Anda di halaman 1dari 18

KONSEP

PERENCANAAN
DAN
PENGANGGARA
N KESEHATAN

DISUSUN OLEH : ANTONIUS GULO (2003019)

DOSEN PENGAMPUH : MELVA SARAGI, SKM, M.KM

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

T.A 2021/2022

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi karunia nikmat dan rahmat bagi umat-Nya atas Ridho-Nya penulis dapatmenyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya sehingga makalah ini dapat dibuat tepatpada
waktunya.Makalah ini disusun secara ringkas sesuai dengan yang ada dibuku dan
beberapasumber lainnya. Adapun isi dari ringkasan ini memuat tentang Penganggaran di
bidangkesehatan.Penulismenyadari bahwa kehadiran makalah penulis ini tidak lepas
darikekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangunselalu penulis harapkan sehingga penulis nantinya dapat memperbaiki
danmeningkatkan kualitas makalah yang berikutnya.

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2

1.3 Tujuan ...................................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Pengertian penganggaran......................................................................................................3

2.2 Fungsi Anggaran...................................................................................................................4

2.3 Tujuan Penganggaran............................................................................................................4

2.4 Pendekatan Sistem Anggaran................................................................................................5

2.5 Konsep SistemPenganggaran................................................................................................6

2.6 Konsep Penganggaran Nasional............................................................................................7

2.7 Anggaran Pelayanan Kessehatan.........................................................................................10

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14

3.2 Saran....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitasperencanaan dan


penganggaran. Namun hingga saat ini proses penyusunanperencanaan dan penganggaran belum
sepenuhnya dapat terlaksana sesuaiharapan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para
perencana setiap tahundiantaranya adalah sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta
waktuperencanaan yang terkesan singkat atau tergesa-gesa. (Permnkes RI No. 7 Tahun2014)

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka para perencana diharapkandapat memahami


siklus dan jadwal serta kegiatan umum perencanaan danpenganggaran. Hal ini untuk
memudahkan penyusunan Rencana Kerja (Renja) ditingkat Pusat (Kementerian/Lembaga) dan
Daerah (provinsi dan kabupaten/kota)yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), baik darirupiah murni, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan atau
Pinjaman/HibahLuar Negeri (P/HLN). Perhatian ditekankan pada sinkronisasi antara Pusat
danDaerah khususnya untuk Dana Dekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan(TP).
(Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)

Dengan mengetahui dan memahami siklus dan jadwal penyusunan sertakegiatan umum
perencanaan APBN ini, diharapkan dapat menyusun perencanaandengan baik dan tepat waktu.
(Permnkes RI No. 7 Tahun 2014.

1
2.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian penganggaran?
2. Apa saja konsep penganggaran dibidang kesehatan?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan?

2.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian penganggaran


2. Mengetahui konsep penganggaran dibidang kesehatan
3. Mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam penganggaran

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGANGGARAN KESEHATAN

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik yang meliputi seluruh
kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu
yang akan datang. Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab
manajemen didalam perencanaan koordinasi dan pengawasan. (Winarno, 2013)

Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan


pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang.
Anggaran ini merupakan cerminan dari apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, termasuk
didalamnya adalah kebijakan. Karena didalam anggaran terdiri dari pos penerimaan dan
pengeluaran yang berpengaruh terhadap masyarakat. (Trisugiarto, 2016)

Dalam pengelolaan perusahaan, terlebih dahulu manajemen menetapkan tujuan dan sasaran,
dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak
keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut, kemudian
disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran. (Widodo, 2012)
Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu mempererat
kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat
menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara
diantara para manajer dan bawahannya. (Widodo, 2012)

Menurut Mulyadi, anggaran disusun oleh manajemen dalam jangka waktu satu tahun
untuk membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diperhitungkan. Dengan anggaran,
manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan. Tanpa anggaran, dalam jangka pendek
perusahaan akan berjalan tanpa arah, dengan pengorbanan sumber daya yang tidak terkendali.

3
Munandar, mengungkapkan pengertian anggaran adalah sebagai berikut : “Suatu rencana yang
disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”
(Widodo, 2012).

2.2 FUNGSI ANGGARAN

Secara lebih detail anggaran mempunyai beberapa, antara lain : (Trisugiarto, 2016)

a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan
mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.

d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.

e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapain
visi organisasi.

f. Anggaran merupakan intrumen politik.

g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

2.3 TUJUAN PENGANGGARAN

Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi pemerintahan


atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran merupakan indikasi kebijakan fiskal
organisasi untuk mencapai berbagai tujuan meliputi ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat
mempertimbangkan berbagai empat dimensi untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab,
2016).

a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.

b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.

c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.

