Disamping itu, penting
untuk mengadakan perbaikanperbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan
efektivitas dan efisisensi anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Bogor.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi dalam
melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah anggaran berbasis aktivitas,
juga penelitian ini dapat dijadikan karya ilmiah yang layak dijadikan acuan dan dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anggaran

2.1.1 Pengertian Anggaran

Menurut Hansen dan Mowen (2005), anggaran yaitu rencana keuangan untuk
masa depan. Rencana tersebut mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan
untuk mencapainya. Anggaran merupakan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Sedangkan penganggaran
adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran (Mardiasmo, 2009).

Menurut Nafarin (2007) anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang
disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan. Anggaran (budget)
merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang direncanakan secara
kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.
Anggaran merupakan alat manajemen dalam mancapai tujuan. Jadi, anggaran bukan
tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen.

Menurut Munandar (2001), budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit
(satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Budget merupakan hasil kerja (output) yang terutama berupa taksiran-taksiran yang akan
dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Karena suatu budget merupakan hasil kerja
(output), maka budget dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur
dan sistematis. Sedangkan, yang dimaksud budgeting ialah proses kegiatan yang
menghasilkan budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja
dan alat pengawasan kerja. Secara lebih terperinci, proses kegiatan yang tercakup dalam
budgeting tersebut antara lain: (1) pengumpulan data dan informasi yang diperlukan
untuk menyusun budget, (2) pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut
untuk mengadakan taksiran-taksiran dalam rangka menyusun budget, (3) menyusun
budget serta menyajikan secara teratur dan sistematis, (4) pengkoordinasian pelaksanaan
budget, (5) pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja, yaitu
untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap pelaksanaan budget, dan (6) pengolahan
dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh
kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja
yang telash dilaksanakan, serta menyusun kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut
(follow up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.
2.1.2. Fungsi Anggaran

Menurut Nafarin (2007), ada beberapa fungsi dalam anggaran, yaitu:

1.Fungsi Perencanaan Anggaran sebagai alat perencanaan juga harus memperhatikn


kaitan anggaran yang satu dengan anggaran yang lain. Aspek yang penting dari
perencanaan dengan menggunakan anggaran adalah perencanaan dana yang tersedia
seefisien mungkin. Jadi fungsi anggarannya yaitu menentukan rencana belanja dari
sumber dana yang ada seefisien mungkin.

2. Fungsi Pelaksanaan Anggaran sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan artinya


sebelum pekerjaan dilaksanakan terlebih dahulu mendapat persetujuan yang berwenang
(terutama dalam hal keuangan). Sehingga tiap bagian harus melaksanakan tugasnya
secara selaras, terarah, terkoordinasi sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah
ditetapkan dalam anggaran.

3. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan alat pengawasan/pengendalian (controlling).


Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan cara

a. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).

b. Melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan


yang merugikan). Sehingga anggaran dijadikan pedoman sebagai alat pengawasan oleh
pejabat pemerintah untuk bertanggung jawab menjalankan operasi dan untuk
mengadakan penilaian dari hasil yang dicapai

2.1.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran

Anggaran dibuat dengan tujuan tertentu, yaitu untuk memudahkan dalam


pengalokasian dana dan memudahkan pengawasan aliran dana tersebut sehingga tidak
terjadi pengeluaran dana yang tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Menurut
Nafarin (2007), tujuan penyusunan anggaran antara lain :

1)Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.

2) Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan digunakan.

3) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana.

4) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

5) Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan perencanaan maka


anggaran lebih jelas dan nyata.

6) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap hal yang berkaitan dengan
keuangan.
Sedangkan manfaat anggaran menurut Nafarin (2007):

1) Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.

2) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai .

3) Dapat memotivasi pegawai.

4) Menimbulkan rasa tanggungjawab pada pegawai.

5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

6) Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.

7) Alat pendidikan bagi para pejabat pemerintah, khususnya bagian keuangan pada
Dinas Pendidikan Kota Bogor.

2.1.4. Karakteristik Anggaran

Dalam penyusunan anggaran baik anggaran belanja maupun anggaran operasional


dibutuhkan karakteristik anggaran yang baik agar hasilnya terlihat baik pula. Menurut
Mulyadi (2002), anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan.

2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
dalam anggaran.

4)Usulan anggaran diulas dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari
penyusun anggaran.

5)Sekali disetujui anggaran hanya dapat diubah dibawah koordinasi tertentu.

6)Secara berkala kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan


selisihnya di analisis dan dijelaskan.