4
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.

2.4 Pendekatan Sistem Penganggaran

Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM). (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)

a. Pendekatan Penganggaran Terpadu

Merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk
seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip
pencapaian efisiensi alokasi dana. Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk
menghasilkan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana
untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional. Perencanaan
dan penganggaran disusun secara terpadu dan menyeluruh dengan memperhatikan berbagai
sumber dana yaitu APBN, termasuk PNBP dan P/HLN, serta APBD. (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)

b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja

Merupakan suatu pendekatan dalam sistem perencanaan dan penganggaran yang menunjukkan
secara jelas keterkaitan antara alokasi anggaran dengan kinerja yang dihasilkan, serta
memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja
yang berupa keluaran dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan kuantitas yang
terukur. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)

c. KPJM

KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan dengan pengambilan


keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam kurun waktu lebih dari satu tahun
anggaran. Pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam mengelola keuangan negara dalam

5
rangka pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun manfaat dari KPJM tersebut antara lain:
(Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)

1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.

2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.

3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.

4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan


yang optimal.

2.5 Konsep Penganggaran Kesehatan

1.      Sistem Anggaran Negara


Sistem anggaran negara, meliputi :
a.       Penganggaran Tradisional
Penganggaran tradisional yaitu sistem anggaran tradisional (line-item budgeting system) adalah
sistem anggaran yang berdasarkan obyek pengeluaran, dengan titik berat pada segi pelaksanaan
dan pengawasan anggaran. (Winarno, 2013)
Konsep penganggaran tradisional ini telah diterapkan pada paruh kedua Abad 20 dan di
anggap sebagai alat utama pencapaian tujuan perusahaan. (Luecke, 2017)
b.      Penganggaran Kinerja
Penganggaran kinerja disebut juga dengan performance budgeting system, merupakan
penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional, yang menekankan pada manajemen anggaran
yaitu dengan memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran. (Winarno,
2013)
c.       Penganggaran Program
Penganggaran program merupakan gabungan dari kedua sistem di atas, lebih menekankan pada
segi perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian anggaran. (Winarno, 2013)

2.      Alokasi Dana Kesehatan


Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung pada beberapa kondisi, yaitu sebagai berikut :
(Winarno, 2013)

6
a.       Besarnya pendapatan daerah yaitu  Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b.      Kemampuan dinas kesehatan menyusun program dan anggaran yang realistis.
c.       Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks pembangunan
daerah relatif terhadap kesehatan.
d.      Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda dan DPRD.
3.      Langkah-Langkah Penganggaran
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai berikut : (Winarno,
2013)
a.       Penetapan tujuan
b.      Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c.       Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d.      Persetujuan akhir
e.       Pendistribusian anggaran yang disetuju.

2.6 Penganggaran Nasional


1. Peran Pemerintah dalam Penganggaran
Seiring dengan berjalannya reformasi di Indonesia, Pemerintah mengeluarkan paket
Undang-Undang di bidang keuangan negara yang meliputi Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. (Trisugiarto, 2016). Ketiga paket undang-undang ini
menjadi tonggak reformasi pengelolaan keuangan negara. Undang-undang Keuangan Negara
Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan. Hal ini mendorong Pemerintah agar lebih profesional dalam
pengelolaan keuangan. Banyak perubahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan negara,
mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban dan
pemeriksaan oleh pengawas. (Trisugiarto, 2016)
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran yang berlaku
menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam pendekatan line item lebih

7
berorientasi pada input sedangkan pada pendekatan incremental lebih pada perspektif tahunan.
Setelah munculnya Undang-Undang Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran
mengalami perubahan. Ada 3 (tiga) jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan Penganggaran Berbasis
Kinerja (PBK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan amanat dari
Undang-undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003. (Trisugiarto, 2016)

2. Penganggaran dan Otonomi Daerah


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi daerah dimana faktor-faktor
tersebut sekaligus sebagai faktor yang sangat menentukan prospek otonomi daerah untuk masa
mendatang. Faktor pertama yang menentukan prospek otonomi daerah adalah manusia sebagai
subyek penggerak dalam penyelengaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik
dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah
yang terdiri dari kepala daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang
merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintah daerah dilaksanakan. Kemampuan aparatur
pemerintah daerah merupakan suatu faktor yang menentukan apakah suatu daerah dapat atau
mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dengan baik atau tidak. (Winarno,
2013) Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak
dilakukan, kebijakan publik adalah apa yang dibuat dan dilakukan oleh pemerintah, bukan
swasta. Kebijakan sebagai sebuah ”rationale” sebuah manifestasi dari pilihan yang penuh
pertimbangan. Sebuah kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun basis
rasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. (Winarno, 2013)
Proses kebijakan publik meliputi beberapa hal yaitu: identifikasi masalah kebijakan, dilakukan
melalui : (Winarno, 2013)
a. Identifikasi yang menjadi tuntutan (demands) atas tindakan pemerintah.
b.Penyusunan agenda (agenda setting) adalah memfokuskan perhatian atas keputusan apa yang
akan diputuskan terhadap masalah publik tertentu
c. Perumusan kebijakan (policy formulation) merupakan tahapan pengusulan rumusan kebijakan
melalui inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan.

8
d. Pengesahan kebijakan (legitimating of policies) adalah pengesahan kebijakan melalui tindakan
politik oleh partai politik, kelompok penekan, presiden dan kongres.
e. Implementasi kebijakan (policy implementation) adalah implementasi kebijakan melelui
birokrasi dan alat atau fasilitas lain. Pemikiran ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melihat
potensi yang merupakan input dari suatu kebijakan.
3. Analisis Program Penganggaran
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui program-program yang dijadikan prioritas
pemerintah daerah sesuai urutan berdasarkan indikator pencapaian visi misi kepala daerah dan
program prioritas arahan pemerintah pusat. Melalui teknik ini diketahui bagaimana program
kesehatan berkontribusi terhadap tujuan pembangunan daerah beserta penganggarannya. Analisis
ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : (Prabowo, 2016)
a. Tahap Pertama. Pada tahap ini akan di analisis program-program berdasarkan kriteria
pencapaian output visi misi pemerintah daeran. Pada matriks prioritas ini akan dihasilkan
pengurutan prioritas program sesuai dengan total hasil penjumlahan mulai dari nilai tertinggi
hingga terendah. Selanjutnya akan dipilih program-program dengan nilai total di atas rata-rata
jumlah total. (Prabowo, 2016)
b. Tahap Kedua. Pada tahap selanjutnya, akan di analisis kembali urutan program-program yang
memiliki nilai di atas rata-rata sebagaimana dihasilkan pada tahap pertama. Analisis tahap kedua
ini merupakan penentuan prioritas utama program yang akan menghasilkan urutan program
terpenting dari program yang terpilih. (Prabowo, 2016)
c. Tahap Ketiga. Sedangkan tahap ketiga ini akan dibandingkan secara bersama, bagaimana
setiap program yang terpilih dari proses pertama dan kedua di atas memiliki kesesuaian.
Kesesuaian sebagaimana dimaksud adalah perbandingan antara ururtan kebujakan alokasi
anggaran setiap program dengan urutan prioritas program berdasarkan pencapaian visi misi
kepala daerah (RPJMD). (Prabowo, 2016)
Kriteria yang digunakan untuk memberi bobot pada program SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) di bidang kesehatan adalah sebagai berikut : (Prabowo, 2016)
a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
b. Efisiensi biaya
c. Efektivitas pencapaian visi misi daerah

9
Alokasi belanja langsung pada tiap SKPD merupakan salah satu cermin komitmen and good will
Pemerintah daerah dalam implementasi kebijakan keuangan daerah. Secara umum memang
besarnya alokasi anggaran bukan merupakan indikator bahwa SKPD terkait memiliki program
prioritas daerah. Akan tetapi hal ini dapat memberikan petunjuk mengenai SKPD mana saja yang
memiliki tanggung jawab besar untuk mengalokasikan belanja langsung tersebut. (Prabowo,
2016)

2.7 Anggaran Pelayanan Kesehatan

1. Kebutuhan Anggaran Kesehatan

Kebutuhan layanan kesehatan penduduk secara regional spesifik di kebanyakan negara.