Menurut Mulyadi (2002) anggaran yang baik memiliki karakteristik berikut :

1) Anggaran disusun berdasarkan program Rencana jangka panjang yang dituangkan


dalam program memberikan arah kemana kegiatan perusahaan ditujukan dalam jangka
panjang. Anggaran merinci pelaksanaan program, sehingga anggaran yang disusun setiap
tahun memiliki arah seperti yang ditetapkan dalam rencana jangka panjang.
2) Anggaran disusun berdasarkan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam
organisasi perusahaan.

3) Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Untuk menghasilkan


anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus sebagai alat
pengendalian, penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini :

a. Partisipasi para pejabat Dinas Pendidikan Kota Bogor dalam bertanggungjawab pada
proses penyusunan anggaran.

b. Anggaran yang telah dibuat sangat mempengaruhi kinerja organisasi yang ada pada
Dinas Pendidikan Kota Bogor.

4) Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat mengirim pesan


dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur para pejabat pengelola
anggaran yang ada pada Dinas Pendidikan Kota Bogor dalam pelaksanaan anggaran.

2.1.5. Prosedur Penyusunan Anggaran

Penyusunan anggaran harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, agar
penyusunan anggaran dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun prosedur penyusunan
anggaran menurut Nafarin (2007) adalah:

1) Tahap penentuan pedoman perencanaan (anggaran)

Anggaran yang akan dibuat pada tahun akan datang, hendaknya disiapkan beberapa bulan
sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai. Dengan demikian anggaran yang dibuat
dapat digunakan pada awal tahun anggaran.

2) Tahap persiapan anggaran

Pejabat pengelola anggaran sebelum menyusun anggaran dengan terlebih dahulu


menyusun forecast pengeluaran (taksiran/ramalan). Setelah itu kemudian bekerja sama
dengan para pejabat di Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk menyusun anggaran lainnya.

3) Tahap penentuan anggaran

Pada tahap penentuan anggaran diadakan rapat dari semua manajer beserta direksi
(direktur) untuk :

a. Merundingkan dalam penyesuaian rencana akhir setiap komponen anggaran

b. Mengkoordinasikan dan menelaah komponen-komponen anggaran

c. Pengesahan dan pendistribusian anggaran.


4) Tahap pelaksanaan anggaran

Tahap ini adalah tahap dimana anggaran dilaksanakan. Untuk kepentingan pengawasan
tiap manajer membuat laporan realisasi anggaran. Setelah dianalisis, kemudian laporan
realisasi anggaran disampaikan pada direksi.

2.1.6. Metode Pembuatan Anggaran

Menurut Mulyadi (2002), ditinjau dari siapa yang membuatnya maka penyusunan
anggaran dapat dilakukan dengan cara :

1) Otoriter atau top down Dalam metode otoriter, anggaran yang disusun dan ditetapkan
sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus dilaksanakan tanpa keterlibatan
bawahan dalam penyusunannya.

2) Demokrasi atau bottom up Dalam metode demokrasi anggaran disusun berdasarkan


hasil keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai ke atasan.
Bawahan diikutsertakan sepenuhnya menyusun anggaran yang akan dicapainya dimasa
yang akan datang. 3) Campuran atau top down dan buttom up Metode ini adalah
campuran dari kedua metode diatas. Di sini perusahaan menyusun anggaran dengan
memulainya dari atas kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh
karyawan bawahan. Jadi, ada pedoman dari atasan atau pimpinan dan dijabarkan oleh
bawahan sesuai dengan pengarahan atasan

2.1.7. Proses Pengendalian Anggaran

Proses pengendalian menurut Welsch, et al (2000), didefinisikan sebagai proses


mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi suatu
perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Menurut
Mulyadi (2002), proses pengendalian anggaran dilaksanakan melalui tiga tahap utama,
antara lain:

1) Tahap Penetapan Sasaran Tujuan dari Dinas Pendidikan Kota Bogor kemudian dirinci
lebih lanjut ke dalam sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada para pejabat
pengelola anggaran dalam proses penyusunan anggarannya. Alokasi sumber daya dalam
proses penyusunan anggaran perlu diukur dengan satuan moneter standar dengan
menggunakan ukuran akuntansi. Informasi akuntansi manajemen berperan dalam tahap
penetapan sasaran sebagai alat pengirim peran.

2) Tahap Implementasi Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang


bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut, serta dialokasikan sumber daya
kepada manajer yang diberi peran dalam mencapai sasaran anggaran, fungsi anggaran
dalam suatu instansi pemerintah atau perusahaan mengkonsolidasikan ke dalam suatu
anggaran secara menyeluruh untuk disahkan oleh direksi atau pejabat legistatif. Tahap
implementasi anggaran dilaksanakan melalui dua kegiatan penting, yaitu:

a. Komunikasi anggaran

Pejabat pengelola anggaran bertanggungjawab untuk mengkomunikasikan anggaran yang


telah disahkan kepada para manajer jenjang menengah dan bawah.

b. Kerjasama dan koordinasi

Untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, orang harus mengetahui peran yang harus
dimainkan oleh orang lain, baik dalam organisasi formal maupun informal.

3) Tahap pengendalian dan Evaluasi Kinerja

Dalam tahap ini, kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang tercantum
dalam anggaran. Selain itu, pengendalian dan evaluasi untuk menunjukkan bidang
masalah dalam organisasi dan menyarankan tindakan pembetulan yang memadai bagi
kinerja yang berada di bawah standar.

2.1.8. Konsep Anggaran Berdasarkan Aktivitas

Dalam Investopedia (2011), ABB berarti sebuah metode penganggaran di mana


kegiatan yang mengeluarkan biaya dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi
yang dihubungkan dengan definisi dan kemudian dianalisis. Kegiatan yang kemudian
dikaitkan dengan tujuan strategis, setelah itu biaya dari kegiatan yang diperlukan
digunakan untuk membuat anggaran. “

Menurut Tunggal (2003), ABB adalah proses mengembangkan suatu anggaran induk
dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari analisis berdasarkan aktivitas. ABB
mengarahkan perhatian pada biaya yang diharapkan untuk melakukan berbagai aktivitas.
ABB memudahkan perbaikan berkesinambungan. Proses dalam penyajian anggaran
dalam suatu ABB menyoroti peluang untuk mereduksi biaya dan eliminasi aktivitas yang
boros. ABB memudahkan identifikasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dan
mengeliminasi aktivitas tersebut. ABB merupakan suatu bentuk anggaran yang berfokus
pada biaya aktivitas (cost driver) atau pemicu biaya (cost driver) yang diperlukan didalam
operasi. ABB memisahkan biaya-biaya ke dalam kelompok biaya yang homogen
berdasarkan cost driver yang berasal dari activity based costing (ABC), dimana ABB
secara prinsip merupakan ABC yang dibalik aliran kasnya.

2.2.Anggaran Sektor Publik


2.2.1. Pengertian Sektor Publik

Pengertian Sektor Publik menurut Mardiasmo (2009) adalah birokrasi dan


kesatuan ekonomi yang ditangani oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya dalam
rangka memerankan fungsinya untuk alokasi sumber-sumber ekonomi yang langka,
redistribusi pendapatan, pengendalian stabilitas ekonomi serta penyediaan barang dan
jasa publik yang tidak bisa disediakan oleh sektor swasta, dengan maksud untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat (publik).

2.2.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009) anggaran adalah alat perencanaan untuk masa depan
yang pada umumnya mencangkup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan
moneter. Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang
menerjemahkan berbagai program ke dalam rencana keuangan tahunan yang lebih
kongret. Usulan anggaran pada umumnya ditelaah atau di review terlebih dahulu oleh
pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggran formal. Selain itu anggaran adalah
alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk mengarahkan perkembangan
sosial dan ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.

Menurut National Committee on Govermental Accounting (NCGA) sekarang


Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Munandar (2001) sebagai
berikut : Budget adalah rencana operasi keuangan yang mencangkup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.

2.2.3. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009), anggaran berfungsi sebagai berikut:

1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

2. Anggaran merupakan cetak biru akivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

3. Angggaran sebagai alat komujikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja
dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.

4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.atau tolak ukur yang dipakai sebagai
pembanding hasil operasi sesungguhnya.

5. Anggaran sebagai alat pengendali yang memungkinkan manajemen menunjuk bidang


yang kuat dan lemah bagi perusahaan.
6. Angggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan memotivasi manajer dan
karyawan agar senantiasa bertindak secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
organisasi.

2.2.4. Tujuan Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009) tujuan dari proses penyusunan anggaran yaitu:

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi


antarbagian dalam lingkungan pemerintah.

2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemprioritasan.

3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD


dan masyarakat luas.

2.2.5. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009), prinsip-prinsip di dalam anggaran sektor publik


meliputi:

1. Otorisasi oleh legislatif.

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

2. Komprehensif.

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh


karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.

3. Keutuhan anggaran.

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

4. Nondiscretionary Appropriation.

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisien dan efektif.

5. Periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi
tahunan.

6. Akurat.

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang


dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta
dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan over estimate
pengeluaran.

7. Jelas.

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak membingungkan.

8. Diketahui publik.

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

2.2.6. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009), jenis-jenis anggaran sektor publik terdiri dari:

1. Anggaran Operasional.

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam


menjalankan pemerintahan misalnya anggaran untuk pengeluaran/belanja rutin.
Pengeluaran ini memanfaatkan hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat
menambah asset atau kekayaan bagi perusahaan.

2. Anggaran Modal/Investasi.

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva
tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabotan dan sebagainya. Belanja
Modal/Investasi merupakan contoh anggaran modal. Belanja modal itu manfaatnya
cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah asset atau kekayaan pemerintah.

2.3.Hasil Penelitian Terdahulu

Prawatiningsih (2007), dengan judul “Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat


Pengendalian Keuangan Studi Kasus Badan Rumah Sakit Daerah Ciawi”. Penelitian ini
dilakukan pada Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi. Hasil dari penelitian tersebut
adalah ada beberapa faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan
anggaran. Faktor-faktor pertimbangan tersebut yaitu: jumlah kunjungan pasien, jenis
penyakit, rencana rumah sakit dalam penambahan sarana medis dan non medis, jumlah
tempat tidur, penambahan sarana fisik dan pelayanan baru, rencana penambahan
karyawan, peraturan pemerintah, dan anggaran belanja tahun sebelumnya. Prosedur
penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi menggunakan metode campuran (top down
dan bottom up). Prosedur penyusunan anggaran belanja melalui beberapa tahap yaitu:
pembuatan surat edaran untuk setiap ruangan, sosialisasi format anggaran, pengumpulan
data usulan kebutuhan, pengumpulan data rekapitulasi kebutuhan, penyusunan dan
pengetikan konsep Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK), penelitian RASK dan
perubahan anggaran, serta pengesahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK).

Hendardi (2002), dengan judul “Penyusunan Anggaran Berdasarkan Aktivitas (Activity


Based Budgeting) pada Komponen Biaya Operasi Perusahaan Jasa (Studi Kasus pada
Divisi Forwading PT(P) Kawasan Berikat Nusantara)”. Pada tesis ini, menjabarkan
anggaran konvensional mengandalkan push terhadap demand, aktivitas kurang
diperhatikan sehingga tidak mengherankan sering terjadi distorsi dalam menentukan
jumlah biaya yang dianggarkan pada suatu produk. Hal ini menyebabkan perusahaan
akan menemui kesulitan dalam menghadapi lingkungan yang selalu menuntut daya saing.
Penganggaran berdasarkan aktivitas (ABB) pada akhirnya cenderung mempertimbangkan
pull terhadap demand. Dengan sangat mempertimbangkan aktivitas yang terlibat dalam
pembuatan suatu produk maka dapat diperoleh anggaran aktivitas yang paling
proporsional terhadap produk. Dengan metode ABB, perusahaan dapat lebih mudah
melakukan perbaikan terhadap proses. Dengan demikian daya saing perusahaan dapat
lebih baik. Penelitian Hendardi ini juga menemukan adanya perbedaan pada jumlah
anggaran antara metode konvensional dengan metode ABB. Pada metode ABB
menggunakan perthitungan biaya per aktivitas yang lebih akurat daripada proses
penganngaran konvensional yang banyak menggunakan judgment dan pengalaman pada
tahun sebelumnya. Ratmarisa (2010), dengan judul “Analisis Penerapan Activity Based
Budgeting (ABB) pada Anggaran Belanja Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten
Mukomuko, Bengkulu”. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Mukomuko, sebagai lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan
pendidikan bagi masyarakat, mempunyai kepentingan dalam mengelolah asset atau
anggaran dari pemerintah, sehingga membutuhkan suatu strategi dalam mengelolah aspek
keuangan. Jenis Pengelolaan anggaran pada Kantor Dinas Pendidikan Mukomuko masih
menggunakan metode tradisional (konvensional), hal ini dapat mempengaruhi tingkat
efisien dan efektivitas unit kerja pada Kantor Dinas Pendidikan khususnya bagian
keuangan. Peneliti mempertimbangkan adanya aktivitas utama yang dilakukan berkaitan
dengan anggaran belanja yang dikeluarkan, hal tersebut membuat peneliti ingin
mengetahui apakah adanya pemborosan anggaran belanja pada aktivitas yang tidak begitu
memerlukan anggaran yang besar, dengan demikian pengelolaan anggaran belanja
berdasarkan aktivitas akan jauh lebih relevan dibandingkan dengan anggaran belanja
menggunakan metode konvensional, karena metode konvensional hanya berpatokan pada
anggaran tahun sebelumnya dan tidak memperhatikan aktivitas-aktivitas yang sebenarnya
mempengaruhi besar kecilnya anggaran yang akan dikeluarkan. Dari Uji Hipotesis yang
dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa penyimpangan dari anggaran yang disusun
dengan metode ABB lebih kecil dibandingkan dengan anggaran yang disusun secara
konvensional, namun penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian.
BAB.III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pendekatan yang digunakan dalam merencanakan pembangunan khususnya di bidang


pendidikan adalah melalui perencanaan partisipatif dengan melibatkan seluruh elemen
masyarakat sebagai stakeholders. Dengan demikian, wujud perencanaan pembangunan
diharapkan dapat sinergi antara top-down planning dan bottom-up planning. Salah satu hasil dari
pendekatan ini adalah lahirnya dokumen perencanaan jangka menengah SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) yang strategis. Untuk mewujudkan semua itu diperlukan suatu dokumen
perencanaan jangka menengah guna menjamin terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi
program dengan melibatkan semua pihak terkait hingga tercapainya programprogram pada
sasaran yang dikehendaki. Visi dan misi pada Dinas Pendidikan Kota Bogor, dijabarkan dalam
beberapa kebijakan operasional, keuangan dan sumber daya manusia. Visi, misi dan tata nilai
dalam harus merujuk kepada visi, misi Walikota terpilih yang tertuang dalam Rencana Program
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Perumusan visi, misi dan tata nilai ini dilakukan dalam tiga
langkah yaitu: (1) merumuskan visi, (2) merumuskan misi dan (3) merumuskan tata nilai Dinas
Pendidikan. Kebijakan keuangan yang dijalankan oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor salah
satunya adalah melaksanakan penganggaran. Didalam pelaksanaan penganggaran yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor diawali dengan menerjemahkan visi dan misi ke
dalam target-target yang ingin dicapai. Setelah ditetapkanya target, Dinas Pendidikan Kota
Bogor melakukan penyusunan program kerja dalam bentuk rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk satu tahun kedepan. Selanjutnya
dilakukanya penyusunan anggaran untuk menggambarkan nilai uang dari rencana kegiatan yang
telah disepakati. Untuk melihat rencana yang yang dibuat berhasil diterapkan, bagian keuangan
melaporkan hasil operasi Dinas Pendidikan dalam bentuk laporan keuangan berupa laporan
realisasi. Dari penyusunan anggaran dengan metode konvensional dan realisasi tahun
sebelumnya yaitu tahun 2009 yang akan menjadi acuan didalam penyusunan anggaran dengan
metode ABB. Disamping itu, dilakukan juga perhitungan selisih (varians) antara anggaran
dengan metode konvensional terhadap laporan realisasi dan menghitung selisih (varians) antara
anggaran dengan metode ABB berdasarkan program kerja yang telah disusun oleh Dinas
Pendidikan Kota Bogor terhadap laporan realisasi. Selanjutnya dilakukanya uji t-test, uji tersebut
dilakukan untuk mengetahui apakah ketidaksesuain tersebut masih dalam pengendalian
manajemen. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan rekomendasi terhadap hasil dari
pengguanaan anggaran tersebut.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendidikan Kota Bogor yang berlokasi di jalan
Raya Pajajaran No. 125 Kota Bogor. Kegiatan penelitian dilakukan selama tiga bulan pada bulan
Oktober-Desember 2011. Lokasi ini dipilih karena Dinas Pendidikan Kota Bogor memberikan
kesempatan kepada penulis untuk dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis didalam
menulis penelitian ini dan untuk metode ABB merupakan metode baru yang digunakan didalam
pengelolaan anggaran khususnya pada lembaga pemerintah, oleh karena itu penulis ingin
mengaplikasikan metode tersebut pada Dinas Pendidikan Kota Bogor. Data-data yang telah
diperoleh akan diolah dan diteliti kemudian dievaluasi dan dibandingkan hasilnya.

3.3. Metode Penelitian

3.3.1.Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pegawai bagian
keuangan yang mempunyai peran penting didalam penyusunan anggaran operasional di
Dinas Pendidikan Kota Bogor. Setelah mendapatkan semua data keuangan, penulis juga
melakukan wawancara langsung dengan bagian kepegawaian, bina program,
kesekretariatan, dan bagian sarana dan prasaran guna mendapatkan datadata aktivitas
utama pada Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor. Data sekunder diperolah dari Renstra
Dinas Pendidikan tahun 2009 dan 2010, Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPS) Dinas Pendidikan Tahun Anggaran 2009 dan 2010,
Laporan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah tahun 2009 dan 2010,
Peraturan Walikota No 13 tahun 2008 tanggal 26 September 2008 mewajibkan Kepala
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Bogor untuk menyusun dan merumuskan
rencana program strategis penyelenggaraan teknis di bidang pendidikan, Peraturan
Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolahan Keuangan
Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah. Data sekunder lainnya diperoleh
dari berbagai literature yang terkait dan tulisan yang dianggap relevan dengan penelitian
ini.

3.3.2.Pengolahan dan Analisis Data

Pengelolahan dan analisis data dilakukan dengan dua tahap, yaitu analisis
terhadap anggaran Dinas Pendidikan Kota Bogor kemudian menyusun anggaran
alternative dengan pendekatan ABB, yaitu:

1. Analisis anggaran Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor


Pengolahan data menggunakan analisis varians (selisih) anggaran. Dasar
penilaiannya yaitu dengan penyelidikan varians dari anggaran statis (anggaran
pendapatan dan belanja pada Dinas Pendidikan Kota Bogor) terhadap realisasi
(aktual). Analisis anggaran varians dapat menunjukkan dimana terjadi selisih antara
hasil sesungguhnya dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga
dapat diketahui penyebab penyimpangan yang terjadi, namun analisis varians tidak
akan mempunyai arti kecuali jika varians-varians dilaporkan seacara terpisah
berdasarkan faktor-faktor penyebabnya dan unit organisasi yang bertanggung jawab
sehingga penyimpangan tersebut dapat diperbaiki. Dalam penelitian ini pengelolahan
data anggaran tersebut diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
Keseluruhan proses analisis varians adalah berjenjang. Dalam anggaran biaya, jika
biaya realisasi lebih besar daripada budget maka dianggap tidak menguntungkan
(unfavorable). Sebaliknya jika realisasi lebih rendah dari anggaran, maka dianggap
menguntungkan (favorable).
2. Menyusun ABB
Syarat penyusunan anggaran yang baik adalah; anggaran tersebut harus
berorientasi pada output. Dengan kata lain, awal dari semua penyusunan semua
komponen anggaran adalah target output. Sedangkan penyusunan anggaran untuk
biaya-biaya yang sifatnya tidak langsung tidak dilakukan dengan orientasi output,
melainkan berorientasi input yaitu melihat kepada anggaran tahun lalu dikalikan
dengan inflasi. Penyusunan anggaran seperti ini tidak akan membantu suatu instansi
pemerintah agar dapat melakukan efisiensi biaya karena data biaya dari tahun
sebelumnya langsung dipergunakan sebagai komponen biaya tidak langsung. Pada
penjelasan ini penyusunan anggaran berdasarkan aktivitas memberikan kontribusi
hasil yang lebih akurat pada saat suatu instansi pemerintah dihadapkan pada
penyusunan anggaran biaya-biaya tidak langsung, dan tentunya kemudahan lain yaitu
anggaran yang sesuai dengan strategi yang dietapkan. Dalam menyusun ABB,
langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a) Menentukan keluaran (output) Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor.
b) Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama yang terjadi pada Kantor Dinas
Pendidikan Kota Bogor.
c) Mengidentifikasi activity driver dari masing-masing aktivitas di Kantor Dinas
Pendidikan Kota Bogor.
d) Mengidentifikasi sumber dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas-
aktivitas tersebut.
e) Melakukan estimasi biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pada
Kantor Dinas Pendidikan Kota Bogor.
f) Membandingkan hasil yang diperoleh dari anggaran yang dihitung dengan metode
ABB dengan realisasi dari anggaran konvensional yang terdapat pada Kantor Dinas
Pendidikan Kota Bogor.
DAFTAR PUSTAKA

Hendardi, A.2002. Penyusunan Anggaran Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Budgeting)


Pada Komponen Biaya Operasional Jasa(Studi Kasus pada Divisi Forwading PT. (P) Kawasan
Berikat Nusantara). Tesis pada Program Studi Megister Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia,Depok .

Anda mungkin juga menyukai