Sistem kesehatan nasional dihadapkan pada dilema mengalokasikan sumber daya ke wilayah ini
untuk memperhitungkan kebutuhan. Meskipun sistem historis dan inkremental merupakan norma
di masa lalu, negara-negara semakin memanfaatkan informasi mengenai kebutuhan lokal untuk
mempengaruhi alokasi ini. (Firdaus, 2012). Di Indonesia, ketidaksetaraan pola pendanaan
bersejarah diperburuk oleh dampak undang-undang desentralisasi yang diberlakukan pada tahun
1999 dan direvisi pada tahun 2001 yang menempatkan sebagian besar layanan kesehatan di
bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten. (Firdaus, 2012). Dinas Kesehatan Kabupaten
sekarang harus bersaing dengan sektor lain untuk pendanaan. Tinjauan pengeluaran publik baru-
baru ini menunjukkan bahwa pengeluaran kesehatan lokal sebagian besar terkait dengan
pendapatan kabupaten daripada kebutuhan populasi. Ketidakadilan di tingkat kabupaten
cenderung berkontribusi terhadap ketidakadilan di tingkat individu : studi penelitian
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki salah satu distribusi sumber daya kesehatan masyarakat
paling miskin di wilayah ini.

2. Alokasi Dana Kesehatan

Dinas Kesehatan memiliki pengaruh terhadap sistem kesehatan dengan mewajibkan


pemerintah daerah untuk menyediakannya paket layanan minimal (Standar Pelayanan Minimal
atau SPM) untuk populasi mereka. SPM terdiri dari perawatan ibu dan bayi, keluarga berencana,
bayi dan kesehatan anak (termasuk pemeriksaan kesehatan rutin dan merawat anak-anak yang
menderita kekurangan gizi, diare dan infeksi pernafasan) dan prioritasnya menular penyakit

10
(tuberkulosis, malaria dan demam berdarah). Itu SPM menetapkan target tingkat cakupan yang
relevan kelompok penduduk mulai dari sekitar 75% (cakupan kasus malaria) sampai 95%
(asuhan antenatal). Paket mencakup perawatan kesehatan pribadi dan kesehatan masyarakat
tindakan (misalnya penyemprotan demam berdarah). Paketnya juga mendefinisikan dukungan
untuk perawatan kesehatan pribadi yang lebih luas untuk orang miskin termasuk perawatan dasar
dan rujukan. Layanan ini tidak didefinisikan dengan baik dan dalam tulisan ini kita membatasi
perhatikan biaya layanan universal yang ada ditentukan untuk diberikan kepada seluruh populasi.
(Firdaus, 2012)

Pembiayaan untuk mencapai target SPM berasal dari beberapa sumber. Sejak tahun 2004 telah
ada skema asuransi untuk orang miskin berdasarkan karakteristik rumah tangga dan individu
pertama dikelola oleh asuransi kesehatan negara agensi (PT Askes) dan, sejak 2008, sebagai
program khusus dari Kementerian Kesehatan (Jamkesmas). Kabupaten adalah diperlukan untuk
menyediakan dana untuk layanan prioritas ke sisa populasi tapi sedikit yang diketahui tentang
biaya komitmen tersebut dan bagaimana hal itu bervariasi melintasi negara. Variasi biaya yang
luas sangat mungkin terjadi karena negara ini terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang memiliki
status ekonomi dan sosial yang sangat berbeda. Fokus penelitian ini adalah pada estimasi dana
yang dibutuhkan untuk mencapai minimum. (Firdaus, 2012)

Tingkat cakupan SPM yang ditetapkan secara politis untuk setiap layanan memiliki potensi
untuk menghasilkan pergeseran sumber daya yang penting menuju daerah dengan penggunaan
rendah relatif terhadap kebutuhan. Analisis statistik Faktor kebutuhan untuk menentukan
pembobotan terhambat oleh kurangnya kumpulan data berskala besar yang representatif di
daerah di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Demografis dan Survei Kesehatan
disediakan apa yang mungkin paling konsisten dan dapat diandalkan untuk pemodelan
kebutuhan kesehatan tapi biasanya tidak representatif di bawah tingkat provinsi dan sebagian
besar terbatas pada serangkaian indikator proses utama untuk ibu dan pemanfaatan kesehatan
anak. (Firdaus, 2012)

3. Alokasi Sumber Daya

Tahap kedua dari proses alokasi sumber daya adalah sebuah keputusan tentang tingkat
sumber daya untuk mengalokasikan untuk diukur kebutuhan masing-masing sub kelompok dan

11
populasi. Di sistem kesehatan yang mapan adalah metode yang biasa asumsikan satuan sumber
daya adalah total anggaran yang tersedia dan mengalokasikannya berdasarkan kebutuhan
pembobotan. Dimana disana tidak ada anggaran yang mapan alternatifnya adalah membangun
sumber daya persyaratan dengan melihat layanan individual berdasarkan data epidemiologi dan
biaya normatif pengobatan. (Firdaus, 2012. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis
kebutuhan untuk layanan angina dan infark miokard menggunakan data pasien di Wales.
Kompleksitas yang universal kebutuhan paket di sebagian besar negara OECD membatasi sejauh
mana metodologi ini dapat diterapkan paling banyak jasa. Sebaliknya, rendahnya tingkat sumber
daya dan niat untuk mengarahkan mereka ke kebutuhan prioritas berarti banyak yang rendah dan
Middle Income Countries (LMICs) bertujuan untuk fokus kepada publik pendanaan untuk
perawatan kesehatan pada rentang intervensi yang terbatas yang terbukti efektivitas biaya. Paket
manfaat dasar pendekatan, dengan fokus pada jangkauan sempit yang sebagian besar menular
penyakit dan kesehatan ibu dan anak menjadi ciri umum strategi sektoral di Indonesia banyak
LMICs. Pendekatannya sangat penting bagi internasional inisiatif advokasi lebih banyak tapi
lebih tepat sasaran belanja untuk perawatan kesehatan. Pendekatan bottom up, pendekatan untuk
kebutuhan alokasi sumber daya mungkin praktis untuk terbatasnya layanan yang dibiayai oleh
negara seperti itu negara dan lebih spesifik terhadap kebutuhan daripada rumus umum.

E. Solusi Pemecahan Masalah

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan, maka kita terlebih
dahulu harus mengetahui apa yang dimaksud dengan anggaran dan penganganggaran kesehatan.
Anggaran merupakan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan koordinasi dan
pengawasan. Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku
untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Konsep penganggaran kesehatan terdiri
dari Penganggaran Tradisional, Penganggaran Kinerja dan Penganggaran Program. Konsep
penganggaran tersebut termasuk dalam Sistem Anggaran Negara. Penganggaran tradisional
merupakan sistem anggaran yang berdasarkan obyek pengeluaran, dengan titik berat pada segi
pelaksanaan dan pengawasan anggaran. Kemudian penganggaran tradisional disempurnakan

12
menjadi penganggaran kinerja, yang menekankan pada manajemen anggaran yaitu dengan
memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran. Sedangkan
penganggaran program merupakan gabungan dari penganggaran tradisional dan penganggaran
kinerja, yang lebih menekankan pada segi perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian
anggaran. Peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan yaitu mengalokasikan dana
kesehatan melalui APBN dan APBD untuk diteruskan ke instansi-instansi kesehatan yang telah
ditentukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan mempermudah dalam melakukan
kegiatan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah juga bertugas
mengawasi agar dana yang sudah diberikan dapat digunakan sesuai dengan tujuannya.

13
BAB 3

PENUTUP

2.8 Kesimpulan

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran adalah suatu
pendekatan yang formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam
perencanaan koordinasi dan pengawasan. Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Konsep
penganggaran kesehatan terdiri dari Penganggaran Tradisional, Penganggaran Kinerja dan
Penganggaran Program. Konsep penganggaran tersebut termasuk dalam Sistem Anggaran
Negara.

Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran yang berlaku
menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam pendekatan line item lebih
berorientasi pada input sedangkan pada pendekatan incremental lebih pada perspektif tahunan.
Setelah munculnya Undang-Undang Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran
mengalami perubahan. Jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan amanat dari Undang-undang
Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.

2.9 Saran

Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang
kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu saya harapkan
agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang
saya buat, guna mengoreksi bila terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Hafidz. 2012. Budgeting based on need: a model to determine sub-national allocation of
resources for health services in Indonesia. Cost Effectiveness and Resource Allocation 10:11.
Halaman 1-13. https://resource-allocation.biomedcentral.com/articles/10.1186/1478-7547-10-11.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017.

Luecke, Matthias and Claas Schneiderheinze. 2017. More financial burden-sharing for
developing countries that host refugees. Economics: The Open-Access, Open-Assessment E-
Journal 11 (2017-24). Halaman 1-12.

http://www.economics-ejournal.org/@@ej-search?SearchableText=health+budget . Diakses
pada tanggal 14 Oktober 2017.

Nasab and Motezakery. 2016. Design Budgeting Model with Approach of Soft Systems
Methodology in the Manufacturer of Spare Parts for Cars. International Journal of Accounting
Research. Volume 1. Halaman 1-6. https://www.omicsonline.org/open-access/design-budgeting-
model-with-approach-of-soft-systems-methodology-in-the-manufacturer-of-spare-parts-for-cars-
2472-114X-1000144.pdf . Diakses pada 16 Oktober 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai